Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PENCEGAHAN VIRUS HPV MELALUI VAKSIN HPV DAN DETEKSI DINI


KELAINAN PADA PAYUDARA MELALUI MAMMOGRAFI”

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Teknologi Tepat Guna Dalam Pelayanan
Kebidanan
Dosen Pengampu : DR. Yuni Kusmiyati., SST.,MPH

SURI KOMALA
P07124319004

PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-NYA, serta Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada junjungan
Nabi Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
membahas tentang Ultrasonografi (USG) . Adapun penyusunan makalah ini yaitu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Tepat Guna (TTG).
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan agar dalam penyusunan makalah yang akan dating dapat lebih baik
lagi.
Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
pembaca.

Yogyakarta, 8 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMANJUDUL
..............................................................................................................................................
1
KATA PENGANTAR
.............................................................................................................................
………….2
DAFTAR ISI
.............................................................................................................................
………….3

BAB I PENDAHULUAN
..............................................................................................................................................
4
A. Latar Belakang Masalah
..................................................................................................................................
4
B. Rumusan Masalah
..................................................................................................................................
5
C. Tujuan
..................................................................................................................................
5
D. Manfaat Penelitian
..................................................................................................................................
6

BAB II PEMBAHASAN
..............................................................................................................................................
7
A Pengertian  Ultrasonografi (USG)……………………………………………… 7
B Sejarah Ultrasonografi (USG)…………………………………………………… 8
C Komponen Alat Ultrasonografi (USG)…………………………………………..10
D Prinsip Kerja Alat Ultrasonografi (USG)……………………………………......12
E Jenis Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)………………………………………..13
F Manfaat Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)……………………………….........14
G Kelebihan dan Kekurangan Ultrasonografi (USG)………………………………16
H Cara Membaca hasil Ultrasonografi (USG)………………………………………
16

BAB III PENUTUP


..............................................................................................................................................
19
A. Kesimpulan
..................................................................................................................................
19
B. Saran
..................................................................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mammografi


Mammografi adalah pemeriksaan sederhana dengan menggunakan mesin X-
ray. Dengan menggunakan mesin mammografi tersebut, payudara ditempatkan di
antara dua plat dari mesin x-ray dan akan dilakukan penekanan. Keadaan ini
mungkin menimbulkan sedikit rasa tidak nyaman, namun hal ini penting untuk
mendapatkan hasil gambar yang baik. Penekanan tersebut hanya berlangsung
beberapa detik. Seluruh prosedur mammografi biasanya memakan waktu sekitar
20-30 menit untuk satu payudara.

Gambar 2.1 Posisi pemotretan mammografi


Mammografi merupakan pemeriksaan paling utama untuk melakukan
deteksi kanker payudara pada stadium awal. Meskipun hasil dari mammografi
tidak 100% akurat, namun mammografi merupakan metode terbaik untuk
mendeteksi kanker payudara. Pemeriksaan mammografi sebaiknya dilakukan dua
tahun sekali pada usia 35 – 50 tahun, sedangkan usia diatas 50 tahun dilakukan
satu tahun sekali.
Kualitas citra pada mammografi bergantung dari peralatan pencitraan yang
digunakan dan cara penerapannya. Untuk memperoleh citra dengan kualitas yang
tinggi pada dosis rendah, perlu memilih peralatan mamografi dengan sebuah
desain dan kinerja yang tepat serta menggunakan parameter operasi yang benar.
Ada lima parameter fisis yang harus diperhatikan dalam menilai kinerja sistem
mamografi antara lain: kontras, ketidaktajaman (unsharpness), dosis serap

5
6

payudara, noise, dan jangkauan dinamik (dynamic range). Kontras penting untuk
diperhatikan agar dapat melihat perbedaan densitas jaringan lunak yang kecil.
Karena payudara memiliki organ yang kecil dan tidak ada struktur jaringan lunak
atau tulang, sehingga memungkinkan penggunaan sinar-x yang berenergi rendah.
Ketidaktajaman penting untuk diperhatikan agar dapat melihat mikrokalsifikasi.
Dosis harus dijaga agar tetap rendah karena adanya resiko karsinogenesis dan
noise harus dikurangi karena dapat mempengaruhi visibilitas terhadap mikro
kalsifikasi yang sangat halus. Jangkauan dinamik pada reseptor citra harus dipilih
agar dapat mencapai rentang yang penuh pada jaringan payudara dengan kualitas
citra yang cukup. Tiap lima parameter ini bergantung pada beberapa komponen
sistem mamografi (Gambar 2.2).

Gamba 2.2 Komponen-komponen sistem Mammografi


Prinsip kerjanya adalah pesawat mammografi yang digunakan kapasitas
tegangan tabung rendah dan mAs yang tinggi. Tabung x-ray pada persawat
mammografi dengan target molibdenum (produksi energi rendah). Ada filter
untuk mendapatkan kualitas berkas yang sesuai dengan keperluan yang digunakan
adalah molybdenum. Focal spot yang ukuran fokusnya kecil yang diperlukan
untuk mendapatkan ketajaman gambar. Pesawat mammografi mempunyai
kombinasi berkas yang membatasi luas lapangan penyinaran. Pesawat
mammografi dilengkapi dengan adanya kompressi mammae yang fungsinya untuk
mengkompressi mammae dan menahan payudara agar tidak bergerak. Grid yang
berfungsi untuk mengurangi sinar hambur diantara obyek dan film, pada tempat
kaset dmasukkan kaset yang berisi tunggal dengan kualitas tinggi dan berisi film
beremulsi tunggal mengurangi paparan radiasi, sehingga gambaran lebih baik.
Phototimer detektor diletakkan di bawah kaset seluruh automatic. Detektor
mengukur kV yang optimal dan filtrasi dari sebuah penyinaran..
Tabung sinar-X sudah terpasang bersama-sama dengan reseptor citra dan
sandaran payudara, serta komponen pelengkap yang dapat diputar terhadap sumbu
horisontal untuk mencapai proyeksi radiografi yang diharapkan. Tabung sinar-X
memiliki focal spot yang kecil dan menghasilkan spektrum sinar-X yang
berenergi rendah. Kolimasi lapangan radiasi dan posisi fokus tabung dibuat
vertikal terhadap pasien. Konfigurasi ini bertujuan untuk memastikan visualisasi
yang maksimum dari jaringan payudara. Sumbu katoda-anoda dibuat pada arah
dinding dada sampai nipple sehingga efek heel memberikan banyak foton dalam
daerah payudara yang paling tebal dan transmisi fotonnya paling rendah.
Kompresi yang dibuat menggunakan piringan kompresi plastik bertujuan untuk
mengurangi ketebalan payudara dan meletakkannya pada posisi yang benar
sehingga proyeksi radiografi yang diharapkan dapat tercapai. Piringan kompresi
dan meja sandaran payudara harus memiliki transmisi sinar-X yang tinggi. Meja
sandaran payudara terdiri dari kombinasi film/screen mamografi atau reseptor
digital. Meja tersebut juga bergabung dengan sebuah grid anti hamburan. Dalam
banyak sistem, spektrum sinar-X dipilih secara otomatis berdasarkan ketebalan
payudara dan transmisi melalui payudara.

2.2 Anatomi Payudara


Payudara terletak pada bagian anterior dinding thorax, mulai costae 2 atau
3 sampai costae 6 atau 7, berbentuk kerucut, simetris, yang bervariasi dalam
bentuk dan ukurannya. Pada dasarnya payudara terdiri dari papilla, areola, kulit,
lemak subkutis, jaringan parenkim dan jaringan ikat. Setiap payudara terdiri atas
15 sampai 25 lobus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla
mamma yang disebut duktus laktiferus dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang
bervariasi jumlahnya. Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara
kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara lobus tersebut
terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang merupakan tonjolan
jaringan payudara, yang bersatu dengan lapisan luar fasia superfisialis yang
berfungsi sebagai struktur penyokong dan memberi rangka untuk payudara.
Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis
dan anterior.
Pembuluh darah mammae berasal dari arteri mamaria interna dan arteri
torakalis lateralis. Vena supervisialis mamae mempunyai banyak anastomosa
yang bermuara ke vena mamaria interna dan vena torakalis interna/epigastrika,
sebagian besar bermuara ke vena torakalis lateralis. Aliran limfe dari payudara
kurang lebih 75% ke aksila, sebagian lagi ke kelenjar terutama dari bagian yang
sentral dan medial dan ada pula aliran ke kelenjar interpektoralis.
Untuk lebih jelas dari anatomi payudara dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.3 Anatomi Payudara

2.3 Kualitas Gambar Radiograf


Sebuah radiograf diharuskan bisa memberikan informasi yang jelas dalam
upaya menegakan diagnosa. Ketika radiograf yang dihasilkan mempunyai semua
informasi yang dibutuhan dalam memastikan sebuah diagnosa maka radiograf
dikatakan memiliki kualitas gambar yang tinggi.
Kualitas sama artinya dengan mutu. Untuk memenuhi kualitas gambar
radiografi yang tinggi, maka sebuah radiograf harus memenuhi beberapa aspek
yang akan dinilai pada sebuah radiograf yaitu densitas, kontras, ketajaman,dan
detail. Semua aspek ini harus bernilai baik agar radiograf bisa dikatakan
mempunyai kualitas gambaran yang baik.
2.3.1 Densitas Radiografi
Yaitu tingkat derajat kehitaman suatu gambaran radiografi. Kehitaman
terjadi akibat adanya interaksi antara sinar-x dan emulsi film. Density (Densitas
Radiografik): Gambaran hitam pada hasil radiograf ditetapkan sebagai densitas.
Hasil densitas yang semakin baik terdapat pada area yang dimana sinar-x
ditangkap oleh film dan dikonversikan ke warna hitam, silver metalik. Densitas
dipengaruhi oleh : Tegangan(kV) , kuat arus (mA), dan waktu, FFD, luas
lapangan penyinaran dan ketebalan okyek
Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010. Radiography
Densitas film adalah ukuran tingkat kegelapan dari suatu film. Secara teknik, hal
ini disebut transmitted density yang terjadi pada film berbahan dasar transparan
yang diukur sejak saat cahaya ditransmisikan melewati film. Densitas merupakan
fungsi logaritma yang menjelaskan suatu perbandingan dari dua pengukuran,
secara spesifik merupakan perbandingan antara intensitas cahaya yang masuk
kefilm (I0) terhadap intensitas cahaya yang keluar melewati film (It).

D=log10..................................................(1)

Densitas film diukur dengan alat yang disebut densitometer. Secara


sederhana, densitometer memiliki sensor fotoelektrik (photoelectric sensor) yang
dapat menghitung banyaknya cahaya yang ditransmisikan melewati selembar
film. Film diletakkan di antara sumber cahaya dengan sensor dan pembacaan
densitas dilakukan oleh instrumen.

2.3.2 Kontras Radiografi


Menurut The Collaboration for NDT Education. 2010.Radiography
Kontras radiografi merupakan derajat densitas perbedaan antara dua area pada
gambar radiografi. Kontras memudahkan identifikasi ciri-ciri yang berbeda pada
area inspeksi seperti goresan, patahan dan sebagainya. Gambar di bawah
menunjukkan perbedaan dua film hasil radiografi dengan obyek yang sama yaitu
stepwedge. Gambar radiografi yang atas memiliki kontras yang lebih tinggi,
sedangkan gambar yang bawah memiliki kontras yang lebih rendah. Saat
keduanya disinari pada material dengan ketebalan yang sama, gambar dengan
kontras yang tinggi memberikan perubahan densitas radiografi yang mencolok.
Pada kedua gambar terdapat lingkaran kecil dengan densitas yang sama.
Lingkaran ini lebih mudah diamati pada gambar radiografi dengan kontras yang
tinggi.

Gambar 2.4 Radiografi dengan kontra tinggi dan kontras rendah


Ada dua hal yang mempengaruhi kontras radiografi , yaitu subyek kontras
dan detektor kontras atau film radiografi itu sendiri.
1) Subjek kontras
Subyek kontras merupakan perbandingan intensitas radiasi yang
ditransmisikan melewati area berbeda dari material yang diinspeksi. Hal ini
tergantung pada kemampuan serapan material yang berbeda-beda, panjang
gelombang radiasi dan intensitas radiasi serta hamburan balik radiasi (back
scattering).
Perbedaan material dalam menyerap radiasi, berakibat pada tingkat kontras
film radiografi. Perbedaan ketebalan atau massa jenis material yang lebih besar,
akan memberikan perbedaan densitas radiografi atau kontras yang semakin besar.
Akan tetapi, dari satu obyek material bisa dihasilkan dua gambar radiografi
dengan kontras yang berbeda. Sinar-X yang ditembakkan dengan kV yang lebih
kecil akan menghasilkan gambar radiografi dengan kontras yang lebih tinggi. Hal
ini terjadi karena energi radiasi yang rendah lebih mudah diserap oleh bahan,
sehingga perbandingan foton yang ditransmisikan melewati material yang tebal
dan tipis akan lebih besar dengan energi radiasi rendah.

Gambar 2.5 Visualisasi penyinaran radiasi stepwedge dengan kV berbeda


Secara umum jika senstivitas tinggi, maka latitude akan rendah.
Radiographic latitude merupakan jangkauan ketebalan material yang bias
tergambar pada film. Hal ini berarti banyaknya area dari ketebalan yang berbeda
akan tampak pada gambar. Gambar radiografi yang baik memiliki kontras dan
latitude yang seimbang, artinya cukup kontras untuk mengidentifikasi ciri-ciri
area inspeksi, tapi juga menyakinkannya dengan latitude yang baik, sehingga
seluruh area dapat diinspeksi dalam satu gambar radiografi.
2) Film kontras
Kontras film merupakan perbedaan densitas yang dihasilkan oleh setiap
tipe film radiografi yang telah melalu proses radiografi (Chris Gunn, 2002:175).
Penyinaran radiasi pada film untuk mendapatkan film dengan densitas yang lebih
tinggi secara umum akan meningkatkan kontras pada gambar radiografi. Kurva
karakteristik film secara umum ditunjukkan pada gambar 2.5 di bawah.
Penemu kurva ini adalah Ferdinand Hurter (1844-1898) dan Vero Charles
Driffield (1848-1915) sehingga sering juga disebut kurva H & D: Mengolah Hasil
Data Pengukuran Pada pekerjaan mengolah hasil dari pengukuran densitas
menjadi sebuah grafik atau tampilan lain, tergantung dari apa yang dibutuhkan
seperti mengukur nilai kontras, mengukur nilai gamma film, melihat densitas
maksimum, melihat latitude, kontras index, speed index dan lain-lain. Pengolahan
data hingga menjadi kurva karakteristik dapat dilakukan dengan: Mengolah
dengan sistem manual, yaitu dengan menjumlah, mengurangi dan membagi
dengan hitungan biasa, Mengolah dengan sistem elektronik (Elektronik Data
Processing EDP), untuk pengolahan EDP diperlukan personal computer (PC),
Membuat Kurva Karakteristik Setelah mengukur dan mengolah nilai densitas yan
dihasilkan pada sensitometri kemudian akan dilanjutkan dengan pembuatan
hasilnya dalam bentuk kurva karakteristik.
Kurva ini memberi gambaran tentang respon film terhadap jumlah
penyinaran radiasi. Dari bentuk kurva dapat dilihat bahwa saat film tidak
mengalami interaksi dengan foton, kurva memiliki tingkat kemiringan yang
rendah. Pada daerah kurva ini, perubahan penyinaran radiasi yang besar hanya
akan memberi sedikit perubahan densitas film, sehingga sensitivitas film relatif
rendah.

Gambar 2.6 Kurva Karakteristik


Keterangan :
1. Tingkat Kabut (Minimum Density)
Tingkat kabut merupakan daerah dengan densitas yang rendah. Daerah
penghitaman atau densitas awal ini digambarkan sebagai garis horizontal.
2. Daerah Jari Kaki (Threshoid)
Pada daerah ini densitas naik secara perlahan dari 0,1 pada (1) sampai
sekitar 0,5 pada (2) Densitas di daerah ini lebih besar sedikit dibandingkan
tingkat kabut.
3. Daerah Garis Lurus (Straight Part)
Pada gambar 2.6 kurva karakteristik, terdapat pada garis nomor (2) hingga
(3). Dalam jangka waktu eksposi ini densitas berbanding lurus dengan log
eksposi
4. Daerah Bahu (Shoulder)
Pada daerah ini merupakan daerah yang mempunyai densitas maksimum
dari film radiografi.
5. Daerah Solarisasi (Maximum Density)
Pada daerah solarisasi ini merupakan daerah yang apabila diberi eksposi
lebih akan menyebabkan penurunan densitas film.
Menurut Plaast 1969, kurva karakteristik merupakan sebuah kurva yang
memberikan hubungan antara nilai densitas dengan factor eksposi yang dihasilkan
oleh serangkaian eksposi (Dalam Win Priantoro, 2009:7) , adapun fungsi dari
kurva karakteristik yaitu:
a) Untuk mengetahui besar kecilnya fog level
b) Untuk menilai kontras
c) Untuk menilai besar kecilnya nilai latitude
d) Untuk menilai densitas maksimum
e) Untuk menilai daerah solarisasi
f) Untuk membandingkan kecepatan film
Kurva ini pertama kali ditemukan oleh Hurteen dan Drifield pada tahun
1890, maka dari itulah kurva ini biasanya disebut juga dengan kurva H dan D.

2.4 Faktor Eksposi


2.4.1 Pengertian Faktor Eksposi
Faktor eksposi (faktor penyinaran) terdiri dari kV (tegangan listrik), mA
(arus listrik) dan s (waktu) . kV adalah satuan beda potensial yang diberikan
antara katoda dan anoda didalam tabung Rontgen. kV akan menentukan kualitas
sinar - x. mA adalah suatu arus tabung, dan s adalah satuan waktu penyinaran.
mAs akan menentukan kuantitas sinar - x.
a. kV ( Tegangan listrik )
Tegangan listrik (kV) adalah satuan beda potensial yang diberikan antara
katoda dan anoda didalam tabung Rontgen. kV atau Tegangan listrik akan
menentukan kualitas sinar-x dan daya tembus sinar-x, makin tinggi besaran
tegangan listrik yang digunakan makin besar pula daya tembusnya. Dalam
menentukan tegangan listrik sebaiknya menggunakan tegangan optimal yang
mampu menghasilkan detail obyek tampak jelas. Hal-hal yang mempengaruhi
tegangan tabung adalah :
a. Jenis pemotretan
b. Ketebalan obyek
c. Jarak pemotretan
d. Perlengkapan yang digunakan
Efek yang terjadi sehubungan dengan kenaikan tegangan listrik (kV) adalah
a). Energi radiasi sinar-x akan meningkat, sehingga densitas pada film akan
menigkat
b). Mengurangi kontras obyek
c). Mengurangi dosis radiasi pada kulit sedangkan pada gonat meningkat
b. Arus dan waktu (mAs)
Arus dan waktu adalah pekalian arus listrik (mA) dan waktu exposi (s),
yang mana besaran arus ini menentukan kuantitas radiasi. Dalam setiap
pemotretan pada berbagai bagian tubuh mempunyai besaran arus dan waktu
tertentu. Pada dasarnya arus tabung yang dipilih adalah pada mA yang paling
tinggi yang dapat dicapai oleh pesawat, agar waktu exposi dapat sesingkat
mungkin, sehingga dapat mencegah kekaburan gambar yang disebabkan oleh
pergerakan. Waktu exposi yang relatif panjang digunakan pada teknik peme
Merubah mAs akan mempengaruhi tenaga berkas sinar-x secara total yang
dihasilkan oleh tabung sinar-x selama eksposi ; perubahan mAs tidak merubah
kualitas berkas sinar-x . Keluaran sinar-x dari tabung dan tenaga yang dilepaskan
pada reseptor gambar selama eksposi akan berbeda langsung dengan mAs.
Sebagai contoh , jika mAs di dua kalikan maka sistim film screen akan menerima
dua kali tenaga .
Sementara umum bagi radiographer memperlakukan mAs sebagai factor
tunggal, sesungguhnya merupakan hasil dari dua kuantitas yaitu :
Arus (mA) yang mengalir dari katoda ke anoda tabung sinar-x selama eksposi.
Waktu lama eksposi dalam sekonde ( detik )
Jadi berapapun nilai individual mA dan waktu (s) eksposi , jika hasilnya
konstan , tenaga yang mengenai reseptor gambar adalah sama , sebagai contoh :
- 20 mA selama 1 detik
- 40 mA selama 0,5 detik
- 80 mA selama 0,25 detik
- 200 mA selama 0,1 detik
- 500 mA selama 0,04 detik
Semua kombinasi menghasilkan 20 mAs dan semuanya menghasilkan
tingkat tenaga radiasi yang sama yang mencapai film ( dengan asumsi factor-
faktor lainnya tidak ada yang dirobah ).
Sebagai ketentun umum, radiographer lebih menyukai menggunakan
kombinasi mA dan waktu eksposi, dimana waktu sesingkat mungkin , untuk
memperkecil ketidaktajaman gerakan. Untuk suatu nilai mAs yang terpilih
kebanyakan sistim kontrol sinar-x yang modern akan secara otomatis
menggunakan kobinasi mA maksimum dan waktu minimum, kecuali dikehendaki
yang lain.Peralatan eksposi otomatis (Automatic exposure device = AED), seperti
Iontomat, juga menggunakan mA maksimum dan waktu eksposi minimum.

2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran faktor eksposi


Faktor-faktor yang mempengaruhi besaran faktor eksposi adalah sebagai
berikut :
1. Filter
Pada umumnya tabung pesawat sinar-x diagnostic menggunakan filter
inheret dan biasanya di tambah dengan filter tambahan berupa aluminium yang
kalau disatukan setara dengan 2 mm Al. Filter ini berfungsi menyaring radiasi
yang lemah. Sedangkan pada pemotretan yang menggunakan tegangan yang
rendah seperti pada teknik pemotretan mammografi, filter tambahan tidak
diperlukan akan tetapi pada pemotretan tegangan tinggi. Filter tambahan perlu
diperhitungkan.

2. Jarak pemotretan
Jarak dalam pemotretan terdiri atas:
a. Jarak focus ke obyek (FOD = focus obyek distance)
b. Jarak obyek ke film (OFD = obyek film distance)
Bila OFD dijauhkan maka akan terjadi :
- Geometric unsharpness meningkat
- Magnifikasi (pembesaran) bertambah
c. Jarak focus ke film ( FFD = focus film distance)
Memperpanjang jarak focus ke film dapat
menyebabkan:
- Mengurangi ketidaktajaman (kekaburan) gambaran yang disebabkan
oleh factor geometrik.
- Mengurangi ketidak tajaman (kekaburan) gambaran yang disebabkan
oleh faktor geometrik.
- Mengurangi magnifikasi (pembesaran) pada gambar terutama pada
pemotretan thorax.
- Mengurangi dosis kulit pada pasien.
- Menaikkan arus dan waktu (mAs).
Untuk menentukan besaran mAs tehadap perubahan FFD dapat
menggunakan rumus dibawah ini :

.................................. (2)
Keterangan :
mAs = miliAmpere Secon
FFD2 = Jarak Fokus ke Film 2
FFD1 = Jarak Fokus ke Film
3. Luas lapangan penyinaran ( kolimasi)
Membatasi dan mengurangi luas lapangan penyinaran pada suatu
pemotretan akan mengurangi jumlah radiasi hambur yang akan mempengaruhi
kontras. Pembatasan kolimasi disesuaikan dengan kebutuhan klinis.

4. Ukuran fokus
Pada pesawat sinar-x diagnostik yang umum digunakan biasanya
mempunyai dua ukuran fokus yaitu fokus besar dan fokus kecil. Fokus besar
digunakan pada pemakain arus yang besar, sedangkan fokus kecil digunakan pada
pemakain arus kecil. Gambaran yang dihasilkan fokus kecil lebih tajam
dibandingkan dengan menggunakan fokus besar.

5. Film dan lembaran penguat (IS)


Kombinasi film dan lembaran penguat harus dipilih dengan
mempertimbangkan kebutuhan akan detail dan kontras yang optimum, serta
penggunaan dosis radiasi sekecil mungkin. Biasanya digunakan kombinasi
lembaran penguat kecepatan sedang dan film cepat,sehingga faktor eksposi dapat
diperkecil.

6. Grid
Grid merupakan alat untuk mengurangi atau mengeliminasi radiasi hambur
agar jangan sampai ke film. Grid terdiri dari lajur-lajur lapisan tipis timbal yang di
susun selang-seling diantara bahan yang tembus radiasi misalnya plastik dan
kayu. Grid digunakan terutama pada pemotretan yang menggunakan mAs yang
tinggi.

7. Jenis pemotretan
Faktor eksposi yang dipilih untuk suatu pemotretan tergantung pada :
a. Bagian tubuh yang akan diperiksa
b. Struktur yang akan difoto
c. Keadaan fisik pasien
8. Proses pengolahan film
Computed Radiography adalah proses digitalisasi gambar yang menggunakan
lembar atau photostimulable plate untuk akuisisi data gambar. Dalam Computed
Radiography terdapat system komponen utama yaitu, Image Plate (IP), Image Reader,
Image Console dan Imager berupa digitalisai gambar yang menggunakan lembar atau
photostimulable plate untuk akusisi data gambar
Secara ringkas proses produksi gambar digital pada Computed Radiography
adalah Imaging Plate (IP) diekspose dengn sinar-x, maka akan terbentuk bayangan laten
pada IP. IP yang diekspose ini dimasukkan pada Image Reader. IP kemudian di scan
dengan helium-neon laser( emisi cahaya merah) sehingga Kristal pada IP menghasilkan
cahaya biru. Cahaya ini kemudian dideteksi oleh photosensor dan dikirim melalui Analog
Digital Converter ke computer untuk diproses. Setelah gambar diperoleh, IP ditransfer ke
bagian lain dari Imaging Plate Reader untuk dihapus agara IP tersebut dapat digunakan
kembali. Gambar yang telah discan kemudian dimasukkan ke dalam computer untuk
diproses lalu ditampilkan pada monitor atau film (Ballinger,1999).
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai