Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setelah masalah penelitian sudah dirumuskan, maka langkah selanjutnya
dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep
dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai
landasan teoritis untuk melaksanakan penelitian. Tujuannya adalah untuk menguji
atau membuktikan sebuah teori, tiadak untuk mengembangkan sebuah teori yang
telah ada.
Oleh sebab itu, untuk memulai sebuah penelitian, maka harus memulai
dengan mengajukan sebuah teori serta mengumpulkan data untuk mengujinya,
apakah teori tersebut diperkuat atau diperlemah oleh hasil penelitian secara
keseluruhan.
Dalam setiap penelitian yang kita laksanakan haruslah berlandasan dengan
sebuah teori-teori yang sesuai dengan topik atau permasalahan yang kita teliti agar
penelitian yang kita lakuakan mempunyai dasar yang kuat dan tidak asal-asalan.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian teori
2. Kegunaan teori dalam penelitian
3. Kerangka berfikir penelitian
4. Pengajuan hipotesis penelitian

C. Tujuan Penulisan Makalah


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1. Dapat mengetahui dan memahami arti teori
2. Mengetahui apa saja teori yang digunakan dalam penelitian
3. Dapat memahami Kerangka berfikir penelitian
4. Dapat mengetahui dan memahami Pengajuan hipotesis penelitian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori dan Macam-macam teori


Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.[1] Teori menunjukkan hubungan antara fakta-fakta. Teori
menyusun fakta-fakta dalam bentuk yang sistematis sehingga dapat dipahami.[2]
Menurut Kerlinger teori adalah sebagai serangkaian bagian (variabel), definisi dan
dalil yang saling berhubungan yang dihadirkan sebuah pandangan sistematis
tentang fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud
menjelaskan fenomena alamiah.
Bentuk teori dapat berupa serangkaian hipotesa, pernyataan logis “jika…
maka”, atau model visual. Bentuk presentasi teori menunjukkan urutan sebab
musabab variabel-variabel. Hopkins menyajikan teorinya sebagai serangkaian
hipotesa.
Sugiono mengutip dari Sitirahayu menyatakan bahwa suatu teori akan
memperoleh arti yang penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan,
menerangkan dan meramalkan gejala yang ada. [3] Mark membedakan adanya tiga
macam teori. Ketiga teori ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian
dapat dibedakan antara lain:
1. Teori yang deduktif: memberikan keterangan yang dimulai dari suatu
perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif: adalah cara menerangkan dari data ke arah teori. Dalam
bentuk ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum
behaviorist.

1[]. Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa & Sastra.
(Bandung, Yayasan Nuansa Cendekia: 2004). 17
2[]. S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, (Bandung, Jemmars: 1991). 4
3[]. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Jakarta, Alfabeta:2011). 41

2
3. Teori yang fungsional: di sini tampak suatu interaksi pengaruh antara data
dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan
pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau
sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus
dapat diuji kebenarannya, bila tidak, maka dia bukan suatu teori.[4]

B. Kegunaan Teori Dalam Penelitian


Kegunaan atau fungsi teori dalam penelitian secara umum mempunyai tiga
fungsi yaitu:
1. Untuk menjelaskan (explanation) yang digunakan memperjelas dan
mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti.
2. Untuk meramalkan (prediction) yang digunakan memprediksi, memandu
serta menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan menyusun
instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif.
3. Untuk pengendalian (control) yang digunakan mencandra dan membahas
hasil penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan saran dalam
pemecahan masalah.
Menurut Nanag Martono, teori dalam penelitian mempunyai kegunaan
atau fungsi sebagai berikut:
1. Memberikan pola dalam proses interpretasi data
Teori menyediakan berbagai argumentasi yang dapat digunakan untuk
menganalisis atau memberikan penafsiran atas hasil penelitian yang telah
diolah. Argumentasi akan lebih kuat apabila di dukung dengan teori yang ada.
2. Menghubungkan satu studi dengan studi lainnya
Teori membantu peneliti menemukan suatu kerangka konseptual untuk
menjelaskan hubungan antara hasil penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan.

4[]. Ibid. 80

3
3. Menyajikan kerangka
Teori memberikan penjelasan mengenai definisi atau makna sebuah
konsep atau variabel. Definisi konsep bermanfaat untuk membatasi studi yang
dilakukan serta memberikan informasi bagi orang lain yang tertarik dengan
hasil penelitian kita, sehingga ia dapat melakukan studi lanjutan.
4. Memungkinkan peneliti menginterpretasikan data yang lebih besar dari
temuan yang diperoleh dari suatu penelitian.[5]
Menurut Snelbecker ada tiga kegunaan teori dalam penelitian. Pertama,
sebagai pensistematiskan temuan-temuan penelitian. Kedua, sebagai pendorong
untuk menyusun hipotesis. Dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari
jawaban-jawaban serta membuat ramalan-ramalan atas dasar penemuan. Ketiga,
sebagai penyaji penjelasan dalam menjawab pertanyaan.[6] Jika dijabarkan ada
beberapa kegunaan teori dalam penelitian yaitu:
 Sebagai penyusun generalisasi atas fakta-fakta.
 Menjadi kerangka orientasi untuk pengumpulan, pengolahan, dan analisa
data.
 Pembuat prediksi terhadap fenomena baru yang akan terjadi.
 Pengawas lowongan dalam pengetahuan dengan cara deduksi.
 Sebagai rujukan dalam pelaksanaan kegiatan penelitian.
 Sebagai kerangka penalaran logis.
Sebagaimana diketahui menurut filsafat ilmu pengetahuan, dikenal ada dua
aliran pemikiran besar atau paradigma ilmu dalam memandang persoalan, yakni
paradigma positivistik yang bersumber atau dipengaruhi oleh cara pandang ilmu
alam yang bersandar pada hal-hal yang bersifat empirik, dan menjadi dasar
metode penelitian kuantitatif, dan paradigma interpretif yang berakar dari cara
pandang ilmu sosial yang lebih bersifat holistik dalam memandang persoalan, dan
menjadi dasar metode penelitian kualitatif. Masing-masing metode tersebut
berbeda sangat tajam dalam memandang persoalan yang diangkat menjadi
masalah penelitian, mulai dari tujuan penelitian, desain penelitian, proses

5[] Nanang Martono. 2011. Metode penelitian Kuantitatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada). 42
6[] Sardar Ziauddin, 1996, Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung; Mizan). 86

4
penelitian, bentuk pertanyaan penelitian, metode perolehan data, mengukur
keabsahan data, analisis data hingga makna dan kegunaan teori. Berikut uraian
ringkasnya.
Dalam metode penelitian kuantitatif, teori berguna sebagai dasar penelitian
untuk diuji. Oleh karena itu, sebelum mulai kegiatan pengumpulan data, peneliti
menjelaskan teori secara komprehensif. Uraian mengenai teori ini dipaparkan
dengan jelas dan rinci pada desain penelitian. Teori menjadi kerangka kerja
(framework) untuk keseluruhan proses penelitian, mulai bentuk dan rumusan
pertanyaan atau hipotesis hingga prosedur pengumpulan data. Peneliti menguji
atau memverifikasi teori dengan cara menjawab hipotesis atau pertanyaan
penelitian yang diperoleh dari teori. Hipotesis atau pertanyaan penelitian tersebut
mengandung variabel untuk ditentukan  jawabannya. Karena itu, metode
penelitian kuantitatif berangkat dari teori.
Berdasar proses penelitian, dalam penelitian kuantitatif, teori memiliki
kegunaan untuk memperjelas persoalan, menyusun hipotesis, menyusun
instrumen dan pembahasan hasil analisis data. Penelitian dengan paradigma
kuantitatif sebetulnya ialah mencari data untuk dibandingkan dengan teori.

C. Kerangka Berfikir Penelitian


Sugiono mengutip dari Suriasumantri dalam bukunya mengemukakan
bahwa, seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar
menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.[7] Kerangka
pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek
permasalahan. Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran bisa meyakinkan
ilmuwan, adalah alur-alur pemikiran yang logis dalam membangun suatu berpikir
yang membuahkan kesimpulan yang berupa hipotesis. Jadi kerangka berpikir
merupakan sintesa tentang hubungan antara variabel yang disusun dari berbagai
teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis,
sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antara variabel penelitian.

7[] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Jakarta, Alfabeta:2009).92

5
Sintesa tentang hubungan variabel tersebut, selanjutnya digunakan untuk
merumuskan hipotesis.
1. Definisi Kerangka Pikir
Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Sugiyono, mengemukakan
bahwa “Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal
yang penting. jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah
pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah
pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran
atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan
dilakukan.”[8]
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan
antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan
antara variabel independen dan dependen, bila dalam penelitian ada variabel
moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu
diikutkan. Pertautan antar variabel tersebut tersebut selanjutnya dirumuskan
kedalam bentuk paradigma penelitian yang didasarkan pada kerangka berpikir.
Perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka
berpikir. Kerangka berpikir pada umumnya hanya diperuntukkan pada jenis
Penelitian Kuantatif. Untuk Penelitian Kualitatif kerangka berpikirnya terletak
pada kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis.
Sedangkan untuk Penelitian Tindakan Kelas kerangka berpikirnya terletak pada
refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Kerangka berpikir menerangkan :
1) Mengapa penelitian dilakukan?
Penelitian dilakukan untuk mencari suatu kebenaran dari data atau
masalah yang ditemukan. seperti, membandingkan hasil penelitian yang
telah ada dengan penelitian yang sedang atau yang akan dilakukan,
membantah atau membenarkan hasil penelitian sebelumnya, atau

8 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Jakarta, Alfabeta:2011). 60

6
menemukan suatu kajian baru (ilmu baru) yang akan digunakan dalam
menjawab masalah-masalah yang ada.
2) Bagaimana proses penelitian dilakukan ?
Proses penelitian dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan
kebutuhan yang akan diperlukan, ada yang melakukan penelitian dengan
metode sampling, olah literarute (studi pustaka), studi kasus dan lain
sebagainya.
3) Apa yang akan diperoleh dari penelitian tersebut?
Apa yang akan di peroleh dari sebuah penelitian tergantung dari
pemikiran yang sebelumnya tercantum dalam kerangka pemikiran,
walaupun secara umum tidak semuanya apa yang di inginkan tidak sesuai
dengan apa yang dipikirkan sebelumnya.
4) Untuk apa hasil penelitian diperoleh ?
Untuk menjawab pertanyaan di atas kita bisa kembali ke point satu
“mengapa penelitian itu dilakukan”? yakni untuk mencari kebenaran akan
sesuatu masalah yang kontroversi di kalangan masyarakat atau untuk
membantah opini atau mitos yang tersebar sejak turun-temurun. Pada
intinya hasil penelitian yang diperoleh seharusnya bermanfaat bagi banyak
kalangan masyarakat, sehingga penelitian itu tidak di anggap sia-sia.
Penyusunan kerangka berpikir menurut Sugiyono[9] adalah:
 Menetapkan variabel yang diteliti.
 Membaca buku dan hasil penelitian.
 Mendeskripsikan teori dan hasil penelitian.
 Analisis kritis terhadap teori dan hasil penelitian.
 Analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian.
 Sintesa kesimpulan.
 Kerangka berpikir.
 Hipotesis.
Contoh: yang akan diteliti adalah masalah Prestasi belajar dalam
hubungannya dengan Gaya Belajar, maka penyajiannya dimulai dari Prestasi

9[]. Ibid. 62

7
belajar lalu dikaitkan dengan teori Belajar Keterkaitan dua variabel tersebut
sedapat mungkin dilengkapi dengan teori atau penelitian terdahulu yang
dilakukan seorang pakar/peneliti atau lebih yang menyatakan adanya
hubungan atau pengaruh antar keduanya. Pada bagian akhir kerangka
berpikir umumnya disajikan hubungan antara keseluruhan variabel
dilengkapi dengan bagan yang menggambarkan hubungan antar variabel
penelitian.
2. Bagaimana Menyusun Kerangka Berfikir Penelitian
Kerangka pemikiran adalah narasi (uraian) atau pernyataan (proposisi)
tentang kerangka konsep pemecahan masalah yang telah diidentifikasi atau
dirumuskan. Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran dalam sebuah
penelitian kuantitatif, sangat menentukan kejelasan dan validitas proses
penelitian secara keseluruhan. Melalui uraian dalam kerangka berpikir,
peneliti dapat menjelaskan secara komprehensif variabel-variabel apa saja
yang diteliti dan dari teori apa variabel-variabel itu diturunkan, serta
mengapa variabel-variabel itu saja yang diteliti.
Uraian dalam kerangka berpikir harus mampu menjelaskan dan
menegaskan secara komprehensif asal-usul variabel yang diteliti, sehingga
variabel-variabel yang tercatum di dalam rumusan masalah dan identifikasi
masalah semakin jelas asal-usulnya. Pada dasarnya esensi kerangka
pemikiran berisi:
1) Alur jalan pikiran secara logis dalam menjawab masalah yang
didasarkan pada landasan teoretik dan atau hasil penelitian yang
relevan.
2) Kerangka logika (logical construct) yang mampu menunjukan dan
menjelaskan masalah yang telah dirumuskan dalam kerangka teori.
3) Model penelitian yang dapat disajikan secara skematis dalam bentuk
gambar atau model matematis yang menyatakan hubungan-hubungan
variabel penelitian atau merupakan rangkuman dari kerangka pemikiran
yang digambarkan dalam suatu model. Sehingga pada akhir kerangka
pemikiran ini terbentuklah hipotesis. Dengan demikian, uraian atau

8
paparan yang harus dilakukan dalam kerangka berpikir adalah
perpaduan antara asumsi-asumsi teoretis dan asumsi-asumsi logika
dalam menjelaskan atau memunculkan variabel-variabel yang diteliti
serta bagaimana kaitan di antara variabel-variabel tersebut, ketika
dihadapkan pada kepentingan untuk mengungkapkan fenomena atau
masalah yang diteliti.
Di dalam menulis kerangka berpikir, ada tiga kerangka yang perlu
dijelaskan, yakni: kerangka teoritis, kerangka konseptual, dan kerangka
operasional.
1) Kerangka teoritis atau paradigma adalah uraian yang menegaskan
tentang teori apa yang dijadikan landasan (grand theory) yang akan
digunakan untuk menjelaskan fenomena yang diteliti.
2) Kerangka konseptual merupakan uraian yang menjelaskan konsep-
konsep apa saja yang terkandung di dalam asumsi teoretis yang akan
digunakan untuk mengabstraksikan (mengistilahkan) unsur-unsur yang
terkandung di dalam fenomena yang akan diteliti dan bagaimana
hubungan di antara konsep-konsep tersebut.
3) Kerangka operasional adalah penjelasan tentang variabel-variabel apa
saja yang diturunkan dari konsep-konsep terpilih tadi dan bagaimana
hubungan di antara variabel-variabel tersebut, serta hal-hal apa saja
yang dijadikan indikator untuk mengukur variabel-variabel yang
bersangkutan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka
dalam menyusun kerangka berpikir kita harus memulainya dengan
menegaskan teori apa yang dijadikan landasan dan akan diuji atau
digambarkan dalam penelitian kita. Lalu dilanjutkan dengan penegasan
tentang asumsi teoretis apa yang akan diambil dari teori tersebut sehingga
konsep-konsep dan variabel-variabel yang diteliti menjadi jelas.
Selanjutnya, kita menjelaskan bagaimana cara mengoperasionalisasikan
konsep atau variabel-variabel tersebut sehingga siap untuk diukur.
Walaupun dalam kerangka berpikir itu harus terkandung kerangka teoretis,

9
kerangka konseptual, dan kerangka operasional, tetapi cara penguraian atau
cara pemaparannya tidak perlu kaku dibuat per sub bab masing-masing. Hal
yang penting adalah bahwa isi pemaparan kerangka berpikir merupakan
alur logika berpikir kita mulai dari penegasan teori serta asumsinya hingga
munculnya konsep dan variabel-variabel yang diteliti.
Agar peneliti benar-benar dapat menyusun kerangka berpikir secara
ilmiah (memadukan antara asumsi teoretis dan asumsi logika dalam
memunculkan variabel) dengan benar, maka peneliti harus intens dan
eksten menelurusi literatur-literarur yang relevan serta melakukan kajian
terhadap hasil penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, sehingga uraian
yang dibuatnya tidak semata-mata berdasarkan pada pertimbangan logika.

D. Pengertian Dan Bentuk-Bentuk Hipotesis

Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam


penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada kualitatif tidak
merumuskan hipotesis tetapi justru menemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis,
tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Dalam hal ini perlu di bedakan pengertian hipotesis penelitian dan
hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan
diatas. Selanjutnya, hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan
sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel maka tidak ada hipotesis
statistik.
Terdapat dua macam hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan
hipotesis nol. Hipotesis kerja adalah kalimat positif dan hipotesis nol adalah
kalimat negatif. Dalam statistik juga terdapat dua macam hipotesis yaitu hipotesis
kerja dan hipotesis alternatif .dalam kegiatan penelitian, yang diuji terlebih dahulu
adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Bila penelitian akan
membuktikan hasil pengujian hipotesis itu signifikan atau tidak, maka diperlukan

10
hipotesis statistik. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
statistik ini adalah statistik inferensial. Statistik yang bekerja dengan data populasi
adalah statistik deskriptif.
Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, karena penelitian
tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan
parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi, dan
statistik disini ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel.
1. Bentuk-bentuk Hipotesis
Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah
penelitian ada tiga yaitu : rumusan masalah deskriptif, komparatif, dan
asosiatif. Oleh karena itu, maka bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu
hipotesis deskriptif, komparatif, dan asosiasi/ hubungan.
a. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif merupakan jawaban sementara terhadap masalah
deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri.
b. Hipotesis Komparatif
Merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah komparatif.
Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang
berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda.
c. Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
2. Merumuskan Hipotesis
Paradigma Penelitian, Rumusan Masalah, dan Hipótesis
Pada paradigma penelitian, peneliti dapat menggunakan sebagai
panduan untuk merumuskan masalah, dan hipotesis penelitiannya, yang
selanjutnya dapat digunakan untuk panduan dalam pengumpulan data dan
analisis.
Pada setiap paradigma penelitian minimal terdapat satu rumusan
masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif.

11
Untuk bisa diuji dengan statistik, maka data yang akan didapatkan
harus diangkakan. Untuk bisa diangkakan, maka diperlukan instrumen yang
memiliki skala pengukuran.
Untuk judul penelitian yang berisi dua independen variabel atau lebih,
rumusan masalah penelitiannya akan lebih banyak, demikian juga rumusan
hipotesisnya dan di bagian analisis data.
Dalam membuat Hipotesis, perlu juga diperhatikan karakteristik
Hipotesis yang baik. Karakteristik Hipotesis yang baik adalah:
1. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan
keadaan variabel pada berbagai sampel, dan merupakan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada umumnya hipotesis
deskriptif tidak dirumuskan.
2. Dinayatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan
berbagai penafsiran.
3. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pernyataan di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa, suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau
sistem pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori harus
dapat diuji kebenarannya, bila tidak, maka dia bukan suatu teori.
Kegunaan atau fungsi teori dalam penelitian secara umum mempunyai tiga
fungsi yaitu:
1. Untuk menjelaskan (explanation)
2. Untuk meramalkan (prediction)
3. Untuk pengendalian (control)
Menurut Uma Sekaran dalam bukunya Sugiyono, mengemukakan bahwa
“Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang
penting jadi dengan demikian maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman
yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang
paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk
proses dari keseluruhan dari penelitian yang akan dilakukan.”
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam
penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam
bentuk kalimat pertanyaan. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah
penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada kualitatif tidak
merumuskan hipotesis tetapi justru menemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis,
tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kinayati Djojosuroto & M.L.A Sumaryati, Prinsip-Prinsip Penelitian Bahasa &


Sastra. (Bandung, Yayasan Nuansa Cendekia: 2004).
S. Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah, (Bandung, Jemmars: 1991).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Jakarta, Alfabeta:
2011).
Martono, Nanang. Metode penelitian Kuantitatif. (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada: 2011).
Ziauddin, Sardar Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung; Mizan:1996).
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Jakarta, Alfabeta:
2009).
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif dan R&D, (Jakarta, Alfabeta:
2011).

14

Anda mungkin juga menyukai