Anda di halaman 1dari 6

Secara garis beras metode dalam psikodiagnostik dibagi menjadi 2, yaitu metode secara

umum dan khusus. Secara umum terdapat nmetode observasi, angket dan wawancara. Secara
khusus terdapat metode biografi/riwayat hidup dan test. Selain itu kita juga akan membahas
metode-metode lainnya yang berhubungan dengan psikodiagnostik. Yakni :
A. Metode Observasi
            observasi adalah kegiatan mengenali tingkah laku individu yang biasanya akan
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai penunjang informasi
mengenai klien.
            Atau, metode observasi adalah metode serba sengaja dan sistematis mengamati
aktivitas individu lain.
Pendekatanyang sistematis dalam observasi dikelompokkan berdasarkan pertanyaan ini;
·         Di mana observasi dilakukan?
·         Apa yang diobservasi?
·         Bagaimana observasi dilakukan?
·         Bilamana observasi dilakukan?

            Mengenai dimana observasi dilakukan berhubungan dengan masalah situasi


observasi,di golongkan menjadi 3 macam, yakni :
1.      Observasi medan atau alamiah (field setting). Yakni observasi di lapangan atau
kancah atau di tempat yang sesungguhnya.
2.      Observasi simulative (simulated setting). Yakni observasi dengan simulasi situasinya.
Artinya, situasi observasi bila individu mendapat suatu simulasi (tiruan) atau rangsangan
untuk memperoleh tingkah laku tertentu.
3.      Observasi laboratoris (laboratory setting). Ialah observasi dengan situasi
laboratorium, sehingga situasinya dapat dikendalikan sepenuhnya oleh observer.

            Masalah apa yang diobservasi berhubungan dengan tingkah laku yang mana yang
akan diamati dan dicatat oleh observer. Untuk keperluan ini ada dua jenis observasi, ialah :
1.      Observasi sampel peristiwa (even-sampling), yakni hanya mengamati mengamati
beberapa sampel tingkah laku pada saat tertentu.
2.      Observasi sampel waktu (time sampling), yakni mencatat dan mengamati apa saja
yang dilakukan individu dalam waktu tertentu.
            Selanjutnya mengenai bagaimana observasi itu dilakukan, maka dilihat dari posisi
observer dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
1.      Observasi non-partisipan, disini posis observer sebagai penonton,  semacam ada di
luar objek yang diamati. Observer tidak ikut serta dalam kegiatan individu yang di observasi.
Observasi benar-benar berfungsi sebagai penonton, pengamat dan mencatat tingkah laku
yang diobservasi. Atau bisa dikatakan juga, observasi di mana sipenyelidik (observer) tidak
ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang diobservasi. Jadi si penyelidik berlaku
sebagai penonton.[1]
2.      Observasi partisipan, di sini posis observer turut serta dalam kegiatan individu yang
diobservasi. Cara ini untuk memperoleh tingkah laku individu yang alamiah atau wajar, tidak
dibuat-buat, tidak dilandasi oleh rasa curiga atau rasa sedang diamati. Atau, observasi dimana
si penyelidik ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diselidiki. Jadi disini
si penyelidik tidak berlaku sebagai penonton, melainkan sebagai pelaku atau peserta.[2]
3.      Observasi dalam situasi eksperimental, pada dasarnya eksperimen adalah dengan
sengaja menimbulkan gejala tertentu untuk dapat diobservasi. Kecuali penimbulan gejala
dengan sengaja itu di dalam situasi eksperimental hal-hal yang harus diobservasi itu banyak
kali telah dipilih/ditentukan. Pengembanagn metode ini makin lama makin intensif karena
ternyata memang sangat beasr kegunaannya.
            Jika dilihat dari segi pencatatan hasil-hasil observasi dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
1.      Observasi dengan pencatatan langsung ( immediate recording ), artinya segera
setealah observasi dilakukan atau ketika pengamatan sedang berlangsung , observer membuat
catatan-catatan yang diperlukan.
2.      Observasi dengan pencatatan retrospektif ( retrospective recording ), yaitu
pencatatan setelah observasi selesai.
            Secara ringkas metode observasi dalam psikodiagnostik dapat dikatakan bahwa
umunya sebagai pelengkap atau pengontrol bagi metode-metode yang lain, namun kadang-
kadang peranannya begitu menonjol, sehingga dapat bersifat menentukan.

B. Metode Angket
            Metode angket dan wawancara mempunyai persamaan dasar, yaitu keduaduanya
mendasarkan diri kepada data yang berwujud laporan (verbal report) dari subjek yang
diselidiki. Laporan itu dapat berbentuk tertulis (pada angket), dapat pula berbetuk lisan (pada
wawancara). Karena kesamaan yang demikian itu, maka di sini kedua metode itu dibicarak
berurutan.
            Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang harus
diisi yang berdasarkan kepada sejumlah subjek, dan berdasarkan atas jawaban dan atau isian
itu penyelidik mengambil kesimpulan mengenai subjek yang diselidiki.

Angket sering digolong-golongkan sebagai berikut:


1.      Berdasarkan atas siapa yang harus menjawab atau yang mengisi angket itu, angket
dibedakan menjadi:
·         Angket langsung, yaitu kalau yang menjawab atau mengisi angket itu adalah subjek
yang diselidiki sendiri (bukan orang lain).
·         Angket tak langsung, yaitu kalau yang harus menjawab atau mengisi angket itu bukan
si subjek yang diselidiki sendiri melainkan orang lain.
2.      Berdasar atas bentuknya angket dibedakan menjadi:
·         Angket bentuk terbuka, yaitu kalau dalam angket itu belum dibatasi bagaimana
jawabannya.
·         Angket bentuk tertutup, yaitu kalau jawaban atau isian telah dibatasi atau ditentukan.
3.      Berdasar atas aspek-aspek kepribadian yang diselidiki dibedakan menjadi:

·         Angket umum, yaitu angket yang bertujuan untuk mendapatkan data yang selengkap
mungkin mengenai subjek yang diselidiki.
·         Angket khusus, yaitu angket yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai
gejala-gejala atau aspek-aspek kepribadian khusus.

            Dalam psikodiagnostik metode angket sering digunakan untuk tujuan mendapatkan
pedoman-pedoman umum untuk tindakan diagnostic selanjutnya. Dalam keadaan khusus,
angket sering dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum (psikografi) supaya dapat
mendapatkan kedudukan gejala khusus yang dihadapi pada tempat yang sebenarnya. Data-
data ini sering mempunyai nilai diagnostic yang tinggi.

C. Metode wawancara
            Wawancara adalah metode yang mendasarkan diri pada laporan verbal (verbal report)
di mana terdapat huvungan langsung antar si penyidik dan subjek yang diselidiki. Jadi dalam
metode ini ada “face to face relation” antara penyelidik dan yang diselidiki.
            Sedangkan menerut sundberg (1977) wawancara adalah “ interview is a sharing of
perspectives and information between to people metting together”. Jadi dalam wawancara
akan terjadi peretukaran pandangan dan informasi antara dua orang yang bertemu.[3]
            Jika dilihat dari tujuan wawancara dapat dibedakan menjadi 3 macam wawancara,
ialah sebagai berikut :
1.      Wawancara untuk aplikasi organisasi, industry (personal interview). Misalnya,
wawancara dalam seleksi calon karyawan pabrik.
2.      Wawancara untuk aplikasi klinis (clinical interview). Misalnnya wawancara riwayat,
keluhan dan riwayat hidup klien.
3.      Wawancara untuk aplikasi riset (research interview). Misalnya di bidang riset atau
survey.
Sedangkan menurut bentuknya dapat di golongkan menjadi 3 macam, yakni :
1.      Wawancara tak berstruktur atau bebas (non-struktured interview). Yaitu
wasancra di mana arah pembicaraan sekehendak, tidak terbimbing ke sesuatu tema pokok
tertentu.
2.      Wawancara berstruktur (structured interview). Yaitu wawancra di mana hal-hal
yang akan dibicarakan telah ditetentukan terlebih dahulu.
3.      Wawancara terarah. Merupakan synthese dari kedua bentuk wawancra yang telah
dibicarakan itu. Dimulai dengan bentuk tak berstruktur, selanjutnya diikuti oleh wawancara
berstruktur.
            Wawancara mempunyai peran penting dalam psikodiagnostik sebagai metode untuk
mendapatkan data maupun mencocokkan konstansiyang telah ditetapkan berdasar atas
metode-metode lain. Terutama dalam keadaan-keadaan di mana diperlukan perlakuan secara
individual , metode wawancara ini mempunyai peran yang sangat besar.

D. Riwayat Hidup
            Riwayat hidup atau latar belakang kehidupan  (life history), dapat sebagai suatu
proses perkembangan dalam jangka panjang yang terjadi dalam satu kurun waktu kehidupan
seseorang. Keinston dan Sunberg mengajukan tiga hal yang termasuk dalam riwayat hidup,
yakni sebagai berikut :
1.      Menelusuri tema hidup seseorang.
2.      Menelusuri sebab-sebab terjadinya gangguan psikis/keluhan (search of etiology).
3.      Menelusuri dugaan atau ramalan (prediksi).

Data riwayat hidup itu juga dapat diriset dengan metode :


1.      Metode longitudinal, ialah menelusuri latar belakang kehidupan subjek dalam kurun
waktu tertentu yang berturut-turut. Atau bisa juga di katakana bahwa metode longitudinal
adalah pendekatan dalam penelitian yang dilakukan dengan cara menyelidiki individu dalam
jangka waktu yang lama.[4]
2.      Metode kasus silang, ialah menelusuri latar belakang kehidupan subjek dalam satu
periode saja, kemudian dibandingkan dengan kriterium atau subjek lain dalam periode waktu
yang sama.
E. Metode Pengumpulan Bahan-Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan seseorang atau yang dihasilkan olehnya sebagai buah
karyanya, sering kali mempunyai nilai diagnostic yang penting.
            Bahan-bahan yang dapat dikumpulkan dan selanjutnya digunakan dalam diagnosis
psikologis itu secara garis besar dapat digolongkan demikian.
1.      alat-alat permainan
            Permainan sebagai metode penyelidikan bersangkutan langsung dengan observasi.
Biasanya si subjek dibiarkan atau disuruh melakukan permainan itu dan diobservasi
bagaimana dia melakukan permainana tersebut. Cara ini sering dipilih, karena dalam suasana
bermain itu jiwa si subjek yang diselidiki bebas, tanpa syak wasangka sehingga dia akan
bertingkah laku wajar. Akhir-akhir ini mulai dilakukan sebagai teknik terapi yang dasar
teoritisnya sebenarnya sama dengan psikodrama dan sosiodrama..
2.      hasil karya
            Hasil karya seseorang dapat dipandang sebagai pengabdian dari pada sebagian
tingkah lakunya, karena prestasi dihasilkan dari kegiatan. Karena itu hasil karya dapat dipakai
sebagai salah satu metode untuk mengungkap keadaan atau sifat-sifat psikis seseorang.
Beberapa diantara hasil karya yang banyak digunakan penyelidikan psikologis adalah : puisi,
prosa, gambaran, dan tulisan tangan.
            Dalam peraktek psikodiagnostik metode ini lebih boleh dikatakan hampi selalu hanya
sebagai pelengkap bagi metode-metode lain
F. Metode Biografis/Analisis Dokumen Pribadi
            Metode ini memang jarang dipakai dan hanya dipakai untuk kasus-kasus tertentu,
tetapi jika dipakai ada juga manfaatnya untuk menambah pengertian dan kejelasan mengenai
kepribadian subjek.
            Secara etimologis metode biografis adalah metode yang menggunakan bahan-bahan
yang berwujud tulisan mengenai kehidupan subjek yang diselidiki, baik tulisan itu di buat
oleh si subjek sendiri, maupun di buat oleh orang lain. Bahan-bahan biografis yang banyak
dipergunakan dalam penyelidikan adalah:
1.      Biografi, yaitu tulisan mengenai peri kehidupan yang di buat (di tulis) oleh orang lain
sering bermanfaat dalam pengungkapan kepribadian seseorang. Hanya saja kiranya mudah
dimengerti bahwa tulisan ini sangat dipengaruhi oleh sikap dan penilaian penulis terhadap
orang yang ditulis biografisnya.
2.      Otobiografi adalah biografi yang ditulis sendiri oleh subjek yang bersangkutan.
Kiranya mudah sekali di mengerti, bahwa entah dengan sengaja atau tidak, oaring akan
berusaha menyembunyikan kelemahan-kelemahannya dalam tulisan tersebut.
3.      Buku harian, biasanya berisikan ha-hal yang bersifat pribadi dan biasanya yang
dianggap rahasia oleh yang bersangkutan.
4.      Kenang-kenangan masa muda, ini kebanyakan dibuat oleh mereka yang telah
melewati setengah umur. Orang-orang yang telah merasa tua, yang menyadari bahwa akhir
hidupnya pada suatu ketika akan tiba juga, sering kali menoleh ke masa lampau (masa
mudanya). Kenang-kanangan yang demikian itu tentu dapat merupakan sumber data
penyelidikan psikologis yang sangat berharga.
5.      Case history, merupakan penggunaan berbagai sumber biografis dan masa lampau
untuk keperluan analisa sesuatu gejala. Berbagai sumber yang mungkin dapat ikut menerangi
sesuatu didalam yang sedang dihadapi (ditackle) itu dipergunakan.
            Bahan-bahan biografis biasanya merupakan pelengkap dan penyempurna. Bagi data
yang dipelengkap sampai dengan metode-metode lain. Secara routine, sebenarnya bahan-
bahan biografis itu selalu dibuthkan, hanya saja sering kali pencarian data tersebut tidak
sejauh yang telah dibicarakan di atas. Malah terkadang bisa hanya terbatas pada : tanggal
lahir, tempat asal, pendidikan. Dalam keadaan-keadaan dimana terdapat kelainan hampir
selalu diperlukan bahan-bahan biografis itu untuk lebih menerangi persoalannya.
G. Metode Test

            Tes berasal dari bahasa latin Testum, yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa
perancis kuno kata test berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak
dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti test menjadi lebih umum. Di dalam
lapangan psikologi kata test mula-mula digunakan oleh J.M. CATTEL pada tahun 1890, dan
sejak saat itu makin popular sebagai nama metode psikologis yang dipergunakan untuk
menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu daripada kepribadian.
            Test adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah
yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan
dan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standart testee yang lain[5]
Test psikologis sebagai alat pembanding atau “pengukur” supaya dapat menjalankan
fungsinya secara baik haruslah memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat test yang baik
itu adalah sebagai berikut :
1.      Test itu harus valid.
2.      Test itu harus reliable.
3.      Test itu harus di standardisasikan.
4.      Test itu harus obyektif.
5.      Test itu harus diskriminatif.
6.      Test itu harus comprehensive.
7.      Test itu harus mudah digunakan.

Anda mungkin juga menyukai