Anda di halaman 1dari 24

Terapi bermain

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak)

Dosen Pembimbing :
Ns. Casman, M. Kep.,Sp.An.

Disusun oleh :
Adinda Nadhifah
Ahmad Rozi
Alfia khoiriyyah
Anis Armilati
Asri Agustina
Beni saputra

Kelas:
3C

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Husada


JAKARTA PUSAT
JLMANGGA BESAR RAYA NO.137
KRONOLOGI KASUS

Rs.Harapan kami, Ruang rawat anak terdapat 10 pasien anak dengan diagnosan
penyakit terbanyak Ge. Usia pasien rata-rata berusia 10-12 tahun, terdapat 6 anak perempuan
dan 4 anak laki-laki yang sedang berada diruang rawat anak. Rata-rata Pasien dengan
diagnosa terbanyak diruang anak yaitu GE, yang datang dengan keadaan keluhan sudah BAB
cair lebih dari 3x/ dalam sehari, anaknya demam lebih dari 3 hari, pasien mengeluh sakit pada
perutnya, ibu pasien mengatakan anaknya tidak nafsu makan dan mual muntah setiap makan
dan minum, ibu pasien mengatakan anaknya muntah lebih 5x, ibu pasien mengatakan cemas
karena anaknya tidak mau makan. Saat dikaji tampak mukosa bibir pasien kering, turgor kulit
kurang baik, pasien tampak lemas, konjungtiva anemis, hasil TTV : TD : 100/70 mmHg, N :
90x/menit, RR : 24x/menit., S : 38˚C, hasil Lab HB : 11,3 g/dL, Hematokrit : 38%, Leukosit :
12 ribu/ul, Trombosit : 250 ribu/ul, Na : 130,08 mmol/L, K : 3,3 mmol/L, Cl : 103,38
mmol/L. kesimpulan dari diagosana terbanyak diruang rawat inap anak di rs. Harapan kami.
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS ( GE )

A. Definisi
Gastroenteritis adalah kehilangan cairan dalam elektrolit secara berlebihan karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang cair
Gastroenteritis adalah defekasi encer lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan
lendir dalam tinja, terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7 hari pada bayi dan
anak yang sebelumnya.
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan
berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau
tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gastroenteritis adalah peradangan
yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih
banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen.
B. Etiologi
a. Faktor Infeksi
1)    Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak meliputi :
 Infeksi bakteri : Vibrio, E. Coli, salmonella, shigella, compylobacter yersinia,
aeromonas, dan sebagainya.
 Infeksi virus : Eterovirus (Virus echo, coxsaekie, poliomyelitis), Adenovirus,
rotavirus, astrovirus dan lain-lain.
 Infeksi parasit : Cacing (ascaris, thrichiuris, oxyuris, strongyloides protozoa
(entamoeba hystolytica, giardia lamblia, trichomonas hominis), jamur (candida
albicans).
2)   Infeksi parenteral  yaitu infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2
tahun.
b. Faktor Malabsorbsi
 Malabsorbsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa).
Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
 Malabsorbsi lemak
 Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, elergi terhadap makanan.
d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang tapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar)
C. Manifestasi klinik
1. Mula-mula klien cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai lendir dan
darah
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat
banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung
cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus)
sebagai akibat hipovokanik.
D. Patofisiologi
Gastroenteritis adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Gastroenteritis dapat
terjadi akibat adanya zat terlarut yang tidak dapat diserap dalam tinja, yang disebut diare
osmotik, atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus
atau bakteri di usus halus distala atau usus besar.
Gastroenteritis dapat ditularkan melalui rute rektal oral dari orang ke orang beberapa
fasilitas keperawatan harian juga meningkatkan resiko diare. Transport aktif akibat rangsang
toksin bakteri terhadap elektrolit kedalam usus halus, sel mukosa intesinal mengalami iritasi
dan meningkatkan sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak
sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal.
Iritasi usus oeh suatu patogen mempengaruhi lapisan mukosa usus, sehingga terjadi
peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga
mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas
menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk
penyerapan zat-zat tersebut dikolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat
meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Toksin colera yang ditularkan
melalui bakteri kolera adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang motilitas dan
secara langsung dapat menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar sehingga
unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah yang besar.
Gangguan absorpsi cairandan elektrolit dapat menyebabkan peradangan dan
menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi cairan dan elektrolit. Hal ini terjadi
karena sindrom malabsorpsi meningkatkan motilitas usus intestinal. Meningkatnya motilitas
dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan gangguan dari absorpsi dan sekresi
cairan elektrolit yang berlebihan. Cairan sodium potasium dan bikarbonat berpindah dari
rongga ekstra seluler ke dalam tinja sehingga menyebabkan dehidrasi, kekurang elektrolit
dapat mengakibatkan asidosis metabolik.
Gastroenteritis akut dapat ditandai dengan muntah dan diare terkait kehilangan cairan
dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit. Penyebab utama diare adalah virus (Adenivirus enterik dan robavirus) serta
parasit (biardia lambiachristopodium) patogen ini menimbulkan penyakit dengan
menginfeksi sel-sel menghasilkan enterotoksin atau kristotoksin yang melekat pada dinding
usus. Alat pencernaan yang terganggu pada pasien yang mengalami gastroenteritis akut
adalah usus halus
E. Pathway

F. Klasifikasi
Gastroenteritis (diare) dapat di klasifikasi berdasarkan beberapa faktor :
1) Menurut perjalanan penyakit jenis diare antara lain :
a. Akut : jika < 1 minggu
b. Berkepanjangan : antara 7 – 14 hari
c. Kronis : > 14 hari, disebabkan oleh non infeksi
d. Persisten :  > 14 hari, disebabkan oleh infeksi
2) Berdasarkan mekanisme patofisiologik
a. Osmotik, peningkatan osmolaritas intraluminer
b. Sekretorik, peningkatan sekresi cairan dan elektrolit
3) Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
c. Diare dengan dehidrasi berat
Klasifikasi dehidrasi
1) Derajat dehidrasi berdasarkan kehilangan berat badan

Derajat dehidrasi Penurunan berat badan (%)


Tidak dehidrasi <2
Dehidrasi ringan 2–5
Dehidrasi sedang 5-8
Dehidrasi berat 8-10

2) Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinis

Penilaian A B C
Keadaan   umum Baik,   sadar Gelisah,   rewel Lesu,   tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat   cekung
Air   mata Ada Tidak   ada Tidak   ada
Mulut,   lidah Basah Kering Sangat   kering
Rasa   haus Minum   seperti Haus,   ingin Malas   minum,
biasa minum banyak tidak bisa minum
Periksa:   Turgor Baik   (kembali Kurang-buruk   Sangat   buruk
kulit cepat) (kembali lambat) (kembali sangat
lambat)
Hasil   pemeriksaan Tanpa Dehidrasi Dehidrasi berat
dehidrasi ringan/ sedang Bila ada 1 tanda
Bila ada 1 tanda ditambah 1/lebih
ditambah 1/lebih tanda lain
tanda lain

4) Berdasarkan penyebab infeksi atau tidak


a. Infektif
b. Non infeksif
5) Berdasarkan penyebab organik atau tidak
a. Organik adalah bila ditemukan penyebab anatomik, bakteriologik, hormonal, atau
toksikologik.
b. Fungsional merupakan bila tidak ditemukan penyebab organik.
G. Komplikasi
Akibat diare, kehilangan cairan & elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai
komplikasi, sbb :
1) Dehidrasi
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipoglikemi
4) Intoleransi sekunder akibat kerusakan filimukosa usus dan defisiensi enzim laktase
5) Hipokalemia
6) Kejang, terjadi akibat dehidrasi hipertonik
7) Malnutrisi energi protein
H. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare antara lain :
a. Pengobatan dietetik
ASI atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam lemak. Beri
makanan tinggi kalium ; misalnya jeruk, pisang, air kelapa
b. Obat – obatan
 Obat anti sekresi
 Klorpormazin ; dosis 0,5 – 1 mg/ kg BB/ hari
 Antibiotik ; umumnya tidak diberikan jika tdk ada penyebab yang jelas. Bila
penyebabnya kolera, diberikan Tetrasiklin 25 – 50 mg / kg BB/ hari.
c. Pemberian cairan
1) Belum terjadi dehidrasi
Cairan rumah tangga (seperti air tajin, air teh manis, dsb) sepuasnya dengan
perkiraan 40 ml/kg BB/ setiap kali BAB
2) Dehidrasi Ringan
Beri cairan oralit 30 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB
atau sepuasnya setiap kali BAB
3) Dehidrasi Sedang
Beri cairan oralit 100 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, selanjutnya 10 ml / kg BB
atau sepuasnya setiap kali BAB
4) Dehidrasi Berat
 0 – 2 th : RL 70 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila dehidrasi beri cairan
oralit 40 ml / kg BB, seterusnya 10 ml / kg BB setiap BAB
 > 2 th : RL 110 ml / kg BB dalam 3 jam pertama, bila syok guyurkan sampai
nadi teraba. Bila masih dehidrasi beri cairan oralit 200 – 300 ml / kg BB tiap
jam. Seterusnya cairan oralit 10 ml / kg BB
H. Pemeriksaan Diagnostik Dan Penunjang
a. Pemeriksaan Tinja
 Makroskopis dan mikroskopis
 PH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga
terdapat intoleransi gula.
 Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b.  Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan menentukan PH
dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut
Astrup (bila memungkinkan).
c.   Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
d. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam serum
(terutama pada penderita yang disertai kejang).
e.  Pemeriksaan intubasi secara kualitas dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita
diare kronik. (Dr. Rusepto Hassan, 2005).
I. Konsep asuhan keperawatan gastroenteritis
A. PENGKAJIAN
1.      Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
diagnosa medis, dan tanggal MRS.
2.      Keluhan utama
Klien mengeluh BAB cair lebih dari 3 kali (diare) yang mendadak dan berlangsung
singkat dalam beberapa jam kadang disertai muntah.
3.      Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya didapatkan keluhan utama pada penderita, yaitu peningkatan frekuensi
BAB dari biasanya dengan konsistensi cair, naurea, muntah, nyeri perut sampai kejang
perut , demam, lidah kering, turgor kulit menurun serta suara menjadi serah, bisa
disebabkan oleh terapi obat terakhir, masukan diit, atau adanya masalah psikologis (rasa
takut dan cemas).
4.      Riwayat penyakit dahulu
Biasanya dikaitkan dengan riwayat medis lalu berhubungan dengan : perjalanan kearea
geogratis lain.
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi susunan keluarga penyakit keturunan atau menular yang pernah di derita
anggota keluarga.
6.      Pola-pola fungsi kesehatan
a. Pola Eliminasi urin.
Biasanya pada diare ringan fliminasnya normal, sedang (oliguri), berat (anuria).
b. Pola Eliminasi Alvi.
Pada klien dengan diare akut biasanya BAB cair lebih banyak atau sering dari
kebiasaan sebelumnya.
c. Pola Natrisi dan metabolisme.
Pada klien diare akut terjadi peningkatan bising usus dan peristaltik usus yang
menyebabkan terganggunya absorbsi makanan akibat adanya gangguan mobilitas
usus. Sehingga menimbulkan gejala seperti rasa kram pada perut, perut terasa mual
atau tidak enak dan malas makan, maka kebutuhan nutrisi menjadi terganggunya
karena asupan yang kurang.
d. Pola istirahat tidur.
Pada umumnya pola istirahat menjadi terganggu akibat gejala yang ditimbulkan
seperti : mendadak diare, muntah, nyeri perut, sehingga Kx sering terjaga.
7.         Pemeriksaan fisik.
1) Keadaan umum
Kesadaran (baik, gelisah, Apatis/koma), GCS, Vital sign, BB dan TB.
2) Kulit, rambut, kuku
Turgor kulit (biasa – buruk), rambut tidak ada gangguan, kuku bisa sampai pucat.
3) Kepala dan leher
4) Mata
Biasanya mulai agak cowong sampai cowong sekali.
5) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut
THT tidak ada gangguan tapi mulutnya (biasa – kering).
6) Thorak dan abdomen
Tidak didapatkan adanya sesak, abdomen biasanya nyeri, dan bila di Auskulkasi akan
ada bising usus dan peristaltik usus sehingga meningkat.
7) Sistem respirasi
Biasanya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).
8) Sistem kordovaskuler
Pada kasus ini bila terjadi renjatan hipovolemik berat denyut nadi cepat (lebih dari
120x/menit).
9) Sistem genitourinaria
Pada kasus ini bisa terjadi kekurangan kalium menyebabkan perfusi ginjal dapat
menurun sehingga timbul anuria.
10) Sistem gastro intestinal
Yang dikaji adalah keadaan bising usus, peristaltik ususnya terjadi mual dan muntah
atau tidak, perut kembung atau tidak.
11) Sistem muskuloskeletal
Tidak ada gangguan.
12) Sistem persarafan
Pada kasus ini biasanya kesadaran gelisah, apatis / koma.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya
absorbsi usus terhadap zat gizi
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan
anak
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
C. INTERVENSI
Pada perencanaan ini disusun berdasarkan tujuan prioritas masalah sebagai berikut :
adanya ancaman kehidupan dan kesehatan dan sumber daya yang tersedia, perasaan
penderita, prinsip alamiah dan praktek.
1. Diare berhubungan dengan infeksi, malabsobsi, makanan, psikologis
Tujuan : eliminasi BAB kembali normal (1x sehari) setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 6x24 jam diare dapat teratasi dengan kriteria hasil :BAB 1x sehari,
konsistensi lembek, BAB tidak ada lendir darah
Intervensi :
1)      Kaji penyebab diare
Rasional : mencari tahu penyebab diare untuk memberikan terapi
2)      Ajarkan pada pasien penggunaan obat-obatan anti diare yang tepat
Rasional : penggunaan obat secar tepat membantu menurunkan diare
3)      Beri minum oralit setiap kali kali BAB
Rasional : larutan oralit barguna untuk mengganti cairan
4)      Kolaborasi pemberian antibiotik
Rasional : mencegah diare yang disebabkan  oleh infeksi
2. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan
Tujuan :volume cairan seimbang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
dengan kriteria hasil : tidak terjadi/tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, BAB kembali normal (1x sehari)
Intervensi:
1)      Kaji intake dan output cairan
Rasional : menentukan derajat dehidrasi
2)      Berikan oralit/LGG tiap habis BAB
Rasional : mengganti cairan tubuh yang keluar bersama feses
3)      Kaji tanda-tanda dehidrasi
Rasional : mengtahui derajat dehidrasi dan mencegah syok
4)      Pertahankan cairan parenteral dengan elektrolit
Rasional : pengganti bila obat oral tidak masuk
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan tidak adekuatnya absorbsi
usus terhadap zat gizi
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
6x24jam, dengan kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda malnutrisi, BB kembali ideal,
mukos bibir lembab, turgor kulit baik, porsi diit yang disajikan dihabiskan
Intervensi :
1)      Kaji kebutuhan nutrisi
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri diit yang tidak merangsang
Rasional :Membantu memperbaiki absorbsi usus
3)      Timbang BB tiap hari
Rasional ;Mengetahui ad tidaknya penurunan BB
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi pemberian diit TKTP, tinggi mineral, rendah serat
4. Hipertermia berhubungan dengan penurunan sirkulasi sekunder dehidrasi
Tujuan : hipertermi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan  selama 3x24jam dengan
kriteria hasil : suhu dalam batas normal (36,3-37,40C), tidak muntah, BAB 1x tidak ad
lendir darah, nadi 75x/menit.
Intervensi:
1)      Observasi vital sign (suhu)
Rasional : mengetahui apakah ada peningkatan atau penurunan suhu tubuh
2)      Ajarkan paada keluarga pentingnya pertahanan masukan yang adekuat
Rasional : membantu memulihkan energi dan cegah dehidrasi
3)      Monitor intake dan output cairan
Rasional : mengetahui pemasukan dan pengeluaran urine
4)      Pertahankan cairan parenteral dan elektrolit
Rasional : membantu/mempertahankan masukan yang adekuat
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi lingkungan sekunder terhadap
kelembaban
Tujuan : gangguan integritas kulit tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24jam dengan kriteria hasil : daerah anal klien tidak gatal, tidak terjadi iritasi
leukosit cel normal, turgor kulit baik, elastisitas kulit baik
Intervensi :
1)      Pantau hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional : mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi
sirkulasi dan integritas kulit atau jaringan pada tingkat seluler
2)      Pertahankan linen
Rasional : menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit
3)      Berikan steak laken di atas perlak klien
Rasional : mencegah gesekan tiba-tiba pada bokong
4)      Gunaka pakaian longgar
Rasional : memudahkan bebas bergerak
6. Gangguan rasa nyaman/nyeri berhubungan dengan kram abdomen sekunder akibat
gastroentritis
Tujuan : nyeri berkurang/hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam
dengan kriteria hasil : orang tua mengatakan sudah tidak rewel,
Intervensi :
1)      Kaji karakteristik, intensitas dan letak nyeri
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya
2)      Beri kompres hangat diperut
Rasional :Memberi rasa nyaman
3)      Ubah posisi yang nyaman bagi pasien
Rasional : membantu mengurangi nyeri
7. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang perawatan anak
Tujuan : keluarga mengetahui tentang penyakit, perawatan dan pengobatan pada anak
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : keluarga
sudah paham tentang penyakit, perawatan dan pengobatan anak
Intervensi :
1)      Kaji tingkat pemahaman orang tua
Rasional : mengetahui tingkat pengetahuan orang tua tentang diare
2)      Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya kebersihan, cuci tangan untuk
menghindari kontaminasi
Rasional : mencegah diare tambah berat dan memungkinkan tidak terulang kembali
dirumah
3)      Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
Rasional : meningkatkan pengetahuan keluarga
4)      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang prinsip diit yang tepat
Rasional : membantu mengurangi diare
8. Cemas pada anak/orang tua berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
Tujuan : cemas berkurang sampai dengan hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x20 menit dengan kriteria hasil : orang tua tidak cemas dan tenang
Intervensi :
1) Gunakan komunikasi terapuetik; kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
Rasional : dapat memperkuat rasa saling percaya
2)      Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
Rasional : persepsi yang menyimpang dari situasi mungkin dapat memperbesar
perasaan
3)      Libatkan orang tua dalam perawatan anak
Rasional : memantapkan hubungan dan membantu orang tua untuk realisasi dan
pengobatan yang diberikan
4)      Jelaskan kondisi anak, alasan pegobatan dan perawatan.
Rasional : memberikan jaminan bahwa perawat bersedia untuk mendukung dan
membantu

D. IMPLEMENTASI
Setelah menyusun rencana asuhan keperawatan, maka tugas perawat adalah menerapkan
rencana asuhan keperawatan tersebut dalam tindakan yang nyata.

E. EVALUASI
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, gunanya untuk mengukur tingkat
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan, sejauh mana masalah dapat dipecahkan dari
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK

A. Definisi Tumbuh Kembang


Pertumbuhan (Growth) dan perkembangan (Development) memiliki definisi yang
sama yaitu sama-sama mengalami perubahan, namun secara khusus keduanya
berbeda. Pertumbuhan menunjukan perubahan yang bersifat kuantitas sebagai akibat
pematangan fisik yang di tandai dengan makin kompleksnya sistem jaringan otot,
sistem syaraf serta fungsi system organ tubuh lainnya dan dapat di ukur (Yuniarti,
2015)
B. Ciri-ciri Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan akan terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran fisik,
seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar dada, dan
lain-lain. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama yang
ada selama masa pertumbuhan, seperti hilangnya kelenjer timur, lepasnya gigi susu,
atau hilangnya refleks-refleks tertentu. Dalam pertumbuhan juga terdapat ciri baru
seperti adanya rambut pada daerah aksila, pubis atau dada sedangkan perkembangan
selalu melibatkkan proses pertumbuhan yang diikuti dengan perubahan fungsi, seperti
perkembangan sistem reproduksi akan diikuti perubahan fungsi kelamin.
Perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju ke arah kaudal atau bagian
proksimal ke bagian distal. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan dari
kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju hal kemampuan hal yang
sempurna. Setiap individu memiliki kecepatan perkembangan yang berbeda

C. Tahapan Pertumbuhan dan Perkembangan


Tahapan perkembangan memiliki beberapa masa pertumbuhan, sebagai berikut
(Yuniarti, 2015) :
1) Masa pranatal, sejak konsepsi sampai kelahiran. Proses pertumbuhan
berlangsung cepat 9 bulan 10 hari.
2) Masa bayi dan anak 3 tahun pertama. Pada anak usia tersebut anak batita
memiliki kelekatan emosi dengan orang tua, suka berkhayal, egosentris.
3) Masa anakanak awal (early childhood), dimulai usia 4-5 tahun 11 bulan. Anak
masih terikat kepada orang tua, namun sudah mulai belajar mandiri,
keinginanan besosialisasi dengan temans sebaya, dan masa ini masih meliputi
kegiatan bermain sendiri.
4) Masa anak tengah (Middle childhood), dimulai usia 6-9 tahun. Pada usia ini
anak berada pada taraf operasional konkrit, anak mampu melakukan tugas-
tugas seperti berhitung sederhana tetapi belum bersifat kompleks. Dimana
anak mulai mengembangkan kepribadiaan, konsep diri, sosial, dan akademis.
5) Masa anak akhir (Late childhood), dimulai usia 10-12 tahun. Pada masa ini
anak melakukan aktifitas menyita energi, karena pertumbuhannya masuk ke
awal remaja dimana fungsi-fungsi hormon mulai aktif dan anak pada usia
tersebut lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana
kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
6) Masa remaja (adolecence), dimulai usia 13-21 tahun. Pada masa ini
merupakan masa transisi, yaitu dari masa anak-anak ke masa dewasa, biasanya
pada usia tersebut cendrung egosentris, tidak mau dikekang, revolusioner guna
mencari jati diri.
7) Masa dewasa muda (young adulthood), dimulai usia 22-40 tahun. Secara
kognitif pada usia tersebut mereka sudah menyelesaikan pendidikan dan mulai
mengembangkan karir.
8) Masa dewasa tengah (Middle adulthood), dimulai usia 41-60 tahun. Masa ini
dimana kondisi fisik menurun, masa penuh tantangan, tetapi mereka berhasil
membentuk kepribadian terintegritas justru akan bersikap bijaksana dan
mampu membimbing anak-anaknya.
9) Masa dewasa akhir (Late adulthood), usia 60 tahun keatas. Pada usia tersebut,
kondisi fisik sudah menurun, cepat lelah dan stimulus lambat sehingga sering
terjadi stress.

Menurut Piaget dalam Syamsussabri (2013), perkembangan kognitif


anak dari usianya sangat berbeda. Perkembangan kognitif ini meliputi
kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan mengakses
informasi, berfikir logis, memecahkan masalah kompleks menjadi simpel dan
memahami ide yang abstrak menjadi konkrit.
1) Pada tahap sensori-motor (0-2 tahun) perilaku anak banyak
melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat
berpikir.
2) Pada tahap pra operasional (2-7 tahun) pada tahap ini operasi mental
yang jarang dan secara logika tidak memadai. Anak belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan
kata-kata. Mereka hanya menggunakan penalaran intuitif bukan logis
dan mereka cenderung egosentris.
3) Pada tahap operasional konkrit (7-12) anak sudah mampu
menggunakan logika serta mampu mengklasifikasikan objek menurut
berbagai macam cirinya seperti, tinggi, besar, kecil, warna, bentuk,
dan seterusnya.
4) Pada tahap operasional-formal (mulai 12 tahun) anak dapat
melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek - objek
yang ia pikirkan Pola piker menjadi lebih fleksibel melihat persoalan
dari berbagai sudut yang berbeda
D. Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang
Setiap individu akan mengalami siklus yang berbeda pada kehidupan manusia
dapat secara cepat maupun lambat tergantung individu dan lingkungannya. Proses
cepat dan lambat tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor lingkungan
dan faktor hormonal.
1. Faktor Herediter
Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor
ini ditentukan dengan intensitas, kecepatan dalam pembuahan sel telur,
tingkat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, usia pubertas dan
berhentinya pertumbuhan tulang. Pertumbuhan dan perkembangan anak
dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir akan cenderung lebih cepat
dibandingkan dengan anak perempuan serta akan bertahan sampai usia
tertentu. Baik anak laki-laki maupun perempuan akan mengalamai
pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memiliki faktor yang memegang peran penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah di miliki. Faktor
lingkungan ini meliputi lingkungan prenatal dan lingkungan postnatal.
Lingkungan prenatal atau lingkungan dalam kandungan juga meliputi gizi
pada saat ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin dan hormonal.
Sedangkan lingkungan postnatal atau lingkungan setelah lahir dapat
mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti budaya lingkungan, sosia;
ekonomi keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam
keluarga dan status kesehatan (Hidayat, 2008).
3. Faktor Hormonal
Hormon somatotropin (growth hormone) berperan dalam mempengaruhi
pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel
kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid berperan menstimulasi
metabolisme tubuh. Hormon glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi
pertumbuhan sel interstisial dari testis (untuk memproduksi testoteron) dan
ovarium (untuk memproduksi estrogen), selanjutnya hormon tersebut akan
menstimulasi perkembangan seks, baik pada laki-laki maupun perempuan
yang sesuai dengan peran hormonnya
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. A. (2008). Pengantar ilmu kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Penerbit


Salemba.
Dewi, R. C., Oktiawati, A., & Saputri, L. D. (2015). Teori & Konsep Tumbuh Kembang
Bayi, Toddler, Anak dan Usia Remaja. Yogyakarta: Nuha Medika.
Winarni, L. M., Mawarni, A. A., & Mandasari, Y. (2019). Penyuluhan Tumbuh Kembang
Anak. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1), 12-16.
SATUAN ACARA BERMAIN (SAB)

Pokok Bahasan : Terapi bermain pada anak


Sub Pokok Bahasan : Terapai bermain pada anak usia sekolah (6-12 tahun)
Sasaran : Anak anak
Hari/Tanggal : Selasa, 22 Desember 2020
Tempat : Teras rumah
Waktu : 30 menit
Penyuluh : kelompok 1

I. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )


Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1 x 30 menit diharapkan anak dapat mengerti,
memahami dan mempraktekkan bagaimana cara menyusun puzzle yang berantakan
menjadi utuh kembali dengan benar. Anak menyatakan berkeinginan untuk mau bermain
puzzle dan mendemonstrasikan bermain puzzle.

II. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mendapatkan penyuluhan, anak diharapkan dapat :
1. Anak mampu meningkatkan keterampilannya
2. Anak mampu meningkatkan hubungan sosial dan interaksinya dengan teman
yang lain
3. Anak mampu meningkatkan proses berfikir yang baik
4. Anak mampu menunjukan emosional yang baik

III. Materi Penyuluhan


1. Pengertian bermain
2. Tujuan bermain puzzle
3. Alat yang dibutuhkan dalam bermain puzzle
4. Mendemonstrasikan dan meredemonstrasikan bagaimana cara menyusun puzzle
IV. Metode
1. Demonstrasi
2. Meredemonstrasi
IV. Media
a. Puzzle

VI. Rencana Kegiatan Penyuluhan


N Kegiatan Uraian Kegiatan
Penyuluh Audience
o
1 Pembukaan a. Mengucapkan salam a. Menjawab
(5 Menit) b. Memperkenalkan diri salam
c. Melakukan perkenalan anak satu b. Memperhatika
persatu n
d. Menjelaskan pengertian bermain dan c. Mendengarka
tujuan bermain puzzle n dan saling
e. Melakukan apresiasi berkenalan
2 Pelaksanaan a. Menjelakan pengertian bermain a.Memperhatika
(20 menit) b. Menjelaskan tujuan bermain n
puzzle b.Memperhatika
c. Menjelakan alat yang n
dibutuhkan dalam bermain c.Memperhatika
puzzle n
d. Mendemonstrasikan cara d.Meredemonstr
bermain puzzle asikan cara
bermain
puzzle

3 Penutup a. Melakukan evaluasi dalam a. Menjawab


(5 menit) kegiatan bermain pertanyaan
b. Menyimpulkan materi b. Menyimak
penyuluhan dan hasil diskusi kesimpulan
c. Mengucapkan salam c. Menjawab
salam
VII. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. SAP dan media telah tersedia dan sudah disiapkan
b. Tempat dipersiapkan H-2 sebelum pelaksanaan
c. Mahasiswa dan anak berada di tempat sesuai kontrak waktu yang telah disepakati

2. Evaluasi Proses
a. Proses pelaksanaan sesuai rencana
b. Anak mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
c. Tidak adanya hambatan dalam melaksanakan kegiatan

3. Evaluasi Hasil
a. Anak mampu menyebutkan pengertian dan tujuan dari kegiatan bermain puzzle
b. Anak mampu menyebutkan alat yang harus disiapkan dalam bermain puzzle
c. Anak mampu melakukan pemasangan puzzle
d. Anak dapat menunjukkan kegiatan interaksi dan sosialisasinya terhadap teman
sebayanya
Pertanyaan evaluasi
1. Apa pengertian dari bermain?
2. Apa tujuan dari bermain puzzle
3. Apa saja alat yang dibutuhkan dalam bermain puzzle?
4. Apa dampak penyakit yang akan ditimbulkan bila tidak mengkonsumsi makanan
sehat?
5. Bagaimana cara menyusun puzzle?

Proses Kegiatan Bermain

Semua alat dan bahan untuk bermain sudah di persiapkan yaitu, puzzle.

Setelah itu mahasiwa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri” Selamat pagi
adik-adik, perkenalkan nama dan sebutkan nama panggilan,, lalu salam terapeutik
“Bagaimana kabar adik-adik hari ini? Udah pada makan belom nih? Baik ya disini kaka ingin
mengajak adik-adik bermain puzzle” dan perkenalan anak satu-persatu dengan teman
sebayanya.” Baik sebelum kita bermain, kaka pengen dong kalian berdiri untuk
memperkenalkan diri kalian kepada teman-teman kalian ya”
Mahasiswa menjelaksan kepada anak-anak cara bermainnya.” Sebelum kaka kasih tau
bagaimana cara bermainnya, adik-adik udah tau belum bermain itu apa? Baik kalau adik-adik
belum tau kaka kasih tau nih ya bermain itu apa. Jadi bermain itu adalah suatu kegiatan untuk
memperoleh kesenangan yang dilakukan secara berulang-ulang. Dan tujuan kita bermain
puzzle itu untuk melatih kita untuk berfikir, berkosentrasi dan masih banyak yang lainya ya
adik-adik.
Mahasiswa membagikan alat yang dibutuhkan untuk bermain puzzle” Baik adik-adik
ini puzzlenya ya, nanti cara bermainnya kaka akan acak-acak potongan puzzle ini dan kalian
akan menyusun potongan puzzle ini seperti semula”.

Setelah kegiatan bermain selesai, mahasiswa melakukan evaluasi dan juga


menyimpulkan kegiatan bermain puzzle kepada adik-adik.

Setelah selesai evaluasi dan juga kesimpulan, mahasiswa mengakhiri kegiatan bermian
puzzle dan mengucapkan salam.

Anda mungkin juga menyukai