Anda di halaman 1dari 21

Jenis Masalah & Keputusan , Proses & Pengambilan Keputusan, Metode Kuantitatif Dalam

Pembuatan Keputusan

DiSusun Oleh :
ARDI KURNIAWAN
RENALDHY
IQBAL NUR
M IKBAL DWI PUTRA
ALBAR TOMY ANANDHA
NIM
A10180172
A10180171
A10180…..
A10180140
A10180…..

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ekuitas

BANDUNG
2019

Tipe-tipe masalah dan pemecahannya


    Problem atau masalah dalam banyak hal, suatu masalah mungkin adalah suatu peluang yang
tersembunyi. Misalnya yang dikeluhkan pelamggan mengenai lambatnya penyerahan barang
pesanan, dapat juga dilihat sebagai suatu kesempatan untuk mendesain ulang proses produksi
dan pelayanan pada pelanggan.

Masalah adalah

1.  Segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya suatu tujuan yang telah direncanakan.

2.  Suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Masalah merupakan kesenjangan
antara teori dengan fakta empiris,antara yang ditetapkan sebagi kuajiban dengan kenyataan
implimentasian kenyataan.

Dalam masalah terdiri dari  beberapa masalah, yaitu :

1.  Berdasarkan resikonya : masalah ringan/sederhana dan masalah berat/rumit.

2.  Berdasarkan sifatnya : masalah pribadi dan juga kelompok.

3.  Berdasar penyababnya : masalah umum dan masalah social.

4.  Berdasarkan bidangnya : masalah tehnis dan masalh non tehnis.

Masalah Sederhana (simple problem)

Cirinya adalah berskala kecil, berdiri sendiri, tidak mengandung konsekwensi yang besar,
pemecahan tidak memerlukan pemikiran lusa dan mendalam.

Masalah Rumit (complex problem)

Cirinya adalah berkala besar, tidak berdiri sendiri, mengandung konsekuensi besar,
pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analistis. Jenis dari masalah ini ada dua
yaitu:

1.  Masalah terstruktur yaitu masalah yang jelas factor penyebabnya,bersifat rutin dan biasnya timbul
berulang kali sehingga pemecahannya dapat ddilakukan dengan tehnik pengambilan keputusan
yang bersifat rutin, repetif dan dibakukan.

2.  Masalah yang tidak terstruktur yaitu penyimpangn dari suatu masalah organisasi yang bersifat
umum, tidak rutin, tidak jelas factor penyebabnya dan konsekuensinya, serta tidak repetitif.
Nilai ambang untuk mengenali masalah

1.  Seberapa besar kesenjangan antara keadaan sebenarnya dan yang diinginkan?

2.  Bagaimana kesenjangan ini mempengaruhi peluang kita untuk mencapai  atau melampaui sasaran
organisasi.

3.  Bila kesenjangan ini merupakan  masalah, seberapa sulit untuk membetulkannya? Seberapa cepat
kita untuk bertindak membetulkannya atau mengambil seuntunagan dari pelluang?

Ini adalah jenis perntanyaan yang harus dipertimbangkan oleh para manajer saat
mendefisinikan situasi apakah sebagai masalah ataun suatu kesempatan.

Untuk menjawab pertanyaan seperti ini manajer harus menggunakan

a.   Penilaian mereka berdasarkan pada pengetahuan lingkungan untuk organisasi mereka.

b.  Nilai – nilai dan latar belakang

c.   Memikirkan mengenai lingkungan alam

d.  Latar belakang dan keahlian

e.   Eksekutif individualis Manajer keuangan sebaliknya, memandang situasi sedian dalam jumlah
banyak sebagai suatu masalah.

Proses penemuan Masalah

Masalah biasanya bersifat informal dan intutif. Empat macam situasi biasanya 
memberikan peringatan pada manajer tentang kemungkinan adanya masalah yaitu:

1.  Deviasi dari pengalaman masa lalu

2.  Deviasi dari rencana yang ditetapkan

3.  Orang lain

4.  Prestasi pesaing

Pengakuan adanya masalh tidak dapat dipisahkan dari sejarah ketika manajer membuat
keputusan.Ada beberapa jenis pendekatan sisitematis untuk pemecahan masalah yaitu :
1.  Persiapan, manajer memandangperusahaan sebagai suatu system dengan memahami lingkungan
perusahaan.

2.  Devisi manajer bergerak dari tingkat system ke subsistem

3.  Solusi yaitu manajer mengidentifikasi solusi alternative, menerapkan dan menentukan tindak
lanjut.

Pendefisinisikan Masalah

Masalah adalah situasi yang terjadi ketika keadaan menawarkan peluang pada sebuah
organisasi untuk melampaaui sasaran dan tujuan yang telah ditentukan. Masalah biasanya
mengandung tantangan, tujuan dan peluang.

Cara – Cara Pendefisinisian Masalah yang Baik

     Fakta dipisahkan dari opini atau spekulasi

     Data objektif dipisahkan dari persepsi

     Pihak yang terlibat dijadikan sumber informasi

     Masalah dinyatakan secara eksplisit

     Devinisi yang dibuat harus jelas

Selanjutnya manajer perlu menetapkan prioritas. Manajer pun tidak dapat menangani setiap
masalah yang muncul dalam kegiatan sehari – hari. Prioritas ini dapat membantu manajer
menentukan seberapa cepat dan sejauh mkana dia harus terlibat dengan masalah tadi. Secara
prinsip, masalah yang dialami dapat dkelompokan sebagai berikut :

1.  Masalah dalam kendali langsung yaitu masalah manajer dapat berbuat, bertindak dan
memperbaiki secaa langsung karna terkait dengan diri sendiri.

2.  Masalah pada kendali tidak langsung yaitu masalah dimana manajer tidak dapat berbuat sendiri
tanpa bantuan orang lain.

3.  Masalah tanpa kendali yaitu masalah yang timbul dan kita rasakan tetapi kita tidak kuasa dan
tidak bias berbuat banyak terhadap hal itu.

Berikut adalah sistematis cara mengatasi masalah:

a.   Buat daftar masalah apasaja yang anda anggap sebagai masalah.
b.  Kelompokkan kedalam tiga kategori yaitu masalh langsung, tidak langsung dan tanpa kendali.

c.   Buat matriks metode  penyelesaian.

d.  Ambil tindakan kongkrit.

e.   Bertekunlah dan bersabarlah.

f.   Kenali hasil dan perbaiki metodenya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah antara lain :

1.  Trial & error

2.  Intuisi

3.  Nursing process

4.  Scientifik methode/Research Process

Pembuatan keputusan untuk pemecahan masalah

Pembuatan keputusan untuk pemecahan masalah mengandung arti:

     Tindakan memberi respon terhadap masalah untuk menekan akibat buruknya atau
memanfaatkan peluang keuntungan.

     Bukan didasarkan pada jumlah waktu yang dihabiskan tetapi pada konsekuensinya.

     Keputusan adalah pemilihan suatu stategi atau tindakan.

     Pengambilan keputusan adalah tindakan memilih strategi.

     Salah satu kunci pemecahan masalah adalah identifikasi berbagai alternatif keputusan.

     Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, sistem informasi dapat digunakan untuk
mengevaluasi tiap alternatif.

     Evaluasi harus mempertimbangkan kendala, baik kendala intern maupun kendala lingkungan.
Bagaimana keputusan yang akan dibuat?

Kebijakan umum yang dapat membantu:

     Semakin dekat keputusan dibuat dengan asal/sumber masalah, semakin baik.

     Biasanya mereka yang berada paling dekat dengan masalah berada dalam posisi terbaik untuk
memutuskan apa yang akan dikerjakan

Kebijakan mempunyai dua konsekuensi :

     Sedikit mungkin meneruskan keputusan ketingkat yang lebih atas dalam organisasi

     Sebanyak mungkin meneruskan keputusan ketingkat yang lebih bawah dalam organisasi.

Ringkasan pembuatan keputusan untuk pemecahan masalah :

1.  Menghubungkan pembuatan keputusan dengan ide bahwa manajer berhubungan dengan waktu
dan hubungan antar manusia.

2.  Melihat pembuatan keputusan sebagai masalah kompleks dari psikologi dan memahami dunia
seseorang.

3.  Membedakan keputusan terstruktur dari keputusan tidak terstruktur.

4.  Menjelaskan proses pembuatan keputusan rasional.

5.  Menempatkan pembuatan keputusan rasional dalam perspektif sebagai suatu proses yang
dipengaruhi oleh rasionalitas terbatas, memadai dan heuristic.
6.  Menjelaskan bagaimana teori siasat dan teori kekacauan menguraikan konteks yang lebih luas
yang didalamnya manajer menetapkan keputusan.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN

A. TIPE KEGIATAN MANAJEMEN


Kegiatan manajemen dihubungkan dengan tingkatannya di dalam organisasi. Tingkatan
manajemen dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu manajemen tingkat bawah (tingkat
operasional), manajemen tingkat menengah (tingkat taktik), dan manajemen tingkat atas (tingkat
strategik).

Kegiatan-kegiatan manajemen mempengaruhi pengolahan informasi karena informasi


yang dibutuhkan berbeda untuk masing-masing tingkatan. Kebutuhan informasi yang berbeda ini
dapat diketahui dari masing-masing kegiatan manajemen tersebut. Kegiatan manajemen untuk
masing-masing tingkatan dapat dikategorikan sebagai berikut ini.

1.    Perencanaan strategik (strategic planning) merupakan kegiatan manajemen tingkat atas.
2.    Pengendalian manajemen (management control) merupakan kegiatan manajemen tingkat
menengah.
3.    Pengendalian operasi (operational control) merupakan kegiatan manajemen tingkat bawah.

1.     Perencanaan Strategik


Anthony dan Dearden (1980) mendefinisikan perencanaan strategic sebagai proses penentuan
tujuan-tujuan (goals) dari organisasi dan strategistrategi yang digunakan untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut.
Pada dasarnya perencanaan strategik, meliputi berikut ini.

a.     Proses evaluasi lingkungan luar organisasi


Lingkungan luar organisasi selalu berubah secara konstan dan perubahan-perubahan ini mungkin
dapat mengakibatkan perubahan terhadap strategi-strategi. Pengaruh dari lingkungan luar dapat
berupa kesempatankesempatan pasar, teknologi, tekanan-tekanan politik, sosial, persaingan,
inflasi dan lain sebagainya. Lingkungan luar dapat mempengaruhi jalannya organisasi. Oleh
karena itu, manajemen tingkat atas harus pandai mengevaluasinya. Manajemen tingkat atas harus
dapat bereaksi terhadap kesempatan-kesempatan yang diberikan oleh lingkungan luar, misalnya
produk baru, pasar baru, pengembangan pasar. Selain itu, manajemen tingkat atas harus tanggap
terhadap tekanan-tekanan dari lingkungan luar yang dapat merugikan organisasi dan sedapat
mungkin mengubah tekanan menjadi kesempatan.
b.     Penetapan tujuan
Tujuan adalah apa yang ingin dicapai oleh organisasi berdasarkan visi yang dimiliki oleh
manajemen. Tujuan ditetapkan oleh manajemen tingkat  atas di dalam proses perencanaan
strategik yang bersifat jangka panjang (long-range). Misalnya, tujuan perusahaan adalah dalam
waktu 5 tahun menjadi penjual yang terbesar di dalam industri dengan menguasai 60% pasar.

c.     Penentuan strategi


Manajemen tingkat atas menentukan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh organisasi
dengan maksud untuk mencapai tujuan-tujuannya. Inilah yang disebut dengan strategi. Dengan
strategi semua kemampuan yang berupa sumber-sumber daya dikerahkan supaya tujuan
organisasi dapat diraih. Sumber-sumber daya organisasi dapat berupa sumber-sumber daya yang
terlihat seperti misalnya material, modal, personil serta sumber-sumber daya kesempatan-
kesempatan lingkungan luar organisasi. Contoh strategi adalah strategi low cost leadership,
inovasi, fokus. Manajemen dapat memilih satu atau lebih strategi yang sesuai dengan lingkungan
persaingannya. Apabila strategi ini berhasil dilakukan maka tujuan organisasi akan dapat
tercapai. Strategi ditentukan dan diformulasikan oleh manajemen tingkat atas dan
diimplementasikan oleh manajemen tingkat menengah dan tingkat bawah.

2.     Pengendalian Manajemen


Pengendalian manajemen (management control) adalah sistem untuk meyakinkan bahwa
organisasi telah menjalankan strategi yang sudah ditetapkan dengan efektif dan efisien.
Pengendalian manajemen merupakan tingkatan taktik (tactical level), yaitu bagaimana
manajemen tingkat menengah menjalankan taktik supaya perencanaan strategi dapat dilakukan
dengan berhasil. Taktik yang dijalankan biasanya bersifat jangka pendek, kurang atau sama
dengan satu tahun. Masing-masing manajemen bagian bertanggung jawab mengendalikan
penggunaan sumber-sumber daya di dalam organisasi dengan efisien dan efektif. Pusat-pusat
pertanggungjawaban (responsibility centers) merupakan komponen dari sistem pengendalian
manajemen, yang dapat berbentuk pusat biaya (cost center), pusat laba (profit center) dan pusat
investasi (investment center). Sasaran-sasaran (objectives) harus dipasang supaya sumber-sumber
daya menjadi optimal. Penetapan standar adalah penerapan sasaran-sasaran yang akan dicapai.
Masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban mewujudkan strategi yang dirancang oleh
manajemen atas dengan cara mengendalikan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dari
sasaran yang akan dicapai. Di dalam pengendalian manajemen terdapat proses yang
menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh manajer. Proses pengendalian manajemen terdiri
dari tahapan pembuatan program kerja (programming), penyusunan anggaran (budgeting),
pelaksanaan dan pengukuran (operating and measurement), serta pelaporan dan analisis
(reporting and analysis).

3.     Pengendalian Operasi


Pengendalian operasi (operational control) adalah sistem untuk meyakinkan bahwa tiap-tiap
tugas tertentu telah dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengendalian operasi ini merupakan
penerapan program yang telah ditetapkan di pengendalian manajemen. Pengendalian operasi
dilakukan di bawah pedoman proses pengendalian manajemen dan difokuskan pada tugas-tugas
tingkat bawah. Kegiatan-kegiatan dalam manajemen tingkat atas lebih menjurus ke perencanaan
jangka panjang dan penentuan-penentuan strategi. Lebih bawah tingkatannya, kegiatan
manajemen lebih menjurus ke hal-hal yang sifatnya terperinci dan operasional.

B. TIPE KEPUTUSAN MANAJEMEN


Pengambilan keputusan (decision making) adalah tindakan manajemen di dalam
pemilihan alternatif untuk mencapai sasaran. Kegiatan dilaksanakan setelah keputusan diambil.
Keputusan yang dilakukan oleh manajer tingkat bawah sifatnya adalah rutin dan berulang-ulang
yang disebut dengan istilah terprogram (programmed) atau keputusan terstruktur (structured
decision). Terprogram bukan berarti keputusan yang dibuat oleh komputer melalui suatu
program komputer, tetapi berupa suatu kumpulan prosedur yang dilakukan berulang-ulang.
Keputusan pada tingkat yang lebih tinggi sifatnya adalah lebih tidak terprogram atau lebih tidak
terstruktur. Secara ringkas, keputusan oleh manajemen dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tipe,
yaitu sebagai berikut ini.
1.    Keputusan terprogram (programmed decision) atau keputusan terstruktur (structured decision).
2.    Keputusan setengah terprogram (semi-programmed decision) atau keputusan setengah
terstruktur (semi-structured decision).
3.    Keputusan tidak terprogram (nonprogrammed decision) atau keputusan tidak terstruktur
(unstructured decision).

1.     Keputusan Tidak Terstruktur


Keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan yang tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen tingkat atas.
Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak mudah untuk didapatkan dan
tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan luar. Pengalaman manajer merupakan
hal yang sangat penting di dalam pengambilan keputusan tidak terstruktur. Keputusan untuk
bergabung dengan perusahaan lain adalah contoh keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.

2.     Keputusan Setengah Terstruktur


Keputusan setengah terstruktur (semi-structured decision) adalah keputusan yang sebagian dapat
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur. Keputusan tipe ini
seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan serta analisis yang
terperinci. Contoh dari keputusan tipe ini misalnya adalah keputusan membeli sistem komputer
yang lebih canggih. Contoh yang lainnya adalah keputusan alokasi dana promosi.

3.     Keputusan Terstruktur


Keputusan terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang berulang-ulang dan rutin
sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama pada
manajemen tingkat bawah. Contoh dari keputusan tipe ini misalnya adalah keputusan pemesanan
barang, keputusan penagihan piutang.
Tipe Keputusan Manajemen

C. PERAN MANAJEMEN
Menurut Henry Mintzberg, ahli manajemen dari Kanada, manajer mempunyai beberapa
peran yang diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu peran hubungan personal
(interpersonal), peran informasi (informational), dan peran keputusan (decisional). Peran
interpersonal, yaitu peran hubungan personal dapat terdiri dari figur kepala (figure head),
pemimpin (leader) dan sebagai penghubung (liaison). Sebagai figur kepala (figure head),
manajer mewakili organisasi untuk kegiatan-kegiatan di luar organisasi. Sebagai pemimpin
(leader), manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi dan mendukung bawahan-
bawahannya. Sebagai penghubung (liaison), manajer menghubungkan personal-personal di
semua tingkatan manajemen.

Peran informasi (informational), yaitu peran dari manajer sebagai pusat saraf (nerve
center) organisasi untuk menerima informasi yang paling mutakhir dan sebagai penyebar
(disseminator) informasi ke seluruh personal di organisasi. Peran informasi lainnya adalah
manajer sebagai juru bicara (spokesman) untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang
informasi yang dimilikinya.

Peran keputusan (decisional) yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai entrepreneur,
sebagai orang yang menangani gangguan (disturbance handler), sebagai orang yang
mengalokasikan sumber-sumber daya (resource allocator) organisasi dan sebagai negosiator
(negotiator) jika terjadi konflik di dalam organisasi.

Untuk menjalankan peranannya, manajer-manajer di organisasi membutuhkan sistem


informasi. Sistem-sistem informasi ini dapat digunakan oleh manajer-manajer untuk mendukung
kegiatan dan perannya.

D. GAYA KOGNITIF PENGAMBILAN KEPUTUSAN


Pengambilan keputusan bukan proses satu aktivitas saja, tetapi melewati beberapa
aktivitas. Herbert Simon, ahli kognitif pemenang nobel, memperkenalkan empat aktivitas dalam
proses pengambilan keputusan, yaitu intelligence, design, choice dan implementation. Tahap
pertama, yaitu intelligence adalah tahap pengumpulan informasi untuk mengidentifikasikan
permasalahannya. Pada tahap pertama ini, informasi yang dikumpulkan dapat diperoleh dari
sistem informasi manajemen. Tahap kedua, yaitu design adalah tahap perancangan solusi dalam
bentuk alternatif-alternatif pemecahan masalah. Tahap kedua ini dapat dilakukan dengan
menggunakan decision

support system yang memberikan banyak alternatif pilihan solusi yang dapat dipilih. Tahap
ketiga, yaitu choice adalah tahap memilih solusi dari alternatifalternatif yang disediakan. Tahap
ini juga dapat dilakukan dengan memilih alternatif-alternatif solusi yang disediakan oleh
decision support system. Tahap keempat yaitu implementation adalah tahap melaksanakan
keputusan

dan melaporkan hasilnya.

Sistem-sistem informasi yang dapat digunakan untuk masing-masing tahap kegiatan


pengambilan keputusan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

http://denok-s-wien.blogspot.com/2015/09/pengambilan-keputusan-manajemen.html
Tahapan Pengambilan Keputusan

Sebagai suatu proses, pengambilan keputusan terdiri dari beberapa tahapan. Individu atau
kelompok atau organisasi dalam pengambilan suatu keputusan, disadari atau tidak disadari,
mengalami satu atau lebih tahapan tersebut sebelum mencapai keputusan tertentu. Masalahnya
tahapan tersebut dilalui dengan baik atau ada tahapan yang terlewati, itu soal lain.
Banyak pendapat yang dapat diacu terkait tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan
dalam konteks organisasi. Seperti misalnya pendapat G.R Terry, Peter F Drucker dll. Dari semua
pendapat para ahli tentang proses pengambilan keputusan, dapat disimpulkan bahwa tahapan
setiap proses pengambilan keputusan senantiasa terdiri dari:

Tahap pertama adalah Identifikasi masalah inti/ utama. Untuk apat mengidentifikasi masalah inti
atau utama, perlu dipahami lebih dulu apa yang dimaksud dengan masalah. Beberapa ahli
mendefinisikan masalah sebagai pertanyaan yang harus dijawab. Ada pula yang mendefinisikan
masalah sebagai sebuah kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang harus diatasi.  Juga ada
yang mengartikan masalah sebagai penyimpangan dari kondisi normal.

Apapun definisi masalah yang digunakan, bagaimanapun Identifikasi masalah tetaplah


merupakan tahapan yang kritis. Sekali terjadi kesalahan dalam penentuan masalah, maka
keputusan yang dihasilkan tidak akan pernah  dapat memperbaiki keadaan. Ibarat dokter
memberikan obat berdasarkan diagnosis penyakit yang salah. Akibatnya, pasien tidak akan
sembuh dengan obat tersebut.

Identifikasi masalah yang diurakan di atas adalah agar identifikasi dilakukan tidak hanya
menyangkut identifikasi masalah baik hasil, sebab maupun faktor-faktornya, tetapi juga meliputi
identifikasi kondisi masalah untuk mengetahui kondisi sekarang dan kondisi yang diharap.,
identifikasi indikasi-indikasi yang berkaitan dengan masalah, dan dapat membedakan antara
masalah yang sebenarnya dengan indikasi-indikasinya.

Jadi, dapatlah dikatakan bahwa pada tahap identifikasi, terdapat tiga langkah yang harus
dilakukan yaitu 1) langkah orientasi masalah atau langkah menyadari adanya masalah. 2)
langkah preferensi, yakni langkah mengumpulkan data dan informasi, dan 3) langkah definisi,
yaitu mengklasifikasi, identifikasi dan merumuskan masalah.

Tahap kedua adalah tahap pengumpulan data dan analisis. Pengumulan data dan analisis pada
tahap dua ini berbeda dengan pengumpulan data pada tahap identifikasi masalah. Perbedaannya
ada pada tujuan. Tujuan pengumpulan data pada tahap dua ini bertujuan untuk mendapatkan
gambaran tentang kemungkinan alternatif solusi yang bisa dilakukan, berikut analisis alternatif
terkait  konsekuensi-yang timbul dari setiap alternatif.

Tahap ketiga yaitu tahap penentuan alternatif keputusan berikut konsekuensi-konsekuensi


positif/ negatif setiap alternatif. Sama halnya dengan tahap identifikasi masalah, tahap penentuan
alternatif keputusan juga memerlukan data dan informasi. Semakin lengkap data relevan yang
tersedia, semakin baik alternatif-alternatif keputusan yang dapat dipilih. Brdasarkan data yang
diperoleh, dicoba dicari berbagai alternatif keputusan.

Dalam tahap penentuan alternatif, terdapat setidaknya ada dua langkah yang harus dilakukan
untuk mendapatkan alternatif-alternatif keputusan yang efektif. Pertama, langkah pemetaan
alternatif yang dilakukan untuk mendapatkan berbagai kemungkinan alternatif keputusan Kedua
langkah penilaian alternatif dimana setiap alternatif dinilai plus minusnya.

Keempat adalah tahap pemilihan alternatif "terbaik".


Dalam menentukan satu alternatif terbaik, ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan antara
lain: (i) tingkat resiko (ii) tenaga dan pikiran yang dibutuhkan (iii) jumlah dan kualitas
sumberdaya manusia yang dibutuhkan, (iv) waktu. Bila dua alternatif memiliki kualitas yang
sama, maka dipilih alternatif yang memiliki jangkauan waktu yang lebih luas. (v)apek ekonomi.
Artinya memilih alternatif yang memiliki dampak ekonomi yang paling menguntungkan. (vi)
Dapat dilaksanakan. Pemecahan masalah harus bersifat praktis, tidak terlalu spekulatif namun
juga tidak takut berinovasi.

Selanjutnya tahap kelima yaitu pelaksanaan keputusan. Pertama-tama perlu dibedakan lebih dulu
antara istilah-istilahmembuat keputusan, mengambil keputusan, dan mengeluarkan keputusan.
Membuat keputusan merupakan proses dari awal sampai akhir untuk mencapai sebuah hasil yang
baik yaitu pemecahan masalah.

Mengambil keputusan merupakan salah satu tahap dalam proses pengambilan keputusan yakni
memilih alternatif terbaik. Mengeluarkan keputusan merupakan langkah yang komplit diantara
langkah-langkah manajemen yang terdiri dari perencanaan, hingga pengawasan dan penilaian.
Kelayakan sebuah keputusan terletak pada pelaksanaannya.

Oleh karena itu, keputuan yang dikeluarkan harus terdiri dari beberapa unsur yaitu surat
keputusan, orang yang menerima/ melaksanakan keputusan, perencanaan, distribusi tanggung
jawab dan wewenang, skedul waktu dan anggaran belanja.

Tahap keenam atau tahap terakhir adalah pemantauan dan evaluasi pelaksanaan keputusan.
Proses supervisi dan evaluasi diperlukan untuk memastikan bahwa fase pelaksanaan keputusan
tetap terjaga dan penuh vitalitas. Sekaligus sebagai upaya untuk mengantisipasi adanya
perubahan situasi atau hal-hal yang terjadi dan diluar perkiraan.
Bagaimana tahapan tersebut dilalui, dalam banyak hal, akan sangat menentukan kualitas
keputusan yang diambil. Soal kecepatan proses tahapan itu dilalui adalah soal lain. Makin sering
orang terlibat dalam pengambilan keputusan, makin rutin masalah yang dihadapi untuk
diputuskan, makin cepat tahapan itu dilalui dengan hasil keputusan yang tetap berkualitas.
Metode Kuantitatif Dalam Pengambilan Keputusan
27 Oct

Metode Kuantitatif dalam Pengambilan Keputusan

Secara umum, terdapat dua pendekatan dalam pengambilan keputusan, yaitu pendekatan
kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Secara sederhana, pendekatan kualitatif mengandalkan penilaian subyektif terhadap suatu
masalah, sedangkan pendekatan kuantitatif mendasarkan keputusan pada penilaian obyektif yang
didasarkan pada model matematika yang dibuat. Jika Anda meramalkan cuaca mendasarkan pada
pengalaman, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Namun jika, ramalan
didasarkan pada model matematika, maka pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif.
Keputusan penerimaan karyawan berdasar nilai tes masuk adalah contoh lain pendekatan
kuantitatif, sedang jika didasarkan pada hasil wawancara untuk mengetahui kepribadian dan
motivasi maka pendekatan yang dilakukan adalah kualitatif.
Umumnya pendekatan kuantitatif dalam pengambilan keputusan yang menggunakan model-
model matematika. Matematika sudah ditemukan oleh manusia ribuan tahun yang lalu dan telah
banyak digunakan dalam banyak aplikasi. Untuk kasus yang lebih kompleks tentu saja
dibutuhkan model matematika yang lebih rumit. Telah banyak model analisis kuantitatif yang
dikembangkan dalam pengambilan keputusan.
Langkah-langkah dalam pengambilan keputusan
Mendefinisikan masalah. Secara sederhana, masalah merupakan perbedaan (gap) antara situasi
yang diinginkan dengan kenyataan yang ada. Jika seorang mahasiswa ingin memperoleh nilai A,
tetapi ternyata hasil yang didapatkan kurang dari itu, maka mahasiswa tersebut menghadapi
masalah. Pada dasarnya, semua langkap pengambilan keputusan dilakukan untuk menghilangkan
atau mengurangi perbedaan yang ada antara yang diharapkan dan yang terjadi.
Mengembangkan model. Model adalah representasi dari sebuah situasi nyata. Model dapat
dikembangkan dalam berbagai bentuk; seperti model fisik, logika, atau matematika. Miniatur
mobil atau maket rumah adalah contoh model fisik, sedang aliran listrik dengan rangkaian
tertentu atau air mengalir dengan pola saluran tertentu adalah model logika untuk arus lalu-lintas.
Model ekonomi yang menyatakan bahwa pendapatan merupakan fungsi dari konsumsi dan
tabungan merupakan contoh model matematika.
Dalam langkah pengembangan model dikenal istilah variabel yang nilai-nilainya akan
mempengaruhi keputusan yang akan diambil. Dalam kasus nyata, variabel-variabel ini sebagian
dapat dikendalikan dan sebagian yang lain tidak. Lama lampu merah pada lampu pengatur lalu
lintas dapat dikendalikan dengan mudah, namun laju kendaraan dan jumlah kendaraan yang
melewati sebuah jalan tidak mudah dikendalikan.
Mengumpulkan data. Data yang akurat sangat penting untuk menjamin analisis kuantitatif yang
dilakukan menghasilkan keluaran seperti yang diinginkan. Sumber data untuk pengujian model
dapat berupa laporan-laporan perusahaan seperti laporan keuangan dan dokumen perusahaan
lainnya, hasil wawancara, pengukuran langsung di lapangan dan hasilsampling statistik.
Membuat solusi. Solusi yang diambil dalam pendekatan kuantitatif dilakukan dengan
memanipulasi model dan dengan masukan data yang dihasilkan pada langkah sebelumnya.
Banyak metode yang bisa dilakukan dalam membuat solusi, seperti memecahkan persamaan
(model matematika) yang sudah dikembangkan sebelumnya, menggunakan pendekatantrial and
error dengan data masukan yang berbeda-beda untuk menghasilkan solusi ”terbaik”, atau
menggunakan algoritma atau langkah-langkah penyelesaian detil khusus yang telah
dikembangkan.
Apapun metode yang digunakan, solusi yang dihasilkan haruslah praktis (practical) dan dapat
diterapkan (implementable). Solusi ”terbaik” yang dihasilkan harus tidak rumit dan dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang ada.
Menguji solusi. Untuk menjamin bahwa solusi yang dihasilkan merupakan yang terbaik, maka
pengujian harus dilakukan, baik pada model ataupun pada data masukan. Pengujian ini dilakukan
untuk melihat akurasi (accuracy) dan kelengkapan model dan data yang digunakan. Untuk
melihat akurasi dan kelengkapan data, data yang diperoleh dari berbagai sumber dapat
dimasukkan ke dalam model dan hasilnya dibandingkan. Model dan data yang akurat dan
lengkap seharusnya menjamin konsistensi hasil. Pengujian ini penting dilakukan sebelum
analisis hasil dilakukan.
Menganalisis hasil. Analisis hasil dilakukan untuk memahami langkah-langkah yang harus
dilakukan jika sebuah keputusan telah dipilih. Selanjutnya implikasi langkah-langkah yang
dilalukan juga harus dianalisis. Dalam langkah ini analisis sensitivitas (sensitivity analysis)
menjadi sangat penting. Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah-ubah nilai-nilai
masukan model dan melihat perbedaan apa yang terjadi pada hasil. Dengan demikian, analisis
sensitivitas akan membantu untuk lebih memahami masalah yang dihadapi dan kemungkinan-
kemungkinan jawaban atas masalah tersebut.
Mengimplementasikan hasil. Langkah implementasi ini dilakukan dengan menerapkan hasil
analisis ke dalam proses-proses yang terdapat dalam perusahaan. Tidak kalah penting dalam
langkah ini adalah memonitor hasil dari penerapan solusi. Namun, perlu disadari bahwa
implementasi hasil analisis (solusi) bukanlah tanpa hambatan. Salah satu hambatan yang
mungkin dihadapi adalah bagaimana meyakinkan pihak manajemen bahwa solusi yang
ditawarkan merupakan yang terbaik dan akan memecahkan masalah yang ada. Dalam kasus ini,
analisis sensitivitas atas model yang dihasilkan sekali lagi dapat digunakan untuk menjual solusi
yang dihasilkan kepada pihak manajemen.
Pilihan Teknik Analisis Kuantitatif:
1. Analisis cost, profit & volume (BEP)
2. Analisis keputusan
3. Analisis probabilitas
4. Peramalan
5. Korelasi & regresi
6. Analisis jalur
7. Analsisi faktor, deskriminan & claster
8. Model pengendalian persediaan
9. Linear programming (optimalisasi)
10. Network model
Kelebihan dan kekurangan metode kuantitatif :
1. Kelebihan metode kuantitatif :
a. Dapat digunakan untuk menduga atau meramal
b. Hasil analisis dapat diperoleh dengan pasti dan akurat apabila digunakan sesuai aturan aturan
yang telah ditetapkan
c. Dapat digunakan untuk mengukur interaksi hubungan antara dua/lebih variabel (peubah)
d. Dapat menyederhanakan realitas permasalahan yang kompleks & rumit dalam sebuah model

2. Kekuranga metode kuantitatif :


a. Berdasarkan pada anggapan anggapan (asumsi)
b. Asumsi tidak sesuai dengan realitas yang terjadi atau menyimpang jauh maka kemampuannya
tidak dapat dijamin bahkan menyesatkan
c. Data harus berdistribusi normal dengan skala pengukuran data yang harus digunakan adalah
interval & rasio
d. Tidak dapat dipergunakan untuk menganalisis dengan (sampel) yang jumlahnya sedikit (>30)

Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode kuantitaif dapat dilakukan dan dapat
menjadi sangat membantu dalam pengambilan keputusan asalkan sesuai dengan
permasalahan/bahan yang akan diteliti atau dipecahkan.
Data bersifat kuantitas menggunakan metode kuantitatif sedangkan data bersifat kualitas
menggunakan metode kualitatif.

 
 

Anda mungkin juga menyukai