ANDHIKA CAHYANINGGHAR
171902002
ANDHIKA CAHYANINGGHAR
171902002
maju maupun di negara berkembang. Saat ini penyakit asma juga sudah tidak
penyakit keturunan yang diturunkan dari orang tua pada anaknya. Namun,
banyak yang menyadari bahwa alergi dan asma sebetulnya saling berkaitan
satu sama lain. Reaksi alergi membuat sistem imun melepaskan antibodi
bernama antihistamin yang beredar lewat aliran darah ke seluruh organ tubuh,
untuk memunculkan beragam gejala. Salah satunya adalah sesak napas khas
asma(Piji, 2017)
64,4%. Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 6% pada dewasa dan 10%
menimbulkan bersihan jalan nafas tidak efektif yang ditandai dengan dispnea,
pasien asma dengan dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
1. Masyarakat
3. Bagi Penulis
TINJAUAN PUSTAKA
napas yang ditandai dengan adanya mengi, batuk, dan rasa sesak di
dada yang berulang dan timbul terutama pada malam atau menjelang
2.1.2 Klasifikasi
yakni :
1) Asma bronkial
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap dan
2) Asma kardial
a. Alergen
anak kecil.
b. Infeksi.
Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Virus
c. Iritan.
tajam dari cat, SO2 dan polutan udara lainya dapat memacu
d. Cuaca.
e. Kegiatan jasmani
g. Faktor psikis.
Faktor psikis merupakan pencetus yang tidak boleh diabaikan
Berikut ini adalah tanda dan gejala asma, menurut (Zullies, 2016),
1. Stadium dini
b. Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
b. Wheezing
2. Stadium lanjut/kronik
a. Batuk, ronchi
g. Sianosis
dan kiri
batuk produktif, sering pada malam hari, nafas atau dada seperti
2.1.5 Patofisiologi
Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap
bronkus saja, sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu
faktor pemicunya, yaitu asma ekstrinsik atau alergi dan asma intrinsik
anak yang memiliki keluarga dan riwayat penyakit alergi (baik eksim,
utikaria atau hay fever). Asma instrinsik mengacu pada asma yang
umumnya dijumpai pada orang dewasa. Disebut juga asma non alergik,
sel inflamasi, mediator inflamasi, dan jaringan pada saluran napas. Sel-
pada serangan asma antara lain adalah sel mast, limfosit, dan eosinofil,
yaitu : interleukin.
Pada asma alergi atau atopik, bronkospasme terjadi akibat dari
akan memicu pelepasan berbagai senyawa endogen dari sel mast yang
2.1.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan
1) Manajemen Asma
asma.
3) Pemantauan pernafasan
4) Pengaturan posisi
Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk pengembangan
Penatalaksanaan Kolaboratif
1) Pemberian Oksigen
bronkodilator.
efek samping.
mengenai :
boleh sampai habis. Lebih baik jika obat tinggal 1-2 kali pemakaian
anak sudah dibawa kontrol ke dokter. Atau jika anak batuk / pilek
2.1.7 Komplikasi
Bila serangan asma sering terjadi dan telah berlangsung lama, maka
menyempit, corakan hilus kiri dan kanan bertambah. Pada asma kronik
dan berat dapat terjadi bentuk dada burung dara dan tampak sulkus
Harrison.
Bila sekret banyak dan kental, salah satu bronkus dapat tersumbat
lama dapat berubah menjadi bronkietasis, dan bila ada infeksi akan
berlangsung beberapa hari serta berat dan tidak dapat diatasi dengan
berikut :
bertambah.
paru.
sebagai berikut :
paru.
e. Uji fungsi paru (pulmonary function test, PFT) : dapat sangat berguna
penggunaan spirometri.
g. Uji alergi : uji kulit atau RAST dapat menentukan pemicu alergi
Efektif
a. Biodata
dilakukannya pengkajian).
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
tuanya.
4) Riwayat Penyakit Sekarang
di dalam keluarga)
lingkungan.
hipersensitifitas.
9) Pola eliminasi
ketidaknyamanan tersebut.
disampaikan.
lain meningkat.
(orang tua).
atau endokarditis).
1) Sianosis
2) Clubbing finger
g. Dada
1) Inspeksi
2014).
3) Palpasi
Biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan
h. Integuman
2) Suhu
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2016).
2.2.4 Intervensi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu pasien atau orang
2.2.6 Evaluasi
P : Perencanaan
2.3.1 Definisi
secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap
Fisiologis
3. Disfungsi neuromuskuler
8. Proses infeksi
9. Respon alergi
10. Efek agen farmakologis (mis.anastesi)
Lingkungan
1. Merokok aktif
2. Merokok pasif
3. Terpajan polutan
- Sputum berlebih
Subjektif : - Dispnea
- Sulit bicara
- Orthopnea
Objektif : - Gelisah
- Sianosis
3. Myasthenia gravis
echocardiography (TEE) )
6. Cedera Kepala
7. Stroke
8. Kuadriplegia
10. Infeksi saluran napas (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.1 Subyek penelitian ini adalah dua anak yang mengalami asma
bronkial.
tidak efektif
Fokus studi adalah kajian utama dari masalah yang akan dijadikan
3.4.2 Pasien asma adalah pasien yang mengalami keadaan dimana saluran
2016).
Puskesmas Cukir. Studi kasus ini dilakukan sejak pasien pertama kali
MRS sampai pulang atau pasien yang rawat inap minimal 3 hari. Jika
sebelum 3 hari pasien sudah pualng atau meninggal, maka perlu
Proses pengumpulan data dari studi kasus ini dalam tahapan sebagai
berikut :
Kabupaten Jombang.
peneliti mencari dua pasien yang susai dengan peneliti yaitu dua
Cukir.
masih balita.
3.8.1. Nonmaleficience
diteruskan.
3.8.2. Beneficence
3.8.3. Autonomy
3.8.4. Anonymity
3.8.5. Justice
3.8.6. Veracity
Kejujuran merupakan suatu dasar penelitian yang harus
sistematis.
3.8.7. Confidentiality
tanggungjawab.
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Jilid 1 (ke-1). Media
Action.
Kyle, T., & Carman, S. (2014). Buku Ajar Keperawatan Pediatri (2nd ed.). EGC.
Gosyen Publising.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia