PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
SITINUR ISTIKOMAH
A1J116035
A. Latar Belakang
Paradigma pembelajaran abad 21 mengisyaratkan bahwa seorang guru
harus dapat menggunakan teknologi digital, sarana komunikasi dan/atau jaringan
yang sesuai untuk mengakses, mengelola, memadukan, mengevaluasi dan
menciptakan informasi agar berfungsi dalam sebuah pembelajaran. Menurut
Muharram, dkk (2018: 33) mendayagunakan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di sekolah adalah salah satu upaya untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK), memiliki
potensi yang sangat besar sebagai sarana atau alat untuk mengembangkan
keterampilan dalam proses pembelajaran.
Komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran
adalah bahan ajar. Ketersediaan bahan ajar dapat menjadi salah satu penunjang
keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Bahan ajar berisis susunan
seperangkat materi untuk menciptakan lingkungan/suasana yang memungkinkan
siswa untuk belajar. Dengan demikian, salah satu tujuan penyediaan bahan ajar
untuk mempermudah proses belajar siswa.
Umumnya dalam kegiatan pembelajaran guru hanya menggunakan
bahan ajar cetak, seperti buku pelajaran dan modul. Buku pelajaran sudah menjadi
bahan ajar pokok dalam pembelajaran, sedangkan modul masih sangat jarang
dimanfaatkan. Padahal, modul merupakan salah satu bahan ajar yang sangat
menunjang proses belajar siswa secara mandiri. Modul dirancang secara
sistematis dan berdasarkan kurikulum yang berlaku, sehingga dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. Dengan modul, siswa dapat belajar sendiri atau
berkelompok yang berpedoman kepada modul tersebut sehingga ketuntasan
belajar siswa dapat dilihat dari ketercapaiannya dalam mempelajari materi yang
ada di modul. Akan tetapi, mengingat perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi (IPTEK) dewasa ini menuntut setiap orang dalam hal ini khususnya
tenaga pendidik harus dapat berintekrasi dengan teknologi. Dengan masuknya
1
2
IPTEK sekarang ini, setiap aktivitas di dominasi oleh teknologi. Oleh sebab itu,
guru hendaklah dapat berpikir kreatif dan tanggap terhadap perubahan tersebut.
Bahan ajar yang dapat diterapkan dalam bentuk elektronik salah satunya
adalah modul digital. Modul selama ini kebanyakan hanya disajikan dalam
bentuk cetak. Oleh karena itu, untuk dapat mengikuti perkembangan TIK dalam
dunia pendidikan, maka dapat dikembangkan modul digital sebagai salah satu
alternatif bahan ajar yang menarik. Modul digital ini berisikan paket program
pembelajaran yang disajikan dalam bentuk website (web), disusun dalam bentuk
satuan tertentu guna keperluan belajar atau proses pembelajaran. Modul digital
dalam bentuk website ini berisikan materi pembelajaran disertai dengan video dan
latihan soal yang menunjang materi pembelajaran.
Materi sistem saraf manusia merupakan salah satu materi yang terdapat
dalam pembelajaran biologi di SMA kelas XI pada semester satu. Konsep sistem
saraf manusia merupakan pelajaran yang menarik dan menyenangkan serta
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, agar pembelajaran biologi dapat
terlaksana dengan baik dan tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal maka
siswa harus dapat memahami konsep-konsep materi yang diberikan guru pada saat
proses pembelajaran. Pengetahuan dan pemahaman yang telah dimiliki siswa akan
membantu mengembangkan kreativitasnya. Selain itu ketersediaan sarana dan
prasarana seperti bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran atau luar
pembelajaran juga membantu siswa untuk memahami konsep. Oleh karena itu,
perlu dilaksanakan pembelajaran yang bervariasi yaitu dengan memanfaatkan
teknologi informasi.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengembangan Modul Berbasis Website Sebagai
Bahan Ajar Pada Materi Sistem Saraf Manusia Di Sekolah Menengah Atas
(SMA)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah apakah bahan ajar modul berbasis website memenuhi kriteria layak
digunakan dalam pembelajaran materi sistem saraf manusia?
3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengembangkan produk bahan ajar modul berbasis website yang layak digunakan
dalam pembelajaran materi sistem saraf manusia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terdiri atas :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan dan dunia pendidikan khususnya dalam hal pengembangan bahan
ajar. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan bahan
pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah:
a. Bagi Siswa
Mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep pada setiap
pembelajaran, serta untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
b. Bagi Sekolah
Menambah referensi bahan ajar biologi disekolah yang nantinya dapat
menampung kebutuhan guru dan siswa akan sumber pembelajaran.
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat sebagai alternatif bahan ajar yang efektif dan
efisien untuk pembelajaran dan penguasaan materi yang sesuai dengan
kompetensi inti dan kompetensi dasar menurut standar isi kurikulum 2013.
d. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai media untuk mengembangkan dan menerapkan ilmu
yang telah didapat selama proses pembelajaran tentang pengembangan
modul yang berbasis website sehingga dapat digunakan sebagai bekal yang
dapat diterapkan dalam dunia kerja bidang pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun
teks) yang disusun secara sistematis yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran (Tania, 2013: 2). Bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau
alat pembelajaran yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasan
batasan dan cara mengevaluasi, yang didesain secara sistematis dan menarik
dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi
atau sub kompetensi dengan segala kompleksitasnya. Pengertian ini
menjelaskan bahwa suatu bahan ajar harus dirancang dan ditulis dengan
kaidah instruksional karena akan digunakan oleh guru/dosen dalam membantu
dan menunjang proses pembelajaran (Elvarita, dkk, 2020: 2).
Menurut Efendhi (2015: 33), bahan ajar adalah segala bahan yang
digunakan untuk mempermudah guru/ instruktur dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui bahan ajar guru akan lebih mudah
dalam mengajar dan akan lebih mudah membantu siswa dalam belajar. Bahan
ajar dapat dimanfaaatkan oleh guru dan siswa untuk memperbaiki
pembelajaran.
Bahan ajar memiliki manfaat yang memberikan pengaruh besar
terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Manfaat bahan ajar
dikelompokkan bagi guru maupun siswa. Manfaat bagi guru yakni: (a)
Memperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai
dengan kebutuhan belajar siswa, (b) Tidak bergantung pada buku teks yang
terkadang sulit didapat, (c) Memperkaya wawasan karena dikembangkan
dengan menggunakan berbagai referensi, (d) Menambah khasanah
4
5
pengetahuan dan pengalaman guru dalam menyusun bahan ajar, serta (e)
Membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta
didik, karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya maupun
kepada dirinya. Kemudian bagi siswa, manfaat bahan ajar yakni: (a) Kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik, (b) kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, serta (c)
mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus
dikuasainya (Aisyah, dkk, 2020: 63).
Jenis-jenis bahan ajar menurut Sitorus, dkk (2015: 43) antara lain :
Bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, dan non cetak (non printed), seperti model/maket.
Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti
video compact disk , film. Bahan ajar multimedia interaktif (interactive
teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact
disk (CD) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar berbasis web
(web based learning materials)
Bahan ajar dapat dikatakan baik apabila telah memenuhi ketentuan-
ketentuan yang telah ditentukan. Ketentuan-ketentuan tersebut kemudian
dijadikan karakteristik sebuah bahan ajar atau materi pelajaran. Adapun
karakteristik bahan ajar yang baik menurut Depdiknas (2004) adalah
“substansi materi diakumulasi dari standar kompetensi atau kompetensi dasar
yang tertuang dalam kurikulum, mudah dipahami, memiliki daya tarik, dan
mudah dibaca” (Arsanti, 2018: 75).
Berdasarkan dari beberapa pengertian bahan ajar di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan suatu sarana atau segala bentuk
bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam kegiatan belajar
mengajar yang berisikan materi pembelajaran, metode, batasanbatasan dan
cara mengevaluasi yang disusun secara sistematis dan menarik serta mengacu
6
pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
2. Modul Pembelajaran
2.1. Pengertian modul
Modul merupakan suatu cara pengorganisasian materi pelajaran
yang memperhatikan fungsi pendidikan. Artinya, melalui modul suatu
pembelajaran diharapkan mampu membawa peserta didik pada
kompetensi dasar yang diharapkan, Bahan ajar modul adalah seperangkat
bahan ajar yang disajikan secara sistematis, sehingga penggunaannya
dapat belajar dengan atau tanpa seorang fasilitator atau guru. (Winaya,
dkk, 2016: 3).
Menurut Wulandari (2019: 5) modul adalah sebuah bahan ajar
yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh
peserta didik sesuai tingkat pengetahuan dan usia mereka, agar mereka
dapat belajar sendiri (mandiri) dengan bantuan atau bimbingan yang
minimal dari pendidik. Penggunaan modul sering dikaitkan dengan
aktivitas pembelajaran mandiri (self instruction). Sehingga, modul harus
memiliki kelengkapan isi; artinya isi atau materi sajian dari suatu modul
haruslah secara lengkap terbahas lewat sajian-sajian sehingga dengan
begitu para pembaca merasa cukup memahami bidang kajian tertentu dari
hasil belajar melalui modul
Menurut Kalsum, dkk, (2018: 27) penggunaan modul sering
dikaitkan dengan aktivitas pembelajaran mandiri (Self-instruction).
Karena fungsinya tersebut di atas, maka konsekuensi lain yang harus
dipenuhi oleh modul ini ialah adanya kelengkapan isi, artinya isi atau
materi sajian dari suatu modul haruslah secara lengkap terbahas lewat
sajian-sajian sehingga dengan begitu para pembaca merasa cukup
memahami bidang kajian tertentu dari hasil belajar melalui modul ini.
Terkait dengan hal tersebut, pembuatan modul memiliki tujuan sebagai
berikut:
7
c. Implementasi
Implementasi modul dalam kegiatan pembelajaran dilaksanakan
sesuai dengan langkah-langkah dalam penggunaan modul agar dapat
memenuhi tujuan pembelajaran dengan menggunakan strategi secara
konsisten sesuai dengan sistem yang ditetapkan.
d. Evaluasi dan Validasi
Tujuan dilakukan evaluasi adalah untuk mengukur apakah
implementasi pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan
pengembangannya. Validasi merupakan proses menguji kesesuaian
modul dengan kompetensi menjadi target belajar, jika isi modul sesuai
dan efektif untuk mempelajari kompetensi yang menjadi target maka
modul dinyatakan valid. Proses penyusunan modul dapat diperiksa
dalam bagan berikut ini.
Pengertian lain dari situs web (website) atau biasa disebut dengan situs
atau web saja merupakan kumpulan dari beberapa halaman yang mempunyai
konten yang saling terkait yang didalamnya terdapat unsur-unsur teks,
gambar, video, atau unsur lainnya yang tersimpan dalam sebuah komputer
server dan dapat di akses melalui jaringan internet. Setiap web memiliki
alamat unik yang disebut dengan URL (Uniform Resource Locator) (Pratama,
2016: 33)
Fungsi web secara umum antara lain fungsi komunikasi, fungsi
informasi, fungsi hiburan, fungsi pembelajaran, dan fungsi transaksi (Hendra
dan Nyoman, 2016: 151). Pembelajaran berbasis website (e-learning) adalah
proses belajar mengajar yang dilakukan dengan memanfaatkan jaringan
internet, sehingga sering disebut juga dengan e-learning. merupakan jaringan
yang terdiri atas ribuan bahkan jutaan komputer, termasuk didalamnya
jaringan lokal, yang terhubungkan melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan
jangkauanya mencakup seluruh dunia. Internet memiliki banyak fasilitas yang
dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk dalam kegiatan pendidikan.
Fasilitas tersebut antara lain: e-mail, Telnet, Internet Relay Chat, Newsgroup,
Mailing List (Milis), File Transfer Protocol (FTP), atau World Wide Web
(WWW) (Hamzah,2016: 171)
Pembelajaran berbasis web menawarkan kecepatan dan tidak
terbatasnya pada ruang dan waktu untuk mengakses informasi. Kegiatan
belajar dapat dengan mudah dilakukan oleh peserta didik kapan saja dan
dimana selama perangkat tersebut dapat berupa PDA, telepon seluler, laptop,
tablet PC dan sebagainya saling terhubung dengan jaringan internet akan
memberikan kemudahan bagi siapa saja untuk mendapatkan informasi. Salah
satu landasan konsep teknologi pendidikan muncul karena perlu adanya
usaha untuk mengidentifikasikan hal-hal yang belum jelas atau belum
terpecahkan dan mencari cara-cara baru yang inovatif sesuai dengan
perkembangan budaya dan hasrat manusia serta mengelola potensi-potensi
sumber belajar agar dapat digunakan secara optimal untuk keperluan belajar
(Januarisma dan Ghufron, 2016: 167).
13
B. Kajian Empirik
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini dikemukakan oleh:
1. Indra (2016: 6), dalam penelitian yang telah dilaksanakan dapat
disimpulkan bahwa kualitas modul berbasis website materi Protozoa
sebagai alternatif bahan ajar siswa kelas X di SMA Negeri 1 Sewon
ditinjau dari aspek kebenaran konsep, aspek materi, aspek bahasa, aspek
tampilan dan aspek kualitas tampilan adalah sangat baik sehingga layak
untuk digunakan. Tanggapan positif siswa terhadap modul berbasis
website ditinjau dari aspek materi, aspek bahasa, aspek tampilan dan aspek
penyajian dinilai tinggi sehingga modul ini layak untuk digunakan.
2. Amelia, T dan Asikin, N (2018: 28), dalam penelitian yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran berbasis web
pada mata kuliah Biologi Sel yang dikembangkan dengan model Borg and
Gall (1984) dinilai valid pada aspek media berbasis web dan aspek materi
3. Suparti, Wiryokusumo, I, dan Adiwalujo, D (2015: 147), dalam penelitian
yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa e-modul berbasis web yang
dikembangkan pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan ini layak
dipergunakan sebagai media pembelajaran
4. Sadikin, A, Asni, J, dan Lili, S (2020: 26), dalam penelitian yang telah
dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa multimedia interaktif biologi
berbasis website yang telah dikembangkan dinyatakan valid dan layak
untuk digunakan dalam pembelajaran biologi. Hal ini terbukti dari hasil
validasi dinyatakan valid pada aspek media (90% kriteria sangat baik),
aspek materi (87,5% kriteria sangat baik), dan aspek kemenarikan (88%
kriteria sangat baik)
19
C. Kerangka Berpikir
Paradigma pembelajaran abad 21 mengisyaratkan bahwa seorang guru
harus dapat menggunkan teknologi digital, sarana komunikasi dan atau jaringan
yang sesuai untuk mengakses, mengelola, memadukan, megevaluasi, dan
menciptakan informasi agar berfungsi dalam sebuah pembelajaran.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang pesat
saat ini telah mempengaruhi segala bidang kehidupan, salah satunya adalah
bidang pendidikan.Teknologi pendidikan bersifat dinamis, fleksibel,
bergantung pada komponen ilmu, subyek didik, dan perkembangan teori
pembelajaran. Ada bebrapa aspek teknologi pendidikan yang berfungsi untuk
memudahkan penyampaian pembelajaran, diantaranya media pembelajaran,
sumber belajar dan bahan ajar. Bahan ajar yang baik menetukan keberhasilan
suatu proses pembelajaran. Jenis-jenis bahan ajar menurut Sitorus, dkk, (2015:
43) terdiri atas bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku,
modul, lembar kerja siswa, dan non cetak (non printed) seperti model/maker.
Salah satu bahan ajar untuk mendukung paradigma pembelajaran abad 21 yang
menuntut guru dalam penggunaan T.I.K adalah e-modul berbasis website, jika
e-modul ini telah dinyatakan layak oleh ahli media, ahli materi, siswa dan guru
maka bahan ajar e-modul tersebut akan digunakan sebagai bahan ajar pada
materi sistem saraf pada manusia kelas XI.
BAB II
21
METODE PENELITIAN
(Muji, 2014: 6)
E. Jenis Data
Data yang dikumpulkan pada pengembangan modul berbasis
website dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Jenis Data, Metode Pengumpulan Data, Instrumen, dan Sumber
Data.
No Jenis Data Metode Instrumen Sumber
Validitas tampilan Instrumen non tes Ahli media
modul berupa skala
1. Lembar isian
pembelajaran oleh semantik
tim ahli diferensial
Validitas materi Instrumen non tes Ahli materi
pembelajaran oleh berupa skala
2. Lembar isian
tim ahli semantik
diferensial
Kelayakan modul Instrumen non tes Guru dan
pembelajaran berupa skala peserta
3. Lembar isian
semantik didik
diferensial
28
29