Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

GASTROENTERITIS AKUT

Disusun Oleh :
dr. Fitri Susanti

Pembimbing :

dr. Sri Gunarti

Peserta Program Internship Dokter Indonesia (PIDI)


Angkatan II Periode Mei 2019 - Mei 2020
RSUD Dr. Adjidarmo
Banten

3
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus

GASTROENTERITIS AKUT

Disusun Oleh :

dr. Fitri Susanti

Disusun untuk memenuhi syarat mengikuti program

Dokter Internship Indonesia

Rotasi IGD RSUD Dr. Adjidarmo

Rangkasbitung – Kab. Lebak

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan pada

Hari : Selasa

Tanggal : 21April 2020

Pembimbing

dr. Sri Gunarti

4
BAB I
STATUS PASIEN

2.1. Identitas Pasien


Nama Pasien : Suarsh
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Kawin : Belum menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Cikulur
Berat Badan : 48,2 kg
Tanggal Rawat di RS : 18 April 2020
2.2. Anamnesis
Riwayat penyakit pasien diperoleh secara autoanamnesis dan
alloanamnesis.
a. Keluhan Utama
Bab mencret
b. Keluhan Tambahan
Mual, muntah, lemas
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak pagi hari SMRS pasien mengalami bab mencret sebanyak 10x, air lebih
banyak daripada ampas warna keruh, lendir (-), darah (-). Keluhan mencret
disertai mual (+), muntah (+) frekuensi > 10x berisi makanan yang dimakan.
Demam (+), Perut terasa sangat sakit terutama saat mencret dan pasien
merasa lemas, pusing dan dingin badannya. Nafsu makan dan minum
menurun. Sebelum dibawa ke RS pasien berobat ke dokter umum, namun
tidak ada perbaikan, mencret tidak berkurang.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat diare sebelumnya (-)

5
Riwayat maag (+)
Riwayat thypoid, dbd, malaria (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
f. Riwayat Pekerjaan, Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
 Riwayat mengonsumsi makanan atau obat yang menimbulkan alergi(-).
 Riwayat mengonsumsi jajanan luar rumah (+)

2.3. Pemeriksaan Fisik


a. Tanda Vital
Keadaan Umum : Tampak Lemah
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 80 x/menit
Nafas : 18 x/menit
Suhu : 36 ºC
BB : 48,2 kg
b. Pemeriksaan Perorgan
Kepala
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-),
refleks cahaya (+/+)
 Mulut : mukosa kering, lidah tidak kotor, faring tidak hiperemis
 Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru
 Inspeksi : gerakan dada simetris
 Palpasi : fremitus kanan = kiri.
 Perkusi : sonor seluruh lapangan paru
 Auskultasi : Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
 Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
 Palpasi : Iktus kordis teraba

6
 Perkusi : - Batas kiri linea midclavicularis sinistra ICS V,
- Batas kanan linea parasternal dextra ICS IV
 Auskultasi : Suara jantung normal, reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
 Inspeksi: Perut datar, venektasi (-)
 Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
 Palpasi : supel, turgor kulit biasa, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba. Nyeri tekan epigastrium (+).
 Perkusi : Timpani
Ekstremitas
Superior : Akral hangat, tonus otot baik +/+, luka -/-
Inferior : Akral hangat, tonus otot baik +/+, luka -/-, Edema -/-
Status Neurologis
Kesadaran : Compos mentis
GCS : E4V4M6
Gerakan Abnormal : Tidak ada

2.4. Laboratorium ( Hasil pemeriksaan 18 April 2020)


 Hb : 15.70 gr % (N = 13-16 gr%)
 Leukosit : 15330 (N= 4.000-10.000)
 Eritrosit : 5,93 (N= 4-6 jt/mm3)
 Trombosit : 515 (N= 150.000-450.000)
 Hematokrit : 47 % (N= 37-43 %)
 GD sewaktu : 136 (N= 80-120 mg/dl)

2.5. Diagnosis
Gastroenteritis akut + dehidrasi ringan-sedang
Obs Vomitus Profuse

2.6. Rencana Penatalaksanaan


- Ivfd Kaen 3B 500cc/8jam
- Inj. Ondancentron 3x4mg
- Inj. Omeprazole 1x40mg

7
- Inj. Ceftriaxone 1x2gr
- Diafom 3x2tab
- Zinc 1x20mg
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI
Gastroenteritis adalah suatu keadaan dimana terdapat inflamasi pada
bagian mukosa dari saluran gastrointestinal ditandai dengan diare dan
muntah.Diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat
dari biasanya atau lebih dari tiga kali sehari dengan konsistensi feses yang
lebih lembek atau cair kandungan air pada feses lebih banyak dari
biasanya yaitu lebih dari 200 gram atau 200ml/24jam). Gastroenteritis akut
adalah diare dengan onset mendadak dengan frekuensi lebih dari 3 kali
dalam sehari disertai dengan muntah dan berlangsung kurang dari 14 hari.

2.2 Epidemiologi
Gastroenteritis akut merupakan masalah yang banyak terjadi pada Negara
berkembang dibanding dengan negara maju yang tingkat higenitas dan
sanitasi lebih baik.7 Menurut data dari World Health Organization (WHO)
dan UNICEF, terdapat 1,87 juta orang meninggal akibat kasus gastroenteritis
setiap tahunnya di seluruh dunia. Secara global, diperkirakan terdapat 179
insiden gastroenteritis akut pada orang dewasa tiap tahunnya dengan angka
pasien yang dirawat inap sebanyak 500.000 dan lebih dari 5000 pasien
mengalami kematian. Di amerika serikat setidaknya 8.000.000 dari pasien
gastroenteritis akut yang berobat ke dokter dan lebih dari 250.000 pasien
dirawat di rumah sakit menurut data dari The American Journal of
Gastroenterology. Sedangkan menurut hasil survey di Indonesia, insiden dari
gastroenteritis akut akibat infeksi mencapai 96.278 insiden dan masih
menjadi peringkat pertama sebagai penyakit rawat inap di Indonesia,
sedangkan angka kematian pada gastroenteritis akut (Case Fatality Rate)
sebesar 1,92%.

8
2.3 Etiologi
Gastroenteritis akut bisa disebabkan oleh berbagai faktor, menurut dari
World Gastroenterology Organisation, ada beberapa agen yang bias
menyebabkan terjadinya gastroenteritis akut yaitu agen infeksi dan non-
infeksi. Lebih dari 90 % diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10 % karena sebab lain yaitu:
2.3.1. Faktor Infeksi
a. Virus
Di negara berkembang dan industrial penyebab tersering dari
gastroenteritis akut adalah virus, beberapa virus penyebabnya antara
lain :
1. Rotavirus
Merupakan salah satu terbanyak penyebab dari kasus rawat inap
di rumah sakit dan mengakibatkan 500.000 kematian di dunia tiap
tahunnya, biasanya diare akibat rotavirus derat keparahannya
diatas rerata diare pada umumnya dan menyebabkan dehidrasi.
Pada anak-anak sering tidak terdapat gejala dan umur 3 – 5 tahun
adalah umur tersering dari infeksi virus ini.
2. Human Caliciviruses (HuCVs)
Termasuk famili Calciviridae, dua bentuk umumnya yaitu
Norwalk-like viruses (NLVs) dan Sapporo-like viruses (SLVs)
yang sekarang disebut Norovirus dan sapovirus. Norovirus
merupakan penyebab utama terbanyak diare pada pasien dewasa
dan menyebabkan 21 juta kasus per tahun. Norovirius merupakan
penyebab tersering gastroenteritis pada orang dewasa dan sering
menimbulkan wabah dan menginfeksi semua umur. Sapoviruses
umumnya menginfeksi anak – anak dan merupakan infeksi virus
tersering kedua selain Rotavirus.
3. Adenovirus

9
Umumnya menyerang anak – anak dan menyebabkan penyakit
pada system respiratori. adenovirus merupakan family dari
Adenoviridae dan merupakan virus DNA tanpa kapsul, diameter
70 nm, dan bentuk icosahedral simetris. Ada 4 genus yaitu Masta
denovirus, Aviadenovirus, Atadenovirus, dan Siadenovirus. 9
4. Bakteri
Infeksi bakteri juga menjadi penyebab dari kasus gastroenteritis
akut bakteri yang sering menjadi penyebabnya adalah
Diarrheagenic Escherichia coli, Shigella species, Vibrio cholera,
Salmonella. Beberapa bakteri yang dapat menyebabkan
gastroenteritis akut adalah :
1. Diarrheagenic Escherichia- coli
Penyebarannya berbeda – beda di setiap negara dan paling
sering terdapat di Negara yang masih berkembang. Umumnya
bakteri jenis ini tidak menimbulkan bahaya jenis dari
bakterinya adalah :
- Enterotoxigenic E. coli (ETEC)
- Enteropathogenic E. coli (EPEC)
- Enteroinvasive E. coli (EIEC)
- Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
2. Campylobacter
Bakteri jenis ini umumnya banyak pada orang yang sering
berhubungan dengan perternakan selain itu bisa menginfeksi
akibat masakan yang tidak matang dan dapat menimbulkan
gejala diare yang sangat cair dan menimbulkan disentri.
3. Shigella species
Gejala dari infeksi bakteri Shigella dapat berupa hipoglikemia
dan tingkat
kematiannya sangatlah tinggi. Beberapa tipenya adalah :
- S. sonnei
- S. flexneri

10
- S. dysenteriae

4. Vibrio cholera
Memiliki lebih dari 2000 serotipe dan semuanya bisa menjadi
pathogen pada manusia. Hanya serogrup cholera O1 dan O139
yang dapat menyebabkan wabah besar dan epidemic.
Gejalanya yang paling sering adalah muntah tidak dengan
panas dan feses yang konsistensinya sangat berair. Bila pasien
tidak terhidrasi dengan baik bisa menyebabkan syok
hipovolemik dalam 12 – 18 jam dari timbulnya gejala awal.
5. Salmonella
Salmonella menyebabkan diare melalui beberapa mekanisme.
Beberapa toksin telah diidentifikasi dan prostaglandin yang
menstimulasi sekresi aktif cairan dan elektrolit mungkin
dihasilkan. Pada onset akut gejalanya dapat berupa mual,
muntah dan diare berair dan terkadang disentri pada beberapa
kasus.
2.3.2 Non –Infeksi
a. Malabsorpsi/ maldigesti
Kurangnya penyerapan seperti :
1. Karbohidrat : Monosakrida (glukosa), disakarida (sakarosa)
2. Lemak : Rantai panjang trigliserida
3. Asam amino
4. Protein
5. Vitamin dan mineral
b. Imunodefisiensi
Kondisi seseorang dengan imunodefisiensi yaitu
hipogamaglobulinemia, panhipogamaglobulinemia (Bruton),
penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA dan imunodefisiensi
IgA heavycombinatio .
c. Terapi Obat

11
Orang yang mengonsumsi obat- obatan antibiotic, antasida dan
masih kemoterapi juga bisa menyebabkan gastroenteritis akut.

2.4 Patogenesis
Pada umumnya gastroenteritis akut 90% disebabkan oleh agen infeksi
yang berperan dalam terjadinya gastroenteritis akut terutama adalah faktor
agent dan faktor host. Faktor agent yaitu daya penetrasi yang dapat merusak
sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman. Faktor host adalah kemampuan
tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau
lingkungan internal saluran cerna antara lain: keasaman lambung, motilitas
usus, imunitas, dan lingkungan mikroflora usus.

2.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis dari gastroenteritis akut biasanya bervariasi. dari salah
satu hasil penelitian yang dilakukan pada orang dewasa, mual (93%), muntah
(81%) atau diare (89%), dan nyeri abdomen (76%) umumnya merupakan
gejala yang paling sering dilaporkan oleh kebanyakan pasien. Selain itu
terdapat tanda-tanda dehidrasi sedang sampai berat, seperti membran mukosa
yang kering, penurunan turgor kulit, atau perubahan status mental, terdapat
pada <10 % pada hasil pemeriksaan. Gejala pernafasan, yang mencakup
radang tenggorokan, batuk, dan rinorea, dilaporkan sekitar 10%. Sedangkan
gatroenteritis akut karena infeksi bakteri yang mengandung atau
memproduksi toksin akan menyebabkan diare sekretorik (watery diarhhea)
dengan gejala-gejala mual, muntah, dengan atau tanpa demam yang
umumnya ringan, disertai atau tanpa nyeri/kejang perut, dengan feses lembek
atau cair. Umumnya
gejala diare sekretorik timbul dalam beberapa jam setelah makan atau
minurnan yang terkontaminasi. Diare sekretorik (watery diarhea) yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat

12
menyebabkan kematian karena kekurangan cairan yang mengakibatkan
renjatan hipovolemik atau karena
gangguan biokimiawi berupa asidosis metabolik yang lanjut. Karena
kehilangan cairan seseorang akan merasa haus, berat badan berkurang, mata
menjadi cekung, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menumn
serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan deplesi air yang
isotonik. Sedangkan kehilangan bikarbonas dan asam karbonas berkurang
yang mengakibatkan penurunan pH darah. Penurunan ini akan merangsang
pusat pernapasan sehingga frekuensi nafas lebih cepat dan lebih dalam
(pernafasan Kussmaul). Reaksi ini adalah usaha badan untuk mengeluarkan
asam karbonas agar pH darah dapat kembali normal. Gangguan
kardiovaskular pada tahap hipovolemik
yang berat dapat berupa renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi yang
cepat, tekanan darah menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah
muka pucat ujung-ujung ektremitas dingin dan kadang sianosis karena
kehilangan kalium pada diare akut juga dapat timbul aritmia jantung.

2.6 Diagnosis
Diagnosis gastroenteritis akut dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare,
frekuensi, volume, konsitensi tinja,warna, bau ada/tidak lendir dan darah.
Bila disertai muntah: volume dan frekuesnsinya. Kencing: biasa,
berkurang, jarang atau tidak kencing dalama 6-8 jam terakhir. Makanan
dan minuman yang berikan selama diare. Adakan panas atau penyakit lain
yang menyertai seperti: batuk, pilek, otitis media, campak. Tindakan yang
telah dilakukan ibu selama anak diare memberoralit, membawa berobat ke
Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang diberikan serta
riwayat imunisasi.
2. Pemeriksaan Fisik

13
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa Berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu
dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa haus dan turgor kulit
abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun-ubun besar cekung
atau tidak, mata cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,
mukosa mulut dan lidah kering basah. Pernapasan yang cepat dan dalam
indikasi adanya asidosis metabolic. Bising usus yang lemah atau tidak ada
bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillart refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungtkin diperlukan misalnya
penyebab dasarnya tidak dikatahui atau ada sebab-sebab lain selain diare
akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan laboratorium
yang kadang-kadang diperlukan pada diare akut
1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa
darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotika.
2. Urine : urine lengkap, kultur dan test kepekaan terhadap antibiotika.
3. Tinja :Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya
disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau infeksi diluar saluran
gastrointestinal.
Tinja yang mengandung darah atau mukus bisa disebabkan infeksi bakteri
yang menghasilkan sitotoksin, bakteri enteroinvasif yang menyebabkan
peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli, dan T.
trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali
pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan
tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja
yang berbau busuk didapatkan pada infeksi dengan Salmonella, Giardia,
Cryptosporidium dan Strongyloides. litatif terutama pada diare kronik
yang disebabkan Giardiasis, Strongyloides, dan protozoa yang membentuk
spora.

14
2.7. Penatalaksanaan

Departemen kesehatan mulai melakukan sosialisasi panduan Tata Laksana


pengobatan Diare pada balita yang baru didukung baru didukung oleh ikatan
Dokter Anak Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Meperbaiki
kondisi usus dan menghentikan diare juga menjadi cara untuk mengobati
pasien. Untuk itu, Departemen kesehatan menetapkan lima pilar
penatalaksanakan diare bagi semua kasus diare yangdiderita anak balita baik
yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit, yaitu:
1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit baru
2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut
3. ASI dan makanan tetap diteruskan
4. Antibiotik selektif
5. Nasihat kepada orang tua.

Rehidrasi dengan oralit, dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Berikan
segera bila anak diare, untuk mencegah dan mengatsi dehidrasi. Oralit
formula lama dikembangkan dari kejadian luar biasa diare di Asia Selatan
yang terutama disebabkan karena disentri, yang menyebabkan berkurangnya
lebih banyak elektronik tubuh, terutama natrium. Sedangkan diare yang
lebih banyak terjadi akhir-akhir ini dengan tingkat sanitasi yang lebih baik
adalah disebabkan oleh karena virus. Diare karena virus tersebut tidak
menyebabkan kekurangan elektronik seberat pada disentri. Karena itu, para
ahli diare mengembangkan formula baru oralit dengan tingkat osmolaritas,
sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya hiperpatremia. Oralit baru
ini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah. Ketentuan pemberian
oralit formula baru:
a. Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
b. Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam.

15
c. Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan
ketentuan sebagai berikut:
Untuk anak berumur < 2 tahun: berikan 50-100 ml tiap kali BAB
Untuk 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
d. Jika dalam waktu 24 jam persedian larutan oralit masih tersisa maka sisa
larutan harus dibuang.

Pemberiaan Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga


dapat mengembalikan nafsu makan anak. Dasar pemikiran penggunaan
zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan pada efeknya terhadap fungsi
imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses
perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc dapat
menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat
menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak.
Dosisi zinc untuk anak-anak:
 Anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg(1/2 tablet) perhari
 Anak di atas umur 6 bulan : 20 mg(1tablet) per hari.
Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Untuk bayi, tabl;et zinc dapat dikunyah atau dilarutkan
dalam air matang atau oralit. Menurut buku pedoman pelayanan kesehatan
anak di rumah sakit, WHO tahun 2005, penatalaksanaan diare dibagi
menjadi 3 rencana terapi yakni rencana terapi A untuk penanganan diare di
rumah, rencana terapi B untuk dehidrasi ringan/sedang, terapi C untuk
dehidrasi berat.
Rencana Terapi B
(Dehidrasi Ringan – Sedang)
Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan
pemberian oral sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat
diberikan secara intravena sebanyak : 75 ml/kgBB/3jam. Pemberian cairan
oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum sebanyak 5ml/kgbb/jam.
Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam pada anak .

16
Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan
sebanyak 10ml/kgbb setiap diare atau muntah. Beri tablet zink selama 10
hari dengan dosis yang sama seperti pada rencana terapi A Yaitu :
 Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan
cairannya sehari-hari
 < 2 tahun : 50-100 ml tiapkali BAB
 >2 tahun : 100-200ml tiap BAB
 Beri tablet Zink Pada anak berumur 2 bulan ke atas, beri tablet zink
selama 10 hari dengan dosis
 Umur < 6 bulan : ½ tablet (10 mg) per hari
 Umur > 6 bulan : 1 tablet (20 mg) per hari
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak
bias minum oralit mislanya karena anak muntah profus, dapat diberikan
infus dengan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan RL / Ringer
Asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai
berikut :
 Bayi (dibawah 12 bulan) : 70 ml/kgBB/5 jam
 Anak (12 bulan sampai 5 tahun) : 70 ml/kgBB/2,5 jam
(Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit, WHO, 2009) Amati Anak
dengan Seksama dan Bantu Ibu Memberikan Oralit
 Tunjukkan jumlah cairan yang harus diberikan
 Tunjukkan cara memberikannya sesendok teh tiap 12 menit untuk anak
< 2 tahun, beberapa teguk dari cangkir untuk anak yang lebih tua
 Periksa dari waktu ke waktu bila ada masalah
 Bila anak muntah tunggu 10 menit dan kemudian teruskan pemberian
oralit tetapi lebih lambat, misalnya sesendok tiap 23 menit
 Bila kelopak mata anak bengkak, hentikan pemberian oralit dan berikan
air masak atau ASI. Beri oralit sesuai Rencana Terapi A bila
pembengkakan telah hilang Setelah 34 jam, Nilai kembali Anak
Menggunakan Bagan Penilaian, Kemudian Pilih Rencana Terapi A,B
atau C untuk Melanjutkan Terapi

17
 Bila tidak ada dehidrasi, ganti ke Rencana Terapi A. Bila dehidrasi
telah hilang, anak biasanya kencing dan lelah kemudian mengantuk dan
tidur
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi ringan/sedang, ulangi Rencana
Terapi B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti Rencana
Terapi A
 Bila tanda menunjukkan dehidrasi berat, ganti dengan Rencana Terapi
C. Bila Ibu Harus Pulang Sebelum Selesai Rencana Terapi B
 Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam terapi 3 jam di
rumah
 Berikan bungkus oralit untuk rehidrasi dan untuk 2 hari lagi seperti
dijelaskan dalam rencana terapi A
Antibiotik
Antibiotika pada umummya tidak diperlukan pada semua diare akut oleh
karena sebagian besar diare infeksi adalah rotavirus yang sifatnya self
limited dan tidak dapat dibunuh dengan antibiotika. Hanya sebagian kecil
(10-20 %) yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti V.cholera, Shigella,
Enterotoksigenik E.Coli, Salmonella, Camphylobacter dan sebagainya.

Probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang
difermentasi yang menunjang kesahatan melalui terciptanya keseimbangan
mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan
dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi
yang tidak minum ASI.

Prebiotik
Prebiotik bukan merupakan mikroorganisme akan tetapi bahan makanan.
Umumnya kompleks karbohidrat yang bila dikonsumsi dapat merangsang
pertumbuhan flora intestinak yang menguntungkan kesehatan. Diet pada
Diare Pasien diare tidak dianjurkan puasa, kecuali bila muntah-muntah

18
hebat. Pasien dianjurkan minum minuman sari buah, teh, minuman tidak
bergas, makanan mudah dicerna seperti pisang, nasi, keripik, dan sup. Susu
sapi harus dihindarkan karena adanya defisiensi lactase transien yang
disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri.
Komplikasi
 Dehidrasi
 Hipoglikemi
 Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik)
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan
yakni pernapasan cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan
Kusmaul. Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha
dari tubuh untuk mempertahankan pH darah.
 Gangguan elektrolit
 Hipernatremia
 Hiperkalemia
 Kejang
 Gangguan sirkulasi

2.8. Pencegahan
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara :
1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare
Kuman – kuman patogen penyebab diare umumnya disebarkan secara
fekal - oral. Pemberian ASI yang benar
a. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
b. Penggunaan air besih yang cukup
c. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang
air basar dan sebelum makan
d. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota
keluarga
e. Membuang tinja bayi yang benar.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Riddle, M., DuPont, H. and Connor, B. (2016). ACG Clinical Guideline: Diagnosis,
Treatment, and Prevention of Acute Diarrheal Infections in Adults. The
American Journal of Gastroenterology, 111(5), pp.602-622.
2. Barr, w. and smith, a. (2017). [online] Available at: http://Acute Diarrhea in Adults
WENDY BARR, MD, MPH, MSCE, and ANDREW SMITH, MD Lawrence
Family Medicine Residency, Lawrence, Massachusetts [Accessed 5Mar.
2017].
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II eidsi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009
4. Al-Thani, A., Baris, M., Al-Lawati, N. and Al-Dhahry, S. (2013).Characterising the
aetiology of severe acute gastroenteritis among patients visiting a hospital in
Qatar using real-time polymerase chain reaction. BMC Infectious Diseases,
13(1).
5. Depkes RI., 2012. Angka Kejadian Gastroenteritis Masih Tinggi.
http://www.depkes.go.id/index.php [Accessed 5 Mar. 2017 ]
6. Anon, (2017). [online] Available at: (http://www.who.int/child-
adolescenthealth/Emergencies/Diarrhoea_guidelines.pdf manual for
physicians and other senior health workers [Accessed 9 Apr. 2017].
7. How, C. (2010). Acute gastroenteritis: from guidelines to real life. Clinical and
Experimental Gastroenterology, p.97.
8. Dennis L., Anthony S., Stephen H., Dan L., Larry J., Joseph L. 2016. Harrison's
Gastroenterology and Hepatology. 3rd Edition. Philadelphia: McGraw Hill.
9. Worldgastroenterology.org. (2017). English | World Gastroenterology
Organisation. [online] Available at:
http://www.worldgastroenterology.org/guidelines/global-guidelines/acute-
diarrhea/acute-diarrhea-englis [Accessed 5 Mar. 2017]

20

Anda mungkin juga menyukai