Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALASEKOLAH

TERHADAP KINERJA GURU


DI SAENGPRATHIP WITTAYA MULNITI SCHOOL (MA’HAD AT-
TARBIYAH AD-DINIYAH)

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan aspek yang tidak bisa terlepas dari semua

sendi kehidupan manusia, baik pendidikan dalam arti makro maupun

pendidikan dalam arti mikro, karena setiap individu manusia mengalami

proses pendidikan. Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa

pendidikan memegang peranan dalam menyediakan sumberdaya manusia

yang berkualitas, bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya pembangunan.

Secara lebih arif dapat dikatakan bahwa pendidikan yang bermutu dapat

menghasilkan kualitas pendidikan yang bermutu. Melalui pendidikan dapat

dikembangkan juga kemampuan pribadi, daya fikir, dan tingkah laku yag

lebih baik. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, yang menyebutkan bahwa: “Pendidikan nasional

bertujuan untuk mengembangkan pengembangan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.1

Dari pengertian di tersebut, memberikan pandangan bahwa

pendidikan harus diarahkan untuk menghasilkan kualitas manusia yang

1
Republik Indonesia,Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Cet. V; Jakarta : Sinar Grafika,2013) Hal. 3

1
mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur.Untuk

mencapai tujuan tersebut, banyak hal yang saling berkaitan selain komponen-

komponen yang memang terdapat dalam sistem pendidikan itu sendiri.Salah

satu komponen penting untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah

kepala sekolah.

Perbaikan kualitas pendidikan tidak terlepas dari peran kepala

sekolah sebagai pemegang kebijakan yang mampu menciptakan iklim kerja

yang kondusif dan kepala sekolah juga merupakan motor penggerak bagi

semua sumber daya sekolah. Secara lebih spesifik kepala sekolah dituntut

untuk mampu menggerakkan guru secara efektif, membina hubungan baik

antara warga sekolah agar tercipta suasana yang kondusif, menggairahkan,

produktif, kompak serta mampu melaksanakan perencanaan, pelaksanaan,

dan pengevaluasian terhadap berbagai kebijakan dan perubahan yang

dilakukan secara efektif dan efisien yang semua diarahkan untuk

menghasilkan produk atau lulusan yang berkualitas.

Keberhasilan dalam upaya pengembangan kinerja guru juga sangat

ditentukan oleh kepala sekolah mulai dari merencanakan, melaksanakan,

mengawasi atau mengendalikan serta menyelaraskan semua sumber daya

pendidikan. Guru mempunyai peranan dalam mentransformasikan input

pendidikan sehingga menghasilkan output yang baik tentunya dengan proses

yang baik seperti kegiatan belajar yang sesuai dengan kurikulum, dan adanya

kompetensi dari guru, sehingga diharapkan adanya peningkatan kualitas

2
dalam proses belajar mengajar. Hal ini berarti, pendidikan yang baik dan

unggul tetap akan bergantung pada kondisi kompetensi guru.

Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat ditentukan oleh

keberhasilan kepala sekolah dalam mengelola tenaga kependidikan yang

tersedia di sekolah.Kepala sekolah merupakan salah satu komponen

pendidikan yang berpengaruh dalam meningkatkan kinerja guru.Kepala

sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan,

administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan

pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana. Hal tersebut

menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas

kepala sekolah, yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif

dan efisien.2

Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi yang sangat berpengaruh

dan menentukan kemajuan sekolah harus memiliki kemampuan administrasi,

memiliki komitmen tinggi, dan luwes dalam melaksanakan

tugasnya.Kepemimpinan kepala sekolah yang baik harus dapat

mengupayakan peningkatan kinerja guru melalui program pembinaan

kemampuan tenaga kependidikan.Oleh karena itu kepala sekolah harus

mempunyai kepribadian atau sifat-sifat dan kemampuan serta keterampilan-

keterampilan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan.Dalam perannya

sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus dapat memperhatikan

2
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK.
(Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), Hal. 25

3
kebutuhan dan perasaan orang-orang yang bekerja sehingga kinerja guru

selalu terjaga.3

Dalam pelaksanaan tugas mendidik, guru memiliki sifat dan perilaku

yang berbeda, ada yang bersemangat dan penuh tanggung jawab, juga ada

guru yang dalam melakukan pekerjaan itu tanpa dilandasi rasa tanggung

jawab, selain itu juga ada guru yang sering membolos, datang tidak tepat pada

waktunya dan tidak mematuhi perintah. Kondisi guru seperti itulah yang

menjadi permasalahan di setiap lembaga pendidikan formal. Dengan adanya

guru yang mempunyai kinerja rendah, sekolah akan sulit untuk mencapai

hasil seperti yang diharapkan oleh guru.4

Ada beberapa hal yang menjadi fenomena di dunia pendidikan

dewasa ini sehingga menghambat tercapainya tujuan pendidikan sebagaimana

yang diharapkan. Dari hasil observasi awal yang peneliti lakukan di SD

Negeri 33/5 Mattoangin, fenomena yang terjadi antara lain; (1) sampai

sekarang bidang pendidikan masih belum profesional, hal ini ditandai dengan

masih banyaknya guru honorer yang mengajar bukan bidangnya serta peran

kepala sekolah yang kurang maksimal (2) kinerja guru honorer yang masih

rendah disebabkan kurang sistem pengontrolan kepala sekolah, (3) dan kepala

sekolah yang kurang mengetahui cara memimpin sekolah yang efektif

sehingga kinerja guru honorer bisa lebih meningkat.

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul: “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah terhadap


3
A.L Hartani, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: LaksBang, 2011), Hal. 30
4
Sardiman.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005)
Hal. 26

4
Kinerja Guru Di Saengprathip Wittaya Mulniti School (Ma’had At-Tarbiyah

Ad-Diniyah)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

masalah yang muncul dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kepemimpinan kepala sekolah di Saengprathip

Wittaya Mulniti School ((Ma’had At-Tarbiyah Ad-Diniyah) ?

2. Bagaimana gambaran kinerja guru di Saengprathip Wittaya Mulniti School

(Ma’had At-Tarbiyah Ad-Diniyah) ?

3. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan kepemimpinan kepala sekolah

terhadap kinerja guru di Saengprathip Wittaya Mulniti School (Ma’had

At-Tarbiyah Ad-Diniyah) ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis :

1. Pengaruh kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru di

sekolah Saengprathip Wittaya Mulniti School (Ma’had At-Tarbiyah

Ad-Diniyah).

2. Model kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru sekolah

Saengprathip Wittaya Mulniti School (Ma’had At-Tarbiyah Ad-

Diniyah).

5
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada pihak-pihak yang

berhubungan dengan proses pendidikan, antara lain :

1. Bagi para guru, penelitian ini diharapkan memberi gambaran

bagaimana pentingnya menempatkan diri sebagai seorang pendidik

yang mampu memberi teladan dalam rangka memaksimalkan setiap

potensi yang dimiliki para siswanya.

2. Bagi orang tua, penelitian ini menyajikan sebuah kajian mendalam dan

bermanfaat tentang arti penting keluarga, khususnya kedua orang tua

yang bagi perkembangan kepribadian seorang anak.

3. Bagi para praktisi dan pengelola lembaga pendidikan, penelitian ini

setidaknya dapat dijadikan sebagai referensi untuk mengembangkan

manajemen lembaganya masing-masing

4. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

sumber informasi untuk melakukan penelitian di tempat lain.

5. Khusus bagi pengelola SMP NU Gayam Sumenep, hasil yang tersajikan

dalam penelitian ini nantinya merupakan kondisi nyata yang ada pada

lembaga bersangkutan. Sehingga diharapkan dapat dijadikan sebagai

salah satu acuan pengelolaan lembaga ke depan.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara

terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah

6
sehingga harus diuji secara empiris (hipotesis berasal dari kata hypo yang

berarti di bawah dan thesa yang berarti kebenaran). Pernyataan atau

dugaan tersebut disebut proposisi. Dalam penelitian ini penulis dapat

memberikan hipotesa yaitu adanya pengaruh pendidikan dalam keluarga

dan kompetensi guru terhadap karakter peserta didik.

F. Definisi Oprasional

1. Pengaruh

Pengaruh adalah daya yang timbul oleh sesuatu, bisa berupa

orang, benda dan sebagainya yang ikut membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang (Depdiknas, 2007:849).

2. Pendidikan

Dalam kajian dan pemikiran tentang pendidikan, terlebih

dahulu perlu diketahui 2 istilah yang hampir sama bentuknya dan

sering dipergunakan dalam dunia pendidikan, yaitu: pedagogi dan

pedagoik. Pedagogi berarti “pendidikan” sedangkan pedagogik artinya

“ilmu pendidikan”. Dalam pengertian yang sederhana dan umum,

makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun

rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan

kebudayaan (Ihsan, 2011: 1).

3. Keluarga (Orang Tua)

Orang tua adalah pihak yang paling dekat dengan anak

sehingga kebiasaan dan segala tingkah laku yang terbentuk dalam

7
keluarga menjadi contoh dan dengan mudah ditiru (Wibowo, 2012:

120).

4. Kompetensi Guru

Ada empat Kompetensi guru Berdasarkan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 10 ayat

(1) menyatakan bahwa “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

diperoleh melalui pendidikan profesi”.

a. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan pemahaman

terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan personal yang

mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak

mulia. Sub kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi.

c. Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional adalah penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup

8
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan

substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan

terhadap struktur dan metodologi keilmuannya.

d. Kompetensi Sosial

Kompetensi Sosial adalah kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,

tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat

sekitar.

5. Karakter Peserta Didik

Menurut Kemendiknas (2010), karakter adalah watak, tabiat, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai

kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan

untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (Wibowo, 2012:

35). Pendidikan Karakter adalah pendidikan yang mengembangkan

nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka

memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan

nilai-nilai tersebut, dan warga negara yang religius, nasionalis,

produktif dan kreatif (Wibowo, 2012: 35).

G. Penelitian terdahulu

Untuk mendukung kerangka berfikir yang akan disusun penulis,

maka peneliti menyajikan jurnal - jurnal hasil penelitian sebelumnya

9
yang relevan sebagai referensi dalam melaksanakan penelitian. Jurnal hasil

penelitian terdahulu yang relevan sebagai penguat dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Trivianingrum (2008) dengan judul “Pengaruh Motivasi metode

pembelajaran, lingkungan keluarga, dan Lingkungan sekolah terhadap

prestasi belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas X SMA Ma'arif

Karanganyar Kabupaten Purbalingga”. Dalam penelitian ini

menyatakan bahwa, motivasi berpengaruh secara langsung terhadap

prestasi belajar sebesar 29.9%. Metode pembelajaran berpengaruh

secara langsung terhadap prestasi belajar sebesar 23.2% dan tidak

langsung sebesar 6.94% sehingga total pengaruhnya sebesar 30.14%.

Lingkungan keluarga berpengaruh secara langsung terhadap prestasi

belajar sebesar 20.4% dan tidak langsung sebesar 6.09% sehingga

total pengaruhnya sebesar 26.49%. Lingkungan sekolah berpengaruh

secara langsung sebesar 22% dan tidak langseng sebesar 6.58%

sehingga total pengaruhnya sebesar 28.58%.

2. Asih Widimulyani (2008) dengan judul “Pengaruh Kompetensi

Profesional dan kompetensi Pedagogik guru Akuntansi terhadap

Prestasi belajar siswa mata pelajaran Diklat Akuntasi pada SMA se-

Kabupaten Kudus”. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa,

Kompetensi profesionalisme guru berpengaruh terhadap prestasi

belajar akuntansi sebesar 18.06% sedangkan kompetensi pedagogik

berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi sebesar 16.24%.

10
3. Rasista Damayanti (2011) dengan judul “Pengaruh Motivasi, cara

belajar, lingkumgan keluarga dan lingkungan sekolah terhadap hasil

belajar mata pelajarn Akuntansi Kelas XI IPS di SMA Negeri 8

Purworejo”. Dalam penelitian ini menyatakan bahwa, Terdapat

pengaruh langsung antara cara belajar terhadap hasil belajar akuntansi

sebesar 25%, lingkungan sekolah terhadap hasil belajar akuntansi

26%, motivasi belajar tethadap hasil belajar akuntansi sebesar 27%

dan ada pengaruh tidak langsung antara cara belajar dan lingkungan

keluarga terhadap hasil belajar akuntansi melalui motivasi dan

lingkungan keluarga terhadap hasil belajar akuntansi dengan melalui

motivasi sebagai variabel intervening.

Hasil penelitian terdahulu yang dimaksudkan untuk memberi

gambaran awal dari penelitian sekaligus sebagai penguat terhadap variabel

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Hasil Penelitian terdahulu

sebagian besar menyatakan bahwa variabel kompetensi guru, motivasi,

lingkungan sekolah dan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap

prestasi belajar siswa, sehingga terdapat relevansi dengan penelitian yang

akan dilakukan penulis. Relevansi yang dimaksud adalah keterkaiatan

antara penelitian yang telah dilaksanakan dengan penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis.

H. Kajian Pustaka

1. Pengertian Pendidikan Karakter

a. Makna Pendidikan

11
Istilah pendidikaan berasal dari kata didik yang

memberinya awalan “pe” dan akhiran “kan” mengandung arti

perbuatan (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula

berasal dari bahasa Yunani, yaitu paedagogie, yang berarati

bimbingan yang diberikan kepada anak (Wibowo, 2012: 17).

Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

No.20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

b. Makna Karakter

Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani “karraso” yang

berarti ‘cetak biru’, ‘format dasar’, ‘sidik’ seperti dalam sidik jari.

M Furqon Hidayatullah mengutip pendapatnya Rutland (2009:1)

mengemukakan bahwa karakter berasal dari akar kata bahasa Latin

yang berarti “dipahat” (Asmani, 2011: 27). Jika ditelusuri, kata

karakter dalam bahasaIndonesia berasal dari bahasa Inggris

character yang berasal dari bahasa Latin “kharassein”, “kharax”

yang berarti membuat tajam, membuat dalam.

Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, atau

kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

12
berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak

(Wibowo, 2012: 35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi

ke-3, kata karakter tipdak ditemukan, namun terdapat kata watak

yang berarti sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap

pikiran dan tingkah laku;budi pekerti;tabiat. Karakter anak yang

dimaksud disini adalah suatu proses atau usaha yang dilakukan

untuk membina, memperbaiki dan membentuk tabiat, watak, sifat,

kejiwaan, akhlak (budi pekerti), insan manusia (masyarakat)

sehingga menunjukkan perangai dan tingkah laku yang baik

berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

c. Makna Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter adalah pendidikan yang

mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta

didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai

karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut, dan warga

negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (Wibowo,

2012: 35). Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti

plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive),

perasaan (feeling), dan tindakan(action). Menurut Thomas

Lickona, tanpaketiga aspek ini, pendidikan karakter tidak akan

afektif (Azzet, 2013: 27).

2. Orang Tua

13
a. Makna Orang Tua

Istilahorang tua dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

orang tua adalah “ayah ibu kandung, orang yang dianggap tua

(cerdik, pandai, ahli), orang yang dihormati (disegani), pria dan

wanita yang menjadi ayah dan ibu seorang anak”. Orang tua adalah

pihak yang paling dekat dengan anak sehingga kebiasaan dan

segala tingkah laku yang terbentuk dalam keluarga menjadi contoh

dan dengan mudah ditiru (Wibowo, 2012: 120).

Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah

dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang

sah. Sedangkan pengertian orang tua diatas, tidak terlepas dari

pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian dari

keluarga yang mempunyai keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu

dan anak-anaknya.

b. Peran OrangTua

Orang tua yang menginginkan anaknya agar bisa tumbuh

dan berkembang dengan karakter yang baik, maka sebagai orang

tua harus bisa melakukan perannya yang sesungguhnya, yang mana

orang tua tidak boleh membiarkan para anak-anaknya berbuat

suatu hal sesuka hatinya yang bisa melanggar norma dan nilai

ajaran agama, diantara peran sebagai orang tua diantaranya yaitu:

1) Mendampingi Anak-Anaknya

2) Membimbing Anak-Anaknya

14
3) Mendidik Anak-Anaknya

4) Menjadi Teladan Bagi Anakya

I. Metode Penelitian

Kebenaran dalam penelitian dapat diterima apabila ada bukti-bukti

nyata dengan prosedur-prosedur jelas dan sistematis, serta dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal-hal yang perlu dipaparkan

berkaitan dengan metode penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini jenis pendekatan yang diterapkan oleh

peneliti adalah pendekatan kuantitatif. Mengapa peneliti memilih

menggunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini

terdapat karakteristik yang cenderung dihasilkan dan dikumpulkannya

berupa angka-angka.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlokasikan di SMP NU GAYAM, Desa

Pancor, Kecamatan Gayam, Kabupaten Sumenep. Dilaksanakan pada

Bulan Desember 2017.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiono, 2011: 80).

15
b. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti

(Arikunto, 2010: 174). Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2011:

81). Jumlah sampel yang peneliti ambil adalah 50% dari jumlah

populasi

4. Metode Pengumpulan Data

a. Metode Angket

Metode angket adalah pengumpulan data dengan jumlah

pertanyaan untuk memperoleh data, beberapa jawaban, beberapa

responden (Koentjaraningrat, 1997: 173).

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya

barang barang tertulis (Arikunto, 2010: 201). Dalam penelitian ini

dokumen yang tertulis diantaranya struktur organisasi, staf

pengajar.

5. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (1998: 151), instrumen penelitian adalah

alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data agar pekerjaannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti

lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan angket. Angket terdiri dari empat yaitu,

16
yang pertama pendidikan, kedua peran orang tua, ketiga peran guru

dan yang terakhir yaitu karakter anak.

6. Analisis Data

Analisis data adalah suatu metode dengan cara menganalisis

data yang di peroleh untuk mencari ada tidaknya pengaruh pendidikan

dalam keluarga dan kompetensi guru terhadap karakter peserta didik.

Analisis ini digunakan untuk mengecek diterima tidaknya

hipotesa yang telah diajukan berdasarkan analisa hipotesa. Setelah

diperoleh hasil koefisien korelasi antara X dan Y atau diperoleh nilai

Ha(hipotesis alternative) dikonsultasikan pada tabel pada taraf 5%.

Apabila nilai Ho diperoleh sama atau lebih besar dari nilai Ha maka

hasilnya tidak ada signifikan, dengan demikian hipotesis dapat ditolak.

J. Sistematika Pembahasan

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika

penulisan.

Bab II diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan kajian

pustaka yang berisi variabel-variabel dan teori mengenai hubungan antara

variabel.

Bab III merupakan bagian dari hasil penelitian yang meliputi

gambaran umum lokasi dan subyek meliputi sejarah singkat lembaga, letak

17
geografis, struktur organisasi kepengurusan, sistem pendidikan dan

pengajaran, kelembagaan, sarana dan prasarana.

Bab IV merupakan analisis data yang meliputi analisis deskriptif

(tiap-tiap variabel), pengkajian hipotesis dan pembahasan.

Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Daftar Pustaka dan Lampiran.

K. Daftar Pustaka

A, Doni Koesoema. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh.

Yogyakarta: Kanisus.

Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Asmani, Jamal Ma’mur. 2011. Buku Panduan Internalisasi Pendididkan

Karakter di Sekolah. Yogyakarta: DIVA Press.

Azzet, Akhmad Muhaimin. 2013. Urgensi Pendidikan Karakter Di

Indonesia. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Daulay, Haidar Putra. 2012. Pendidikan Islam dalam system pendidikan

nasional di Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Departemen Agama RI II. pedoman penyelengggaraan dan pembinaan

madrasah diniyah, Jakarta: Rineka Cipta.

Engku, Iskandar & Zubaidah, Siti. 2014. Sejarah Pendidikan Islam.

Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

Hamid, Hamdani & Saebani, Beni Ahmad. 2013. Pendidikan Karakter

Perspektif Islam. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Ihsan, Fuad. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

18
Joje, Antonius. 2012. Tanamkan Nilai Moral dan Agama pada Anak.

Lickona,.Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Panduan Lengkap Mendidik

Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.

Majid, Abdul & Andayani, Dian. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif

Islam. Bandung: PT. Remaja Posdakarya.

Maksudin. 2013. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik. Yogyakarta:

PustakaPelajar.

Sugiono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter

Bangsa Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wiyani, Novan Andy. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter Di SD.

Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.

19

Anda mungkin juga menyukai