OLEH:
Kelompok 6/Kelas A
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Rahmat-Nya dan Kemurahannya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
dengan baik. Tujuan kami membuat tugas ini untuk menyelesaikan tugas yaitu
tentang Asuhan Keperawatan penyakit diabetes millitus, pada mata kuliah
Keperawatan Kritis.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua teman- teman yang
membacanya untuk mengetahui tetang Diabetes Mellitus. Kami mohon maaf
apabila ada kata atau pun kalimat yang salah digunakan dalam makalah ini.
Karena manusia tidak luput dari kesalahan. Maka dari itu kami berharap bagi
pembaca/teman-teman yang membaca makalah ini dapat memberi saran dan kritik
bagi kami.
Penuliss
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan .....................................................................................
1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Dari Diabetes Militus ................................................................
2.2 Etiologi Diabetes Militus .........................................................................
2.3 Patofisiologi Diabetes Militus .................................................................
2.4 Manifestasi Klinis Diabetes Militus.........................................................
2.5 Komplikasi Dari Diabetes Militus............................................................
2.6 Penatalaksanaan Dari Diabetes Militus ...................................................
2.7 Asuhan Keperawatan Diabetes Militus ...................................................
BAB 3 TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan .........................................................................
3.2 Analisa Data.............................................................................................
3.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................................
3.4 Intervensi Keperawatan ...........................................................................
3.5 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ................................................
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan .............................................................................................
4.2 Saran.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetic dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Diabetes Mellitus (DM) yang umum dikenal sebagai kencing manis
adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula
darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Diabetes
mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan
metabolic akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi
kronik pada mata, ginjal, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis
dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai
oleh kadar glukosa darah melebihi normal dan gangguan metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh kekurangan hormon insulin
secara relatif maupun absolut. Pada umumnya dikenal 2 tipe diabetes, yaitu
diabetes tipe 1 (tergantung insulin), dan diabetes tipe 2 (tidak tergantung insulin).
Ada pula diabetes dalam kehamilan, dan diabetes akibat malnutrisi. Diabetes tipe
1 biasanya dimulai pada usia anak-anak sedangkan diabetes tipe 2 dimulai pada
usia dewasa pertengahan (40-50 tahun). Kasus diabetes dilaporkan mengalami
peningkatan di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
4
non DM mempunyai kecenderungan 25 kali terjadi buta, 2 kali terjadi penyakit
jantung koroner, 7 kali terjadi gagal ginjal kronik, dan 5 kali menderita ulkus
diabetika. Komplikasi menahun DM di Indonesia terdiri atas neuropati 60%,
penyakit jantung koroner 20,5%, ulkus diabetika 15%, retinopati 10%, dan
nefropati 7,1%.
Pada kasus yang kami temui di lapangan, terjadi sesak nafas pada klien
dengan DM sehingga intervensi yang kami lakukan salah satunya adalah
pemberian terapi oksigen. Sesak nafas yang terjadi jika tidak segera ditangani
akan berakibat fatal hingga menyebabkan kematian pada klien. Oleh sebab itu,
perawat perlu memberikan asuhan keperawatan yang tepat guna mengurangi
komplikasi yang dapat timbul akibat DM.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
Diabetes Mellitus
2. Tujuan khusus :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan teori yang terkait DM ?
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada kasus DM ?
c. Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa yang tepat pada kasus DM ?
d. Mahasiswa mampu merumuskan intervensi yang tepat pada kasus DM ?
e. Mahasiswa mampu memberikan tindakan keperawatan pada klien
dengan DM ?
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien
dengan DM ?
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara
genetic dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya
toleransi karbohidrat1. Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan
heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau
hiperglikemi.
B. ETIOLOGI
Etiologi secara umum tergantung dari tipe Diabetes, yaitu :
2. Faktor Genetic
Penderita DM tidak mewarisi DM tipe 1 itu sendiri tapi mewarisi suatu
predisposisi / kecenderungan genetic ke arah terjadinya DM tipe 1. Ini
ditemukan pada individu yang mempunyai tipe antigen HLA ( Human
Leucocyte Antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen transplatasi dan proses imun lainnya.
3. Faktor Imunologi
Respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggap seolah-olah
sebagai jaringan asing.
4. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan destruksi sel beta.
6
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II belum diketahui . Faktor genetik
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin .
Selain itu terdapat faktor-faktor resiko tertentu yang berhubungan yaitu3 :
a. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun
b. Obesitas
c. Riwayat Keluarga
d. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hispanik serta penduduk asli amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya
diabetes tipe II disbanding dengan golongan Afro-Amerika.
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi DM dan gangguan toleransi glukosa adalah sebagai berikut4 :
1. Diabetes mellitus :
1. DM tipe 1 (tergantung insulin)
2. DM tipe 2 (tidak tergantung insulin)
a. Gemuk
b. Tidak gemuk
3. DM tipe lain yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom tertentu
a. Penyakit pancreas
b. Hormonal
c. Obat atau bahan kimia
d. Kelainan reseptor
e. Kelainan genital dan lain-lain
4. Toleransi glukosa terganggu
5. Diabetes Gestasional
7
D. PATHOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, jika terdapat insulin, asupan glukosa / produksi
glukosa yang melebihi kebutuhan kalori akan di simpan sebagai glikogen dalam
sel-sel hati dan sel-sel otot. Proses glikogenesis ini mencegah hiperglikemia
( kadar glukosa darah > 110 mg / dl ). Jika terdapat defisit insulin, empat
perubahan metabolic terjadi menimbulkan hiperglikemi. Empat perubahan itu
adalah :
a. Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.
b. Glikogenesis berkurang dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.
c. Glikolisis meningkat sehingga dadangan glikogen berkurang dan glukosa hati
dicurahkan ke dalam darah secara terus menerus melebihi kebutuhan.
d. Glukoneogenesis meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah
ke dalam darah dari pemecahan asam amino dan lemak5.
8
berjalan tanpa terdeteksi. Gejala yang dialami sering bersifat ringan seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuri, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur (jika kadar glukosanya sangat tinggi)3.
E. MANIFESTASI KLINIK4
1. Gejala klasik :
a. Poliuri
b. Polidipsi
c. Polifagi
2. Penurunan Berat Badan
3. Lemah
4. Kesemutan, rasa baal
5. Gatal-gatal
6. Bisul / luka yang lama tidak sembuh
7. Keluhan impotensi pada laki-laki
8. Keputihan
9. Infeksi saluran kemih
F. KOMPLIKASI2,6
a. Komplikasi Akut :
1. Ketoasidosis diabetic.
2. Hipoglikemi.
3. Koma non ketotik hiperglikemi hiperosmolar.
4. Efek Somogyi ( penurunan kadar glukosa darah pada malam hari diikuti
peningkatan rebound pada pagi hari).
5. Fenomena fajar / down phenomenon ( hiperglikemi pada pagi hari antara
jam 5-9 pagi yang tampaknya disebabkan peningkatan sikardian kadar
glukosa pada pagi hari )
6. Komplikasi jangka panjang :
1. Makroangiopati : Penyakit arteri koroner ( aterosklerosis ), Penyakit
vaskuler perifer, Stroke.
2. Mikroangiopati : Retinopati, Nefropati, Neuropati diabetic.
9
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK7,8
a. Pemeriksaan kadar serum glukosa
1. Gula darah puasa : glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu
nilai lain lebih dari 200 mg/ dlsetelah beban glukosa 75 gr.
c. HbA1C
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadi komplikasi vaskuler
serta neuropatik.Tujuan terapetik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola
aktifitas pasien. Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan DM yaitu diet, latihan,
pemantauan, terapi dan pendidikan kesehatan2,3.
a. Penatalaksanaan diet :
Prinsip umum : diet dan pengndalian berat badan merupakan dasar dari
penatalaksanaan DM.
10
3. Memenuhi kebutuhan energi
5. kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan
praktis.
b. Latihan fisik
c. Pemantauan
Pemantauan glukosa dan keton secara mandiri untuk deteksi dan pencegahan
hipoglikemi serta hiperglikemia.
d. Terapi
1. Sulfonaria
a. Asetoheksamid ( 250 mg, 500 mg )
b. Clorpopamid(100 mg, 250 mg )
c. Glipizid ( 5 mg, 10 mg )
d. Glyburid ( 1,25 mg ; 2,5 mg ; 5 mg )
e. Totazamid ( 100 mg ; 250 mg; 500 mg )
f. Tolbutamid (250 mg, 500 mg )
g. Biguanid
h. Metformin 500 mg
3. Pendidikan kesehatan
11
Informasi yang harus diajarkan pada pasien antara lain :
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN9,10,11
a. Aktivitas / istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan , kram otot, tonus otot menurun.
Gangguan tidur dan istirahat, takikardi dan takipnea, letargi, disorientasi, koma,
penurunan kekuatan otot.
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
Stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi. Ansietas, peka terhadap rangsang.
d. Eliminasi
Poliuri, nokturia, disuria, sulit brkemih, ISK baru atau berulang. Diare, nyeri
tekan abdomen. Urin encer, pucat, kuning, atau berkabut dan berbau bila ada
infeksi. Bising usus melemah atau turun, terjadi hiperaktif ( diare ), abdomen
keras, adanya asites.
e. Makanan / cairan
12
diuretic ( Tiazid ), kekakuan / distensi abdomen. Kulit kering bersisik, turgor kulit
jelek, bau halitosis / manis, bau buah (nafas aseton ).
f. Neurosensori
Batuk, dan ada purulen, jika terjadi infeksi. Frekuensi pernafasan meningkat,
merasa kekurangan oksigen
i. Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit, kulit rusak, lesi, ulserasi, menurunnya kekuatan
umum / rentang gerak, parestesia/ paralysis otot, termasuk otot-otot pernafasan,
( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam) ,demam, diaphoresis.
j. Seksualitas
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa umum yang muncul pada pasien Diabetes Melitus :
13
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan hiperglikemi, penurunan
fungsi lekosit, perubahan sirkulasi.
K. INTERVENSI
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan defisiensi
insulin, penurunan intake oral, status hipermetabolisme.
Intervensi :
Mandiri :
14
Kriteria Hasil :
Kolaborasi :
Kriteria hasil:
15
Intervensi (Mandiri) :
Intervensi :
Mandiri :
16
a. Orientasikan klien terhadap orang, tempat dan waktu.
b. Pantau TTV dan status mental.
c. Pelihara aktifitas rutin klien sekonsisten mungkin, dorong untuk
melakukan kegiatan sehari-hari.
d. Jadwalkan intervensi keperawatan yang tidak mengganggu istirahat
klien.
e. Lindungi dari cedera, pasang pagar tempat tidur, dan bantal pada
pagar.
f. Evaluasi lapang pandang penglihatan.
g. Kaji keluhan parestesia, nyeri / kehilangan sensori pada kaki, kaji
danya ulkus, kehilangan denyut nadi perifer.
h. Bantu klien dalam ambulasi / perubahan posisi.
Kolaborasi
Kriteria hasil :
Mandiri
17
b. Diskusikan rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat, dan
manajemen diet.
c. Buat jadwal aktifitas yang teratur, kaitkan dengan penggunaan
insulin.
d. Identifikasi gejal hipoglikemi, jelaskan penyebab dan
penanganannya.
e. Anjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan bebas.
f. Diskusiakn tentang pentingnya kontro untuk pemeriksaan gula
darah, program pengobatan dan diet secara teratur.
g. Diskusikan tentang perlunya program latihan.
h. Berikan informasi tentang perawatan sehari-hari missal perawatan
kaki.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal masuk : 10 Oktober 2020 jam 19.30 WIB
Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2020, jam 19.32 WIB
A. Identitas Pasien
1. Nama : Tn. S
2. Usia : 23 tahun
3. Jenis kelamin : Laki- laki
4. Alamat : Sukoharjo
5. Agama : Islam
6. Diagnose medis : Diabetes Mellitus
7. No. register : 01145073
B. Pengkajian Primer
1. Airway
Terdengar bunyi mendengkur atau snoring dari jalan napas Tn. S
ketika ekspirasi. Tidak ada secret pada jalan nafas.
2. Breathing
Frekuensi pernapasan 30 x/menit, pola nafas takipnea, napas pendek
dan dangkal, terlihat nafas cuping hidung, terlihat retraksi
intercostalis, ada gerakan otot bantu pernapasan. Traktil fremitus
tidak teraba karena pasien dalam kondisi bingung.
3. Circulation
Nadi : 102 x/mnt, irama nadi regular, TD : 130/80 mmHg. Turgor
kulit baik, akral hangat. Bibir dan ujung jari sianosis. Capillary refill
> 2 detik
4. Disability
Kesadaran Tn. S letargik dengan GCS 14 yaitu E4 M5 V4.
5. Exposure
19
Tidak ada jejas, tidak ada lebam pada tubuh klien. Tidak ada
deformitas tulang. Suhu tubuh klien 36,5 0 C.
C. Pengkajian Sekunder
1. Keluhan Utama
sesak napas.
20
5. Pemeriksaan Fisik
Bagian Keterangan
Mulut & Gigi Bibir klien kering, gigi klien lengkap belum ada
yang tanggal, tidak ada perdarahan gusi.
Pe : Pekak
21
ada retraksi dada, dada kanan dan kiri simetris,
penyebaran warna merata.
Pe : Sonor
Pa : belum terkaji
Pe : belum terkaji
6. Cairan
Input :
Minum 1 liter
Output :
Urine 7 x 200 cc = 1400 cc
Muntah : 400 cc
22
Balance cairan = 1000 – 1800 cc = - 800 cc
7. Eliminasi
Keluarga mengatakan Tn. S sudah buang air kecil sebanyak 7 kali
dengan jumlah yang banyak. Warna dan kejernihannya Tn. S sendiri
mengaku tidak begitu memperhatikan. Keluarga juga memberi tahu
kalau Tn. S sudah buang air besar sebanyak 3 kali dengan konsistensi
feses sangat lunak.
8. Rasa Nyaman
Nyeri pada seluruh bagian perut.
P : Saat beraktivitas
R : Seluruh abdomen
S : Skala 8
D. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan GDS pada tanggal 10 Oktober 2012
Nama: Tn. S
Usia: 23 tahun
GDS : HIGH
23
E. Terapi Medis
Nama Cara
Dosis Indikasi Kontra indikasi Efek samping
Obat Pemberian
Insulin 10 unit Bolus IV a. DM (Diabetes Melitus) Tipe 1 memerlukan insulin L. Dosis Dengan Obat Lain :
eksogen karena produksi insulin endogen oleh sel- insulin yang
a. Hormon
sel beta kelenjar pankreas tidak ada atau hampir berlebihan
pertumbuhan,
tidak ada M. Saat
hormon adrenal,
b. DM Tipe 2 kemungkinan juga membutuhkan terapi pemberian
tiroksin, estrogen,
insulin apabila terapi diet dan OHO yang diberikan yang tidak
progestin dan
tidak dapat mengendalikan kadar glukosa darah tepat
glukagon bekerja
c. DM Gestasional dan DM pada ibu hamil N. Pengguna
berlawanan dengan
membutuhkan terapi insulin, apabila diet saja tidak an glukosa
efek hipoglikemik
dapat mengendalikan kadar glukosa darah yang
dari insulin
d. DM pada penderita yang mendapat nutrisi berlebihan,
b. Guanetidin bekerja
parenteral atau yang memerlukan suplemen tinggi misalnya
menurunkan kadar
kalori untuk memenuhi kebutuhan energi yang olahraga
gula darah
meningkat, secara bertahap memerlukan insulin anaerobic
c. Kloramfenikol,
eksogen untuk mempertahankan kadar glukosa berlebihan
tetrasiklin, salisilat,
darah mendekati normal selama periode resistensi O. Faktor-
fenilbutazon,
insulin atau ketika terjadi peningkatan kebutuhan faktor lain
bekerja
24
insulin yang dapat meningkatkan kadar
e. DM disertai gangguan fungsi ginjal atau hati yang meningkatka insulin plasma
berat n kepekaan d. Pemberian obat-obat
f. Kontra indikasi atau alergi terhadap OHO individu ini bersama insulin
g. Ketoasidosis diabetic terhadap memerlukan
h. Keadaan stres berat, seperti pada infeksi berat, insulin, penyesuaian dosis
tindakan pembedahan, infark miokard akut atau misalnya
stroke gangguan
i. Insulin seringkali diperlukan pada pengobatan fungsi
sindroma hiperglikemia hiperosmolar non-ketotik adrenal atau
hipofisis
Cairan 20 tpm Intravena a. Resusitasi a. Hipernatremia a. Panas
Ringer b. Suplai ion bikarbonat b. Kelainan b. Infeksi pada tempat
laktat c. Asidosis Metabolik ginjal penyuntikan
c. Kerusakan sel c. Trobosis vena atau
hati flebitis yang meluas
d. Asidosis dari tempat
Laktat penyuntikan
d. Ekstra vasasi
25
F. ANALISA DATA
Do :
RR : 30 rpm
Pola nafas takipnea
Napas pendek dan dangkal
Frekuensi pernapasan Tn. S 30 rpm
Terlihat retraksi intercostalis
Nafas cuping hidung
Ada gerakan otot bantu pernapasan
Klien memiliki riwayat DM
GDS : High
26
Keluarga mengatakan klien belum makan.
Do :
P : Saat beraktivitas
R : Seluruh abdomen
S : Skala 8
Klien mual.
27
dengan tiap BAK kira-kira 200 cc.
Do :
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan Sindrom Hipoventilasi
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cidera : Peningkatan Asam Lambung
3. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan Kehilangan Cairan Aktif
28
H. PERENCANAAN / INTERVENSI
29
e. Tidak ada penggunaan 1911 Acid-Base Management : Metabolic
otot bantu pernafasan Acidosis
30
mengatasi nyeri.
10 Oktober 3 Setelah dilakukan tindakan 4120 Fluid Management Perawat
2020 keperawatan 3 x 24 jam 1. Monitor status hidrasi pasien Nia
diharapkan klien tidak mengalami 2. Pertahankan intake cairan yang adekuat
kekurangan cairan dengan kriteria 3. Monitor TTV pasien
hasil: Kolaborasi : Pemberian terapi intravena
1. Membran mukosa tidak kering Fluid Monitoring
2. Mual dan muntah (-) 1. Monitor intake dan output cairan
3. Balance cairan normal 3320 2. Monitor serum albumin dan total
protein
3. Monitor mukosa mulut, turgor kulit
4. Monitor warna urin dan jumlah urin
31
I. IMPLEMENTASI dan EVALUASI
32
O:
1 19.51 WIB O:
33
- Mempertahankan cairan pukul 19. 48 WIB dengan
intake yang adekuat. kecepatan 60
S:
O:
O:
34
tidak hilang sepenuhnya.
O:
- Mengobservasi reaksi non
verbal dari ketidak nyamanan - Pasien maish terlihat sedikit
pasien. merintih kesakitan.
P: Lanjutkan intervensi:
35
- Monitor pernapasan pasien
- Pantau aliran oksigen
- Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan.
10/10/2020 2
20.25 WIB
S: Pasien masih mengeluh nyeri pada bagian abdomennya
P: Lanjutkan intervensi:
10/10/2020 3
- Observasi respon non verbal pasien terhadap ketidaknyamanan.
20.35 WIB
- Lakukan teknik non farmakologis untuk mengatasi nyeri
- Kolaborasi dengan pemberian injeksi ketorolak 30 mg.
- Pertahankan intake cairan yang adekuat
- Monitor TTV pasien
- Monitor intake dan output cairan
- Monitor mukosa mulut, turgor kulit
36
BAB IV
PEMBAHASAN
xxxvii
ini terjadi akibat suntikan insulin berhenti atau kurang, atau mungkin
karena lupa menyuntik atau tidak menaikkan dosis padahal ada makanan
ekstra yang menyebabkan glukosa darah naik. Keluhan dan gejala KAD
timbul akibat adanya keton yang meningkat dalam darah. Keluhan dan
gejala tersebut berupa nafas yang cepat dan dalam, nafas bau keton atau
aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri perut, berat badan
turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran menurun sampai
koma5. Pada Tn. S mengalami keluhan nafas cepat dan dalam, mual,
muntah, nyeri perut, lemah, dan kesadaran menurun. Tn.S mengalami
mual muntah sehingga menyebabkan adanya dehidrasi.
Pada Tn.S intervensi yang dilakukan yaitu memberikan terapi
oksigen sebanyak 4 liter permenit karena terapi oksigen sangat membantu
klien mengatasi kekurangan oksigen yang dialami. Memonitor adanya
retraksi dinding dada, adanya penggunaan otot bantu pernafasan berfungsi
untuk mengetahui sejauh mana keadaan pola nafas klien tidak efektif dan
untuk mengevaluasi apakah intervensi yang dilakukan sudah tepat ataukah
belum selain itu untuk mengetahui keadaan klien apakah sudah membaik
ataukah belum. Memonitor pemberian oksigen untuk memastikan
kebutuhan oksigen klien terpenuhi. Pemberian insulin berguna untuk
mengatasi kelebihan glukosa dalam darah sehingga ketoasidosis diabetik
tidak terjadi dan transport serta ventilasi oksigen kembali normal sehingga
klien tidak mengalami ketidakefektifan pola nafas. Intervensi yang
dilakukan dilapangan sudah cukup maksimal untuk mengatasi
ketidakefektifan pola nafas.
Masalah nyeri yang dialami klien hanya dilakukan intervensi
latihan nafas dalam. Latihan nafas dalam ini bertujuan untuk mengurangi
nyeri yang dialami klien secara nonfarmakologi. Pengkajian nyeri
dilakukan untuk mengetahui seberapa tingkat nyeri sebelum dan sesudah
dilakukan intervensi. Komuniksi yang efektif dilakukan agar klien merasa
nyaman dan tenang sehingga nyeri bisa turun secara psikologi. Intervensi
yang dilakukan belum efektif karena belum mengurangi nyeri secra
xxxviii
optimal. Butuh suatu intervensi secara farmakologi untuk mengatasi nyeri
yang ada.
Masalah kekurangan volume cairan diatasi dengan memonitor
dehidrasi yang dialami klien dengan mengukur intake dan output cairan
klien. Monitor status intake dan output berfungsi untuk mengethui
perkembangan klien setelah dilakukan inteevensi. Apakah intervensi
tersebut berhasil ataukah tidak. Memonitor mukosa mulut berguna untuk
mengetahui sampai mana keadaan kekurangan volume cairan klien.
Intervensi yang dilakukan yang lain yaitu dengan memberikan terapi
intravena agar kekurangan volume cairan klien teratasi secara cepat.
Intervensi yang dilakukan di lapangan sudah maksimal karena memang
untuk mengatasi kekurangan volumecairan membutuhkan waktu yang
cukup lama tidak bisa dalam hitungan jam tetapi dengan hitungan hari.
xxxix
BAB IV
KESIMPULAN
Pasien dengan nama Tn. S datang ke IGD dengan diagnosa medis Dibates
mellitus, mengeluh sesak napas. Setelah dikaji lebih dalam pasien juga mengalami
nyeri serta mual muntah sehingga menyebabkan gangguan kenyamanan dan
perubahan status cairan. Tindakan keperawatan darurat yang diberikan pada
pasien dilaksanakan sesegera mungkin untuk menghindari kondisi keparahan
lebih lanjut dari pasien terutama tindakan yang berhubungan dengan pernapasan
dan cairan pasien.
Setelah dilakukan tindakan keperawtan pasien terlihat lebih tenang
walaupun GDS klien tetap tinggi tetapi intervensi untuk menstabilkan kembali
nilai GDS pasien tetap dilakukan secara teratur di ruang rawat inap. Masalah
kegawat daruratan pasien selama di IGD teratasi sebagian dan akan dilanjutkan
dengan tindakan keperawatan di ruang rawat inap oleh perawat.
xl
DAFTAR PUSTAKA
xli
McCloskey, Joanne C & Gloria M. Bulechek. 2000. Nursing Interventions
Classification (NIC) Third Edition. USA : Mosby Inc
Soegondo Sidartawan & Soewondo Pradana. 2002. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta : Heul
Diakses melalui http://repositori.usu.ac.id pada tanggal 13 oktober 2012 jam
13.00 WIB.
xlii