OLEH
12.2017.1.00330
TEKNIK GEOLOGI
2020
1. Pasokan air (water supply)
1. Water supply adalah suatu proses atau aktivitas penyediaan air untuk
digunakan didalam rumah tangga, industri, atau bisnis. Beberapa yang
termasuk sumber air antara lain ;
Air hujan
Air permukan yang terdiri : sungai, air laut, dan danau
Air tanah berupa air sumur
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air
tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, danau,
waduk, rawa dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah.
Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheads atau
drainage basins. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut
limpasan permukaan (surface run off) dan air yang mengalir di sungai menuju laut
disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 60 % air yang masuk ke sungai berasal
dari hujan, pencairan es/salju (terutama untuk wilayah ugahari), dan sisanya berasal
dari air tanah.Wilayah di sekitar daerah aliran sungai yang menjadi tangkapan air
disebut catchment basin.
Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-
bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat
asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas
yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), sulfur (S), dan
nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah. Setelah jatuh ke
permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-
bahan yang terkandung di dalam tanah.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air
tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau
lotik). Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa dan sebagainya.
Perairan tergenang (lentik), khususnya danau. Biasanya mengalami stratifikasi
secara vertikal akibat perbedaan Universitas Universitas Sumatera Sumatera Utara
Utara 6 intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolam air yang terjadi secara
vertikal. Sedangkan perairan mengalir (lotik) contohnya adalah sungai. Sungai
dicirikan oleh arus yang searah dan relatif kencang, dengan kecepatan berkisar
antara 0,1 – 1,0 m/detik serta sangat dipengaruhi oleh waktu, iklim, dan pola
drainase. Pada perairan sungai, biasanya terjadi pencampuran massa air secara
menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan
lentik. Kecepatan arus, erosi, dan sedimentasi merupakan fenomena yang biasa
terjadi di sungai sehingga kehidupan flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh ketiga
variabel tersebut. Klasifikasi perairan lentik sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya dan perbedaan suhu air, sedangkan klasifikasi perairan lotik justru
dipengaruhi oleh kecepatan arus atau pergerakan air, jenis sedimen dasar, erosi,
dan sedimentasi.(Hefni. E 2003)
4. banjir (flooding)
Banjir di defenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang
terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilaah
sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak
merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi” (IDEP,2007). “Banjir
merupakan peristiwa dimana daratan yang biasanya kering (bukan daerah rawa)
menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan
kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu
terjadinya banjir jua dapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (runoff) yang
meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase atau sistem
aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan oleh rendahnya
kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan tanah tidak mampu lagi
menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat naiknya permukaan air lantaran curah
hujan yang diatas normal, perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol,
pencairan salju yang cepat, terhambatnya aliran air di tempat lain” (Ligak, 2008).
3. Pencemaran airtanah tidak lepas dari kualitas airtanah yang semakin lama
semakin tercemar oleh berbagai polutan akibat pertumbuhan jumlah
penduduk. Pengertian tentang kualitas air (baku mutu air) sangatlah penting,
karena merupakan dasar dan pedoman untuk mencapai tujuan pengelolaan
airsesuai dengan peruntukannya. Untuk itu, perlu suatu baku mutu air yakni
keadaan ideal yang ingin dicapai, yaitu keadaan minimum yang harus
dicapaiserta keadaan maksimum yang boleh ditoleransisesuai dengan
peruntukannya. Sehingga baku mutu air dapat diartikan sebagai batas atau
kadar makhukhidup, zat energi, atau komponen lain yang ada dan harus ada
dan atau unsur pencemar yang ditenggang adanya dalam air pada sumber air
tertentu sesuai dengan peruntukannnya (Suratmo, 1995 dalam Putranto, T. T.,
2000). Kualitas air adalah sifat airdan kandugan makhluk hidup, zat, atau
energi atau komponen lain dalam air. Kualitas air dinyatakan sebagai
parameter kualitas air, misalnya pH, warna temperatur, hantaran listrik,
konsentrasi zat kimia, konsentrasi bakteri, dan sebagainya (Suratmo,1995
dalam Putranto, T. T., 2000). Pencemaran airtanah adalah berubahnya tatanan
air di bawah permukaan tanah oleh kegiatan manusia atau proses alam yang
mengakibatkan mutu air turun sampai ke tingkat tertentu sehingga tidak lagi
sesuaidengan pemanfaatannya. Pencemaran airtanah pada saat ini merupakan
suatu masalah yang tidak hanya terbatas pada negara industri saja, tetapi juga
meluas pada negara berkembang, dimana industri tumbuh pesat bersamaan
dengan meningkatnya jumlah penduduk dan urbanisasi ke beberapa kota besar
(Soekardi, 1990 dalam Putranto, T. T., 2000). Pencemaran airtanah itu sendiri
terjadi ketika air yang telah tercemar bercampur dengan airtanah. Pada
awalnya masalah pencemaran airtanah disebabkan terutama oleh
mikroorganisme patogenik, virus dan logam berat dari pertambangan. Namun
sekarang sumber pencemaran airtanah juga meliputi bahan pelarut yang
mengandung klor, pestisida dan bahan pencemar radioaktif (Shibasaki, 1995
dalam Putranto, T. T., 2000)