Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PRAKTIKUM Nama : Nisa Aisyah

KIMIA ANALITIK LAYANAN NIM : F24190048


Kelompok :D
Hari / Tanggal : Jumat / 20-11-2020
Waktu : 14.30 – 16.30 WIB
Asisten : Fadia Adinda
PJP : Dr. Dra Eti Rohaeti, MS
KROMATOGRAFI
PENDAHULUAN
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang sering digunakan
di laboratorium. Prinsip kromatografi adalah memisahkan campuran berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dengan fase diam pada komponen
campuran dalam larutan. Fase gerak terjadi pada pelarut campuran (zat cair) yang
bergerak menuju atas kertas sedangkan fase diam adalah zat dari media yang
digunakan dalam kromatografi seperti selulosa pada kertas atau silica gel pada
plat KLT. Proses tersebut mencakup karakteristik molekuler yang terkait dengan
adsorpsi (padatan-cair), partisi (padatan cair), dan afinitas atau perbedaan di
antara berat molekulnya. Karena perbedaan ini, beberapa komponen campuran
lebih lama berada dalam fase diam dan bergerak lambat dalam sistem
kromatografi, sementara komponen yang lain bisa lebih sebentar dalam fase diam
dan dengan cepat ke fase gerak serta keluar dari sistem lebih cepat. Perbedaan
koefisien campuran menghasilkan retensi diferensial pada fase diam yang akan
mempengaruhi pemisahan campuran dalam kromatografi (Patel 2018).
Kromatografi KLT dan kertas merupakan jenis kromatografi partisi.
Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah teknik kromatografi yang menggunakan
pelat kaca tipis yang dilapisi dengan aluminium oksida atau silika gel sebagai fase
padat dan pelarut pemisah campuran sebagai fase gerak. Prinsip KLT adalah
distribusi senyawa antara fasa tetap padat (lapisan tipis) yang diaplikasikan pada
kaca atau pelat plastik dan fasa gerak cair (pelarut elusi) yang bergerak di atas
fasa padat (Bele dan Khale 2011). Kromatografi kertas adalah kromatografi yang
menggunakan kertas saring sederhana dan pelarut yang akan menguraikan suatu
campuran menjadi warna-warna yang berbeda. Kelebihan kertas kromatografi
adalah pengoperasiannya sederhana, biaya rendah, dan praktis. Kromatografi
kertas memiliki beberapa teknik dalam penggunaannya seperti ascending,
descending, 2-D dll (Mandeep 2018). Dalam kromatografi terdapat teknik
koromatografi ascending (naik) dan teknik kromatografi descending (turun).
Teknik kromatografi ascending terjadi karena pergerakan pelarut ke arah atas
pada kertas. Dalam teknik ini, reservoir pelarut diletakkan di bagian bawah gelas
kimia dan selembar kertas dengan sampel yang dimuat dicelupkan ke dalam
pelarut. Teknik kromatografi descending dilakukan dengan membiarkan pelarut
bergerak ke bawah kertas. Reservoir pelarut diletakkan dibagian atas dan
pergerakan pelarut dibantu dengan gravitasi. Metode descending lebih disukai
karena laju aliran pelarut lebih konstan, lebih sedikit memakan waktu, dan larutan
dengan Rf rendah akan lebih mudah dipisah (Gupta et al. 2018).
Tujuan dari praktikum ini adalah melatih penggunaan analisis kualitatif
dengan metode kertas kromatografi. Bahan yang akan dianalisis dalam percobaan
ini adalah campuran tinta merah dan ungu serta ekstrak daun bayam. Campuran
akan dipisahkan dengan menggunakan kertas kromatografi Whitman dengan
eluen (pelarut) dari isopropil alkohol. Data percobaan kemudian digunakan untuk
mencari nilai Rf setiap komponen dalam campuran.

METODE
Alat dan Bahan
Alat-alat dalam percobaan ini antara lain wadah (stoples) kromatografi
dengan penutup, tabung ukur, penggaris, dan pensil. Bahan-bahan yang digunakan
dalam percobaan ini antara lain kertas Whatman (20 × 2 cm), isopropil alkohol,
air suling, campuran tinta merah dan biru, dan ekstrak daun bayam.
Prosedur
Garis horizontal digambar sepanjang 4 cm dari salah satu ujung kertas
strip filter Whatman dengan pensil gambar. Kemudian garis lain digambar secara
memanjang (secara vertikal) dari tengah kertas. Nama titik diberi pada saat kedua
garis berpotongan sebagai P. Dengan pipet kapiler yang digunakan, setetes
campuran tinta merah dan biru diteteskan di titik P. Tinta dibiarkan mengering di
udara. Tinta diteteskan lagi di tempat yang sama dan dikeringkan lagi agar tinta
pada kertas menjadi lebih tebal. Alkohol isopropil dan air suling dituangkan
dalam jumlah yang sama ke dalam ruang kromatografi dan diaduk rata
menggunakan batang kaca sebagai pelarut. Kertas saring diletakkan secara
vertikal dalam ruang kromatografi yang berisi pelarut sedemikian rupa sehingga
garis pensil tetap berada sekitar 2 cm di atas permukaan pelarut. Wadah
kromatografi ditutup dengan penutupnya. Pelarut yang naik diamati bersama
dengan tinta merah dan biru. Setelah pelarut naik, akan terdapat dua titik warna
biru dan merah yang berbeda pada kertas saring. Kertas saring dikeluarkan dari
wadah kromatografi dan ujung batas kenaikan pelarut ditandai di atas kertas
(front) dengan pensil. Kertas saring dikeringkan dan diberi tanda pensil di tengah
bintik tinta merah dan biru. Jarak kedua titik dari garis awal dan jarak pelarut dari
garis awal diukur dengan penggaris. Nilai Rf dari tinta merah dan biru dihitung
menggunakan rumus :

Jarak komponen dihitung dari tempat penetesan(cm)


Rf =
Jarak batas eluen dihitung dari tempat penetesan(cm)

Prosedur kromatografi yang sama dilakukan kembali dengan campuran


tinta merah dan biru yang digantikan oleh ekstrak daun bayam. Jarak antara
komponen dengan garis awal dihitung dari setiap komponen yang ada dalam
ekstrak daun bayam seperti karoten (warna oranye), xantofil (warna kuning),
klorofil a (warna hijau muda), dan klorofil b (warna hijau tua). Kemudian nilai Rf
dihitung dari setiap komponennya dengan rumus yang sama.
DATA DAN HASIL PENGAMATAN
Tabel 1 Perhitungan nilai Rf untuk semua spot pada campuran tinta

Jarak Jarak
Senyawa
Sampel Solven Warna solven sampe Rf
terpisahkan
(cm) l (cm)
Tinta Isopropil Tinta merah Merah 4.4 0.88
merah + alkohol dan 5
Tinta biru Biru 4.9 0.98
tinta biru air

Contoh perhitungan
Jarak komponen dihitung dari tempat penetesan(cm)
Rf =
Jarak batas eluen dihitung dari tempat penetesan(cm)

4.4
=
5

= 0.88

Tabel 2 Perhitungan nilai Rf untuk semua spot pada ekstrak bayam

Jarak Jarak
Senyawa
Sampel Solven Warna solven sampe Rf
terpisahkan
(cm) l (cm)
Ekstrak Isopropil Hijau 5
Klorofil b 1.1 0.22
daun alkohol dan tua
bayam air Hijau
Klorofil a 2.3 0.46
muda
Xantofil Kuning 4.5 0.9
Karoten Oranye 4.7 0.94

Contoh perhitungan
Jarak komponen dihitung dari tempat penetesan(cm)
Rf =
Jarak batas eluen dihitung dari tempat penetesan(cm)

4.5
=
5

= 0.9

PEMBAHASAN
Kromatografi kertas prinsipnya adalah menggunakan perbedaan adsorbsi
dan kepolaran campuran pada fase cair-cair. Ada komponen yang memiliki fase
diam lebih cepat dan ada juga yang lebih lambat. Hal ini didukung dengan
pernyataan Coskun (2016) yang menyatakan bahwa kertas kromatografi akan
menyerap pelarut (fase gerak) dan beberapa komponen campuran yang telah
diteteskan di atas kertas akan mengendap di beberapa pori-pori kertas (fase diam).
Komponen yang bergerak dengan laju berbeda akan dipisahkan berdasarkan
perbedaan bercak warnanya. Kromatografi lapisan tipis adalah kromatografi untuk
fase cair-padat. Sesuai dengan pernyataan Coskun (2016) yang menyatakan
bahwa fase diam dalam metode KLT berada pada zat adsorben yang berfase padat
misalnya silica gel. Dalam metode ini, fase gerak bergerak menuju atas melalui
fase diam akibat adanya gaya kapiler. Fase bergerak menuju atas ini dipengaruhi
oleh polaritas, media KLT, dan jenis pelarut yang berbeda-beda. Metode KLT
biasanya digunakan apabila campuran larutan yang digunakan tidak memiliki
warna sehingga perbedaan letak fase eluat akan tampak apabila disinari dengan
ultraviolet.
Proses elusi adalah proses pemisahan suatu campuran menjadi eluat (fase
diam) dan eluen (fase gerak). Menurut Ismail dan Nielsen (2017), proses elusi
bisa menjadi isokratik (komposisi fase gerak konstan) atau gradien (komposisi
fase gerak berubah, misalnya karena perubahan kekuatan pelarut atau pH). Saat
elusi berlangsung, komponen sampel secara selektif akan dihambat oleh fase
stasioner berdasarkan kekuatan interaksi dengan fase diam yang artinya kedua
komponen dielusi pada waktu yang berbeda. Proses elusi ini menghasilkan nilai
Rf yang berbeda untuk setiap komponen. Menurut Lundanes et al. (2014), Rf
adalah singkatan dari retention factor atau faktor retensi yang didefinisikan
sebagai perbandingan nilai fase gerak komponen analit dengan fase gerak suatu
sistem kromatografi. Semakin tinggi nilai Rf semakin larut komponen dalam
pelarut yang digunakan, sedangkan semakin kecil Rf semakin kurang larut
komponen dalam pelarut yang digunakan.
Data yang diperoleh dari hasil percobaan menunjukkan bahwa kertas
kromatografi dapat memisahkan komponen suatu campuran berdasarkan
perbedaan kepolaran dan adsorbsi yang dapat ditunjukkan dengan perbedaan
warna. Nilai Rf pada tinta biru lebih tinggi daripada tinta merah yang artinya tinta
biru lebih larut dalam alkohol isopropil dibandingkan tinta merah. Pada percobaan
dengan ekstrak bayam, terdapat empat warna berbeda yaitu hijau tua, hijau muda,
kuning dan oranye. Warna hijau tua (klorofil b) memiliki nilai Rf yang paling
rendah, artinya klorofil b paling tidak larut dengan alkohol isopropil atau yang
paling non-polar. Warna oranye (karoten) memiliki nilai Rf yang paling tinggi,
artinya karoten paling larut dengan alkohol isopropil atau yang paling polar.
Kertas Whitman diberi tanda garis agar praktikan dapat memposisikan
ketinggian kertas agar campuran yang telah diteteskan tidak langsung mengenai
eluen dan digunakan sebagai hitungan awal (start point) dari kromatografi. Eluen
harus dijenuhkan terlebih dahulu agar uap eluen memenuhi chamber atau wadah
stoples sehingga mempercepar proses elusi. Wadah yang digunakan dalam
kromatografi harus dalam kondisi tertutup agar eluen isopropil alkohol tidak
menguap ke ruangan di luar stoples.
Faktor kesalahan yang mungkin terjadi dalam percobaan ini bisa datang
dari berbagai faktor. Kelalaian atau ketidaktelitian praktikan dalam membaca data
dan saat melakukan percobaan bisa memengaruhi ketidakuratan pada data yang
dihasilkan. Selain itu, faktor kesalahan alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum juga bisa memengaruhi kesalahan dalam percobaan seperti bahan yang
sudah lama atau kadaluarsa, alat yang rusak baik karena pemakaian dalam jangka
lama maupun kelalaian pabrik pembuatan alat, dan alat yang telah terkontaminasi
oleh bahan lain sehingga indikator atau bahan yang digunakan tidak akurat. Selain
itu, faktor lingkungan juga bisa memengaruhi ketidakakuratan data yang diperoleh
misalnya getaran atau cahaya yang dapat mengganggu penglihatan praktikan.

SIMPULAN
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan adsorbsi
dan kepolaran suatu larutan. Prinsip kromatografi adalah memisahkan campuran
berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dengan fase diam pada
komponen campuran dalam larutan. Fase gerak terjadi pada pelarut campuran
(eluen) yang bergerak menuju atas kertas sedangkan fase diam adalah zat dari
media yang digunakan dalam kromatografi seperti selulosa pada kertas atau silica
gel pada plat KLT. Nilai Rf menunjukkan faktor retensi suatu campuran. Semakin
tinggi nilai Rf semakin tinggi kepolaran komponen dalam campuran.
DAFTAR PUSTAKA

Bele AA, Khale A . 2011 . An overview on thin layer chromatography .


International Journal of Pharmaceutical Sciences and Research . 2(2) :
256-267 . ISSN : 0975-8232.

Coskun O . 2016 . Separation techniques : chromatography . North Clin Istanbul


Journal . 3(2) : 156-160 . DOI : 10.14744/nci.2016.32757.

Gupta M, Kapoor B, Gupta R . 2018 . Paper chromatography : a review . Journal


of Emerging Technologies and Innovative Research . 5(10) : 462-468 .
ISSN : -2349-5162.

Ismail B, Nielsen S S . 2017 .  Food Science Text Series . New York (US) :
Springer . DOI : 10.1007/978-3-319-45776-5_12.

Lundanes E , Reubsaet L, Greibrokk T . 2014 . Chromatography : Basic


Principles,
Sample Preparations and Related Methods . Weinheim (DE) : Wiley-VCH
Verlag GmbH & Co. KGaA.

Mandeep . 2018 . Paper chromatography analysis: a vital tool for chemistry .


International Journal of Chemical Studies . 6(2) : 276-279 . ISSN : 2321–
4902.

Patel M . 2018 . Chromatography principle and applications . International


Journal
of Pharmacy and Pharmaceutical Research . 13 (4) : 288-293.

Anda mungkin juga menyukai