Prevdent Dental Plak
Prevdent Dental Plak
PENDAHULUAN
Plak dental adalah kumpulan dari mikroorganisme yang ditemukan di permukaan gigi sebagai
biofilm yang tertanam dalam matriks polimer pejamu dan bakteri. Plak adalah bahan yang lembut, kuat
pada permukaan gigi yang tidak mudah dihapus hanya dengan membilasnya dengan air. Plak dental juga
didefinisikan secara klinis sebagai substansi kuning keabu-abuan-terstruktur yang melekat erat pada
permukaan keras intraoral. Dalam 1 mm3 plak dental dengan berat sekitar 1 mg, lebih dari 108 bakteri
yang ada. Meskipun lebih dari 300 spesies telah diisolasi dan dikarakterisasi dalam deposit ini, masih
tidak mungkin untuk mengidentifikasi semua spesies yang ada.
Kontrol plak merupakan usaha untuk menghilangkan plak dan mencegah akumulasi plak pada gigi.
Kontrol plak dapat dilakukan dengan cara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak mekanis merupakan cara
yang paling mudah dan paling efektif, dilakukan dengan menggunakan sikat gigi dan pembersih
interdental. Kontrol plak secara kimiawi meliputi bahan organik atau anorganik yang bertujuan untuk
mengontrol plak supragingiva, menghambat akumulasi, pertumbuhan dan kelangsungan hidup
mikrobiota dan debris yang dilakukan dengan penggunaan obat kumur.
Obat kumur saat ini menggunakan banyak bahan-bahan sintetis yang memiliki efek samping, seperti
noda hitam di gigi dan terganggunya ekologi flora normal rongga mulut. Beberapa agen antimikroba
telah dimasukkan dalam obat kumur untuk meningkatkan hasil prosedur kebersihan mulut mekanik atau
bahkan untuk menggantikan kontrol plak mekanis. Klorheksidin telah ditetapkan sebagai senyawa kimia
kontrol plak yang paling efektif. Klorheksidin telah lama dikenal sebagai bahan utama untuk kontrol plak
kimia. Klorheksidin sampai saat ini terbukti merupakan bahan antiplak paling efektif. Kemanjuran
klorheksidin sebagai obat kumur untuk menghambat plak gigi dan gingivitis telah didokumentasikan
dengan baik. Hal ini dianggap sebagai standar emas senyawa antimikroba terhadap efektivitas zat
antimikroba dan antiplak lainnya yang telah dikaji.
Penggunaan obat kumur yang telah diperdagangkan secara luas seringkali terbentur pada harga
yang cukup mahal. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemanfaatan obat tradisional
dalam rangka peningkatan dan pelayanan kesehatan. Istilah kembali ke alam pun kemudian sering
terdengar seiring dengan upaya pemanfaatan tanaman herbal dengan khasiat obat termasuk yang
berkhasiat sebagai antibakteri dan antibiofilm. Indonesia mempunyai banyak tanaman obat untuk
menanggulangi masalah kesehatan, salah satunya adalah Gambir yang terbukti banyak mengandung
katekin. Gambir (Uncaria Gambir), sebuah tanaman herbal asli Asia Tenggara, dapat banyak ditemui di
negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia. Gambir terbukti banyak mengandung katekin yang
berpengaruh terhadap pembentukan plak gigi. Penggunaan gambir sebagai sediaan obat kumur
merupakan salah satu usaha dalam mengeksplorasi manfaat gambir. Selain itu, obat kumur gambir akan
dapat menggantikan obat kumur komersial dengan kandungan alkohol yang cukup tinggi. Sebagai
antibakteri, gambir dalam obat kumur diharapkan mampu membunuh ataupun menghambat
pertumbuhan bakteri penyebab plak gigi dimana bakteri yang berperan penting dalam pembentukan
plak gigi adalah bakteri Streptococcus mutans.
Aning dkk. pada tahun 2012 telah melakukan penelitian tentang lama berkumur dengan air rebusan
gambir dan menyimpulkan bahwa berkumur dengan air rebusan gambir dapat menurunkan
pembentukan plak gigi. Pada tahun 2009, Amos melakukan penelitian tentang obat kumur gambir.
Dimana didapatkan hasil bahwa obat kumur dengan konsentrasi gambir 1% mempunyai visualisasi yang
paling baik dibandingkan obat kumur pada konsentrasi gambir lainnya. Aktivitas antibakteri pada obat
kumur gambir dengan konsentrasi 1% - 5% sebesar 20,45%-43,24% dengan pH sekitar 4,14-4,38 dan
viskositasnya sekitar 2,75-4,75 cP.10,11 Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti tertarik untuk
meneliti efektifitas Obat kumur ekstrak gambir 1% dibandingkan dengan klorheksidin 0,12% dalam
menghambat pembentukan plak.
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam pengendalian plak untuk mencegah timbulnya karies dikenal dengan cara berikut ini ;
Menurut hipotesa ini, semua plak mempunyai potensi kariogenik,yaitu kariogenik adalah hasil dari
suatu infeksi yang non-spesifik. Bila hipotesa ini benar maka perbedaan utama,antara individu dengan
karies in aktif dan individu dengan karies rampan adalah pada kuantitas plak yang ada. Akibatnya
identifikasi individu dengan menggunakan tes kuman tidak di perlukan. Karena setiap individu
membentuk plak setiap harinya,maka seluruh masyarakat harus dirangsang untuk menjaga hygiene oral
dengan baik.
Filosofi perawatan ini mengemukan bawa plak tidak selau menyebabkan karies dan hanya plak
tertentu yang mengandung koloni mikroba spesifik yang bertangggung jawab terhadap timbulnya karies
pada gigi. Memang telah terbukti bahwa komposisi kuman pada plak bervariasi dari satu sisi ke sisi
lainnya baik dalam mulut yang sama maupun pada individu yang berbeda tela di kemukakan oleh
loesche(1) pada tahun 1982 bawa secara bakteri logik plak dapat di golongkan dalam 3 kelompok
besar,yaitu plak yang tidak menyebabkan penyakit,plak yang menyebabkan karies dan plak yang
menyebabkan penyakit periodontium.
Usaha-usaha penelitian untuk pengendalian plak umunya mengikuti jalur-jalur berikut ini :
a) Cara mekanis
b) Cara kemis untuk menghambat pembentukan plak atau menghindari kuman spesifik dan
produknya dalam plak
c) Cara imunologik
Agar penderita dapat belajar membersihkan plak dengan efektif sangatlah menolong bila
kepada penderita ditunjukkan dimana plak dapat ditemukan pada saat pemeriksaan. Karena plak
tembus pandang dan warnanya sama dengan warna gigi, maka supaya terlihat plak tersebut lebih
dahulu harus diberi warna.
2.sikat gigi
Setiap sikat gigi yang memungkinkan penderita bisa dapat mencapai semua permukaan dengan
mudah sudah cukup,walaupun sikat ukuran menengah dengan bagian kepala yg kecil umumnya
lebih dianjurkan. Namun,penting untuk mengganti sikat gigi cara teratur,paling tidak setiap
3bulan atau kurang terutama bila serabut pada sikat gigi tersebut tidak lurus lagi. Sikat yg
menunjukkan tanda-tanda harus karena pemakaian tersebut tidak dapat membersihkan
permukaan gigi dengan baik.
4. pembersihan interdental
Permukaan aproksimal dan daerah yang giginya tidak beraturan tidak dapat dicapai
dengan sikat yang biasa.oleh karena itu suatu alat bantu seperti ‘benang gigi’ atau
‘pita gigi’,tusuk gigi dari kayu,sikat yang mempunyai serabut kelompok tunggal atau
sikat interdental dapat digunakan untuk daerah-daerah seperti ini.
Membersihkan plak secara mekanis setiap hari dengan teratur merupakan cara
pengendalian plak yang telah dikenal dan cukup merangsang individu untuk mencapai
tingkat kemahiran yang tinggi. Namun ada sebagian orang yang sulit menguasai pebuangan
plak secara mekanis ini. Individu dengan cacat ismaniah dan mental mungkin harus
tergantung pada orang lain dalam melaksanakan hygiene oralnya. Juga penyakitan gigi akan
menyakitkan jika seseorang sedang mengalami peradangan akut. Oleh karena itu banyak
penelitian diarahkan pada penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat menghambat atau
menekan penumpukan plak.
Seandainya semua plak bakteri mampu menyebabkan karies,maka suatu bahan yang
ideal harus dapat menghambat seluruh plak dan harus terus menurus digunakan.bahan anti
karies yang idela hanya perlu untuk menghilangkan jenis kuman tertentu saja dan tidak
perlu terus menerus. Paling tidak, bahan yang digunakan ini harus aman digunakan dalam
mulut. Bahan tersebut terutama tidak merangsang tumbuhnya mikroorganisme yang
resistem serta tidak menyebabkan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan
Ada 4 kelompok utama bahan-bahan kimia yang telah diteliti yaitu enzim,bahan
pengaktif permukaan, anti biotika, dan bahan anti bakteri.
1. Enzim
Dalam upaya untuk menguraikan matrik plak sehingga merusakkan dan
menghilangkan plak, telah dicoba penggunaan enzim-enzim hidrolitik,proteolitik
dan glikolitik. Sejauh ini telah terbukti bahwa enzim tidak efektif atau tidak berguna
karena kemajemukan matriks kuman plak dan masa kerjanya yang singkat serta
sifat enzim itu sendiri. Juga dijumpai adanya kemungkinan toksisitas pada sebagian
sediaan
2. Bahan pengaktif permukaan
Secara teoritis pengaktif permukaan merupakan suatu sarana untuk
memperbaiki permukaan gigi sehingga plak sukar melekat. Dari penelitian invitro
terlihat bahwa fluor mungkin mampu memperlambat penumpukan pelikel dan
plak,walaupun bukti invivo yang dapat menunjang hal ini hanya sedikit
3. Antibiotika
Penisilin,tetrasiklin,spiramisin,dan eritromisin semuanya dapat menghambat
pembentukan plak. Suatu penelitian terhadap anak-anak yang menderita demam
rematik,yang mendapat penisilin dalam dosis besar untuk mencegah infeksi
streptokokus,memperlihatkan adanya penurunan karies sebanya 55% dalam dua
tahun dilain pihak ada beberapa antibiotika yang sukar diserap oleh usus dan
dipakai secara teratas dalam kedokteran umum. Oleh karena itu telah dicoba
dilihat sifat menghambat plak yang dipunyai oleh vankomisin,polimiksin b dan
kananisin.
Percobaan dilakukan dalam bentuk pasta dengan aplikasi topikal. Dari ketiga bahan
ini, tampaknya kananisin merupakan bahan yang paling dapat diharapkan.
Pemakaian antibiotika yang ada sekarang dalam pengendalian plak rutin,tampaknya
tidak begitu baik bahaya timbulnya sensitisasi,pada penggunaan topikal sekalipun,
nampaknya tidak akan memungkinkan pemakaian antibiotika ini dalam waktu dekat.
4. Bahan antibakteri
a. Fluor
Efek fluor pada plak bakteri memperlihatkan bahwa aplikasi topikal 1.23% acidulated
phosphate fluoride selama 10 hari meneybabkan bekurang nya 70% s. mutans dalam
plak gigi. Walaupun percobaan ini memperlihatkan adanya daya antibakteri fluor,
umunya pemakaian fluor sehari-hari di rumah dengan konsentrasi tinggi seperti itu
tidak di anjurkan karena pertimimbangan keselamatan. Walaupun konsentrasi fluor
yang rendah dapat mempengaruhi metabolisme bakteri, tetapi konsentrasi pasta gigi
yang mempunyai efek bakterisida dalam pasta gigi dan obat kumur tetap harus di
sesuaikan.
b. Chlorhexidine
APLIKASI DAN CARA BEKERJANYA
Chlorhexidine adalah antiseptic yang telah diuji dan di gunakan secara ekstensif
untuk pengendalian plak dalam 15 tahun terakhir ini.keberhasilannya sebagai
penghambat plak tidak melulu bergantung pada sifat bakteriostatiknya saja.kumur
atau penyikatan dengan beberapa antiseptic dan menurunkan jumlah hitung bakteri
saliva secara kasar tetapi bakteri akan bertambah jumlah nya dengan cepat dan
jumlah hitung kuman tersebut mungkin kembali ketingkatan sebelum perawatan
dalam 1 jam.
2.3 Imunisasi
Mengingat karies merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman pathogen yang
spesifik,secra teoritas penakit ini dapat dicegah dengan imunisasi.ada nya hubungan antara S.mutans
dengan timbulnya karies pada hewan penelitian dan karies di manusia telah menyebabkan dilakukannya
banyak penelitian dalam pengembangan metoda imuisasi terhadap karis dalam sepuluh tahun terakhir
ini. Akan tetapi sampai saat ini,penelitian pada manusia belum dilakukan.
tikus,tupai, dan monyet di gunakan untuk menguji efek beragam aksin dalam reaksi antibody
dan/perkembangan karies gigi. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan sel utuh,pecahan sel,atau
produk sel S.Mutans . percobaan-percobaan tersebut di lakukan secara oral dan penyuntikan di bawah
kulit atau membrane di mulut, ke dalam rongga peritoneal dan di kelenar liur besar.
imunisasi pasif lokal merupakan metoda alternatif yang menghindari kemungkinan terjadi nya efek
samping sistematik seperti yang di timbulkan oleh imunisasi sistematik aktif. Aplikasinya pada karies gigi
kini di mugkinkan dengan adanya perkembangan antibody ‘monoklonal’ terhadap S.Mutans yang dapat
di aplikasikan secara topikal pada permukaan gigi untuk mencegah kolonisasi mikroorganisme ini pada
fissure dan permukaan halus.
Plak bertumbuh melalui pembelahan internal dan deposisi permukaan. Berbagai varietas bakteri
akan melekat pada kolum ini dan berlipat ganda sehingga setelah 3-4 minggu, akan terbentuk flora
mikrobia yang mencerminkan keseimbangan ekosistem organisme atau microbial pada permukaan gigi.
Koloni bakteri yang pertama adalah streptococcus mitior, s.sangius, actinomyces viscosus dan A.
naeslundii.bila bakteri ini dibiarkan bertumbuh selama beberapa hari, akan timbul inilamasi gingiva.
Secara klinis,plak gigi merupakan lapisan bakteri yang lunak,tidak terkalsifikasi,menumpuk dan
melekat pada gigi-geligi dan objek lain didalam mulut, misalnya restorasi, geligi tiruan, dan kalkulus.
Dalam bentuk lapisan tipis plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat terlihat dengan bantuan bahan
disclosing.
Usah-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengontrol pembentukan plak gigi, meliputi: