Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS


TUNALARAS

Disusun Oleh

KELOMPOK 3

CINDY PRATIWI(171434244) SUMIATI (171434150)


KHAIRUNNISA(171434250) MELA MELATI( 171434071)
SRI WAHYUNI(171434083) MEGA MUTIA ( 171434267)

DOSEN PENGAMPU : SHAVRENI OKTADI PUTRI, S.Psi, M.Psi

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL WASHLIYAH

TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Pendidikananakberkebutuhankhusus”.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan
dan wawasan kita semua tentangpenjelasanmengenaituna laras dan lain lain.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh


dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini . Kami berharap
semogamakalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi
kami khususnya .
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR                                                                              i

DAFTAR ISI                                                                                             ii

BABI      PENDAHULUAN                                                                     1

1.         Latar Belakang Masalah                                                                  1

2.         Rumusan Masalah                                                                            1

3.         Tujuan Penulisan                    .                                                          1

BABII     PEMBAHASAN                                                                         2 

1.  Pengertian anak tunalaras                                                                      2

2. Klasifikasi tuna laras                                                                               3

3. Ciri-ciridankarakteristik anak tuna laras                                              4

4. Faktor–faktorpenyebab ketunalarasan                                                 6 

BAB III   PENUTUP                                                                                  8

1.         Kesimpulan                                                                                        8

2.         Saran                                                                                                   8

DAFTAR PUSTAKA                                                                                9
BAB I 
PENDAHULUAN

1.    Latar Belakang

Anaktunalarasbiasadisebutsebagaianaknakal,
akantetapianaktersebutbukansepertiumumnya orang tau,
terdapatbanyakfaktorterjadinyaanak tuna laras yang kerapmembuat guru
maupun orang tuasedikitkewalahanmenghadapinya

2.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas kami merumuskar beberapa masalah


yaitu diantaranya :

1. Apakahpengertian tuna laras


2. Bagaimanakahmenanganianak tuna laras

3.    Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan adalah :

1.    Menyelesaikan tugas mata kuliahpendidikananakberkebutuhankhusus

2.    Menambah wawasan mengenai tuna laras


BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANAK TUNALARAS

Istilah resmi “tunalaras” baru dikenal dalam dunia Pendidikan Luar


Biasa (PLB). Istilah tunalaras berasal dari kata “tuna” yang berarti kurang
dan “laras” berarti sesuai. Jadi, anak tunalaras berarti anak yang bertingkah
laku kurang sesuai dengan lingkungan. Perilakunya sering bertentangan
dengan norma-norma yang terdapat di dalam masyarakat tempat ia berada.

Penggunaan istilah tunalaras sangat bervariasi berdasarkan sudut


pandang tiap-tiap ahli yang menanganinya, seperti halnya pekerja sosial
menggunakan istilah social maladjustment terhadap anak yang melakukan
penyimpangan tingkah laku. Para ahli hukum menyebutnya dengan juvenile
delinquency. Dalam Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1991 disebutkan
bahwa tunalaras adalah gangguan atau hambatan atau kelainan tingkah laku
sehingga kurang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Sementara itu masyarakat lebih
mengenalnya dengan istilah anak nakal. Seperti halnya istilah, definisi
mengenai tunalaras juga beraneka ragam.

Berbagai definisi yang diadaptasi oleh Lynch dan Lewis (1988) adalah
sebagai berikut.

1. Public Law 94-242 (Undang-undang tentang PLB di Amerika Serikat)


mengemukakan pengertian tunalaras dengan istilah gangguan emosi, yaitu
gangguan emosi adalah suatu kondisi yang menunjukkan salah satu atau
lebih gejala-gejala berikut dalam satu kurun waktu tertentu dengan tingkat
yang tinggi yang mempengaruhi prestasi belajar:

a. ketidakmampuan belajar dan tidak dapat dikaitkan dengan faktor


kecerdasan, pengindraan atau kesehatan;
b. ketidakmampuan menjalin hubungan yang menyenangkan teman dan
guru;

c. bertingkah laku yang tidak pantas pada keadaan normal;

d. perasaan tertekan atau tidak bahagia terus-menerus;

e. cenderung menunjukkan gejala-gejala fisik seperti takut pada masalah-


masalah sekolah.

2. Kauffman (1977) mengemukakan bahwa penyandang tunalaras adalah


anak yang secara kronis dan mencolok berinteraksi dengan lingkungannya
dengan cara yang secara sosial tidak dapat diterima atau secara pribadi tidak
menyenangkan tetapi masih dapat diajar untuk bersikap yang secara sosial
dapat diterima dan secara pribadi menyenangkan.

3. Sechmid dan Mercer (1981) mengemukakan bahwa anak tunalaras adalah


anak yang secara kondisi dan terus menerus menunjukkan penyimpangan
tingkah laku tingkat berat yang mempengaruhi proses belajar meskipun
telah menerima layanan belajar serta bimbingan, seperti anak lain.
Ketidakmampuan menjalin hubungan baik dengan orang lain dan gangguan
belajarnya tidak disebabkan oleh kelainan fisik, saraf atau inteligensia.

4. Nelson (1981) mengemukakan bahwa tingkah laku seorang murid


dikatakan menyimpang jika:

a. menyimpang dari perilaku yang oleh orang dewasa dianggap normal


menurut usia dan jenis kelaminnya;

b. penyimpangan terjadi dengan frekuensi dan intensitas tinggi;

c. penyimpangan berlangsung dalam waktu yang relatif lama.


Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membuat
definisi atau batasan mengenai tunalaras sangatlah sulit karena definisi
tersebut harus menggambarkan keadaan anak tunalaras secara jelas.
Beberapa komponen yang penting diperhatikan adalah:

1. adanya penyimpangan perilaku yang terus-menerus menurut norma yang


berlaku sehingga menimbulkan ketidakmampuan belajar dan penyesuaian
diri;

2. penyimpangan itu tetap ada walaupun telah menerima layanan belajar


serta bimbingan.

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam


mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku di sekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal maupun faktor eksternal (pengaruh
dari lingkungan sekitar)nya.

B. KLASIFIKASI TUNA LARAS

Secara garis besar anak tunalaras dapat diklasifikasikan menjadi anak yang
mengalami kesukaran dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
dan anak yang mengalami gangguan emosi. Sehubungan dengan
itu, William M.C (1975) mengemukakan kedua klasifikasi tersebut antara
lain sebagai berikut:

1. Anak yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan


lingkungan sosial

1. The Semi-socialize child, anak yang termasuk dalam


kelompok ini dapat mengadakan hubungan sosial tetapi terbatas pada
lingkungan tertentu. Misalnya: keluarga dan kelompoknya. Keadaan
seperti ini datang dari lingkungan yang menganut norma-norma
tersendiri, yang mana norma tersebut bertentangan dengan norma yang
berlaku di masyarakat. Anak menjadi selalu merasakan ada suatu masalah
dengan lingkungan di luar kelompoknya.
1. Children arrested at a primitive level of socialization,
anak pada kelompok ini dalam perkembangan sosialnya, berhenti pada
level atau tingkatan yang rendah. Mereka adalah anak yang tidak
pernah mendapat bimbingan ke arah sikap sosial yang benar dan
telantar dari pendidikan, sehingga ia melakukan apa saja yang
dikehendakinya. Hal ini disebabkan karena tidak adanya perhatian dari
orang tua yang mengakibatkan perilaku anak di kelompok ini
cenderung dikuasai oleh dorongan nafsu saja. Meskipun demikian
mereka masih dapat memberikan respon pada perlakuan yang ramah.

2. Children with minimum socialization capacity, anak


kelompok ini tidak mempunyai kemampuan sama sekali untuk belajar
sikap-sikap sosial. Hal ini disebabkan oleh pembawaan/kelainan atau
anak tidak pernah mengenal hubungan kasih sayang sehingga anak
pada golongan ini banyak bersikap apatis dan egois.
2. Anak yang mengalami gangguan emosi, terdiri dari:
1. Neurotic behavior, anak pada kelompok ini masih bisa
bergaul dengan orang lain akan tetapi mereka mempunyai masalah
pribadi yang tidak mampu diselesaikannya. Mereka sering dan mudah
dihinggapi perasaan sakit hati, perasaan cemas, marah, agresif, dan
perasaan bersalah. Di samping itu, terkadang mereka melakukan tindakan
lain seperti mencuri dan bermusuhan. Anak seperti ini biasanya dapat
dibantu dengan terapi seorang konselor. Keadaan neurotik ini biasanya
disebabkan oleh sikap keluarga yang menolak atau sebaliknya, terlalu
memanjakan anak serta pengaruh pendidikan yaitu karena kesalahan
pengajaran atau juga adanya kesulitan belajar yang berat.
2. Children with psychotic processes, anak pada kelompok ini
mengalami gangguan yang paling berat sehingga memerlukan
penanganan yang lebih khusus. Mereka sudah menyimpang dari
kehidupan yang nyata, sudah tidak memiliki kesadaran diri serta tidak
memiliki identitas diri. Adanya ketidaksadaran ini disebabkan oleh
gangguan pada sistem saraf sebagai akibat dari keracunan,
misalnya minuman keras dan obat-obatan.

C. CIRI-CIRI DAN KARAKTERISTIK ANAK TUNA LARAS

Mengalami gangguan perilaku :


1. Berkelahi, memukul menyerang
2. Pemarah
3. Pembangkang
4. Suka merusak
5. Kurang ajar, tidak sopan
6. Penentang, tidak mau bekerjasama
7. Suka menggangu
8. Suka ribut, pembolos
9. Mudah marah, Suka pamer
10. Hiperaktif, pembohong
11. Iri hati, pembantah
12. Ceroboh, pengacau
13. Suka menyalahkan orang lain
14. Mementingkan diri sendiri
Mengalami kecemasan dan menyendiri:
1. Cemas
2. Tegang
3. Tidak punya teman
4. Tertekan
5. Sensitif
6. Rendah diri
7. Mudah frustasi
8. Pendiam
9. Mudah bimbang
Anak yang kurang dewasa
1. Pelamun
2. Kaku
3. Pasif
4. Mudah dipengaruhi
5. Pengantuk
6. Pemborosan
Anak yang agresif bersosialisasi
1. Mempunyai komplotan jahat
2. Berbuat onar bersama komplotannya
3. Membuat genk
4. PSuka diluar rumah sampai larut
5. Bolos sekolah
6. Pergi dari rumah
Selain karakteristik diatas, berikut ini karakteristik yang berkaitan dengan
segi akademik, sosial/ emosional dan fisik/ kesehatan anak tunalaras.

Karakteristik Akademik:
Kelainan perilaku mengakibatkan penyesuaian sosial dan sekolah yang
buruk. Akibatnya, dalam belajarnya memperlihatkan ciri-ciri sebagai
berikut:

 Hasil belajar dibawah rata-rata


 Sering berurusan dengan guru BK
 Tidak naik kelas
 Sering membolos
 Sering melakukan pelanggaran, baik di sekolah maupun di
masyarakat, dll.
Karakteristik Sosial/ Emosional:
Karakteristik sosial/emosional tunalaras dapat dijelaskan sebagai berikut:

KarakteristikSosial

1) Masalah yang menimbulkan gangguan bagi orang lain:


 Perilaku itu tidak diterima masyarakat, biasanya melanggar
norma budaya
 Perilaku itu bersifat menggangu, dan dapat dikenai sanksi oleh
kelompok sosial
2) Perilaku itu ditandai dengan tindakan agresif yaitu:

 Tidak mengikuti aturan


 Bersifat mengganggu
 Bersifat membangkang dan menentang
 Tidak dapat bekerjasama
3) Melakukan tindakan yang melanggar hukum dan kejahatan remaja

 Karakteristik Emosional
 Hal-hal yang menimbulkan penderitaan bagi anak, misalnya
tekanan batin dan rasa cemas
 Ditandai dengan rasa gelisah, rasa malu, rendah diri, ketakutan
dan sifat perasa/sensitif

D.  FAKTOR–FAKTOR PENYEBAB KETUNALARASAN

Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal


yaitu pengaruh dari  lingkungan sekitar. Menurut T.Sutjihati Somantri,
(2007 : 139) “ Anak tunalaras sering juga disebut anak tunasosial karena
tingkah laku anak ini menunjukkan penentangan terhadap norma-norma
sosial masyarakat yang berwujud seperti mencuri, mengganggu, dan
menyakiti orang lain.”

Perkembangan yang terjadi pada diri anak tunalaras, tidak jauh berbeda
dengan anak-anak yang tidak memiliki ketunalarasan. Hanya saja akibat dari
gangguan emosi yang ia miliki, berpengaruh terhadap segi kognitif,
kepribadian, dan sosial anak. Dimana pada segi kognitif anak kehilangan
minat dan konsentrasi belajar, dan beberapa anak mempunyai
ketidakmampuan bersaing dengan teman-temannya.
1. Kondisi / Keadaan Fisik : Disfungsi kelenjar endokrin
merupakan salah satu penyebab timbulnya kejahatan. Kelenjar
endokrin ini mengeluarkan hormone yang mempengaruhi
tenaga seseorang. Bila secara terus menerus fungsinya
mengalami gangguan, maka dapat berakibat terganggunya fisik
dan mental seseorang sehingga akan berpengaruh terhadap
perkembangan wataknya.
2. Masalah Perkembangan : Di dalam menjalani setiap fase
perkembangan individu, sulit untuk terhindar dari berbagai
konflik. Konflik emosi ini terutama terjadi pada masa kanak–
kanak dan masa pubertas. Jiwa anak yang masih labil pada masa
ini banyak mengandung resiko berbahaya, jika kurang mendapat
bimbingan dan pengarahan dari orang dewasa maka akan
mudah terjerumus pada tingkah laku menyimpang.
3. Lingkungan Kerja : Keluargalah peletak dasar perasaan aman
( emotional security ) pada anak, dalam keluarga pula anak
memperoleh pengalaman pertama mengenai perasaan dan sikap
sosial. Beberapa aspek yang terdapat dalam lingkungan
keluarga yang berkaitan dengan masalah gangguan emosi dan
tingkah laku : kasih sayang dan perhatian, keharmonisan
keluarga, kondisi ekonomi.
4. Lingkungan Sekolah : Sekolah merupakan tempat pendidikan
yang kedua bagi anak setelah keluarga. Tanggung-jawab
sekolah tidak hanya sekadar membekali anak didik dengan
sejumlah ilmu pengetahuan, akan tetapi sekolah juga
bertanggungjawab membina kepribadian anak didik sehingga
menjadi seorang dewasa yang bertanggungjawab baik terhadap
dirinya maupun terhadap lingkungan masyarakat yang luas.
Timbulnya gangguan tingkah laku antara lain berasal dari guru
dan fasilitas pendidikan.
5. Lingkungan Masyarakat : salah satu hal yang nampak
mempengaruhi pola perilaku anak dalam lingkungan sosial
adalah keteladanan, yaitu meniru perilaku orang lain. Di
samping pengaruh–pengaruh yang bersifat positif, di dalam
lingkungan masyarakat juga terdapat banyak sumber yang
merupakan pengaruh negatif yang dapat memicu munculnya
perilaku menyimpang.

Kelainan tingkah laku yang dialami anak tunalaras mempunyai dampak


negatif baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sosialnya. Salah satu
dampak serius yang mereka alami adalah tekanan batin berkepanjangan
sehingga menimbulkan perasaan merusak diri mereka sendiri. Menghadapi
keadaan diatas, kita hendaknya dapat mempengaruhi lingkungan mereka,
mengajar dan menguatkan keterampilan sosial antar pribadi yang lebih
efektif, serta menghindarkan mereka dari ketergantungan dan penguatan
ketakberdayaan. Bahwa perilaku menyimpang pada anak tunalaras
merugikan lingkungannya kiranya sudah jelas dan seringkali orang tua
maupun guru merasa kehabisan akal menghadapi anak dengan gangguan
perilaku seperti ini. Salah satu contoh, kita sering mendengar anak
delinkwensi. Sebenarnya anak delinkwensi merupakan salah satu bagian
anak tunalaras dengan gangguan karena social perbuatannya menimbulkan
kegoncangan ketidak-bahagiaan/ketidak-tentraman bagi masyarakat.
Perbuatannya termasuk pelanggaran hukum seperti perbuatan mencuri,
menipu, menganiaya, membunuh, mengeroyok, menodong, mengisap ganja,
anak kecanduan narkotika, dan sebagainya.

E. DAMPAK BELAJAR BAGI ANAK TUNA LARAS

Anak tuna
larasmemilikisifatpendiammenyendiritidakmemilikitemanolehkarenaituanak
tunalarassulitmenjadisiswa yang aktifdidalamkelas.

Anak tuna larasjuga terlalu mempersoalkan kekurangan diri, sering minta


maaf, takut tampil di muka umumterutamadidalamkelas, takut bicara dan
sebagainya.Mengeluh dengan nada nasib malang.Segan melakukan hal-hal
yang baru atau yang dapat mengungkapkan kekurangannya.Selalu ingin
sempurna, tidak puas dengan apa yang telah diperbuat.Sikap introvert (lebih
banyak mengarahkan perhatian kepada diri sendiri).

Adapun rasa harga diri kurang yang tersembunyi, antara lain:

Bernada murung, cepat merasa tersinggung.Merasa tidak enak badan,


sakit buatan, dan sebagainya.Berpura-pura lebih dari orang lain:
menonjolkan diri, bicara lantang, merendahkan orang lain.Membuat
kompensasi.Menjalankan perbuatan jahat.

F. METODE PEMBELAJARAN UNTUK TUNALARAS

Menurut Spodek (Soemiarti, 2003: 102), bermain merupakan suatu


fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikolog ahli
filsafat dan banyak orang lagi sejak beberapa dekade yang lalu. Mereka
tertantang untuk lebih memahami arti bermain dikaitkan dengan tingkah
laku manusia.
Bermain benar-benar merupakan pengertian yang sulit dipahami karena 
muncul dalam beraneka ragam bentuk. Bermain itu sendiri bukan hanya
tampak pada tingkah laku anak tetapi pada usia dewasa bahkan bukan hanya
pada manusia
Para pendidik menyadari bahwa  bermain adalah  suatu kegiatan  yang
sangat penting bagi anak-anak usia muda. Melalui metode Bermain
menjadikan cara/jalan bagi anak untuk mengungkapkan hasil pemikiran,
perasaan serta cara mereka menjelajahi dunia lingkungannya.
Dengan metode bermain juga membantu  anak dalam menjalin hubungan
sosial antar anak. Dengan demikian para guru sebaiknya menyadari akan
kegiatan bermain anak khususnya kegiatan bermain  yang  hendak
ditingkatkan.  Melalui  kegiatan  bermain  tertentu, guru dapat
meningkatkan mutu pendidikan melalui kegiatan bermain di sekolah.
(Soemiarti, 2003: 112)
Kegiatan bermain ini memang sangat penting pada masa kanak-kanak.
Anak  yang  berperilaku  agresif  juga  penting  untuk  melakukan  kegiatan
bermain. Di samping perkembangan kognitif mereka mengalami hambatan
diharapkan dalam menyampaikan pengajaran yang dibungkus pada kegiatan
bermain dapat membantu anak berperilaku agresif mengembangkan potensi
kemampuan kognitifnya.
Di sekolah, peranan guru sangat penting dalam mengembangkan tiap
potensi anak. Ketika seorang guru tersadar bahwa kegiatan bermain ini
sangatlah penting bagi  perkembangan anak. Maka guru  akan  menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan seperti kegiatan bermain.
Jenis permainan bagi anak tunalaras khususnya yang berperilaku agresif
harus disesuaikan dengan minat dan bakat anak. Permanian bagi anak
berperilaku agresif sebaiknya diarahkan sasaran terapi untuk mereka, antara
lain: permainan aktif secara fisik dengan menggunakan alat/tanpa alat.
(Ellah Siti Chalidah, 2005: 227)

BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkanpenjelasanmengenai tuna larasmakadapatdisimpulkanbahwa


tuna larasadalahberarti anak yang bertingkah laku kurang sesuai dengan
lingkungan. Perilakunya sering bertentangan dengan norma-norma yang
terdapat di dalam masyarakat tempat ia berada.

B. Saran

Penulisan makalah yang berjudul "Anak Berkebutuhan Khusus Tuna Laras"


ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, besar harapan
penulis kepada pembaca untuk mengkritisi makalah ini, baik dari segi isi
maupun dari segipenulis makalah.
Selanjutnya, mudah mudahan makalah ini dapat dimanfaatkan olrh semua
pembaca. Atas kritik dan saran dari pembaca, penulisucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

https://beritamadani.co.id/2016/11/08/anak-dengan-tuna-laras-sebutan-bagi-
anak-anak-nakal/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tunalaras

http://taufikfatur.blogspot.com/2015/11/pengertian-anak-tunalaras.html?
m=1

https://ycaitasikmalaya46111.wordpress.com/konseling-abk/pendidikan-
khusus/tunalaras/
https://meenta.net/metode-bermain-pada-tunalaras/

Anda mungkin juga menyukai