Anda di halaman 1dari 81

DASAR-DASAR K3

DITEMPAT KERJA
Presentation - 2023

Oleh: Achmad Rizky Irsyad


PENGERTIAN K3
Secara Etimologis :

Memberikan upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga


kerja dan orang lain di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat dan agar setiap sumber produksi perlu
dipakai dan digunakan secara aman dan efisien

Secara Filosofi :

Suatu konsep berfikir dan upaya nyata untuk menjamin


kelestarian tenaga kerja dan setiap insan pada umumnya
beserta hasil karya dan budaya dalam upaya mencapai adil,
makmur dan sejahtera

Secara Keilmuan :

Suatu cabang ilmu pengetahuan dan penerapan yang


mempelajari tentang cara penanggulangan kecelakaan di
tempat kerja
TUJUAN K3
• Menciptakan tempat kerja yang
aman, nyaman , sehat
• Menjamin setiap sumber produksi
dipakai secara aman dan efisien
• Menjamin proses produksi berjalan
lancar

SASARAN K3
• Nihil kecelakaan dan penyakit akibat kerja
3
Keselamatan (Safety)

1. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan


(control of accident loss)

2. Kemampuan untuk mengidentifikasikan


dan menghilangkan (mengontrol) resiko
yang tidak bisa diterima (the ability to
identify and eliminate unacceptable risks)
Kesehatan (Health)

Derajat/tingkat keadaan fisik dan


psikologi individu (the degree of
physiological and psychological well
being of the individual)
adalah suatu kondisi dimana
atau kapan munculnya
sumber bahaya telah dapat
dikendalikan ke tingkat yang
memadai, dan ini adalah
lawan dari bahaya (danger).
Incident :
Suatu kejadian/peristiwa yang tidak
direncanakan dengan kemungkinan besar
menimbulkan konsekuensi-konsekuensi yang
tidak diinginkan dan dapat merugikan
perusahaan
Incident
Accident : and Accident
₰ Sebagai suatu peristiwa yang tidak diharapkan, tidak
direncanakan, dapat terjadi kapan saja dan di mana
saja, “All accidents are incidents,
but not
₰ rangkaian all incidents
peristiwa are
yang terjadi accidents”
karena berbagai
sebab,
₰ mengakibatkan kerugian fisik (luka atau penyakit)
terhadap seseorang, rusaknya harta milik
perusahaan, terjadinya gangguan usaha atau setiap
kombinasi dari efek tersebut.
Terjadinya Kecelakaan
DANGER
Kecelakaan dapat terjadi bila seseorang
berada pada paparan bahaya
hampir putus
INSIDENT
Hazard + Exposure
putus => Accident

Bahaya + Paparan => Kecelakaan

ACCIDENT
TENAGA
KERJA

KESEHATAN KESELAMATAN

PROSES

BAHAN ALAT
ASSET & LINGKUNGAN

KECELAKAAN DAPAT TERJADI DIMANA SAJA, KAPAN SAJA DAN


SIAPA SAJA
Logika terjadinya kecelakaan
Setiap kejadian kecelakaan, ada hubungan mata rantai
sebab-akibat (Domino Squen)
Penyebab Kecelakaan
 Tindakan yang tidak aman (Unsafe Action)

 Kondisi tidak aman (Unsafe Condition)

 GOD WILL
GUNUNG ES - BIAYA KECELAKAAN
Kerugian Kecelakaan
BIAYA KECELAKAAN DAN PENYAKIT
$1 • Pengobatan/ Perawatan
• Gaji (Biaya Diasuransikan)
 Kerugian materiil
•Kerusakan gangguan
•Kerusakan peralatan dan perkakas
•Kerusakan produk dan material
$5 $50 •Terlambat dan ganguan produksi
BIAYAKerugian
HINGGA
immateriil
DALAM PEMBUKUAN: •Biaya legal hukum
KERUSAKAN PROPERTI •Pengeluaran biaya untuk penyediaan
(BIAYA YANG TAK fasilitas dan peralatan gawat darurat
DIASURANSIKAN) •Sewa peralatan
•Waktu untuk penyelidikan
•Gaji terus dibayar untuk waktu yang hilang
$1 HINGGA $3 •Biaya pemakaian pekerja pengganti dan/ atau
BIAYA LAIN YANG biaya melatih
TAK DIASURANSIKAN •Upah lembur
•Ekstra waktu untuk kerja administrasi
•Berkurangnya hasil produksi akibat dari sikorban
•Hilangnya bisnis dan nama baik
PRINSIP DASAR PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA

1. MENEMUKAN FAKTA/MASALAH
 Identifikasi Bahaya
2. ANALISIS
 Penilaian Resiko  pemeringkatan resiko
3. PEMILIHAN / PENETAPAN ALTERNATIF /
PEMECAHAN
 Mengendalikan resiko
4. PELAKSANAAN
 Tindakan
5. PENGAWASAN
 Sejauh mana pelaksanaan  tidak menyimpang dari rencana
Adalah suatu upaya yang dilakukan
untuk mengenal dan memperkirakan
adanya bahaya pada suatu sistem.
Upaya ini dilakukan melalui
mendiagnosa dan menemukan bahaya
pada bagian dari suatu sistem dan
akibat yang akan ditimbulkan.
Untuk mengetahui adanya bahaya
pada suatu sistem
Untuk mengetahui potensi bahaya
baik akibat maupun frekuensinya.
Untuk mengetahui lokasi bahaya.
Untuk mengetahui bahwa bahaya
tertentu telah diberi perlindungan
Untuk analisa lebih lanjut
Mengidentifikasi seluruh proses/area
yang ada dalam segala kegiatan.
Mengidentifikasi sebanyak mungkin
aspek K-3 pada setiap proses/area yg
telah diidentifikasi sebelumnya.
Identifikasi K3 dilakukan pada suatu
proses kerja baik pada kondisi NORMAL
, ABNORMAL , EMERGENCY dan
MAINTENANCE
Teknik yang dilakukan untuk mengenali
peluang bahaya serta dampak yaitu:
1. Konsultasi dengan faksi Human Safety and
Risk Manajement
2. Konsultasi dengan pekerja.
3. Lakukan peninjauan langsung lokasi kerja.
4. Pelajari dokumen yang berisi catatan
kecelakaan.
5. Ikuti perkembangan berita sekitar ruangan
kerja
No Pekerjaan Bahaya Dampak Resiko
1 PERBAIKAN ALIRAN LISTRIK DI TERSENGAT LISTRIK TANGAN TERBAKAR
ATAS PLAFOND TERJATUH DARI CACAT TUBUH
PLAFOND
2
3
4
5
6
7
8
9
10
dst
MENGAPA RESIKO HARUS DINILAI ?

• TINGKAT KEKRITISAN BILA ADA PAPARAN BAHAYA

• PRIORITAS PENGENDALIAN BAHAYA


MENILAI TINGKAT RESIKO

• KEPARAHAN
• KEKERAPAN
KEMUNGKINAN/
• PELUANG LIKELIHOOD

KEPARAHAN KEMUNGKINAN
TINGKAT RESIKO = Tingkat keparahan
kecelakaan atau PAK
X Kemungkingan terjadinya
cidera atau PAK
METODE PENILAIAN RESIKO

menggunakan bentuk verbal atau skala deskriptif


KUALITATIF untuk menjelaskan besaran kemungkinan dan
dampak resiko.

memberi nilai pada skala kualitatif sehingga


SEMI menghasilkan urutan prioritas yang lebih rinci
KUANTITATIF daripada yang dapat dicapai analisis kualitatif.

menggunakan nilai numerik untuk menyatakan


kemungkinan dan dampak dengan menggunakan
KUANTITATIF data dari berbagai sumber.
No Tahapan Bahaya Kemungkinan Keparahan Tingkat Resiko
Pekerjaan ( Likelihood ) ( Severity ) ( Risk Level )
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
TINGKAT RESIKO BAHAYA ( RISK LEVEL )
K
E 5 (5)H ( 10 )H ( 15 ) E ( 20 )E ( 25 )E
M
U 4 (4)M (8) H ( 12 ) H ( 16 )E ( 20 )E
N
G 3 (3) L (6) M (9 ) H ( 12 )E ( 15 )E
K
I
N
2 (2) L (4) L (6) M (8) H ( 10 )E
A
N
1 (1)N (2) L (3) M (4) H (5) H
1 2 3 4 5
SCALE
KESERIUSAN ( SEVERITY )
•N (Negligible) : Tidak memerlukan tindakan khusus.
•L (Low Risk) : Pemantauan untuk memastikan tindakan pengendalian telah berjalan dengan
baik .
•M (Moderate) : Perlukan perhatian dan tambahan Prosedur atau Work Instruction
•H (High Risk) : Perlu mendapatkan perhatian pihak Manajemen dan tindakan perbaikan
•E (Extreme) : Perlu segera dilakukan tindakan perbaikan
CATATAN PENTING PENILAIAN RESIKO
1. Identifikasi Seluruh Operasi

2. Identifikasi Bahaya /Resiko Masing - masing Operasi

3. Identifikasi Bahaya/Resiko Masing- masing Tugas

4. Identifikasi Pengaruh Potensial Personil/Pribadi

5. Identifikasi Tindakan Pengendalian yang sudah ada.

6. Tentukan Apakah Pengendalian yang sudah ada Memadai

7. Tentukan Tindakan Pengendalian selanjutnya yang tepat

8. Kembangkan Action Plan untuk Implementasi Tindakan Kontrol


HIERARKI PENGENDALIAN RESIKO
ELIMINASI
Eliminasi adalah tahap pertama dalam hierari pengendalian resiko.
Eliminasi adalah menghilangkan sumber atau proses dari bahaya.
Menghilangkan sumber bahaya dilakukan dengan meniadakan atau
menghilangkan peralatan atau pekerjaan yang menjadi sumber dari
bahaya. Cara ini adalah cara yang sangat aman karena dapat
menekan resiko ketingkat yang paling aman. Tetapi sering kali tidak
dapat dilakukan karena peralatan atau pekerjaan tersebut biasanya
merupakan bagian dari proses pekerjaan.

Contoh dari eliminasi yaitu kita hilangkan bahaya jatuh, bahaya


ergonomi, bahaya ruangan terbatas, bahaya bising, bahaya kimia di
tempat kerja.
SUBTITUSI

SUBTITUSI adalah tahap yang menjadi hierarki


pengendalian kedua. Subtitusi adalah penggantian
bahan, proses, tata cara ataupun peralatan dari yang
berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan
pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko
minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang.

Sebagai contoh, dimana bila ditempat kerja kita


menggunakan bahan kimia, yang sebelumnya bahan
kimia tersebut berupa bubuk kita ganti dengan yang
berbentuk pasta.
ENGINEERING CONTROL/PERANCANGAN

Tahap hierarki ketiga yaitu engineering control atau


pemisahan bahaya dengan pekerja serta untuk
mencegah terjadinya kesalahan manusia.
Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem
mesin atau peralatan. Biasanya mesin atau sumber
bahaya tersebut dimodifikasi sedemikian rupa agar
potensi bahaya menjadi berkurang atau hilang sama
sekali.

Contoh : mesin berputar diberi pelindung atau


cover sehingga tidak membahayakan.
Administration Control
• Pengendalian Administrasi yang merupakan hierarki
nomer 4 adalah pengendalian dari sisi orang yang
akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan
metode kerja diharapkan orang akan mematuhi,
memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk
menyelesaikan pekerjaan secara aman.
• Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan,
adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan,
pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi
kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal
istirahat, investigasi dll.
PPE (Personal Protective Equipment)
Tahap hierarki terakhir adalah penggunaan PPE
atau APD (Alat Pelindung Diri),
Metode ini dilakukan sebagai pelengkap atau
langkah terakhir dari hirarki pengendalian.
Tujuannya adalah Melindungi tenaga kerja apabila
usaha rekayasa (engineering) dan administratif
tidak dapat dilakukan dengan baik, meningkatkan
efektivitas dan produktivitas kerja, dan
menciptakan lingkungan kerja yang aman.
PERMENAKER NO. 08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri
PERMENAKER NO. 08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri
Kewajiban-kewajiban yang terdapat dalam permenaker no 08 tahun 2010 :
1. Dalam Pasal 2 ayat 2 yaitu Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan atau Ahli
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat mewajibkan penggunaan APD di
tempat kerja yang belum diatur dalam ayat 1. untuk isi pasal 2 ayat 1 adalah
tempat kerja yang diatur dalam undang-undang nomer 1 tahun 1970 di pasal
2 ayat 2.
2. Pasal 5, Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan
memasang rambu- rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat
kerja.
3. Pasal 6, Pekerja atau buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja
wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan
resiko.
4. Pasal 7, Pengusaha atau Pengurus wajib melaksanakan manajemen APD di
tempat kerja.
PERMENAKER NO. 08/MEN/VII/2010
Tentang Alat Pelindung Diri
PEMILIHAN ALAT
PELINDUNG DIRI
I. DAPAT MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP BAHAYA YANG
DIHADAPI OLEH PEKERJA
II. BERATNYA SERINGAN MUNGKIN
III. BENTUK MENARIK DAN MENCOLOK
IV. TIDAK MENIMBULKAN BAHAYA TAMBAHAN
V. MUDAH DALAM PEMAKAIAN
VI. TIDAK MENGANGGU DALAM PEMAKAIAN
VII. TIDAK MEMBATASI GERAK SI PEMAKAI
VIII.SUKU CADANGNYA MUDAH DIDAPAT
IX. MUDAH DALAM PENYIMPANAN
X. SESUAI DENGAN STANDART DITETAPKAN

45
KETERBATASAN
Peringatan :
ALAT PELINDUNG DIRI
Apabila kita sudah memakai alat pelindung
diri yang sesuai, kita masih dituntut untuk selalu
a. Terbatas
berhati-hati daerah
karena alatyang dilindungi
pelindung diri yang kita
b. Terbatas
pakai mempunyaikemampuannya
keterbatasan.
c. Terbatas jenis bahaya yang dilindungi
d. Terbatas waktu pemakaiannya

46
HAL –HAL DIPERHATIKAN
DALAM PEMAKAIAN APD

1.Pengujian Mutu APD


2.Pemeliharaan APD
3.Ukuran Harus Tepat
4.Cara Pemakaian yang Benar
Pemeliharaan dan Penyimpanan APD
Secara prinsip pemeliharaan APD dapat dilakukan dengan cara :
a) Penjemuran di panas matahari untuk menghilangkan bau dan
mencegah tumbuhnya jamur dan bakteri.
b) Pencucian dengan air sabun untuk plindung diri seperti helm,
kacamata, earplug yang terbuat dari karet, sarung tangan kain/kulit/karet dan
lain-lain.
c) Penggantian cartridge atau canister pada respirator setelah dipakai beberapa
kali.

Secara prinsip penyimpanan APD perlu diperhatikan sebagai berikut.


a) Tempat penyimpanan yang bebas dari debu, kotoran, dan tidak terlalu lembab,
serta terhindar dari gigitan binatang.
b) Penyimpanan harus diatur sedemikian rupa sehingga mudah diambil dan
dijangkau oleh pekerja dan diupayakan disimpan di almari khusus APD.
JENIS ALAT
PELINDUNG DIRI
1. ALAT PELINDUNG KEPALA
2. ALAT PELINDUNG
PERNAFASAN
3. ALAT PELINDUNG TELINGA
4. ALAT PELINDUNG MATA DAN
MUKA
5. ALAT PELINDUNG BADAN
6. ALAT PELINDUNG ANGGOTA
BADAN
7. ALAT PENCEGAH JATUH
8. ALAT PENCEGAH TENGGELAM
1. ALAT PELINDUNG KEPALA
( SAFETY HELMET )

Alat pelindung diri yang berfungsi untuk


melindungi tempurung / batok kepala dari
benturan atau jatuhan benda – benda keras, dan
mengurangi kejutan listrik bila kepala terpapar
dekat penghantar listrik

Pakailah selalu Safety Helmet pada area


dengan tanda wajib memakai pelindung kepala

50
PENGELOMPOKAN HELM SAFETY
Berdasarkan standar ANSI Z89.1 (2009) safety Head diklasifikasikan menjadi dua type, antara lain:
 Type 1 : untuk menanggulangi resiko bahaya dari atas
 Type 2 : untuk menanggulangi resiko bahaya dari atas sekaligus dari samping
Selain itu Safety head juga digolongkan menjadi beberapa kelas, yaitu kelas G,E, dan C yang didasarkan
pada hubungan dengan kelistrikan.
 Kelas E (Electrical) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 20.000 Volt.
Test dengan tegangan 20,000V AC, 60 Hertz selama 3 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 9 mill
ampere
 Kelas G (General) untuk mengurangi resiko bahaya dari voltase tinggi dengan tegangan 2.200 Volt.
Test dengan tegangan 2, 200V AC, 60 Hertz selama 1 menit, kebocoran arus tidak lebih dari 3 mill
ampere.
 Kelas C (Conductive) untuk safety head yang tidak dapat digunakan melindungi dari bahaya
kelistrikan
Sedangkan menurut ANSI Z89.1 1969 Terdapat
• kelas A untuk limited voltage protection
• kelas C untuk no voltage protection
• kelas D untuk limited voltage protection, untuk fire fighter service
KETAHUI TIPE DAN JENIS HELM SAFETY
1. Pahami Bahaya dan Kegunaan Helm
Ya, pertama kita perlu menilai bahaya apa saja
yang dapat ditemukan saat bekerja agar helm
safety yang digunakan tepat
sasaran. Lingkungan kerja di ketinggian atau
dengan sumber listrik misalnya akan
membutuhkan model dan tipe helm yang
berbeda.

Apa yang dibutuhkan helm safety kelas


general (g) yang teruji pada 2200 volt? listrik
(e) teruji pada 20.000 volt? Atau konduktif
(c) tanpa kontak listrik?
helm model berventilasi (ventilasi)
“Tidak disarankan untuk menggunakan helm
model vented (ventilasi) untuk pekerjaan yang
berhubungan dengan listrik”.
2. Pastikan Helm Memenuhi Persyaratan
Apakah helm yang akan kita pilih
telah memenuhi persyaratan standar
industri yang tepat? Kita dapat melihat
berbagai standar yang umum berlaku,
antara lain:
•Standar ANSI / ISEA Z89.1 – AS
•SNI ISO 3873:2012 – Indonesia
•CSA Z94.1 Standar – Kanada
•EN 397 Standar – Eropa
•… dsb
3. Lakukan Aksesoris Tambahan
Nah, aksesoris tambahan selain helm itu
sendiri juga harus dipertimbangkan. Misal,
jika bekerja di bawah tanah (bawah tanah)
yang membutuhkan penerangan yang
cukup, maka pengait senter di helm
mungkin perlu menjadi pertimbangan.
4. Menilai Faktor Lain Yang
Dapat Memengaruhi Kepatuhan Pemakainya
Kenyaman memiliki pengaruh kuat terhadap
kepatuhan pemakainya. Adapun fitur-fitur
kenyamanan dalam penggunaan helm safety
seperti terdapat ventilasi, pita penahan keringat
yang cepat kering dsb.
Selain itu, nilai juga model & tampilan dari
safety helm yang akan dipilih. Kekinian, banyak
helm yang dapat ditambahkan logo dan desain
detail. Contoh model helm pengaman
5. Pilih Helm Safety dengan Tanggal
Produksi Sebaru Mungkin
Helm safety memiliki masa kadaluarsa atau
expired date . Terhitung sejak tanggal
produksi. Umumnya masa kadaluarsa 3-5
tahun (tergantung produsen). Maka periksa
tanggal produksi yang tertera pada produk
sebelum selesai untuk penilaian. Jangan
sampai helm yang sudah dibeli ternyata sisa
beberapa bulan lagi expired kan sayang!
Ketentuan OSHA tentang masa berlaku helm ini didasarkan pada pedoman
standard ANSI/ISEA Z89. 1-2014. Standard ANSI/ISEA menunjukkan,
masa berlaku atau masa penggunaan safety helmet yaitu maksimal 4-5
tahun. Ketetapan ini terlepas dari kerusakan di bagian luar helm. Apabila
Anda menemukan rusaknya, seperti retak pada bagian luar helm walau
sebenarnya masa kedaluwarsanya masihlah lama, baiknya segera ganti
safety helmet Anda dengan yang baru.
PENGUJIAN SAFETY HELMET
1. Uji kekuatan :
Helmet dipasang pada kepala buatan kemudian besi
dijatuhkan yang dapat memberi benturan 4 – 8 kg,
lekukan yang terjadi tidak boleh melebihi jarak antara
helmet dengan anyaman penyangga.

2. Uji kekakuan
Tepi helmet ditekan dengan gaya 90 N selama 8 – 10
detik, lekukan tidak boleh melebihi 5 mm.
2. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN
( RESPIRATORY PROTECTION EQUIPMENT )

1. Purifying respirator
Orang yg memakai alat ini,
udara pernafasannya diambil
dari hasil proses pemurnian
udara lingkungan yang
terkontaminasi.

Cara kerja alat ini dibagi tiga :


a. Secara kimia / chemical
B. Secara mekanik / mechanical
C. Kombinasi / combination
2. ALAT PELINDUNG PERNAFASAN
( RESPIRATORY PROTECTION EQUIPMENT
)

2. Supplying Respirator

Orang yang memakai alat ini


udara pernafasannya disuplai dari
tabung atau compressor sehingga
relatif tidak terpengaruh oleh
kondisi udara lingkungan yang
dihadapi.

Jenis ini ada dua type :


1. Air line
2. SCBA ( self contained
breathing apparatus )
Respirator tidak diperbolehkan bagi
pemilik kumis dan jenggot panjang
3. ALAT PELINDUNG TELINGA

ALAT INI DIGUNAKAN UNTUK MERENDAM SUARA YANG


TIDAK DIKEHENDAKI / BISING.

ALAT INI ADA DUA JENIS :


a. EAR PLUG lebih murah, disposable, NRR cukup
tinggi, kadang-kadang susah berbicara dengan si
pemakai.

b. EAR MUFF lebih mahal, lebih tahan lama, NRR lebih


tinggi daripada ear plug
Ear plug

ear muff
Dasar Perlindungan Telinga

1. Kebisingan menyebabkan
berkurangnya pendengaran bila
terpapar pada kebisingan >90 dBA
2. Perlindungan telinga harus
dilakukan bila paparan >85dBA
3. Apabila tingkat kebisingan semakin
tinggi maka waktu paparan makin
singkat
Tingkat kebisingan dan waktu
Kebisingan (dBA) Paparan (Jam)

• 85 •8
• 88 •4
• 91 •2
• 94 •1
• 97 • 0,5
• 100 • 0,25
4. Pelindung
Alat ALAT PELINDUNG MATA )
Mata ( GOGGLES
DAN MUKA
Goggles melindungi mata dengan
karateristik terpasang dekat wajah dan
mengitari area mata. APD ini melindungi
lebih baik jika terjadi kecelakaan seperti
percikan cairan, uap logam uap, serbuk dan
debu agar tetap aman dan kecelakaan dapat
diminimalkan.
ALAT PELINDUNG MUKA ( FACE SHIELD )

Face shield memberikan


perlindungan wajah
menyeluruh dan sering
digunakan pada operasi
peleburan logam, percikan
bahan kimia atau partikel
yang melayang. Peralatan ini
hanya melindungi wajah
sehingga pemakaian safety
glasses pengaman harus
dikombinasi.

66
ALAT PELINDUNG MUKA ( WELDING HELMET )

Alat pelindung wajah yang lain


adalah welding helmets (topeng
las) berfungsi memberikan
perlindungan pada wajah dan
mata. Welding Helmets
digunakan pada proses
pengelasan yang berfungsi
sebagai pelindung sekunder
untuk melindungi diri dari UV,
panas dan tubrukan.
5. ALAT PELINDUNG BADAN ( COVERALL )

1. Coverall juga memiliki kemampuan melindungi


seluruh tubuh pekerja, mulai dari pergelangan
tangan sampai pergelangan kaki. Bahkan ada
jenis coverall yang sudah dilengkapi penutup
kepala.
2. jenis-jenis safety coverall berdasarkan tipe
pekerjaan, diantaranya:
a.Coverall dengan material tahan air
(waterproofed).
b.Coverall dengan fitur tambahan di bagian
lutut.
c. Coverall dengan desain warna berbeda.
d.Coverall dengan fitur tahan api (Flame
Resistant Clothing/ FR Clothing).
e. Coverall dengan fitur high-visibility
5. ALAT PELINDUNG BADAN ( APPRON )

1. Appron dari bahan kulit, digunakan untuk


melindungi badan dari bahan-bahan
panas pada pengelasan atau pengecoran
logam.
2. Appron dari bahan PVC, untuk melindungi
badan dari bahan kimia pada pekerjaan
laboratorium.
3. Appron dari bahan plumbum / timbal,
untuk melindungi badan dari bahaya
radiasi.
6. ALAT PELINDUNG ANGGOTA BADAN
( TANGAN & LENGAN )
1. SARUNG TANGAN (GLOVES), DIGUNAKAN UNTUK
MELINDUNGI JARI TANGAN SAMPAI BATAS DIBAWAH SIKU
TERHADAP BAHAYA :

A. Bahaya panas • DARI KULIT

B. BAHAYA RADIASI MENGION • DARI PB

C. BAHAYA BAHAN KIMIA • DARI PVC

D. BAHAYA BAHAN KIMIA DARI KULIT

E. BAHAYA BAHAN KIMIA DARI KARET

F. BAHAYA BAHAN KIMIA DARI KATUN


2. Alat pelindung lengan

Seperti pada sarung tangan, alat ini


terbuat dari beraneka macam bahan
yang sesuai dengan bahaya yang
dilindungi
7. Alat Pelindung Kaki ( Safety Shoes )
Sepatu keselamatan kerja dipergunakan melindungi
kaki dari bahaya kejatuhan benda berat, percikan
cairan dan tertusuk oleh benda-benda tajam.
Pelindung kaki harus memenuhi standar ANSI dengan
syarat :
a. Sepatu berujung baja tahan tubrukan, penetrasi,
tekanan, dll.
b. Sepatu dengan sol anti gelincir dan non-skid.
c. Tahan kimia (karet, vinil, plastik jahitan sintesis
untuk menolak penetrasi kimia) Anti-statis, tahan
suhu tinggi, pelindung listrik dan kedap air.
Alat pelindung kaki
Alat pelindung kaki
( Masa Kadaluarsa )
7. ALAT PENCEGAH JATUH

1. SABUK KESELAMATAN (SAFETY BELT) ,


BERFUNGSI UNTUK MELINDUNGI SI PEMAKAI
DARI KEMUNGKINAN JATUH DARI SUATU
KETINGGIAN , DIGUNAKAN PADA PEKERJAAN
2 M ATAU LEBIH DARI LANTAI KERJA.
2. SABUK UNTUK PENOLONG, DIGUNAKAN
UNTUK MENOLONG KORBAN PADA SUATU
KETINGGIAN.
3. Life-Safety Harness
8. ALAT PENCEGAH TENGGELAM ( LIFE JACKET )

Alat pencegah tenggelam (life jacket )


berfungsi untuk melindungi pemakai dari
kemungkinan bahaya tenggelam pada
pekerjaan diatas air
8. ALAT PENCEGAH TENGGELAM ( LIFE JACKET )
ALAT PELINDUNG DIRI
LANGKAH-LANGKAH MENCEGAH KECELAKAAN
Menurut ILO ( International Larbour Organization )

1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
• Ketentuan & syarat K3 mengikuti perkemb ilmu pengetahuan,
tehnik & teknologi
• Penerapan ketentuan & syarat K3 sejak tahap rekayasa
• Pengawasan & pemantauan pelaksanaan K3
2. STANDARISASI
• Standar K3 maju akan menentukan tingkat kemajuan
pelaksanaan K3
3. INSPEKSI / PEMERIKSAAN
• Suatu kegiatan pembuktian sejauh mana kondisi tempat kerja
masih memenuhi ketentuan & persyaratan K3
4. RISET TEKNIS, MEDIS, PSIKOLOGIS & STATISTIK
• Riset/penelitian untuk menunjang tingkat kemajuan bidang K3
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan, tehnik & teknologi
5. PENDIDIKAN & LATIHAN
• Peningkatan kesadaran, kualitas pengetahuan &
ketrampilan K3 bagi Tenaga Kerja
6. PERSUASI
• Cara penyuluhan & pendekatan di bidang K3
• Bukan melalui penerapan & pemaksaan melalui sanksi-
sanksi
7. ASURANSI
• Insentif finansial utk meningkatkan pencegahan
kecelakaan kerja dgn pembayaran premi yg lebih rendah
terhadap peusahaan yang memenuhi syarat K3
8. PENERAPAN K3 DI TEMPAT KERJA
• Langkah-langkah pengaplikasikan di tempat kerja dlm
upaya memenuhi syarat-syarat K3 di tempat kerja
PRINSIP K3
• Bekerja dengan aman dan selamat merupakan persyaratan utama
dalam bekerja
• Semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat dicegah
• K3 adalah tanggung jawab seluruh karyawan
• Manajemen Lini memiliki tanggung jawab untuk mensupervisi
dan melatih semua pekerja dalam area tanggungjawabnya untuk
bekerja dengan aman
• Semua bentuk paparan energi atau lainnya dapat dikurangi
sampai batas tertentu.
• Mencegah kecelakaan dan terjadinya nyaris celaka di tempat
kerja berperan dalam keberhasilan suatu kegiatan usaha
• Kesadaran K3 adalah sikap waspada terhadap apa yang sedang di
kerjakan dan apa yang sedang terjadi di sekitar pekerja
MOTTO PERLU

Satu menit untuk menulis konsep keselamatan

Satu jam untuk melaksanakan pertemuan keselamatan

Satu minggu merencanakan program keselamatan

Satu bulan untuk menerapkannya di tempat kerja

Satu tahun untuk mendapatkan penghargaan keselamatan

Sepanjang hidup untuk membudayakan kerja selamat

NAMUN HANYA MEMERLUKAN

Waktu sesaat untuk menghancurkan itu semua dengan

KECELAKAAN

Anda mungkin juga menyukai