umum dan khusus. Secara umum terdapat nmetode observasi, angket dan wawancara. Secara
khusus terdapat metode biografi/riwayat hidup dan test. Selain itu kita juga akan membahas
metode-metode lainnya yang berhubungan dengan psikodiagnostik. Yakni :
A. Metode Observasi
observasi adalah kegiatan mengenali tingkah laku individu yang biasanya akan
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai penunjang informasi
mengenai klien.
Atau, metode observasi adalah metode serba sengaja dan sistematis mengamati
aktivitas individu lain.
Pendekatanyang sistematis dalam observasi dikelompokkan berdasarkan pertanyaan ini;
· Di mana observasi dilakukan?
· Apa yang diobservasi?
· Bagaimana observasi dilakukan?
· Bilamana observasi dilakukan?
Masalah apa yang diobservasi berhubungan dengan tingkah laku yang mana yang
akan diamati dan dicatat oleh observer. Untuk keperluan ini ada dua jenis observasi, ialah :
1. Observasi sampel peristiwa (even-sampling), yakni hanya mengamati mengamati
beberapa sampel tingkah laku pada saat tertentu.
2. Observasi sampel waktu (time sampling), yakni mencatat dan mengamati apa saja
yang dilakukan individu dalam waktu tertentu.
Selanjutnya mengenai bagaimana observasi itu dilakukan, maka dilihat dari posisi
observer dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni :
1. Observasi non-partisipan, disini posis observer sebagai penonton, semacam ada di
luar objek yang diamati. Observer tidak ikut serta dalam kegiatan individu yang di observasi.
Observasi benar-benar berfungsi sebagai penonton, pengamat dan mencatat tingkah laku
yang diobservasi. Atau bisa dikatakan juga, observasi di mana sipenyelidik (observer) tidak
ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh yang diobservasi. Jadi si penyelidik berlaku
sebagai penonton.[1]
2. Observasi partisipan, di sini posis observer turut serta dalam kegiatan individu yang
diobservasi. Cara ini untuk memperoleh tingkah laku individu yang alamiah atau wajar, tidak
dibuat-buat, tidak dilandasi oleh rasa curiga atau rasa sedang diamati. Atau, observasi dimana
si penyelidik ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diselidiki. Jadi disini
si penyelidik tidak berlaku sebagai penonton, melainkan sebagai pelaku atau peserta.[2]
3. Observasi dalam situasi eksperimental, pada dasarnya eksperimen adalah dengan
sengaja menimbulkan gejala tertentu untuk dapat diobservasi. Kecuali penimbulan gejala
dengan sengaja itu di dalam situasi eksperimental hal-hal yang harus diobservasi itu banyak
kali telah dipilih/ditentukan. Pengembanagn metode ini makin lama makin intensif karena
ternyata memang sangat beasr kegunaannya.
Jika dilihat dari segi pencatatan hasil-hasil observasi dapat dibagi menjadi dua
macam, yaitu :
1. Observasi dengan pencatatan langsung ( immediate recording ), artinya segera
setealah observasi dilakukan atau ketika pengamatan sedang berlangsung , observer membuat
catatan-catatan yang diperlukan.
2. Observasi dengan pencatatan retrospektif ( retrospective recording ), yaitu
pencatatan setelah observasi selesai.
Secara ringkas metode observasi dalam psikodiagnostik dapat dikatakan bahwa
umunya sebagai pelengkap atau pengontrol bagi metode-metode yang lain, namun kadang-
kadang peranannya begitu menonjol, sehingga dapat bersifat menentukan.
B. Metode Angket
Metode angket dan wawancara mempunyai persamaan dasar, yaitu keduaduanya
mendasarkan diri kepada data yang berwujud laporan (verbal report) dari subjek yang
diselidiki. Laporan itu dapat berbentuk tertulis (pada angket), dapat pula berbetuk lisan (pada
wawancara). Karena kesamaan yang demikian itu, maka di sini kedua metode itu dibicarak
berurutan.
Angket adalah daftar pertanyaan yang harus dijawab dan atau daftar isian yang harus
diisi yang berdasarkan kepada sejumlah subjek, dan berdasarkan atas jawaban dan atau isian
itu penyelidik mengambil kesimpulan mengenai subjek yang diselidiki.
· Angket umum, yaitu angket yang bertujuan untuk mendapatkan data yang selengkap
mungkin mengenai subjek yang diselidiki.
· Angket khusus, yaitu angket yang bertujuan untuk mendapatkan data mengenai
gejala-gejala atau aspek-aspek kepribadian khusus.
Dalam psikodiagnostik metode angket sering digunakan untuk tujuan mendapatkan
pedoman-pedoman umum untuk tindakan diagnostic selanjutnya. Dalam keadaan khusus,
angket sering dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum (psikografi) supaya dapat
mendapatkan kedudukan gejala khusus yang dihadapi pada tempat yang sebenarnya. Data-
data ini sering mempunyai nilai diagnostic yang tinggi.
C. Metode wawancara
Wawancara adalah metode yang mendasarkan diri pada laporan verbal (verbal report)
di mana terdapat huvungan langsung antar si penyidik dan subjek yang diselidiki. Jadi dalam
metode ini ada “face to face relation” antara penyelidik dan yang diselidiki.
Sedangkan menerut sundberg (1977) wawancara adalah “ interview is a sharing of
perspectives and information between to people metting together”. Jadi dalam wawancara
akan terjadi peretukaran pandangan dan informasi antara dua orang yang bertemu.[3]
Jika dilihat dari tujuan wawancara dapat dibedakan menjadi 3 macam wawancara,
ialah sebagai berikut :
1. Wawancara untuk aplikasi organisasi, industry (personal interview). Misalnya,
wawancara dalam seleksi calon karyawan pabrik.
2. Wawancara untuk aplikasi klinis (clinical interview). Misalnnya wawancara riwayat,
keluhan dan riwayat hidup klien.
3. Wawancara untuk aplikasi riset (research interview). Misalnya di bidang riset atau
survey.
Sedangkan menurut bentuknya dapat di golongkan menjadi 3 macam, yakni :
1. Wawancara tak berstruktur atau bebas (non-struktured interview). Yaitu
wasancra di mana arah pembicaraan sekehendak, tidak terbimbing ke sesuatu tema pokok
tertentu.
2. Wawancara berstruktur (structured interview). Yaitu wawancra di mana hal-hal
yang akan dibicarakan telah ditetentukan terlebih dahulu.
3. Wawancara terarah. Merupakan synthese dari kedua bentuk wawancra yang telah
dibicarakan itu. Dimulai dengan bentuk tak berstruktur, selanjutnya diikuti oleh wawancara
berstruktur.
Wawancara mempunyai peran penting dalam psikodiagnostik sebagai metode untuk
mendapatkan data maupun mencocokkan konstansiyang telah ditetapkan berdasar atas
metode-metode lain. Terutama dalam keadaan-keadaan di mana diperlukan perlakuan secara
individual , metode wawancara ini mempunyai peran yang sangat besar.
D. Riwayat Hidup
Riwayat hidup atau latar belakang kehidupan (life history), dapat sebagai suatu
proses perkembangan dalam jangka panjang yang terjadi dalam satu kurun waktu kehidupan
seseorang. Keinston dan Sunberg mengajukan tiga hal yang termasuk dalam riwayat hidup,
yakni sebagai berikut :
1. Menelusuri tema hidup seseorang.
2. Menelusuri sebab-sebab terjadinya gangguan psikis/keluhan (search of etiology).
3. Menelusuri dugaan atau ramalan (prediksi).
Tes berasal dari bahasa latin Testum, yaitu alat untuk mengukur tanah. Dalam bahasa
perancis kuno kata test berarti ukuran yang dipergunakan untuk membedakan emas dan perak
dari logam-logam yang lain. Lama kelamaan arti test menjadi lebih umum. Di dalam
lapangan psikologi kata test mula-mula digunakan oleh J.M. CATTEL pada tahun 1890, dan
sejak saat itu makin popular sebagai nama metode psikologis yang dipergunakan untuk
menentukan (mengukur) aspek-aspek tertentu daripada kepribadian.
Test adalah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah
yang harus dijalankan, yang berdasar atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-pertanyaan
dan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara
membandingkannya dengan standart testee yang lain[5]
Test psikologis sebagai alat pembanding atau “pengukur” supaya dapat menjalankan
fungsinya secara baik haruslah memenuhi syarat tertentu. Adapun syarat-syarat test yang baik
itu adalah sebagai berikut :
1. Test itu harus valid.
2. Test itu harus reliable.
3. Test itu harus di standardisasikan.
4. Test itu harus obyektif.
5. Test itu harus diskriminatif.
6. Test itu harus comprehensive.
7. Test itu harus mudah digunakan.