Anda di halaman 1dari 5

Seminar Nasional AVoER XI 2019

Palembang, 23-24 Oktober 2019


Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya

ANALISIS PETROGRAFI BATUAN ANDESIT FORMASI HULUSIMPANG DAERAH


TANJUNG KEMALA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN PESISIR BARAT, LAMPUNG

L.S. Hasanah1*, E. Sutriyono1

1
Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya, Palembang
Corresponding author: larasakina@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian terhadap karakteristik andesit Formasi Hulusimpang dilakukan di Daerah Tanjung Kemala dan
sekitarnya, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Secara tektonik terletak di Cekungan Bengkulu sebagai forearc. Metode
penelitian yang digunakan berupa observasi lapangan dan analisis petrografi andesit yang diambil secara acak
(random). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik batuan beku intermediet yaitu andesit pada Formasi
Hulusimpang berumur Oligosen Akhir – Miosen Awal dan mengidentifikasi alterasi yang terjadi pada lokasi penelitian.
Analisis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa andesit Formasi Hulusimpang di Daerah Tanjung Kemala dan
sekitarnya secara petrografi memiliki bentuk krsital subhedral – anhedral, ukuran (0.05 sampai dengan 0.5 mm), derajat
kristalisasi hipokristalin, tekstur porfiritik dan juga terdapat tekstur zoning dengan komposisi mineral kuarsa,
plagioklas, lempung, sanidine, gelas, biotit dan opak. Selain itu, pada beberapa sampel andesit ditemukan juga mineral
sekunder berupa klorit sebagai tanda bahwa andesit sudah mulai mengalami terjadi proses ubahan. Mineral penciri
alterasi pada daerah penelitian ini terbentuk pada suhu yang berkisar 120o sampai dengan 300o C.

Kata Kunci: Karakteristik, Hulusimpang, Andesit, Petrografi

ABSTRACT : A study of andesite characteristic of Hulusimpang Formation was conducted in Tanjung Kemala Area.
Pesisir Barat Regency, Lampung Province. This area is tectonically located in Forearc of Bengkulu Basin. The
research method undertaken in the present study included field investigation and andesite random petrographic
analysis. The aims of the research by means to know the characteristic of intermediate igneous rock that is andesite of
Hulusimpang Formation in The Late Oligocene – Early Miocene and to identify alteration that formed on the spot of
the research. The results showed that the andesite of Hulusimpang Formation in Tanjung Kemala and the surrounding
area have subhedral – anhedral crystal form, size of minerals of 0,01 mm – 0.5 m, hypocrystalline of degree
crystallization, porphyritic textures and also zoning texture, the composition of minerals are quartz, plagioclase, clay,
sanidine, glass, biotite and opaque. Furthermore, it was found that some of andesit`s sample had a secondary mineral
like chlorite as a sign of alteration process. This mineral is formed at a temperature of 120o C - 300o C.

Keywords: Characteristic, Hulusimpang, Andesite, Petrographic.

PENDAHULUAN

Daerah penelitian secara administrasi berada pada


Desa Tanjung Kemala, Kecamatan Bengkunat
Belimbing, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung
(gambar 1) kemudian wilayah penelitian ini memiliki
luasan sekitar 5 km x 5 km yang secara geologi terdapat
Formasi Hulusimpang dengan luasan sekitar 75% dari
daerah penelitian. Formasi ini mempunyai batuan berupa
breksi gunungapi, lava, tuf bersusunan andesitic – basalt
terubah, berurat kuarsa dan bermineral sulfida. Gambar 1 Peta administrasi yang menunjukkan lokasi
penelitian.

1186
L. S. Hasanah et al.

Secara tektonik daerah ini merupakan Cekungan SW dan sesar turun dengan arah gaya utama relatif N –
Bengkulu yang berada di bagian busur depan dari Bukit S.
Barisan atau berada pada Lajur Barisan (Amin et al.
1993). Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
karakteristik andesit dan juga mengidentifikasi alterasi METODE PENELITIAN
yang terdapat pada daerah penelitian.
Pada luasan 81 km2 yang berada di daerah sekitar Penelitian ini menggunakan metode berupa observasi
lokasi penelitian telah dilakukan pemetaan geologi lapangan dan analisis laboratorium berupa petrografi.
lapangan (gambar 2). Hasil dari pemetaan ini Analisis secara mikroskopik ini menggunakan enam
menunjukkan adanya tiga formasi yang terbentuk dari sampel sayatan tipis dari andesit Formasi Hulusimpang
tua ke muda yaitu Formasi Hulusimpang (Oligosen kemudian dimasukkan kedalam diagram IUGS (gambar
Akhir – Miosen Awal), Formasi Bal (Miosen Tengah – 3) untuk mengetahui jenis batuan. Mineral yang
Miosen Akhir), dan Formasi Simpangaur (Miosen Akhir digunakan oleh IUGS minimal dua dari parameter
- Pliosen) kemudian juga ditemukan fosil planktonik dan mineral yang disediakan sehingga perlu dilakukan
bentonik pada Formasi Simpangaur sehingga Blow normalisasi persentase mineral terlebih dahulu sebelum
(1969) menunjukkan umur Formasi Simpangaur adalah dimasukkan kedalam diagram tersebut.
Miosen (N14 – N16) dengan lingkungan pengendapan
berupa transisi – neritik tepi (Barker 1960).

Gambar 2 Lokasi penelitian dengan luasan 25 km2


didalam area pemetaan geologi yang memiliki luas
petakan 81 km2 secara administrasi.

Hasil dari pemetaan geologi tersebut menunjukkan


bentuk lahan berupa dataran rendah, perbukitan rendah, Gambar 3 Diagram IUGS untuk menentukan penamaan
perbukitan agak curam, perbukitan tinggi, tubuh sungai batuan beku ekstrusif yang tersingkap di daerah studi (Le
(modifikasi Hugget 2017 dan Widyatmanti et al. 2016) Bas dan Streckeisen 1991).
dan dataran banjir (Wheaton et al. 2015).
Gaya tektonik yang berkembang pada daerah
pemetaan geologi ini merupakan fase ketiga menurut HASIL DAN PEMBAHASAN
Pulunggono et al. (1992) yaitu Fase Kompresi dengan
arah N 6o E. Lokasi pemetaan ini memiliki empat Andesit pada Formasi Hulusimpang merupakan
struktur geologi yaitu Sesar Way Bambang I, Sesar Way batuan beku intermediet yang berasal dari volcanic arc
Bambang II, Sesar Way Pebahing, dan Sesar Way yaitu Bukit Barisan. Beberapa sampel pada daerah
Pintau. Struktur geologi ini terdiri dari tiga strike slip telitian menunjukkan andesit secara megaskopis
dan satu dip slip. Sesar mendatar kanan mempunyai arah berwarna hijau kehitaman (warna segar), coklat
berkisar NW – SE, sesar mendatar kiri dengan arah NE – kehitaman (lapuk), hipokristalin, porfiritik, struktur

1187
Analisis Petrografi Batuan Andesit Formasi Hulusimpang Daerah Tanjung Kemala dan Sekitarnya, Kabupaten Pesisir
Barat, Lampung

masif (gambar 4). Proses pelapukan ini diakibatkan


banyak faktor, seperti dipengaruhi oleh udara, air dan
sebagainya. Selain itu, alterasi juga dapat mengakibatkan
terjadinya proses pelapukan sehingga menghasilkan
lempung.

Gambar 6 Singkapan andesit LP I.7 dengan arah azimuth


N 017o E yang berada pada hulu Way Bambang.

Sayatan tipis (gambar 7) berwarna coklat sampai abu


– abu gelap (PPL) dan berwarna coklat tua sampai hitam
(XPL); derajat kristalisasi hipokristalin; granularitas
porfiritk; bentuk kristal subhedral – anhedral; pada
Gambar 4 Singkapan andesit pada LP I.11 dengan sayatan ini terdiri dari mineral berupa kuarsa, plagioklas,
azimuth N 336o E pada Way Ceringin di Desa Ceringin. sanidine, piroksen dan gelas. Selain itu, terdapat tekstur
zoning yang menunjukkan adanya variasi komposisi
Kemudian, secara mikroskopis (gambar 5) berwarna kimia mineral secara konsentrik. Mineral yang memiliki
putih jernih pada nikol sejajar (PPL) dan berwarna putih tekstur zoning ini berupa mineral plagioklas.
sampai hitam kebiruan pada nikol silang (XPL); derajat
kristalisasi hipokristalin; tekstur porfiritik dimana ukuran
kristal beragam mulai dari 0.05 mm sampai dengan 0.5
mm; kandungan mineral didalam batuan terdiri dari
kuarsa, plagioklas, sanidine, opak, gelas.

Gambar 7 Kenampakkan sayatan tipis LP I.7 yang


memperlihatkan adanya tekstur zoning.

Adapun singkapan andesit yang menunjukkan adanya


proses ubahan seperti pada LP I.2 (gambar 8). Secara
megaskopis andesit ini memiliki warna hijau keabu-
Gambar 5 Sayatan tipis yang menunjukkan andesit pada abuan, dengan kristalisasi hipokristalin, porfiritik,
LP I.11. struktur masif, terdapat mineral fenokris berupa
plagioklas.
Selanjutnya, pada LP I.7 memiliki deskripsi batuan
secara fisik berwarna hitam kehijauan (warna segar),
coklat kekuningan (lapuk), memiliki kristalisasi
hipokristalin, tekstur porfiritik, dan struktur masif
(gambar 6). Kondisi dari batuan ini terlihat masih segar,
dengan resistensi yang cukup kuat. Tekstur porfiritik
menunjukkan bahwa pembentukkan batuan tersebut
mengalami dua tahap pendinginan. Adapun fase
pendinginan yang lambat membentuk mineral – mineral
ukuran besar (fenokris) dan tahap pendinginan yang Gambar 8 Singkapan andesit LP I.2 memiliki azimuth
cepat mengakibatkan terbentuknya mineral – mineral foto N 069o E di Hulu Way Bangkok Desa Negeri Ratu
dengan ukuran lebih kecil (massa dasar). Ngaras.

1188
L. S. Hasanah et al.

Sayatan tipis andesit LP I.2 (gambar 9) mempunyai Pada LP I.2 ditunjukkan adanya mineral klorit yang
warna coklat sampai hitam (PPL) dengan warna merupakan mineral sekunder penciri alterasi. Mineral ini
interferensi yang lebih gelap (XPL); bersifat terbentuk pada suhu 120o sampai dengan 300o (Reyes
hipokristalin, granularitas porfiritik dengan bentuk 1990). Keberadaan klorit ini dipengaruhi oleh larutan
kristal subhedral – anhedral dan terdiri dari mineral hidrotermal yang dapat melewati zona lemah. Hal ini
plagioklas, sanidine, kuarsa, klorit dan gelas. Pada diakibatkan oleh adanya struktur berupa kekar – kekar
sayatan tipis ini terlihat adanya kemunculan mineral yang membentuk celah dan membuat larutan tersebut
sekunder berupa klorit yang terbentuk pada suhu 120o C dapat melewatinya. Namun, pada hal ini tipe alterasi
sampai dengan 300o C (Reyes 1990). Hal ini merupakan tidak dapat diidentifikasi akibat keterdapatan mineral
tanda bahwa adanya proses ubahan mineral yang terjadi sekunder yang hanya menunjukkan satu mineral dan
setelah pembentukkan batuan tersebut. Namun, sebaran tidak muncul dalam jumlah yang signifikan. Persentase
dari mineral ini pada sayatan tidak secara merata. mineral klorit pada sayatan tipis andesit Formasi
Hulusimpang di daerah telitian memiliki intensitas
berkisar 5% sampai dengan 13% dari total keseluruhan
persentase mineral pada batuan tersebut sehingga, batuan
ini tergolong alterasi hidrotermal lemah (Morrison
1997), dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 Intensitas alterasi hidrotermal (Morrison 1997).

Intensitas Keterangan
Tidak
Tidak ada mineral sekunder
Berubah
Lemah Kandungan mineral sekunder <25%
Kandungan mineral sekunder berkisar
Gambar 9 Sayatan tipis LP I.2 yang menunjukkan Sedang
antara 25 % sampai dengan 75%
adanya mineral klorit.
Kuat Kandungan mineral sekunder >75%
Seluruh mineral primer terubah (kecuali
Persentase mineral dari setiap batuan memiliki Intens kuarsa, zircon dan apatit) tetapi tekstur
jumlah yang berbeda – beda. Selain itu, keterdapatan primernya masih terlihat
mineral pada setiap sampel juga beragam. Hal ini dapat Seluruh mineral primer terubah (kecuali
dilihat pada tabel 1. Whitney dan Evans (2010) Total kuarsa, zircon dan apatit) tetapi tekstur
menggunakan abreviasi nama mineral pada batuan ini, primernya tidak terlihat lagi
sebagai berikut : Pl : plagioklas ; Qz : kuarsa ; Sa :
sanidine ; Bt : biotit ; Chl : klorit ; Opq : mineral opak ;
Px : piroksen) KESIMPULAN

Tabel 1 Keterdapatan mineral pada enam sampel sayatan Lokasi penelitian memiliki karakteristik andesit yang
tipis andesit. secara megaskopis didominasi batuan fresh dengan
tekstur mineral hipokristalin, porfiritik dan struktur
Kode LP masif. Secara mikroskopis ditemukan mineral dengan
ukuran 0.05 mm sampai dengan 0.5 mm dan bentuk
l.2 l.11 l.7 l.24 l.26 l.30 kristal subhedral – anhedral, komposisi mineral yang ada
Mineral (%)
PI 60 61 66 56 44 48 pada andesit berupa plagioklas, kuarsa, sanidine, klorit,
Qz 7 10 4 3 6 4 biotit lempung, piroksen, gelas dan mineral opak.
Sa 4 5 9 1 10 - Andesit pada lokasi penelitian memiliki dua fase
Bt - - - 3 - - pendinginan dalam pembentukkan mineral yaitu
pendinginan secara lambat yang menghasilkan mineral –
Chl 13 - - - 5 -
mineral berukuran besar dan pendinginan secara cepat
Clay - - - - - 24
yang membentuk massa dasar atau mineral dengan
Gelas 10 22 11 35 35 21
ukuran lebih kecil. Hal inilah yang menunjukkan tekstur
Opq - 2 - 2 - 3
profiritik pada andesit. Selain itu, ditemukan adanya
Px - - 10 - - -
struktur zoning pada sampel tertentu. Tekstur ini
merupakan ciri dari adanya keragaman intensitas kimia
mineral yang konsentrik pada batuan kemudian beberapa

1189
Analisis Petrografi Batuan Andesit Formasi Hulusimpang Daerah Tanjung Kemala dan Sekitarnya, Kabupaten Pesisir
Barat, Lampung

sampel dari hasil petrografi andesit daerah telitian Conference Series : Earth and Environmental
menunjukkan adanya proses alterasi hidrotermal Science.
tegolong lemah yang diperlihatkan oleh adanya mineral Whitney, D. L. and Evans, B.W. (2010). Abbreviations
klorit dengan jumlah persentase mineral <25%. For Names Of Rock-Forming Minerals. American
Mineralogist. 95 : 185 – 187.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah


memberikan kesehatan, akal dan pikiran. Terima kasih
untuk orang tua yang selalu mendukung baik secara
materil maupun non materil sehingga saya dapat
menyelesaikan tahap penulisan dari penelitian ini tanpa
hambatan.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, T.C., Kusnama, Rustandi, E. dan Gafoer, S.


(1993). Peta Geologi Lembar KotaAgung, Sumatera:
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, skala 1:
250.000. 1 lembar.
Barker, R. W. (1960). Taxonomic Notes Society of
Economic Paleontologists and Mineralogist.
Oklahoma: Tulsa.
Blow, W.H. (1979). Late Middle Eocene to Recent
Planktonic Foraminiferal Biostratigraphy. Leiden:
Brill Publishers.
Huggett, R. J. (2017). Fundamentals Of Geomorphology
Fourth Edition. London dan New York : Routledge
Fundamentals of Physical.
Le Bas, M. J. and Streckeisen, A. L. A. L. (1991). The
IUGS Systematic of Igneous Rocks. Journal of The
Geological Society, London. 148 : 825 – 833.
Morrison, K. (1997). Important Hydrothermal Minerals
and Their Significance, Seventh Edition.
Geothermal and Mineral Services, New Zealand.
Pulunggono, A., Agus Haryo, S. dan Christine, G. K.
(1992). Pre-Tertiary and Tertiary Fault Systems, As
A Framework of the South Sumatra Basin: a study
of SAR Maps. Proceed. Indon. Petrol. Assoc. 21.
11(37): 338-360.
Reyes, A.G. (1990). Petrology Of Philippine Geothermal
Systems And The Applica- Tion Of Alteration
Mineralogy To Their Assessment. Journal of
Volcanology and Geothermal Research. 43 : 279 –
309.
Widyatmanti, W., Wicaksono, I., dan Syam, P. D. R.
(2016). Identification of Topogrpahic Elements
Composition Based on Landform Boundaries from
Radar Interforemetry Segmentation (Prelimenary
Study On Digital Landform Mapping). IOP

1190

Anda mungkin juga menyukai