Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TRANSAKSI ANTAR PERUSAHAAN-OBLIGASI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan
Dosen Pengampu: Drs. Nurdin M.M., Ak.

DISUSUN OLEH

HARIS RUSMANA 1810313610040

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang diperjual belikan di pasar surat-surat
berharga. Penjualan obligasi menimbulkan hubungan antara penerbit obligasi sebagai debitur dan
pembeli obligasi yang biasa disebut investor obligasi.

Suatu perusahaan sering kali memiliki instrument hutang dari perusahaan afiliasinya.
Aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dibenarkan dengan dasar pemikiran untuk
kepentingan keamanan, efisiensi, dan fleksibilitas. Walaupun masing-masing afiliasi adalah
entitas hukum yang berdiri sendiri, manajemen dari induk perusahaan memiliki posisi untuk
menegosiasikan semua pinjaman yang terjadi diantara perusahaan afiliasi, dan keputusan untuk
meminjam dari atau meminjamkan secara langsung kepada perusahaan afiliasi benar-benar
merupakan keputusan untuk mengalihkan dana diantara perusahaan afiliasi.

Pinjam meminjam langsung antar perusahaan afiliasi menghasilkan akun resiprokal piutang
dan hutang baik pokok maupun bunganya, begitu pula dengan akun resiprokal pendapatan dan
beban. Akun-akun resiprokal ini dieliminasi dalam penyiapan laporan keuangan konsolidasi
karena piutang dan hutang antar perusahaan tidak mencerminkan aktiva atau kewajiban dari
suatu entitas yang dikonsolidasikan. Masalah khusus dalam akuntansi obligasi dan wesel antar
perusahaan timbul ketika suatu perusahaan membeli instrument hutang afiliasinya dari pihak
luar.

Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga dengan nilai
nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan
swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Salah satu jenis obligasi
yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah obligasi kupon (coupon bond) dengan
tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku obligasi. Berinvestasi dalam obligasi mirip
dengan berinvestasi di deposito pada bank. Bila Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh
bunga/kupon yang tetap secara berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali
sampai waktu jatuh tempo. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai mekanisme serta
perbedaan-perbedaan mengenai saham dan obligasi.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Transaksi Obligasi Antar Perusahaan

Pada saat perusahaan mengeluarkan obligasi, kewajiban obligasinya akan mencerminkan


tingkat bunga pasar yang berlaku. Namun perubahan yang terjadi kemudiaan pada tingkat bunga
pasar akan menciptakan perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar kewajiban tersebut. Jika
tingkat bunga pasar meningkat, nilai pasar kewajiban menjadi lebih kecil dibanding nilai
bukunya dan sebagai akibatnya, perusahaan penerbit seharusnya merealisasikan adanya
keuntungan. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum, keuntungan tersebut tidak diakui
pada buku perusahaan penerbit. Begitu pula, apabila terjadi penurunan pada tingkat bunga pasar,
akan mengakibatkan adanya kerugiaan terealisasi yang juga tidak diakui. Laba dan rugi
terealisasi tapi tidak diakui ini harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan sesuai
dengan FASB Statement No. 107, “ Pengungkapan Nilai Wajar Instrumen Financial.”

Keuntungan maupum kerugian atas obligasi yang beredar dari afiliasi yang teridentifikasi
namun tidak diakui ini, dapat diakui dengan cara menarik obligasi yang beredar. Induk
perusahaan, yang mengatur seluruh penarikan hutang dan keputusan-keputusan lainnya bagi
entitas yang dikonsolidasi, memiliki pilihan sebagai berikut :

1. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat mempergunakan sumber-sumber yang ada
untuk membeli dan menarik obligasinya sendiri.

2. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat meminjam uang dari entitas yang bukan
afiliasinya dengan tingkat bunga pasar dan menggunakan dana tersebut untuk menarik
obligasinya sendiri (pemilihan ini merupakan pembayaran kembali).

3. Perusahaan penerbit dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan menggunakan
dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri.

4. Suatu perusahaan afiliasi (induk atau anak) dapat membeli obligasi dari perusahaan
penerbit dimana obligasinya ditarik secara kontruktif.

Tiga pilihan yang pertama mengakibatkan penarikan yang sesungguhnya (actual retirement)
dari obligasi. Keuntungan atau kerugiaan yang tidak diakui sebelumnya, dalam tiga keadaan ini
diakui oleh perusahaan penerbit dan diperhitungkan dalam mengukur pendapatan bersih
konsolidasi. Pilihan yang keempat mengakibatkan penarikan konstruktif. Hal ini bahwa obligasi
tersebut ditarik untuk tujuan laporan konsolidasi karena investasi obligasi dan hutang obligasi
dari induk perusahaan dan anak perusahaan adalah resiprokal yang harus dieliminasi dalam
proses konsoliasi.
Perbedaan antara nilai buku dari kewajiban obligasi dan harga beli dari investasi obligasi
adalah keuntungan atau kerugiaan dengan tujuan untuk laporan konsolidasi. Hal ini juga
merupakan keuntungan atau kerugiaan bagi induk perusahaan berdasarkan metode ekuitas
(konsolidasi satu baris). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak diakui pada buku perusahaan
penerbit yang obligasinya dimiliki sebagai suatu investasi oleh pembeli afiliasi. keuntungan atau
kerugian bagi perusahaan penerbit yang telah direalisasi oleh perubahan suku bunga pasar
setelah obligasi diterbitkan, dan hal ini diakui untuk tujuan laporan konsolidasi ketika obligasi
tersebut dibeli kembali dan dimiliki oleh entitas konsolidasi.

2.2 Keuntungan Dan Kerugian Konstruktif Atas Obligasi Antar Perusahaan

Apabila harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afiliasi untuk memperoleh hutang dari
pihak lainnya lebih besar dari nilai buku kewajiban (nilai nominal ditambah dengan agio yang
belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi dan biaya
penerbitan), maka terjadi kerugiaan konstruktif atas penarikan hutang. Alternatif lain, apabila
harga yang dibayar lebih kecil dari nilai buku hutang tersebut, maka keuntungan konstruktiflah
yang terjadi. Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena keuntungan atau kerugian
ini merupakan keuntungan atau kerugian yang direalisasi dan diakui dari sudut pandang entitas
yang dikonsolidasikan, teatapi tidak dicatat dalam buku terpisah dari perusahaan-perusahaan
afiliasi pada saat pembeliaan.

Keuntungan atau kerugian konstruktif atas obligasi adalah (1) keuntungan dan kerugian yang
direalisasi dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan. (2) yang timbul pada saat
perusahaan membeli obligasi suatu afiliasi, (3) dari entitas-entitas lainnya, (4) pada harga dari
selain nilai buku obligasi tersebut. Tidak aka nada keuntungan atau kerugian yang terjadi akibat
pembelian obligasi perusahaan afiliasi pada nilai buku atau dari pinjam meminjam secara
langsung diantara perusahaan afiliasi.

Beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian konstruktif pada
transaksi obligasi antar perusahaan seharusnya dialokasikan diantara pihak afiliasi pembeli dan
penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut. Contohnya, jika induk perusahaan
membayar Rp 99.000 untuk obligasi anak perusahaan yang beredar bernilai nominal Rp 100.000
dengan agio yang belum diamortisasi Rp 2.000, maka keuntungan konstruktif sebesar Rp 3.000
(Rp 102.000 dikurangi dengan Rp 99.000) dialokasikan untuk induk perusahaan sebesar Rp
1.000 dan untuk anak perusahaan sebesar Rp 2.000. dikenal sebagai teori nominal.

Alternatif untuk teori nilai nominal ini adalah teori keagenan, diamana afiliasi yang membeli
obligasi antar perusahaan bertindak sebagai agen bagi perusahaan penerbit, berdasarkan perintah
dari manajemen induk perusahaannya. Berdasarkan teori keagenan, keuntngan konstruktif
sebesar Rp 3.000 dialokasikan ke anak perusahaan (perusahaan penerbit), dan pengaruh pada
laporan konsolidasi sama seperti jika anak perusahaan telah membeli obligasi miliknya sendiri
seharga Rp 99.000. walaupun tidak didukung oleh teori terpisah, keuntungan dan kerugian
konstruktif dialokasikan ke induk perusahaan atas dasar kemanfaatan. Sehingga akuntansinya
tidak menjadi rumit.

 Pembukuan Penerbit Obligasi

Penjualan obligasi bagi penerbit menimbulkan hutang obligasi. Apabila harga penjualan diatas
atau dibawah nilai normal, selisih harga jual dengan nilai nominal, itu disebut premi atau diskon,
dan dijurnal sebagai berikut Kas xxx

Hutang obligasi xxx

Premi obligasi xxx

apabila terjadi diskon :

Kas xxx

Diskon obligasi xxx

Hutang obligasi xxx

CONTOH

Pada tanggal 1 juli 2002 PT indi menerbitkan dan menjual obligasi 10 tahun nilai nominal RP 10
miliar dengan kurs penjualan 110 di pasar primer. Penjualan obligasi pada kurs 110
menunjukkan adaanya premi sebesar 10% dari harga nominal atau Rp 11 miliar. Pencatatan pada
tanggal penjualan adalah :

Kas Rp 11.000.000.000

Hutang obligasi Rp10.000.000.000

Premi obligasi Rp 1.000.000.000

Atau dapat juga di jurnal sebagai berikut :

Kas Rp 11.000.000.000

Hutang obligasi RP 11.000.000.000


Dalam contoh soal diatas, karena pada tanggal penjualan penerbit yakin PT indi membukukan
hutang obligasi Rp 11 miliar terdiri dari nilai nominal dan premi obligasi, maka premi obligasi
diamortisasi selama 10 tahun. Amortisasi pertahun adalah Rp 1.000.000.000/10 tahun atau 100.
juta per tahun. PT indi menerbitkan obligasi pada pertengahan tahun, sehingga premi obligasi
utuk tahun 2002 diamortisasi setengah tahun atau Rp 50 juta dengan jurnal amortisasi pada akhir
tahun (31 desember) sebagai berikut :

Prermi Obligasi Rp 50.000.000

Beban bunga Rp 50.000.000

Atau

Hutang obligasi Rp 50.000.000

Beban bunga Rp 50.000.000

Untuk kepentingan laporan keuangan priode yang berakhir 31/12/2002 PT indi mencatat beban
bunga yang harus dibayar 1 semester sebagai berikut :

Beban bunga (5% x 10 miliar) Rp 500.000.000

Hutang bunga Rp 500.000.000

Umur obligasi 10 tahun mengharuskan penerbit obligasi 10 tahun sejak tanggal penerbitan atau 1
juli 2012. Pada saat obligasi membayar hutang obligasi sebesar nilai nominalanya atau Rp 10
miliar. Amortisasi mengurangi beban bunga, sehingga total beban bunga PT indi per tahun
adalah sebagai berikut :

Penerimaan bunga per tahun, 10% x Rp 100 miliar Rp 1000.000.000

Amortisasi Premi per tahun Rp (100.000.000

Beban bunga per tahun Rp 900.000.000

Pada tanggal 1 juli 2007 atau 5 Tahun dari tanggal penerbitan obligasi, premi hutang
obligasi telah diamortisasi setengah dari premi pada awal penerbitan atau Rp500 juta, dengan
demikian nilai buku hutang obligasi adalah :
Nilai nominal hutang obligasi Rp 10.000.000.000

Saldo premi (Rp 1 miliar - (Rp 100 juta x 5 tahun) Rp 500.000.000

Nilai buku hutang obligasi 1/7/2007 Rp 10.500.000.000

 Pembukuan Investor Obligasi

Investor atau pembeli obligasi memiliki akun “ investasi dalam obligasi “ yang harus dicatat
pada tanggal investasi atau pembeli obligasi terjadi, sebagia berikut :

Investasi dalam obligasi xxx

Kas xxx

Bagi investor obligasi nilai investasi dalam obligasi dicatat sebesar harga perolehan obligasi
tersebut. Ada kalanya harga perolehan obligasi dari nilai nominal tetapi dapat pula lebih rendah
dari nilai nominal. Misalkan PT anta membeli 30% obligasi PT indi di pasar sekunder pada
tanggal 1 juli 2007 dengan harga Rp 2,95 miliar. Pencatatan yang akan dilakukan pada PT anta
adalah sebagai sebagai berikut :

Investasi dalam obligasi Rp 2.950.000

Kas Rp 2.950.000

Investasi dalam obligasi memberikan pendapatan bunga bagi investor sesuai dengan nilai
nominal obligasi yang dimiliki. PT anta akan mencatat penerimaan bunga per tahun Rp 300 juta
(10% x 30% x Rp 10 Miliar) dalam dua kali penerimaan masing-masing Rp150 juta pada tanggal
1 juli dan 5 januari. Hak PT anta atas bunga yang diterima pada tahun 2007 adalah satu semester
atau Rp150 juta karena investasi dalam obligasi pada pertengahan tahun. Pembukuan PT anta
pertanggal 31 Desember 2007 mencatat piutang bunga sebagai berikut :

Piutang bunga Rp 150.000.000

Pendapatan bunga Rp 150.000.000

Selisih nilai investasi PT anta atas obligasi PT indi dengan nilai nominal pada tanggal perolehan
adalah Rp50 juta dimana investasi dalam obligasi tercatat lebih kecil dari nilai nominal. Jurnal
penyesuaian untuk tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Investasi dalam obligasi Rp 5.000.000

Pendapatan bunga Rp5000.000


Penyesuaian nilai investasi Rp10 juta pertahun meningkatkan pendapatan bunga sehingga
pendapatan bunga pertahun adalah sebagai berikut :

-Penerimaan bunga per tahun 10% x Rp 3 miliar Rp 300.000.000

-Penyesuaian Nilai investasi Rp 10.000.000

Total pendapatan bunga per tahun Rp 310.000.000

Pendapatan bunga PT anta tahun 2007 adalah Rp155 juta karena investasi dimulai 1 juli sehingga
hak atas bunga juga untuk setengah tahun.

2.3 Dampak Keuntungan Atau Rugi Konstruktif Setelah Tahun Berjalan

Dalam kasus PT indi dan PT anta transaksi obligasi antar perusahaan akan mempengaruhi
hubungan induk-anak hingga tanggal 1 juli 2012 atau saat obligasi jatuh tempo. Selama tahun
tersebut pendapatan investasi dipengaruhi amortisasi untung/rugi konstruktif. Misalkan dalam
tahun 2008 PT anta mengumumkan laba sebesar Rp300 juta, yakni dalam kasus penjualan down
stream, sehingga perndapatan investasi adalah sebagai berikut :

Laba anak(80% x Rp 300 juta) Rp 240.000.000

Amortisasi keuntungan konstruktif RP (30.000.000

Pendapatan investasi Rp 210.00.000

Apabila yang terjadi adalah penjualan up stream, maka pendapatan investasi dihitung sebagai
berikut :

Laba anak (80% x Rp 300juta) Rp 240.000.000

Amortisasi keuntung konstruktif (80% x Rp 30 juta) Rp (24.000.000

Pendapatan investasi RP 216.000.000

2.4 Keuntungan Atau Kerugian Konstruktif Dan pendapatan Investasi

Keuntungan atau kerugian konstruktif merupakan salah satu komponen pendapatan investasi.
Jumlah keuntungan atau kerugian yang mempengaruhi pendapatan investasi induk perusahaan
tergantung dari pihak penerbit atau penjual obligasi. Karena kondisi menganggap hutangnya
yang tebus dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Pembahasan selanjutnya menggunakan istilah obligasi antar perusahaan downstream apabila


induk yang merupakan pihak penerbit dan sebagai invesrtor obligasi yang diterbitkan anak
perusahaan.
Misalkan obligasi antar perusahaan PT indi dan PT anta adalah penjualan downstream. Dalam
tahun 2007 PT anta (anak perusahaan yang sahamnya yang dikuasai 80% oleh PT indi)
melaporkan laba sebesar Rp250 juta dan tidak ada selisih investasi dengan nilai buku kekayaan
anak yang diperoleh, maka pendapatan investasi adalah sebagai berikut :

Laba anak(80% x Rp 250 juta) Rp 200.000.000

Keuntungan kontruktif Rp 150.000.000

Amortisasi keuntungan kontruktif (1/2 x Rp 30 juta) RP (15.000.000

Pendapatan investasi Rp 335.000.000

Apabila yang terjadi adalah penjualan upstream dimana PT indi merupakan pembeli atau
investor obligasi yang diterbitkan PT anta. Maka perhitungan pendapatan investasi PT indi
adalah sebagai berikut :

Laba anak (80% x Rp250 juta) Rp 200.000.000

Keuntungan kontruktif (Rp 150juta x 80%) Rp 120.000.000

Amortisasi keuntungan kontruktif (80% x Rp 30juta x 6/12) Rp (12.000.000

Pendapatan investasi Rp 303.000.000

2.5 Obligasi Anak Perusahaan Dibeli Oleh Induk Perusahaan

Ilustrasi pada bagian ini mirip dengan ilustrasi untuk Pam dan Sue, kecuali bahwa anak
perusahaan adalah afiliasi penerbit dan penarikan konstruktif obligasi mengakibatkan kerugian
bagi entitas yang dikonsolidasikan.

Pro Corporation memiliki 90% kepemilikan pada saham biasa berhak suara Sky. Kepemilikan
Pro pada Sky tersebut diperoleh pada nilai bukunya dengan harga Rp 9.225.000 ketika modal
saham Sky sebesar Rp 10.000.000 dan saldo labanya sebesar Rp 250.000.

Pada tanggal 31 Desember 2003 Sky mempunyai obligasi dengan nilai nominal Rp 100.000,
tingkat bunga 10%, yang beredar dengan disagio yang belum diamortisasi sebesar Rp 3.000.
Obligasi-obligasi ini mempunyai tanggal pembayaran bunga 1 Januari dan 1 Juli dan jatuh tempo
dalam waktu lima tahun, pada tanggal 1 Januari 2009.
Pada tanggal 2 Januari 2004, Pro membeli 50% obligasi yang beredar milik Sky dengan harga
Rp 5.150.000. Transaksi ini menyebabkan kerugian sebesar Rp 300.000 dari sudut pandang
entitas yang dikonsolidasikan karena kewajiban sebesar Rp 4.850.000 (50% dari nilai buku
obligasi Rp 9.700.000) ditarik secara konstruktif dengan biaya Rp 5.150.000. Kerugian tersebut
dialokasikan kepada Sky berdasarkan teori bahwa manajemen induk perusahaan bertindak
sebagai agen Sky, perusahaan penerbit pada semua transaksi obligasi antar perusahaan.

Selama tahun 2004, Sky mencatat beban bunga atas obligasi tersebut sebesar Rp 1.060.000
[(nilai nominal Rp 10.000.000 x 10%) + amortisasi disagio sebesar Rp 60.000]. Dari beban
bunga ini sebesar Rp 530.000 berhubungan dengan obligasi antar perusahaan. Pro mencatat
pendapatan bunga dari investasi pada obligasi selama tahun 2004 sebesar Rp 470.000 [(nilai
nominal Rp 5.000.000 x 10%) – amortisasi agio sebesar Rp 30.000]. Perbedaan sebesar Rp
60.000 antara beban bunga dan pendapatan bunga atas obligasi antar perusahaan tersebut
mencerminkan pengakuan satu-per-lima kerugian konstruktif yang tidak diakui pada buku Pro
dan Sky melalui amortisasi agio (buku Pro) dan amortisasi disagio (buku Sky).

 Metode Ekuitas

Sky melaporkan laba bersih sebesar Rp 750.000 pada tahun 2004, dan Pro menghitung
pendapatannya dari Sky sebesar Rp 459.000 sebagai berikut :

90% dari Rp 750.000 pendapatan dilaporkan oleh Sky Rp 675.000

Kurang : kerugian konstruktif sebesar Rp 300.000 x 90% (Rp 270.000)

Tambah : pengakuan atas kerugian konstruktif

Sebesar Rp 60.000 x 90% Rp 54.000

Pendapatan investasi dari Sky Rp 459.000

Ayat jurnal yang dibuat oleh Pro untuk mencatat investasi pada Sky selama tahun 2004 adalah
sebagai berikut :

31 Desember 2004

Investasi pada Sky (+A) Rp 675.000

Pendapatan dari Sky (R,+SE) Rp 675.000

Untuk mencatat 90% dari pendapatan yang dilaporkan Sky untuk tahun 2004
31 Desember 2004

Pendapatan dari Sky (-R,-E) Rp 270.000

Investasi pada Sky (-A) Rp 270.000

Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% kerugian atas penarikan
konstruktif obligasi Sky. (ayat jurnal ini juda dapat dicatat pada tanggal 2 januari 2004)

31 Desember 2004

Investasi pada Sky (+A) Rp 54.000

Pendapatan dari Sky (R,+SE) Rp 54.000

Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% dari Rp 60.000, pengakuan
bagian per bagian dari kerugian konstruktif atas obligasi Sky selama tahun 2004.

Untuk tahun-tahun selanjutnya hingga saat jatuh tempo obligasi tersebut, pendapatan Pro dari
Sky dihitung dengan menambahkan Rp 54.000 setiap tahunnya pada bagian Pro atas pendapatan
yang dilaporkan oleh Sky.

Saldo akun investasi Pro dan Sky pada tanggal 31 Desember 2004 adalah sebesar Rp 10.584.000
saldo ini sama dengan nilai buku tercatat investasi Pro pada Sky pada tanggal 1 Januari 2004
ditambah dengan pendapatan investasi dari Sky untuk tahun 2004 sebesar Rp 459.000

Investasi pada Sky, tanggal 1 Januari 2004

(Rp 11.250.000 x 90%) Rp 10.125.000

Tambah : pendapatan Sky 459.000

Investasi pada Sky, 31 Desember 20X4 Rp 10.584.000


DAFTAR PUSTAKA

Beans, Floyd A, dkk. 2007. Akuntansi Lanjutan jilid 1. Edisi kedelapan. Jakarta: PT Indeks.

https://www.scribd.com/document/257611300/AKL-1-Laba-antarperusahaan-obligasi

http://elawatiekonomiislam.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-keuangan-lanjutan-1-
transaksi.html

https://www.scribd.com/doc/88213670/Laba-Atas-Transaksi-Antarperusahaan-Obligasi

https://huseinal-habsy.blogspot.co.id/2011/02/transaksi-antara-perusahaan-obligasi.html

https://dokumen.tips/documents/laba-atas-transaksi-antarperusahaan-obligasi.html

Anda mungkin juga menyukai