TESIS
oleh :
IMAM MALIK
NIM. 0521100044
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG,.
2006
PERENCANAAN PEMBANGUNAN MELALUI DANA
ALOKASI. KHUSUS NON DANA REBOISASI
(Studi tentang Proses Perencanaan Pembangunan Bidang
Pertanian DI Kabupaten Kediri - Jawa Timur)
TESIS
oleh :
IMAM MALIK
NIM. 0521100044
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2006
LEMBAR PENGESAHAN
TESIS
oleh :
IMAM MALIK
NIM. 0521100044
Komisi Pembimbing
Ketua, Anggota,
Penelitian ini dilakukan, atas dasar pentingnya peranan bidang pertanian dalam
menyediakan bahan pangan, bahan baku industri, devisa dan tenaga kerja yang
dibutuhkan bidang lain, bidang pertanian telah menjadi pengganda pendapatan dan
pengganda tenaga kerja. Pembangunan bidang pertanian telah mengalami fase
dekonstruksi yaitu fase dime: .. 3 bidang pertanian mengalami fase pengacuhan oleh
perumus kebijakan yang berdampak pada perkembangan produksi pangan strategis
nasional yang tidak mengalami peningkatan dan cenderung mendatar. Upaya
pemerintah dalam pembangunan bidang pertanian adalah melalui bantuan OAK Non
DR Agar upaya tersebut dapat berhasil diper1ukan adanya suatu perencanaan.
Mekanisme dan koordinasi dalam proses perencanan pembangunan bidang pertanian
melalui OAK Non DR memegang peranan yang sangat penting.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, menganalisis dan
mengintepretasikan proses perencanaan pembangunan bidang pertanian melalui OAK
Non DR di Kabupaten Kediri dan kendala-kendala dalam proses perencanaan
pembangunan bidang pertanian melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, dengan jenis deskriptif.
Sumber data berasal dari informan, dokumen-dokumen serta tempat dan peristiwa.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model interaktif yaitu mereduksi
data, menyajikan data serta menarik kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan bidang
pertanian melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri dilaksanakan dengan
menggabungkan antara pendekatan top-down dan bottom-up planning yang
dilaksanakan melalui jalur masyarakat dan jalur pemerintah. Pengalokasian OAK Non
DR kepada daerah bersifat selektif dan masih bemuansa top-down planning. Arah
kebijakan, prioritas anggaran dan penetapan pagu anggaran ditetapkan oleh
Departemen Keuangan. Pengalokasian kegiatan bid~ng pertanian melalui OAK Non DR
lebih didominasi top-down dari pada bottom-up planning-nya, dengan berdasarkan
petunjuk teknis dari Departemen Pertanian, daerah hanya mengisi ruang-ruang yang
disediakan oleh pusat, lmplementasi kegiatan bidang pertanian melalui OAK Non DR di
Kabupaten Kediri dilaksanakan dengan sistem kontraktual. Pelaksanaan koordinasi
proses perencanaan pembangunan bidang pertanian melalui OAK Non DR di
Kabupaten Kediri difasilitasi pemerintah melalui Musbangdes ditingkat desa, diskusi
UDKP tingkat kecamatan, dan ditingkat kabupaten melalui Rakorbang yang
dilaksanakan secara partisipatif.
Kendala-kendala dalam proses perencanaan pembangunan bidang pertanian
melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri ditemukan adanya: (1) sistem pengalokasian
Dana Alokasi Khusus Non Dana reboisasi kurang transparan; (2) petunjuk teknis yang
kurang jelas dan kurang fleksibel; (3) sistem penerbitan Surat Penetapan Daftar Alokasi
Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi yang mencakup semua bidang; (4) belum
adanya sumber daya aparatur perencana; (5) sumber daya masyarakat masih terbatas;
(6) terbatasnya anggaran pemerintah; (7) tidak semua usulan kegiatan pembangunan
bidang pertanian yang diajukan daerah disetujui oleh pusat.
SUMMARY
The research has been done based on the importance of agricultural sector in
supplying foodstuffs, rSY.J material industrial, foreign exchange and employment
that's need by other sector, agricultural sector has been income multiplier and
employmentmultiplier. The agriculturaldevelopmenthas undergone deconstruction
fase that's fase where the agriculturalsector undergoes indifferent fase by wisdom
former that has effect on national strategic food product development that doesn't
undergo improvementand tend flat. The government's efforts in agricultural sector
development thafs by Specific Grant Non Reforestation Fund assistance. In order
that efforts get successful planning is needed. Mechanism and coordination in
Development Planning Process of the Agriculture Sector through Specific Grant
Non ReforestationFund has very crucial role.
Objectives of the research are to describe, to analyze, and to interpret the
process development planning on agriculture sector through Specific Grant Non
Reforestation Fund at the Kediri Regency and the obstacles on process
development planning on agriculture sector through Specific Grant Non
ReforestationFund at the Kediri Regency.
The research uses a descriptive method and qualitative approach. Data
sources derived from informants, documents, as well as places and events.
Technique of the data analysis uses interactive model analysis by data reduction,
data presentation, and drawing a conclusion.
Result of the research shows that the development planning on agriculture
sector through Specific Grant Non ReforestationFund at the Kediri Regency which
integrate the top-down and bottom-up planning has been done through social and
local governmental lines. The allocating of Specific Grant Non Reforestation Fund
to the local government is selective and still nuance top-down planning. The
direction of policy, budget priority and the budget establishment has been set by the
Departmentof Finance.The allocating activity on agriculture sector through Specific
Grant Non Reforestation Fund is more dominated by top-down than bottom-up its
planning on base on technical guidance from Department of Agriculture, the local
government only fill the field that's available by the central government. The activity
implementationagriculturesector through Specific Grant Non Reforestation Fund at
the Kediri Regency is done with contractual system. Coordination application on
process development planning on agriculture sector through Specific Grant Non
Reforestation Fund at the Kediri Regency is facilitated by government through
musbangdesforum at the village level, discussion UDKP at the district level, and in
the regency it's done participativethrough rakorbang
The obstacles on development planning process agriculture sector through
Specific Grant Non Reforestation Fund at. the Kediri Regency, we find some such
as: (1) allocating system Specific Grant Non Reforestation Fund is not transparent;
(2) technical guidance that's less flexible and clear; (3) publishing system allocation
list determining letter of Specific Grant Non Reforestation Fund that includes all
field; (4) unavailable planner apparatus resources; (5) limited society resources; (6)
limited government budget; (7) not all activities proposal for development
agriculture sector that's proposed by the region is agreed by central government.
II
KATA PENGANTAR
iii
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Wiwin
Mindarti, istriku, serta kedua anakku Rozan Fikri dan Sasi Kirana Zahrani, atas
segala dukungan dan pengertiannya kepada penulis untuk mengikuti kuliah di
Program Pascasarjana ini. Juga kepada orang tua penulis, yang telah
memberikan doa restu dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini.
Semoga penulisan tesis ini dapat bennanfaat dan rnenambah wawasan
bagi kita semua.
Penulis
IV
DAFTAR ISi
RINGKASAN i
SUMMARY ii
DAFT AR ISi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. v
BABl.PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 13
1.3 Tujuan Penelitian 14
1.4 Manfaat Penelitian 14
v
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penehtian 76
4.1.1. Gamba ran Umum Kabupaten Kediri 76
4.1.2. Mekanisme Perencanaan Bidang Pertanian
Melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri 99
4.1.3 Mekanisme Pengalokasian OAK Non DR
Bidang Pertanian di Kabupaten Kediri 113
4.1.4 Mekanisme Pengalokasian Kegiatan Bidang
Pertanian Melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri . 116
4.1.5 lmplementasi Kegiatan Bidang Pertanian
Melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri 132
4.1.6 Koordinasi Dalam Perencanaan Pembangunan
Bidang Pertanian Melalui OAK Non DR 137
4.1. 7 Kendala-Kendala Dalam Proses Perencanaan
Pembangunan Bidang Pertanian
Melalui OAK Non DR 153
4.2. Pembahasan 157
4.2.1. Mekanisme Perencanaan Bidang Pertanian
Melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi... .157
4.2.2 Pengalokasian Dana Alokasi Khusus Non Dana
Bidang Pertanian di Kabupaten Kediri 167
4.2.3 Mekanisme Pengalokasian·Kegiatan Bidang
Pertanian Melalui OAK Non DR di Kabupaten Kediri . 171
4.2.4 lmplementasi Kegiatan Bidang Pertanian
Melalui OAK Non DR d1 Kabupaten Kediri 17 4
4.2.5 Koordinasi Dalam Perencanaan Pembangunan
Bidang Pertanian Melalui Dana Alokasi Khusus
Non Dana Reboisasi 177
4.2.6 Kendala-Kendala Dalam Proses Perencanaan
Pembangunan Bidang Pertanian
Melalui OAK Non DR 182
4.2.7 Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu 191
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan 197
5.2. Saran 201
vi
DAFT AR TABEL
No Judul Hal
vii
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1 Model lnteraktifAnalisisData 72
2 PetaWilayahKabupatenKediri 79
7 HasilPengadaanAlat-alatMesinPertanian(PowerThresher) 137
8 KegiatanpelaksanaanRakorbangKabupatenKediri 149
Tahun2004
viii
BAB I
PENDAHULUAN
dan ikut rnelaksanakan ketertiban dunia. Sebagai bangsa yang telah merdeka
lebih dari 60 tahun yang lalu adalah berkewajiban menjaga kemerdekaan serta
dari perencanaan pembangunan nasional yang tentunya setiap daerah tidak bisa
dilakukan dengan lebih efisien dan efektif (Kuncoro, 2004:25). Hal ini
kebutuhan ataupun kepentingan rakyat secara lebih nyata dan lebih dapat
2001:519).
sangat dibatasi dan dikontrol pemerintahpusat atas daerah dengan sangat ketat
juga ditopang dengan kontrol dan inisiatif dari pusat. Sehingga tercipta suatu
rendahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dominannya transfer dari pusat.
Pemerintah pusat dalam menangani hal tersebut per1u melakukan usaha yang
secara regional dan rumah tangga secara berkelanjutan, terutama bagi daerah
miskin, terpencil dan perbatasan. Fasilitasi dana APBN selama ini terfokus
bukan saja produksi pertanian dapat ditingkatkan juga akan tumbuh usaha
ekonomi dibidang agribisnis dan usaha diluar agribisnis secara lebih luas.
wilayah.
kebutuhan prasarana dasar melalui penyaluran Dana Alokasi Khusus Non Dana
fisik sarana dan prasarana dasar dibidang pertanian khususnya dalam usaha
menyediakan bahan pangan, bahan baku industri, devisa dan tenaga kerja yang
7
Indonesia hiclup dibidang pertanian dan hidup dalam kemiskinan, saat ini
terdapat 36 juta penduduk miskin atau 17% dari total penduduk Indonesia, lebih
dari 15 juta orang miskin tersebut berada di daerah pedesaan dan hanya
karena terkait erat dengan ketahanan sosial (social security), stabilitas ekonomi,
tersedia setiap saat di semua daerah mudah diperoleh rumah tangga, aman
(reliability).
pesat. Bidang ini juga pertu menjadi salah satu komponen utama dalam program
kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Banyak contoh negara
pangan nasional bukan hanya dipandang dari sisi untung rugi ekonomi saja
tetapi harus disadari sebagai bagian yang mendasar bagi ketahanan nasional
tersebut sudah seharusnya berasal dari produksi dalam negeri dan tidak
pangan perlu diberikan pada: (a) daerah yang diidentifikasi miskin dan rawan
pangan, (b) daerah terpencil dan perbatasan, dan (c) daerah konflik. Disamping
itu perhatian juga perlu diberikan kepada: (a) daerah yang berpotensi sebagai
9
sumber pertumbuhan baru dalam peningkatan produksi pangan, dan (b) daerah
yang selama ini merupakan sentra produksi pangan utama dalam rangka
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 216 juta jiwa dengan
kebutuhan bahan pangan yang harus tersedia. Kebutuhan yang besar jika tidak
latent yaitu laju peningkatan produksi di dalam negeri yang terus menurun.
Sudah pasti jika tidak ada upaya untuk meningkatkan produksi pangan akan
semakin melebar.
Rata-rata produktivitaspadi adalah 4,4 ton/ha (Purba S dan Las, 2002) jagung
3,2 ton/ha dan kedelai 1, 19 ton/ha. Jika dibanding dengan negara produsen
saat ini sebagai program instant untuk mengatasi kekurangan produksi justru
membuat petani semakin terpuruk dan tidak berdaya atas sistem pembangunan
ketahanan pangan yang tidak tegas. Akibat over suplai pangan dari impor
seringkali memaksa harga jual hasil panen petani menjadi rendah tidak
kerugian. Hal ini menjadikan bertani pangan tidak menarik lagi bagi petani dan
10
menjadi rapuh.
Oleh karena itu diperlukan langkah kerja yang serius untuk mengoptimalkan
sumber daya yang ada dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dalam
negeri.
Tabel 1
Perkembangan Produkai Beberapa Jenls Pangan Strategis
di Indonesia
( dalam ribu ton)
No Jenis Pangan 1998 2000 2001 2002 2003 2004
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Padi 49.200 51.898 50.461 51.490 52.138 54.088
2 Uagung 10.169 9.677 9.347 9.654 10.886 11.225
3 Kedelai 1.306 1.018 827 673 672 723
Sumber: Departernen Pertanian
mendatar.
Dikatakan oleh Arifin (2004 :45) bahwa periode seperti tersebut di atas
sering disebut dengan fase dekonstruksi yaitu fase dimana bidang pertanian
pertanian akan bergulir sendirinya (taken for granted) dan melupakan prasyarat
yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan kinerja terburuk yang
pemah tercatat, penurunan yang terjadi adalah di semua bidang. Namun tidak
pertumbuhan sebesar 0,8 persen di tahun 1998 (World Bank, 2003 : 4). Dari
hasil penelitian tersebut maka dapat dikatakan bahwa bidang pertanian masih
melemahnya Nilai Tukar Petani (NPn dimana NPT pada tahun 1983 tebih tinggi
dari NPT pada tahun 2003, sebagian besar pendapatan Rumah Tangga
RTP terdiri dari 3-6 orang, maka rata-rata pendapatanadalah Rp. 5.900 - 6.500
dan dalam 10 tahun terakhir petani gurem meningkat dari 10.800.000 RTP
menjadi 13.680.000 RTP atau 288.300 RTP pertahun atau 789 RTP sehari
berubah menjadi petani gurem. Pada tahun 1983 petani gurem mencapai
wilayah 1.386,05 KM2, terdiri dari 23 Kecamatan dengan 343 Desa dan 1
Kelurahan pada tahun 2004 dengan jumlah penduduk sebanyak 1.423.234 jiwa
dengan kepadatan penduduk 1.021 jiwa/ KM2 sebanyak 46, 11 % bekerja pada
pertanian pengguna lahan sebanyak 77 ,30% adalah rumah tangga petani gurem
(petani dengan kepemlikan lahan < 0,50 Ha). Permasalahan dibidang pertanian
adalah penurunan PDRB, pada tahun 2004 sebesar 3,46% sedangkan pada
PDRB adalah bidang pertanian sebesar 41,92%, akan tetapi dari tahun ketahun
maka produksi pangan strategis di Kabupaten Kediri dapat dilihat dalam tabel 2
berikut ini :
label 2
Perkembangan Produksl Beberapa Jenla Pangan Strategis
di Kabupaten Kediri
(dalamton
No Jenls Pangan 2000 2001 2002 2003 2004
1 2 3 4 5 6 7
1 Padi 330.261 320.857 339.232 316.025 314.459
2 Uagung 305.251 336.475 320.014 307.149 314.293
3 Kedelai 2.243 1.837 732 460 647
Sumber: Kabupaten Kediri Dalam Angka 2004
pangan startergis di Kabupaten Kediri tidak berbeda jauh dengan kondisi secara
47.023 Ha (33,93%) dan tanah kering 91.582 Ha (66,07%) dimana lahan kering
tegal dan kebun 13.555 Ha (9,78%), sedangkan lahan kritis seluas 14.904 Ha
13
(10,75%) dan tanah tandus 2.608 Ha (1,88%) hal ini menunjukkan Kabupaten
dari tahun ketahun masih fluktuatif hal ini disebabkan oleh: Kualitas SOM petani
77 ,30% petani rata-rata memiliki lahan di bawah 0,5 Ha, sehingga melemahkan
pertanian.
Kabupaten Kediri?
atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan, rnenganalisis dan
a. lmplikasi praktis
b. lmplikasi teoritik
2. 1. Perencanaan Pembangunan
dilaksanakan pada waktu yang akan datang yang diarahkan pada pencapaian
akan datang, dan jika perencanaan itu kits pertukan 1ebih metodis, maka kita
bahwa perencanaan yang dimaksud merupakan definisi dalam arti yang sempit,
penggunaandana.
\
16
dituangkan dalam anggaran. Adapun bahan perencanaan yang baik adalah data
Sementara itu menurut Davidov dan Reiner seperti yang ditulis oleh
sebagai suatu proses, berarti bahwa kegiatan perencanaan itu merupakan suatu
merupakan suatu rangkalan berarti semua kegiatan yang ada akan saling
•p1anning is the selecting and relating of facts and the making and using
of assumptions regarding the future in the visualization and formulation of
proposed activities believed necessary to achieve desired resu/f'.
17
pengertian perencanaan yang lebih tuas karena tidak hanya sekedar proses
kegiatan penentuan atau penetapan kegiatan yang periu dilakukan, namun
Dari tulisan teraebut dikatakan bahwa definisi yang secara tepat dan
spesifik sangat sulit ditetapkan, namun secara keseluruhan, apa yang dimaksud
organisasi dalam rangka pencapaian tujuan. Dan di sini juga adanya suatu
Ada dua tipe yang menjadi titik berat dalam perumusan suatu teori
Keterkaitan dua tipe tersebut tergantung dari sisi mana dilihat dan dari sudut
mana kepentingan muncul dalam sebuah perencanaan. Bisa saja teori prosedur
maka titik berat pada teori prosedural lebih ditekankan daripada teori substantif.
daripada substantif. Sebaliknya untuk unit pelaksana, titik berat pada substantif
sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
berencana dan ditakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan
"pergeseran dari satu (one state of national being) kondisi nasional yang
satu menuju ke kondisi nasional yang lain, yang dipendang lebih baik
(more valued), tetapi apa yang disebut mote valued (lebih baikllebih
berharga), berbeda dari satu negara ke negara lain (culture specific) atas
dari satu periode ke periode lain (time specific)"
yang terarah, adanya perubahan sistem dan ekonomi yang sudah direncanakan
pembangunan. Pendapat yang sama dari Andre Gunder Frank seperti yang
dan pendapatan per kapita saja, melainkan juga harus dilihat dari manfaat yang
diperoleh atau diterima oleh ma-,-arakat secara maksimal dan seimbang.
Oengan kata lain bahwa pembangunan harus juga dilihat dari keberhasilan
ni•nHai budaya bangsa yaitu tercapainya taraf hidup yang lebih baik, saling
sosial secara keseluruhan menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih
manusiawi.
\
21
berbagai altematif dari kegiatan untuk mencapai tujuan masa depan tersebut
dan Daerah.
proses dan segala berituk hubungan dalam mencapai tujuan yang telah
pembangunan lebih beSar dari sumber daya yang tersedia. Melalui perencanaan
pembangunan yang baik dapat dirumuskan kegiatan pembangunan yang efisien
dan efektif serta diperoleh hasil yang optimal dalam pemenfaatan potensi sumber
penting sebab sumber daya yang ada sangat terbatas, sehingga harus mampu
variabel mikro dan makro memang pekerjaan yang sangat besar. Tetapi kalau
hal ini dapat dilaksanakan, maka tujuan perencanaan tersebut akan semakin
mudah dapat dicapai. Dalam hal mengusahakan dana yang tersedia untuk
berdasarkan pinjaman (Joan) luar negeri atau hibah (grant) dari pihak lain
antara lain :
Kesesuaian prioritas nasional dan prioritas daerah kadang tidak sama. Hal ini
serta devolusi kekuasaan dafam sebuah hal yang nyata kepada orang-orang
(2001 :620), ketiga maksud tersebut adalah pertama, untuk mengurangi adanya
bisa diperkecil.
merupakan suatu alat yang strategis datam menuntun arah dan jalannya
akan datang.
Selain sebagai alat, perencanaan juga dipergunakan sebagai tolok ukur
sebagai acuan. Kegiatan pembangunan yang •gagal" bisa jadi karena aspek
dilakukan atas dasar prinsip top-down planning yaitu proses perencanaan yang
dilakukan oleh pimpinan tertinggi suatu organisasi yang kemudian atas dasar
\.
26
Prinsip Jainnya adalah lawan dari prinsip di atas yaitu bottom-up planning yang
dan selanjutnya disusun · rencana organlsasl pusat atas dasar rencana dari
bawah.
itu bottom-up planning dilakukan melalui usulan rencana dari daerah yang
dengan prinsip inl rencana daerah menjadl rencana pusat. Dalam pelaksanaan
siapa-siapa yang ter1ibat dan dilibatkan dalam proses tersebut menjadi hal yang
tertentu, yaitu:
27
dalam hal ini merupakan pembuatan dokumen rencana. Namun, seperti yang
yang luas yaitu perencanaan yang meliputi proses kegiatan yang menyeluruh
dan terus menerus dari penyusunan rencana, pelaksanaan, pengawasan dan
a) Penyusunan Rencana
akan datang.
prioritas.
5. Peraetujuan Rencana.
b) Penyusunan Program Rencana
Merupakan tahap perumusan yang leblh terperinci mengenai tujuan-tujuan
atau sasaran, suattJ perincian jadwal kegiatan, jumlah dan jadwal pembiayan
pembangunan tersebut.
c) Pelaksanaan Rencana
d) Pengawasan
4. Evaluasi
29
terencana dari situasi nasional yang satu ke situasi naslonal yang lain, yang
dinilai lebih tinggi, dengan kata lain pembangunan menyangkut proses perbaikan
(Katz dalam Tjokrowinoto, 1996). Sebagai proses yang terus berlangsung, maka
pembangunan harus dilihat secara dinamis dan bukan dilihat sebagai konsep
Negara, yaitu:
30
Dari kelina model tersebut, yang banyak diterapka.1 hanya tiga, yaitu
tiap negara sesuai dengan keuntungan komparatif yang mereka miliki. Tetapi
sasaran yang paling tepat. juga dalam konsepsi strategl itu tersimpan anggapan
down effect (efek menetes ke bawah). Pada paradigma ini memandang bahwa
disebabkan tingginya gross national product (GNP) yang lebih banyak dinikmati
berakibat masyarakat tidak berdaya. Dan seringkali gross national product yang
kesenjangan masyarakat kaya dan miskin semakin melebar untuk mengatasi hal
tensebut- kemudian dikembangkan konsep redistribution with growth yang lebih
(a) Banyak dari kaum miskin tidak memiliki aset-aset produktif seisin
kekuatan fisik mereka, keinginan kerja dan intelegensi dasar mereka.
Pemeliharaan aset tersebut tergantung pada peningkatan akses
terhadap pelayanan publik serta pendidikan, pemeliharaan
kesehatan, penyediaan air pada umumnya.
(b) Peningkatan pendapatan kaum miskin boleh jadi tidak meningkatkan
stander hidup mereka kalau barang-barang dan jasa yang cocok
dengan kebutuhan dan tingkat pendapatan mereka tidak tersedia,
dan
33
melepaskan perangkap "Zero Sum Game" yang beltitik tolak dan pandangan
bahwa dengan pemerataan akan tercipta landasan yang lebih luas untuk
(sustainable).
biaya yang sangat mahat untuk dapat berhasil, clan Kedua, Program
kesejahter.aan semacam ini ter1atu menguntungkan pelaksananya
pada manajemen birokrasi yang tegar dan tidak lentur yang tidak
mempunyai kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai
dengan yang· dibutuhkan masyarakat. Sebaliknya masyarakat harus
menyesuaikan dengan apa yang · dapat diberikan oleh birokrasi.
(Korten, 1984 dalam Bustani 2002).
(Korten, 1984).
tersebut perlu ditopang oleh empat aspek. yaitu capacity (kemampuan untuk
melaksanakan proses pembangunan) equity (pemerataan hasil-hasilnya),
kepada individu bukan sebagai obyek pembangunan akan tetapi sebagai subyek
mereka sendiri.
gerakan rakyat, bukan sekedar program dan kegiatan pemerintah. People Center
pada kebebasan (freedom) dan harga diri (selfworth) masyarakat (Todaro, 1994).
Harga diri (self-worth atau self-esteem), sering juga disebut otentisitas, identitas,
kelompok orang tertentu tidak boleh dimanfaatkan oleh orang lain sebagai alat
semata untuk mencapat tujuan orang lain tersebut. Hal ini menyangkut nilai yang
beJ1aku dalam masyarakat.
'·
36
kebes1anjutan dan keten:akupan serta harga diri dan kebebasan sebagai prinsip.
Oiakui bahwa hanya masyarakat yang bersangkutan yang dapat mendefinisikan
apa yang mereka anggap sebagai perbaikan dalam kualitas hidup mereka.
kekuatan ekonomi saja tetapi juga aspek politisnya, yaitu dengan memberikan
akan sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Dengan
penerima program.
pengelolaan pembangunan.
pembangunan, yaitu:
sesuai dengan sumber daya, kondisi, kebutuhan dan potensi kelompok sasaran
swadaya masyarakat memiliki kesempatan yang lebih besar untuk terlibat dalam
diatas.
bahwa:
mempunyai konotasi yang lebih baik dalam memahami kebutenan daerah, dapat
daerah, dan dapat melaksanakan koordinasi dan integrasi yang lebih baik dalam
sendiri.
-,
40
(daerah), dan (3) surnber daya yang ada di dalamnya. Pentingnya orientasi
yang muncul sebagai tuntutan kebutuhan sosial yang tak terelakkan. Tetapi di
pihak lain, adanya keterbatasan sumber daya yang dimiliki, tidak memungkinkan
mengatasi seluruh pennasalahan dan tuntutan secara sekatlgus. Dalam hal inilah
proses perencanaan.
bersifat lebih spesifik dan mikro. Proses perencanaan pembangunan daerah jauh
suatu wilayah dengan berbagai komunitas, lingkungan, dan kondisi sosial yang
Sedangkan menurut Affandi Anwar dan Setia Hadi daJam Riyadi dan
untuk hal-hal tertentu saja ayang memiliki kesamaan kondisi dan tuntutan
"suatu usaha yang sistematik dari berbagai pelaku (aktor), baik umum
(publik) atau pemerintah , swasta maupun kelompok masyarakat lainya
pada tingkatan yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan
dan keterkaitan aspek-aspek fisik, sosial-ekonomi dan aspek-aspek
lingkunan lainnya dengan cara : secara terus menerus menganalisis
kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah, merumuskan tujuan-
tujuan dan kebijakan-kebijakan pembangunan daerah, menyusun
konsep strategi, melaksanakan dengan menggunakan sumber daya yang
tersedia, sehingga peluang-peluang baru untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat daerah dapat ditangkap secara
berkelanjutan".
dilakukan untuk tujuan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik terhadap
42
suatu daerah dangan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh daerah
dari perumusan kepentingan lokal dalam memenuhl kebutuhan daerah itu sendiri
dengan istilah region yang pads dasamya adalah suatu istilah lain untuk konsep
tingkatan.
membentuk suatu hubungan dua arah yaitu melalui tOfHJown dan bottom-up.
Perencanaan pembangunan daerah yang bersifat bottom-up dirumuskan oleh
pembagian dana dari pusat untuk semua daerah dan semua bidang dalam
pembangunan daerah dapat terbagi dalam dua bentuk. Kedua bentuk tersebut
daerah adalah bagian dari perencanaan pusat; (2) perencanaan daerah adalah
Proses penyusunannya bisa dilakukan dalam dua metode yaitu top-down dan
bottom-up. Sedangken untuk bentuk kedua bisa terjadi dua kemungkinan: (1)
tidak lebih sebagai kesempatan yang diberikan pusat untuk diisi oleh daerah,
yang dilakuken dalam proses perencanaan ini. Kegiatan utama dalam proses
perumusan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, kondisi yang akan dicapai,
atau sistem dan mengindikasikan sesuatu yang alcan dicapai dari keseluruhan
daya yang ada serta memberikan informasi segala kegiatan yang akan dicapai
\
46
era otonomi daerah terdiri dari proses top-<iown dan bottom-up. Diharapkan
menteri Datam negeri Nomor 050/987/SJ tanggal 5 Mei 2003, disebutkan bahwa
sehingga menjadi suatu usulan yang sistematis, mantap dan terpadu untuk
daerah.
pencapaian tujuan dlpengaruhi oleh faktor-faktor yang ada, tennasuk pula dalam
Faktor lingkungan ini bisa berasal dari luar (ekstemal) maupun dari
dalam (internal). Baik dari luar maupun dari dalam, faktor tersebut dapat
mencakup sosial, budaya, ekonomi dan politik . ..f"aktor sumber daya manusia
balk alcan lebih memungkinkan tercipta oleh sumber daya yang baik.
Menyangkut faktor sistem yang digunakan adalah aturan atau kebijakan yang
tidak hanya dari segi peralatan namun dapat juga adanya berbagai teknik dan
yang harus ada dalam membiayai sebuah aktifrtas. Demikian halnya dengan
mana diproduksi bahan makanan utama seperti beras, palawija, dan tanaman
hortikultura lainnya (Banoewidjaya. 1983:19). Menurut Mosher seperti yang
atau kehidupan ke arah yang lebih baik. Dapat dikatakan juga bahwa
meningkat.
49
meningkatkan kualitas rnanusia secara fisik dan mental. Faktor yang sangat
penting dan mendasar adalah makanan clan gizl yang menjadi bahan konsumsi
kebutuhan dasar yang pertu dicapai, bahkan oleh golongan tenniskin dari
penduduk. Stander kebutuhan dasar ini dapat dinyatakan dalam kebutuhan fJsik
kalori perorang atau dapat dinyatakan dalam pendapatan yang dipertukan untuk
tersedia dengan jasa-jasa umum yang juga merupakan bagian darl konsumsi
menentukan besamya dan komposisi yang konkret dari golongan yang berada di
1. T ersedianya pasar untuk hasil usaha tani. Pasar adalah salah satu
tujuan akhir dari produksi pertanian untuk mendapatkan kembali
biaya-biaya dan tenaga yang telah dikeluarkan.
50
pertanian tidak dapat ter1aksana hanya oleh para petani itu sendiri, melainkan
sangat strategis, terbukti dari pengalaman berbagai negara yang tidak satupun
yang berhasD mengatasi masalah kemiskinan tanpa pencapaian ketahanan
mejadi persoalan. Sektor mana yang harus mendapat prioritas sehingga mampu
mampu memberikan input (bahan baku) bagi bidang industri. Ada beberapa
bahan baku makanan yang murah sehingga terjangkau oleh · masyarakat; (2)
bidang industri juga membutuhkan bahan mentah yang berasal dari bidang
pertanian; dan (3) untuk meningkatkan daya beli petani yang merupakan
konsumen industri.
52
APBN. Sedangkan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi adalah dana yang
berasal dari APBN diluar Dana Reboisasi yang dialokasikan kepada daerah
infrastruktur yang meliputi jalan, irigasi dan air bersih, kelautan dan perikanan
pemerataan antar daerah; potensi, kondisi dan kebutuhan obyektif daerah serta
dalamAPBN.
c, OAK tennasuk yang berasal dari dana reboisasi. Kecuali dalam rangka
Pedoman Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Tahun
menyalurkan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi (OAK Non DR) kepada
kebutuhan fisik sarana dan prasarana dasar yang merupakan prioritas nasional
irigasi dan air bersih, kelautan dan perikanan serta prasarana pemerintah.
Alokasi OAK Non OR bidang pertanian pada tahun anggaran 2005 ditetapkan
sebesar Rp. 170.000.000.000,00 sedangkan alokasi di kabupaten kediri sebesar
Dinas Pertanian Propinsi NTB dan Kanwil XXI Ditjen Anggaran Mataram.
dan harmonisasi p&rencanaan arrtar dinas dilakukan pada tingkat pokja dan
tingkat dewan.
'
56
dengan penelltian terdahulu adalah pada penelitian ini tidak hanya melakukan
scope yang lebih luas yaitu melibatkan pemerintah pusat dengan sumber
pembiayaan yang lain yaitu melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana
jawaban terhadap suatu masalah. Untuk ltu dalam proses tersebut. memertukan
tujuan penelitian. Dengan kata lain, penelitian merupakan kegiatan utama dalam
nllai yang tersembunyi, maka penelitian ini digolongkan pada penelitian yang
Kabupaten Kediri. Dalam penelitian ini, pemecahan masalah yang akan diteliti,
kata-kata tertulis atau lisan dari orang.orang dan perilaku yang dapat diamati.
Menurut mereka, pendekatan inl diarahkan pada latar dan individu tersebut
secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini peneliti tidak boleh mengisolasikan
penelitian ini 1ebih menekankan pada pengungkapan makna dan proses, latar
belakang alami yang digunakan sebagai sumber data langsung dan tidak
lalu dan sekarang (sedang terjadi). Hal ini sejalan dengan pendapat Suryabrata
dan sifat tertentu. Oalam membuat diskripsi suatu kejadian semata-mata hanya
yang berslfat kontinuum atau siklus dari hal khusus ke hat umum (Bungin,
fokus penetitian ini maka peneliti dapat membatasi studi dan kajiannya serta
dua maksud tertentu yang ingin peneJiti capai datam merumuskan masatah
membatasi studi. Jadi dalam hal inl fokus akan membatasi bidang inkuiri. Kedua,
membatasi studi, sehingga akan membatasi bidang inkuiri. Misalnya jika kita
penelitian lainnya tidak akan kita manfaatkan lagi. Dalam memenuhi kriteria
dan data mana tidak relevan, tidak pertu dimasukan kedalam sejumlah data yang
sedang dikumpulkan. Penetapan fokus yang jelas dan mantap, dapat membuat
keputusan yang tepat tentang data yang pertu dikumpulkan dan tidak diperlukan.
lapangan. Melalui arahan fokus penelitian ini, peneliti dapat mengetahui secara
pasti data mana yang diperlukan dan dapat digunakan untuk dikumpulkan dan
data mana yang pertu dihilangkan dan tidak dipertukan kalena dianggap tidak
relevan. Oleh sebab itu, fokus penelitian tidak bisa dilepaskan dari rumusan
1. Suatu penelitian tidak dimutai dari sesuatu yang kosong tetapi seyogyanya
dirumuskan.
difokuskan pada:
serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian; untuk itu pergilah dan
yang ada di fapangan. Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya
dan tenaga pertu pula dijadikan pertimbangan dalam penentuan lokasi penelitian.
\
62
sosial yang ingin dikaji sesuai dengan substansi yaitu proses perencanaan
pembangunan bidang pertanian rnelalui Dana Alokasl Khusus Non Dana
seperti daya jangkau peoelitian dengan tempat tinggal, waktu yang tersedia,
Keputusan Bupati Kediri Nomor 71 Tahun 2001 tentang Penjabaran Tugas dan
Kediri Nomor 16 Tahun 2000 dan Keputusan Bupatl Kediri Nomor 61 Tahun
63
2001 tentang Penjabanm Tugas dan Fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan
dibidang pertanian.
demikian dapat diperoleh informasi yang valid, reatistis, dan bennakna untuk
pada bagian ini jenis datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber
data tertulis, foto; dan statistik. Jelaslah bahwa da1am penelitian kualitatif yang
menjadi sumber data adalah informasi yang ditentukan secara sengaja yang
dapat memberikan infonnasi data yang berhubungan dengan penelitian ini. Maka
yang menjadi sumber data yang digunakan dalam penerruan ini terbagi atas
untuk memberikan infonnasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian.
untuk mendapatkan infonnasi yang akurat terkait fokus penelitian maka informan
akan terus berk.embang ke infonnan yang laiMya yang terkait dengan fokus
penelitian sampai dipen)leh data dan inform8Si yang lengkap dan menunjukkan
tingkat kejenuhan. Oalam penefftian ini yang rnenjadi lnfonnan disini adalah
orang yang bisa memberikan informasi dan pandangannya sesuai dengan fokus
informan bagl peneliti adalah agar dalarn waktu relatif singkat banyak informasi
ditemukan dari subyek lainnya. lnforman ini didasarkan atas rekomendasl yang
penelitian, clan infonnasi yang diberikan dianggap sangat relevan dengan fokus
informan dan Kepala Sub Bagian Program pada Dinas Pertanian Tanaman
Khusus Non Dana Reboisasi Tahun Anggaran 2005, Petunjuk Teknis dari
perihal Petunjuk Teknis Penggunaan OAK Non DR Bidang Pertanian 2005, Surat
\
65
Kabupaten Kediri.
3.4.2. Jenis Data
Data yang diperlukan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu data
primer dan data sekunder. Yang dimaksud dengan data primer disini adalah data
yang diperoleh secara langsung dari sumbemya atau dari nara sumber sebagai
primer dalam penelitian ini adalah hasl wawancara dengan para informan.
Datam penelitian ini yang dianggap sebagai lnforman awal adalah
Sub Bagian Program pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kediri,
Kepala Seksi Pasca Panen Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Sekretaris
Bappeda, Para Kepala Bidang, Para Kepala Sub Bagian dan semua staf yang
Dengan demikian data sekunder disini adalah data yang sudah diolah dalam
bentuk laporan tertulis atau dokumen lainnya serta hasil pengamatan dilapangan.
Penetapan Alokasi dan Pedoman Umum pengelolaan Dana Alokasi Khusus Non
sebagal instrumen yang mampu membaca seluruh gejala alam (natural) sebagai
menentukan secara pasti apa yang diteliti dan dengan alat apa yang tepat untuk
kejadian yang dialami oleh subyek penelitian bail< individu maupun kelompok
berdasalkan latar belakang personal atau ketompok yang terjalin, rneliputi tiga
memasuki kancah penelitian. Peneliti sebagai orang yang tidak dikenal, terlebih
mendapatkan data yang akurat dan valid, peneliti melakukan · adaptasl dan
proses belajar dari swnber data tersebut dengan berlandaskan hubungan yang
etis dan simpatik sehingga dapat mengurangi jarak antara peneliti dan informan.
Peneliti berusaha berperilaku ramah dan sopan baik dalam bertindak dan
bertutur kata. Pads tahap ini yang paling diutamakan adalah bagaimana peneliti
dapat diterima dengan baik pada saat memasuki setting area untuk
mendapatkan informan yang sesuai dengan fokus penelitian ini, maka peneliti
Dalam tahap ini peneliti membaur dengan situasi tempat yang diteliti dan
menjalin hubungan yang lebih akrab secara pribadi dengan informan penelitian.
lokasi penelitian dalam situasi dan kondisi yang akrab, peneliti berusaha
melakukan pengamatan, baik langsung maupun tidak langsung, berdiskusi, dan
Sehingga waktu yang digunakan sangat !Jermanfaat bagi pengumpulan data lni.
nalar untuk dapat menangkap apa yang disampaikan, tindakan apa yang
dilakukan, apa yang dirasakan, serta kerangka mental dari dalam yang dimiliki
subyek (emic). Atas dasar emic yang diperoleh tersebut, peneliti mencoba
pertanyaan secara bebas dan leluasa tanpa terikat oleh susunan pertanyaan
bidang pertanian melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi. Cara ini
maupun obyek dalarn bentuk percakapan antara dua pihak secara komunikatif. '
' T • '~ \ \.
l \
b. Ookumentasi 1.\ "_./
Pengumpulan data melalui dokumentasi ini dilakukan dengan cara
Dana Reboisasi.
c. Observasi
penelitian sehingga memperoleh data yang aktual dari sumber data. Cara ini
ditempuh dengan mengamati baik terlibat secara langsung maupun secara tidak
3. 7. Analisls Data
yang dipertuas.
Miles dan Huberman. Anatisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
1. Reduksi Data
lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.
difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya dan disusun
untuk mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat
71
pula membantu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu, hal ini
atau penyajian data dimaksudkan agar memudahkan bagi peneliti untuk rnelihat
Kesimpulan awal masih bersifat tentatif, kabur dan diragukan, akan tetapi
dengan bertambahnya data dan infonnasi, melalul proses verifikasi secara terus
analisis kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus.
Masalah reduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan dan verifikasi
analisis yang saling susul menyusul. Model interaktif analisa data dapat dilihat
dalam gambar 1.
72
Gambar1
Model lnteraktif Analisis Data
Data
Colection
Menurut Miles (1992:20) dalam analisis data lni akan membentuk sebuah
model interaktif yang merupakan siklus bukan linier seperti pada gambar 1. Hasil
muncul dari catatan yang didapatkan dilapangan. Sehingga data yang diperoleh
tersebut dapat diolah. Hasif data yang ada di lapangan, disusun ke dalam suatu
konsep tertentu, kategori tertentu, dan tema tertentu sehingga mudah dipahami.
dalam suatu bentuk yang dapat dipahami dan mudah dimengerti. Hal ini
dilakukan untuk memberikan gambaran yang jelas dari hasil penelitian. Kegiatan
3. 8. Keabsahan Data
dapat dicapai. Untuk mendapatkan tingkat kepercayaan inl, ada beberapa yang
dilakukan, yaitu pertams, menggali infonnasl dari beberapa informan yang telah
informasi yang sama dalam setiap fokus yang sama. Perlu diketahui pada
kepercayaan data dapat ditingkatkan. Oleh karena itu pengumpulan data harus
dilakukan sendiri tidak diserahkan kepada pihak lain. Kedua, melakukan diskusi,
yang ada pada peneliti. Ketiga menggunakan Untas cara pengumpulan data,
empiris dalam konteks yang sana. Oengan demikian peneliti bertanggung jawab
untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ingin membuat keputusan
dapat tercapai, maka diper1ukan audit atau pemeriksaan yang cermat temadap
Kepastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak, bergantung pada persetujuan
Menurut Scriven dalam Moleong (2004:326) sesuatu yang objektif berarti dapat
dipercaya, faktual dan dapat dipastikan. Namun subjektif berarti tidak dapat
berdasarkan pada emic dan etic sebagai tradisi penelitian kualitatif. Derajat ini
75
juga dapat dicapai melalui audit atau pemeriksaan yang cermat terhadap
seluruh komponen dan proses penelitian serta hasil dari penelitian yang
berasal dari data penelitian, auditor per1u menilal derajat ketelttian peneliti dan
keabsahan data.
BABIV
HASIL PENEUTIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.1.1.Keadaan Geografia
Pada peta geografis posisi wilayah Kabupaten Kediri terletak antara 111 °
47' 5" sarnpai dengan 112° 18' 20" Bujur Ttmur dan 7° 36' 12" sampai dengan 8°
O' 32" lintang selatan. Kabupaten Kediri merupakan bagian dari Propinsi Jawa
berada antara 25 meter sampai dengan 2.300 meter di atas permukaan laut
(dpl).
. .
- Keti~ggian 0 meter - 100 meter dpt membentang seluas 32,45 % dari luas
wilayah.
77
- Ketinggian 100 meter - 500 meter dpl membentang seluas 53,83 % dari luas
wilayah.
- Ketinggian 500 meter - 1.000 meter dpl membentang seluas 9,98 % dari luas
wilayah.
- Ketilggian diatas 1.000 meter dpt rnembentang aeluas 3, 73% dari luas wilayah.
yaitu:
- Tanah datar dengan kemiringan antara 0%-2% seluas 58,66% dari luas
Wllayah.
- Tanah agakmiring dengan kemiringan diatas 2%-15% seluas 21,13% dari luas
wilayah.
- Tanah terjal dengan kemiringan di atas 40% seluas 13,88 % dari luas wilayah.
Luas wilayah Kab. Kediri sekitar 1.386,05 Km2 yang terdiri dari
tanah sawah 469,81 Km2 (33,90%) dan tanah kering 916,24 Km2 (66,10%).
-
Secara adminstratif wilayah Kabupaten Kediri meliputi 23 Kecamatan yang terdiri
atas 343 desa clan satu kelurahan, 2.773 Rukun Warga, dan 9.143 Rukun
105,65 Km2 (7,52%) dan yang luas terkecil adalah Kecamatan Kunjang dengan
luas 29,98 Km2 (2, 16%). Berdasarkan karakteristik fislk secara umum,
antara 100-1500 meter, dilalui aliran Sungai Brantas yang membelah dari arah
Selatan ke Utara. Kondisi struktur tanahnya cukup produktif untuk berbagai jenis
Pola penyusunan lahan di Wilayah Kabupaten Kedirf antara lain meliputi areal
seluas 56.683 Ha dan lahan bukan untuk pertanian seluas 12.247 Ha. Luas
lahan yang dikuasai petani rata-rata 0,399 Ha. Peta wilayah Kabupaten Kediri
dapat dilihat dalam gambar 2.
79
Gambar2
Peta Wilayah Kabupaten Kediri
KABUPATCN NGAN.JUI(
pencaharian sebagai petani dan buruh tani. Kondisi sosio-kultural yang paling
1.423.234 jiwa dengan pertumbuhan 0,54 persen per tahun dengan angka
kelahiran sebesar 1,03 persen per tahun . Dari jumlah tersebut 703.737 jiwa
80
berjenis kelamin laki-laki dan 719.497 perempuan dengan sex ratio sebesar
97,81 diantaranya sebanyak 143.737 orang berusia 7-12 tahun (10,11%), 76.270
orang berusia 13-15 tahun (5,36%) dan 87.064 orang berusia 16-18 tahun
Ngancar sebesar 472 jiwalkJnZ. Jumlah penduduk menunrt kelompok umur dan
jenis ketamin hasil Sensus Penduduk pada tahun 2000 dapat dilihat dalam tabel
3 berikut ini:
Tabel 3
Jumlah Penduduk Kabupaten Kediri Menurut Kelompok Umur dan Jenis
Ke1amin,Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000
\
81
perempuan 702.618 jiwa ~hampir 49,89 persen). Penduduk usia 0-14 tahun
penduduk umur 55 tahlBl Ice atas sebesar 14,31%. Sedangkan jumlah penduduk
rnenurut tingkat pendidikan pada tahun 2004, dapat diJihat dalam tabel 4 berikut
ini:
Tabel4
Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendldikan
Tahun 2004
No. Komoonen Jumlah Persen(%)
~f;jt~'t~ " !l'~Ji~~Mtri2.~~~i'J~~·
~\! /" ! : '..~;· _A,~,.....,,..~t'
-- __ .,.·_;. :.--._ -~ ..... ~t-: ~·
. -~~ -
\/ Ji.i:;··.~~,~~zt:~-t.11'
' - )~:."
i .F)c ~,~··$
.- -~ 'fl:jl -~"'i~( f. ___ .. ·:<;~ ·>
~t;t~4!4 £·~ ;~'~!i'~:~;:
1. Tmk/belum oemah sekolah 169.476 11,90
2.Tidak/belum tamat SD 351.828 24,72
3.TamatSD 386.860 27,18
4. TamatSLTP 137.576 9,66
5. TamatSMU 53.940 3,78
6. TamatSMK 42.572 299
7. Tamat DiDloma II 2.088 0 14
8. Tamat DiDtor• .a Ill 4.176 029
9. Tamat Sariana 11.600 081
10. Tidak teriawab 263.118 18,48
Total 1.423.234 10000
Sumber: BPS Kabupaten Kedtn
..
dimana sebagian besar hanya tamat SD sebesar 27, 18%, Ttdak/belum tamat SD
penduduk berpendidikan pasca SLTA (02,· 03. dan sarjana) hanya 1,24%.
82
Tabel5
Banyaknya Rumah Tangga, Rumah Tangga Pertanlan, Rumah Tangga
Pertanlan Pengguna Laban, dan Rumah Tangga Petani Gurem Hail Sensus
Pertanian Tahun 2003
Rumah Tangga
Rumah Rumah
No. Kecamatan
Rumah Tangga
Pertanian Tangga Petani
Tangga Pengguna
Pertanian Gurem
Lahan .
'"··1 . ,.,.,
.. -,. ..ey.-:a_.--. ~-;p_.,..,_
2
-~...,~.'/JIU;.;/~. F·-
.
.,.~- ,, '~,'· ,\", :~¢' }/ I ~-~i '.:
•... ~~,; 4 ·~'::' ·-
',. 5
<;:
. 6 ~· _,
\
83
rumah tangga pertanian pengguna lahan sebanyak 77,30% adalah rumah tangga
4..1.1.4.. ~emerintahan
Wdayah administrasi Ksbupaten Kediri terbagi menjadi 4 (empat) wilayah
Tarokan.
\
84
Pegawai Negeri Sipil terbanyak adatah dengan golongan Ill sebanyak 8.322
2000 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan-Badan Daerah dan
Menengah Daerah;
program Daerah Propinsi dan atau yang diusulkan kepada Pemerintah Pusat
'
85
Kepala Daerah.
B. Smunan Organlsasl
yaitu Bidang Ekonomi, Bidang Sosial Budaya, Bidang Fisik dan Prasarana,
Bagian yang meliputi: (1) Sub Bagian Penyusunan Rencana Kegiatan, (2)
(empat) Sub Bidang yang meliputi: (1) Sub Bidang Pertanian, (2) Sub Bidang
\
86
lndustri, (3) Sub Bidang Perdagangan, dan (4) Sub Bidang Koperasi dan
Dunia Usaha.
Sosial, (3) Sub Bidang Kesenian dan Pemberdayaan Peranan Wanita, dan
5. Bidang Flsik dan Prasarana (FISPRA), yang dipimpin oleh seorang Kepala
Bidang, membawahi 4 (empat) Sub Bidang yang meliputi: (1) Sub Bidang
Perhubungan, (2) Sub Bidang Pengembangan Wdayah dan Tata Ruang, (3)
Sub Bidang Sumber Alam dan Lingkungan Hidup, dan (4) Sub Bidang
Pengairan.
6. Bidang Data dan Program. yang dipimpin oleh seorang Kepala Bidang,
Pengumpulan dan Pelaporan, (2) Sub Bidang Analisa dan Penllaian, (3) Sub
Bidang Statistik dan Dokumentasi, dan (4) Sub Bidang Penyusunan Rencana
Program.
7. Sub Bagian masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian dan
C. Keadaan Pegawai ·
Keadaan pegawai Bappeda selengkapnya dapat dilihat pada tabel-
tabef 6, 7, 8, dan 9 berikut ini:
Tabel8
Jumlah Pegawal Bappeda
Kabupatan Kediri Berdaarkan Pendidikan
Rincian (orang)
No. Pendidikan Jumlah
PNS Honorer Kontrak
1. S2 10 10
2. S1 17 17
3. Sarjana Muda/Dpl 2 2
4. 02
5. 01
6. SLTA 11 9 2
7. SLTP
a. SD
Jumlah 38 2
Sumber: Daffar Urutan Kepsngkatan (DUK) Bappeda Tshun 2005
Tabef 7
Jumlah Pegawal Bappeda Berdasarkan Golongan
'
88
Tabel8
Jumlah Pegawai Bappeda Yang Telah Menglkutl Diklat Struktural
Tabel9
Jumlah Jabatan Menurut Eaelon Di Bappeda Kabupaten Kediri
Eselon
No. Unit Kerja Jumlah
I II Ill IV
1. Kepala Bappeda - - 1 - 1
2. Sekretariat - - - 3 3
3. Bidang Fisil< Prasarana - - - 3 3
4. Bidang Data dan Program - - - 2 2
5. Bidang Ekonomi - - - 2 2
6. Bidang Sosiat Budaya - - - 2 2
berpendidikan sarjana yang mencapai 44, 7%, bahkan yang berpendidikan Pasca
Sarjana (S2) juga cukup banyak yaitu mencapai 26,3% lebih banyak yang
IV hanya terisi 75%, eselon Ill hanya terisi 20% bahkan untuk eselon II masih
kosong. Hal lni menunjukkan bahwa Sumber Daya Aparatur di Bappeda dengan
tingkat pendidikan yang cukup baik tapi banyak formasi yang masih belum terisi.
89
berkelanjutan
b. Efisiensi usaha tani guna meningkatkan nilai tambah dan daya saing serta
nilai tawar produk, baik melalui pemanfaatan lptek dan peningkatn kualitas
kelompok tani , asosiasi, himpunan, koperasi dll dengan pola kemitraan serta
'
90
dan daya saing produk pertanian tanaman pangan. Upaya tersebut haruslah
yang tidak disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir
pertanian serta jasa-jasa pendukung aecam harmoni dan simultan, maka tidak
bersaing.
tentang Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas-Oinas Daerah yang disahkan
Kabupaten Kediri tanggal 16 Desember 2000 Nomor 21/0 Seri D Tahun 2000
serta SK Bupati Nomor 61 Tahun 2001 tentang penjabaran Tt:igas dan Fungsi
Oinas Pertanian Tanaman Pangan yang ditetapkan tanggal 27 Januari 2001 dan
Nomor 61/03, maka secara keseluruhan dalam peraturan daerah tersebut telah
'
91
Pangan.
pertanlan;
Tanaman);
diversifikasi pangan;
maupun petugas;
petani;
pertanian.
hortikultura;
3. Memberikan izin usaha yang bergerak pada sub sektor pertanian, kecuali
4. Pengelolaanlaboratorium benih;
daerah.
B. Susunan Organisul
1. Kepala Oinas;
8. Cabang Dinas;
seorang Kepala Bagian dan Kepala Sub Oinas yang berada di bawah dan
C. Keadaan Pegawai
tersedia meliputi Karyawan golongan IV ada 1 Orang atau 2% golongan Ill ada
94
atau0%.
yang telah mengikuti diktat strukutural dan jumlah jabatan menurut Eselon
sebagaimana tercantum pada tabel-tabel 10, 11, 12, dan 13 berikut ini:
Tabel10
Jumlah Pegawai Dlnaa Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Kedirl Berdasarkan Pendidikan
Rincian (orang)
No. Pendidikan Jumlah
PNS Honorer Kontrak
.
.• 1 -. . . . '(~- ~. 2. l 3. '4\;>\' " ,5 ' 6
1. 52 4 4 - -
2. 51 23 23 - -
3. Sarjana Muda/Opl 1 1 - -
4. 02 - - - -
5. 01 - - - -
6. SLTA 35 30 5 -
7. SLTP 2 1 - 1
8. SD - - - -
Jumlah 65 '59 5 1
.
Sumber. DUK Dmas Pertaman Tanaman Pangan Tahun 2005
Tabel11
Jumlah Pegawai DIPERTA Berdasarkan Golongan
Tabel12
Jumlah Pegawal DIPERTA Yang Telah Mengikuti Diktat Struktural
Tabel 13
Jumlah Jabatan Menurut Eaelon DI Ungkungan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kedirl
Eselon
No. UnitKerja Jumlah
I II Ill IV
1 2 3 4 5 6 7
1. Kepala Dinas - 1 - - 1
2. BagianTU - - 1 2 3
3. Subdin Produksl - - - 3 3
4. Subdin Usaha Tani - - - 3 3
5. Subdin Lahan & Perlindungan - - - 3 3
6. Subdin sarana & Parasarana - - 1 3 4
Jumlah .,.1,. ,:1 1;3 14 ,"' 17
Sumber: DUK Dinas Pertanian Tanaman Pangan Tahun 2005
Dari tabel tabel 10, 11, 12, dan 13 tersebut di atas terlihat bahwa rata-
mencapai 33,9%.
\
96
1. Visi
Perumusan Visi dan Misi Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan
senantiasa tetap mengacu pada VISi clan Misi Pembangunan Kabupaten Kediri
Nasiv.aal. Adapun Vtsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kab. Kediri adatah
"Terwujudnya Pertanian Tanarnan Pangan aebagai pertanian rnaju".
sumberdaya.
c, Mekanisme pasar merupakan media utama dalam transaksl barang dan jasa.
d. Efisiensi, produktifitas dan nilal tambah sebagai dasar utama dalam alokasi
sumberdaya.
ditentukan ter1ebih dulu dalam mutu, jumlah, berat, volume, bentuk, ukuran,
akan dapat dicapai kecukupan pangan masyarakat dalam arti tidak saja cukup
97
nasional yang arnat dipertukan dalam upaya pemulihan dan perbaikan ekonomi
mencakup industri hulu pertanian, pertanian itu sendiri, industri hilir pertanian
mencakup usaha rumah tangga, usaha kelompok, usaha kecil dan menengah
serta koperasi tani yang berdaya saing, berl<erakyatan dan ber1<elanjutan.
berkelanjutan.
sosial.
2. Misi
dapat menggerakkan dan mewujudkan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
terdiri 4 Misi yang tidak terpisah-pisah, sating terkait dan memfokus pada
terwujudnya visi yang telah ditetapkan. Adapun keempat Misi tersebut adalah
sebagai berikut:
bahan jadi yang siap dikonsurnsi konsumen atau untuk diolah lebih lanjut
pisah mufai dari: (a) subsistem penyedianaan prasarana dan sarans produksi
serta infrastruktur.
4.1.2. Mekanlsme Perencanaan Pembangunan Bidang Pertanlan Melalul
Dana Alokasi Khnus Non Dana Rebolsasl di Kabupaten Kedlri
Sebagaimana penjelasan dari Bapak Moch. Saleh Udin selaku Pit. Kepala
Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Sutrisno selaku Kepala Sub Bagian
\
100
juga untuk pembangunan bidang pertanian yang merupakan ._.-..>yek sektoral dari
Lebih lanjut penjelasan oleh Bapak Moch. Saleh Udin selaku Pit. Kepala
berdampak positif maupun negatif bagi suatu daerah, berdampak positif karena
\
101
oleh suatu daerah atau dapat dikatakan tidak tepat sasaran dan tidak sesuai
dengan kondisi dan potensi suatu daerah dan hanya menguntungkan elit
kekuasaan tertentu, karena tidak jarang hal tersebut merupakan hasil KKN para
Selanjutnya dijelaskan oleh Sapak Moch. Saleh Udin sclaku Pit. Kepala
Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Jumali selaku Kepala Sub Bidang
"Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasl Khusus Non Dana Reboisasi
adalah merupakan dana yang dialokasikan dari pusat ke daerah. Dana
lni ada setelah adanya otonomi daerah dimana merupakan Dana
Perimbangan yang merupakan bagian dart sumber penerimaan di
daerah. Kabupaten Kediri menerima Dana Alokasi Khusus Non Dana
Reboisasi untuk pertama kali pada tahun 2003 yang lalu". (Wawancara,
tanggal 19 April 2006).
Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang Undang No. 33 Tahun 2004
102
selain dari Dana Alokasi Umum terdapat Dana Alokasi Khusus yang merupakan
Dana Perimbangan dari Pusat. Secara Khusus Dana Alokasi Khusus Non Dana
terjadi apa yang disebut kearifan lokal yaitu suatu perencanaan pembangunan
yang sangat memperhatikan kondisi dan potensi lokatitas, dengan adanya
Lebih lanjut disampaikan oleh Bapak Moch. Saleh Udin selaku Pit. Kepala
diantsranya yang bersumber dari Dana Alokasi Alokasi Khusus Non Dana
Hal senada dijelaskan oleh Bapak Sutrisno selaku Kepala sub Bagian
Hal senada disampaikan oleh Bapak Subisno selaku Kepala Sub Bagian
Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi tidak terlepas dari program nasionat
di bidang pertanian melatui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi adalah
pangan dan agribisnls yaitu melalui pengadaan alat dan mesin pertanian,
penyediaan benihlbibit berrnutu, peningkatan prasarana untuk penangkar
perbibitan.
sebagaimana penjelasan Bapak Moch. Sateh Udin selaku Pit. Kepala BAPPEOA
Kabupaten Kediri:
Lebih lanjut disampaikan oleh Bapak Sutrisno selaku Kepala Sub Bagian
\
106
tidak hanya difasilitasi oleh pemerintah yang paling bawah yaitu pemerintah desa
Bapak Moch. Saleh Udin selaku Pit. Kepala Bappeda Kabupaten· Kediri:
Hal senada juga dijelaskan Sri llham Wahyu Subekti selaku Kepala Sub
khusus Non Dana Reboisasi yang dilakukan secara bottom-up yaitu dengan
level pemerintahan mulai dari leve1 pemerintahan yang paling bawah yaltu
menggunakan pola lama yaitu Musbangdes pada tingkat desa, diskusi UOKP
pada tingkat kecamatan, dan Rakorbang pada tingkat kabupaten karena Surat
Alokasl Khusua Non Dana Reboisasi dimulai pada tahun 2004 dan hasil
masyarakat. sebagaimana
-
penjelasan yang disampaikan oleh Bapak Moch.
Lebih lanjut dijelaskan oleh Dwi Kristiyclno Staf Sub Bagian Program
antara top-down dan bottom-up planning secara teknis dilakukan melalui dua
yang dilakukan secara berjenjang mulai dari tingkatan yang paling rendah yaitu
mulai dari forum Musbangdes ditingkat desa, keluaran dari Musbangdes sebagai
usulan dari jaJur masyarakat dan jalur pemerintah di tasiritasi pemerintah melalui
penjelasan oleh Bapak Moch. Saleh Udin selaku Pit. Kepala Bappeda Kabupaten
Kediri:
Lebih lanjut dijelaskan oleh Bapak Sutrisno selaku Kepala Sub Bagian
dialokasikan pada Dana Alokasi Khusus Non Dana Raboisasi, daerah harus
masing-masing dinas teknis yang ada di Propinsi. Usulan untuk Bidang Pertanian
Ke Departemen Pertanian. Dari dokumen peneliti proposal kegiatan yang
dialokaslkan dari Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi di Kabupaten Kediri
Gambar3
Mekanisme Perencanaan Pembangunan Bidang Pertanian Melalui OAK Non
DR di Kabupaten Kedlri
Rakorbang Propinsi
DPRD Pemeti1tah Pusat dan Nasional
' . ' .
Prioritas kegiatan Priorltas kegiatan meJalui Prlorttas kegiatan melaJui
melalui APBD Kab. OAK Non OR dana APBO Prop. & APBN
~ t--
Stakeholders RAKORBANG Stakeholders
BAPPEDA
.
Musbangdes Pertanian Tanaman
. '
Kabupaten Kediri
Khusus Non Dana Reboisasi yang telah dilaksanakan sesuai dengan mekanisme
perencanaan pembangunan yang ada di Pemerintah Kabupaten Kediri. Proses
selanjutny ... adalah proses pengalokasian anggaran Dana Alokasi Khusus Non
penerima.
Umum Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Tahun Anggaran
sah) tidak tennasuk Sisa Anggatan Lebih (SAL) dengan Belanja Pegawai Negeri
Sipil Daerah (ftSkal netto) pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang memitikl dan/atau berada di wilayah: (a) Propinsi Papua dan Nanggroe
Aceh Darussalam (NAO) yang merupakan Daerah Otonomi Khusus, (b) Propinsi
Maluku dan Maluku Utara sebagai Oaerah Pasca Konflik. dan (c) Kawasan Timur
penerimaan daerah yang masih kecil, pada tahun 2004 nilai Pendapatan Asli
Daerah (PAD) hanya sebesar Rp. 30.998.280.688,00 dan meningkat pada tahun
2005 sebesar Rp. 31. 770.266.892,00 dengan belanja pembangunan pada tahun
2004 sebesar Rp. 116.983.589,35 dan .meningkat pada tahun 2005 sebesar
pembiayaannya.
Rp. 14.290.000.000,00 (Empat belas milyard dua ratus sembilan puluh juta
Rp. 1.520.000.000,00 (Satu Milyard lima ratus dua puluh juta rupiah, Bidang
ratus dua puluh juta rupiah) dan alokasi OAK Non DR bidang pertanian sebesar
ratus tiga puluh juta rupiah). Berdasarkan proposal yang diajukan oleh
dan tanggung jawab daerah sangat ditentukan oleh kebijakan dari pusat.
dan pedoman dari petunjuk teknis bidang pertanian yang dikeluarkan oleh
Departemen Pertanian.
Dari penjelasan informan tersebut dan dari dokumen yang ada dapat
petunjuk teknis penggunaan OAK Non DR. Oiperfukan kriteria teknis untuk
17 Desember 2004, bidang infrastruktur jalan, irigasi dan air bersih ditetapkan
Lebih lanjut
-
dijelaskan oleh Bapak Jumali selaku Kepala Sub Bidang
kegiatan yang akan dilaksanakan melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana
118
Pangan sebagai dinas pelaksana teknis OAK Non OR bidang ~.B1ian dengan
Bappeda sebagai koordinatior kegiatan semua bidang dengan berpedoman pada
bidang pertanian yaitu: (a) Jumlah alat dan mesin pertanian I alsintan (Unit); (b)
Produksi benih (Ton); (c) Jumlah penang~ar benih/bibit (Kelompok); (d) Jumlah
Seed· (BS), Stock Seed (SS) maupun benih/bibit yang lain mengacu kepada
benih sumber kelas Benih Pokok (BP) dan Op Koop Benih Sebar (BR). Benih
semusim maupun tahunan, dan bibit ternak antara lain sapl, kambing, domba,
babi, ayam buras, ltik dan lainnya.
Persyaratan teknis sarans prosesing benih dan alat mesin pertanian
diarahkan untuk pengadaan benih sumber, alat prosesing benih (seperti thresher
multiguna, box dryer, seed cleaner, moisture tester, timbangan, terpal plastik),
lantai jemur, perbaikan gudang, pengadaan alat pengolah tanah dan pomps air
batang bawang bawah, _entres, benih sui:nber/calon pohon induk untuk BPMT,
\
120
bibit perkebunan diarahkan untuk kegiatan pengadaan bibit batang bawah dan
benih: OAK Non OR bidang pertanian dapat cligunakan untuk perbaikan gudang,
lantai jemur, alat prosesing benih (seperti thresher multiguna, box dryer, seed
atsintan penunjangnya seperti atat pengotah tanah, pompa air irigasi, alat
(1) potensl sumberdaya pertanian dan jenis komoditas yang diunggulkan, (2)
penetapan dan penyaluran Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi maka
Surat Edaran Nomor: SE-05/PB/2005 tertanggal Januari 2005 tentang Tata Cara
Penetapan dan Penyaluran Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi (OAK
Non DR) Tahun Anggaran 2005. Penetapan kegiatan agar berpedoman pada
petunjuk teknis dari Departemen Pertanian dengan memperhatikan prioritas
556/KMK.0312000 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum dan Dana
melalul Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi adalah penyusunan Rencana
jenis dan macam kegiatan, tujuan dan sasaran kegiatan, volume kegiatan,
satuan biaya, alokasi Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi dan dana
pendamping yang dialokaslkan dari APBD Kabupaten untuk setiap item kegiatan.
kegiatan yang tidak bisa dialokasikan dan OAK Non DR dan harus dialokasikan
dari APBD Kabupaten terdiri dari: (1) Biaya Administrasi proyek; (2) Biaya
penyiapan proyek fisik; (3) Biaya penelitian; (4) Biaya pelatihan; (5) Biaya
Pertanian. Kegiatan fisik ini dibiayai dari OAK Non DR dan dana pendamping
melakukan koordinasi dan sinkronisasi dengan dinas teknis penerima OAK Non
koordinasi dan sinkronisasi yang berupa Rencana Definitif (RD) yang dibuat
untuk masing-masing bidang penerima OAK Non DR, RAB, Gambar Desain,
123
mendapatkan persetujuan.
Januari 2005 tentang Konfirmasi OAK Non DR Tahun Anggaran 2005 bertempat
terdiri dari Suhadi sebagai Ketua Tim dengan anggota terdiri dari Aris lswono,
Daru Sigit S., dan Sunga Megawati. Sedangkan pembahas dari Kabupaten Kediri
terdiri dari Jumali (Bappeda) dan Maryudi Handoko (Oiperta) berdasarkan Surat
Rencana Definitif (RD) Tahun Anggaran 2005; (3) Rencana Anggaran Biaya
(RAB) yang dilengkapi gambar pra desain; (4) Harga Satuan Pokok Kegiatan
ditandatangani oleh Bupa_ti/Walikota dan ~iketahui Ketua DPRD; dan (6) Data
disusun oleh Diperta tidak boleh melampaui jumlah alokasi OAK Non DR
bidang pertanian yang telah ditetapkan oleh pusat.
dari OAK Non OR yang diterima dan persetujuan Bupati atas RO bidang
pertanian. Surat pernyataan tru merupakan jaminan bahwa daerah datam hal
pertanian dengan volume kegiatan yang sesuai serta dengan satuan biaya
yang benar. Oisamping itu sharing antara Dana Pendamping dengan OAK
Non OR harus benar yaitu minimal 10 APBD Kabupaten dibandlng 100 OAK
lebih tepat.
kelembagaan perbenihan/perbibitan.
5. Verifikasi terhadap kegiatan yang tidak boleh dibiayai dari OAK Non DR
biaya peneUtian, biaya pelatihan, biaya perjalanan pegawai daerah, dan lain-
menggunakan analisa blaya dengan tepat dan benar. Semua kegiatan yang
lain-lain.
Panen Dinas Pertanian . Tanaman Pang~n dan juga sebagai wakil pembahas
di propinsi dan juga syarat administrasi lain masih belum lengkap dan
untuk pengadaan alat dan mesin pertanian jangan sekali-kali
mencantumkan merk pasti akan dicoref. (Wawancara, tanggal 20 April
2006).
Surabaya. Dari dokumen peneliti pada hari Jumat tanggal 28 Januari 2005 di
ruang rapat Bappeda diadakan rapat tindaklanjut dari pembahasan OAK Non
dan Hasil Konflrmasl Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Tahun
sasarannya dan agar tidak menyimpang dari arahan petunjuk teknis yang telah
Non Dana Reboisasi (DA OAK Non OR) Tahun Anggaran 2005 Nomor:
Perimbangan Keuangan serta Menteri Teknis terkait. Surat penetapan ini adalah
sebagai dasar pencairan dana melalui Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara
(KPKN). Atas dasar DA-OAK, Bupati selaku kepala daerah penerima OAK Non
Perbendaharaan. DASK yang disusun harus memuat kegiatan dan alokasi OAK
Non DR serta dana pendampingnya. Oalam hal tidak terdapat kesesuaian antara
Atas dasar DA OAK Non DR! Bupati atau pejabat yang ditunjuk
30% dari pagu OAK Non DR kepada KPKN ke Rekening Khusus OAK Non DR,
sepanjang DASK sesuai dengan DA DAK Non DR dan telah tersedia dana
128
pengalokasian dan pencairan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Bidang
Gambar4
Mekanlsme Pengalokasian dan Pencalran Dak Non DR Bidang Pertanian
Pusat (APBN)
OAK Non DR
tdk
KanwilDJPb
Gubernur
Kanwil
DJPb Daerah SPM-
(Bupati) . LS
SP2D
Tabel14
Alokasi Kegiatan Bidang Pertanian Melalui DAK Non OR
DI Kabuoaten Kediri Tahun Anggaran 2005
Pagu Dana (Rp)
No Kegiatan
OAK Non DR Pendamplng Jumlah
a. Ukuran ~ 45 M x 9 M 20.250.000
- 2.025.000 22.275.000
1 2 3 4 5
1 2· 3 4 5
pertanian yang telah diarahkan dalam bentuk petunjuk teknis yang disesuaikan
Pengadaan alat mesin pertanian penunjang dan alat mesin pertanian pra tanam
perbenihan adalah sebagai alat penunjang dalam sistem budidaya untuk tujuan
prasarana untuk mengolah calon benih menjadi benih. Pengadaan alat mesin
132
pertanian pasca panen adalah sebagai prasarana untuk mengofah calon benih
menjadi benih dan siap untuk disalurtcan. Dan pembangunan rumah lindung
Kabupaten Kedlri
Setelah proses pengalokasian kegiatan OAK Non DR selesai yaitu
Meskipun OAK Non DR adalah dana dari APBN oleh karena merupakan dana
Non DR harus masuk dalam kas daerah meskipun masuk dalam rekening
tersendiri yaitu rekening khusus OAK Non OR. Oleh karena itu OAK Non DR
dijelaskan oleh Bapak jumali selaku Kepala Sub Bidang Pengairan Bappeda
Kabupaten Kediri:
pemerintah pusat.
/
133
penyusunan DASK Setelah DASK disahkan oleh Bupati dan telah sesuai
dan tanggung jawab Dinas Pertanian Tanaman Pan9Gi1 selaku dinas pelaksana
teknis OAK Non DR. Sebagaimana ketentuan yang berlaku bahwa pelaksana
proses lelang terbuka atau dengan sistem penunjukkan langsung perlu adanya
Dokumen Anggaran Satuan Kerja (OASK) yang merupakan dasar dari semua
pertanian melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi dibagi menjadi 6
sebagal berikut :
Banyakan dilaksanakan oleh CV. Putri Dewi dengan nilai kontrak Rp.
Kencong Kee. Kepung dilaksanakan oleh CV. Rimba Raya dengan nilai
berikut:
Klepek Kee. Kunjang dimenangkan oleh CV. Rimba Raya dengan nilai
kontrak Rp. 82.378.000,00, Kontrak Nomor: 602.11370.2/418.4212005,
Kepuh Kee. Papar dimenangkan oleh CV. Manggala Jaya dengan nilai
Desember 2005.
Gambar5
Hasil Pembangunan Lantai Jemur ID di Desa Klepek Kee. Kunjang
Gambar6
Hasil Pembangunan Screen House di Desa Sumberagung Kee. Plosoldaten
137
Gambar7
Hasil Pengadaan Alat-alat Mesln Pertanlan (Power Thresher)
J..:.
Sedangkan sisa dana yang merupakan selisih kontrak dengan pagu dana
pemerintahan.
1. MusyawarahPembangunanCesa (Mu$bangdes)
bidang pembangunan.
melalui diskusi UDKP dan Rakod>ang untuk dibiayai dari APBD Kabupaten,
-
APBD Propinsi, APBN yang meliputi Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi,
pembiayaan lainnya.
Masyarakat Oesa (PMO) dari Kecamatan; (2) Mantri Pertanian dari Dinas
dari BIPP-KP; (4) Mantri Pertenakan dari Dinas Kehewanan; dan (4) Mantri
B. Peserta Musbangdes terdiri dari: (1) Kepala Desallunah; (2) BPD; (3) LPMO;
(4) Kepala Dusun; (5) Perangkat Cesa; (6) Kepala RW/RT; (7) Kelompok tani;
(8) PKK; (3) Tokoh masyarakat; dan (9) Organisasi masyarakat setempat.
dengan prioritas kecamatan dan meJibatkan semua unsur yang ada di desa
kecamatan menjadi tiga bidang yaitu bidang ekonomi, mule prasarana dan sosial
budaya.
"Hasil dari diskusi Unit Daerah Kerja Pembangunan atau UOKP berupa
usulan priorttas program/kegiatan kecamatan yang kemudian diusulkan
ke Pemerintah Kebupaten melalui Badan Perencanaan Pembangunan
Oaerah (Bappeda) yang nantinya dibahas dalam Rapat Koordinasi
Pembangunan atau Rakorbang yang sebelwnnya telah difcelompokkan
ke datam tiga bldang yaitu bidang ekonomi. fisik prasarana dan sosial
budaya sedangkan untuk pertanian diketompokkan ke da1am
pembahasan bidang ekonomr. (wawancara, tanggal 17 April 2006)
prioritas desa yang masih global kemudian dipilah-pifah sesuai dengan tiga
dan sosial budaya. Sedangkan usulan bidang pertanian dibahas daJam kelompok
bidang ekonomi.
ekonomi, fisik prasarana dan sosial budaya, (3) Tim selanjutnya menyusun
jadual dan agenda diskusi UDKP, (4) Dari jadual yang telah ditetapkan
kegiatan: (1) Pemaparan oleh Bappeda mengenai Visi & Misi Pembangunan
143
A Undangan Diskusi UDKP terdiri dari: (1) Muspika; (2) Sadan Perencanaan
B. Peserta Diskusi UDKP terdiri dari: (1) Kecamatan; (2) Perwakilan Desa
Oesa (Kaur Bang), dan PKK; (3) Tokoh masyarakat; dan (4) Organisasi
masyarakat setempat.
diskusi UOKP, keberadaannya diwakili penmgkat desa, LPMO, BPD, PKK, dan
usulan kegiatan dari maayarakat dan usulan kegiatan dari pemerintah dengan
sebagai berikut:
Penyelenggara Rakorbang.
145
menjadi 3 (tiga) bidang yaitu bidang ekonomi, fisik prasarana, dan sosial
budaya.
mengundang peserta.
Perekonomian.
APBN rnaupun Dana Alokasl Khusus Non Dana Reboisasi dan sumber
biaya lainnya.
yang akan diusulkan _untuk dibiayai 111etalui Dana Alokasi Khusus Non Dana
(2) Pimpinan, Ketua Komis!, dan Ketua fraksi DPRD sebanyak 14 orang:
(4) Bapernas Propinsi Jawa Timur sebanyak 1 orang; (5) Sadan Koordinator
orang; dan (13) Kamar Dagang dan lndustri (Kadin) sebanyak 1 orang.
dalam Rakort>ang Kabupaten Kediri melibatkan tidak kurang dart 200 orang yang
terdiri dari unsur ~nsi dan dinas v~rtikal ini menunjukkan bahwa dalam
selanjutnya dari unsur kecamatan merupakan unsur yang paling banyak terlibat
yaitu sebanyak 100 orang (50%), sedangkan dari unsur desa tidak dilibatkan
kecamatan.
Tabel15
Oaftar Pembahas Bidang Ekonoml dalam Rakorbang Tahun 2004
Kelompok
No. Peserta Keterangan
(Bldanal
1 2 3 4
1 Ekonomi 1. Oinas Kehewanan Pemandu/moderator:
2. Dinas Pemasaran Kabid Ekonomi ..-
3. Dinas Hutbunling Pendamping:
4. Oiperta Kasubbid. Koperasi
5. Dinas Pendapatan Dan Dunia Usaha dan
6. Cab. Oinas Pendapatan Prop. Staf Bidang Ekonomi
7. Sadan Pertanahan Nasional
8.Bappeda Materi yang dibahas:
9. Bagian Perekonomian 1. Program Pembangunan
10. BPMD Pertanian, Petemakan,
11. Bagian Keuangan dan Perkebunan
12.KPPT
13. SIPP-KP
- 2. Program Pembangunan
lndustri, Pertambangan,
14. PLN Cab. Kediri dan Energi
15. BPR Bank Pasar 3. Program Pengembangan
16. PDAM Pare Koperasi dan
17. PD. Perkebunan Margomulyo Dunia Usaha
18. PD. Canda Bhirawa 4. Program Pengembangan
19. Kantor Sub Dolog Kediri Perdagangan dan
20. RSUD Pare Keuangan Daerah
21. Perum Pernutanl
22. Kadin Kediri
23. Fraksi PDIP
24. Fraksi PKB
25. Fraksi Partai Golkar
26. Fraksi TNl/PLORI
27. Fraksi Poros Tengah
28. Kecamatan
Sumber: Buku Panduan Rakorbang 2004
149
ter1ibat pada sidang pembahasan bidang ekonomi berkaitan dengan materi yang
dibahas, untuk Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Kehewanan, clan Dinas
dan Perkebunan yang akan dipadukan dengan usulan dari bawah yang diwakili
dari unsur kecamatan karena pada pelaksanaan Rakorbang tidak melibatkan dari
unsur desa. Pada pelaksanaan sldang dipimpin oleh seorang fasilitator yang
Gambar8
Kegiatan pelaksanaan Rakorbang Kabupaten Kediri
Tahun2004
... ·~
--·-
... - ... - ~ .::.;::__ ~ ~· .
Reboisasi agar terjadi sinkronisas~ sinergi, dan tidak tumpang tindih dengan
pelaksana Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi bertanggung jawab pada
pemanfaatan kegiatan yang dibiayal melalul Dana Alokasi Khusus Non Dana
sebagaiberikut:
pusat sebefumnya dan petunjuk teknis bidang pertanian, atas RO yang tidak
sesuai dengan pedoman yang telah ditentukan dikembalikan lagi ke Dinas
pengesahan. Selain jenis kegiatan yang harus sesuai dengan petunjuk teknis
yaitu minimal 10%. Sebetum menyusun Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
pemerintah.
Sebagaimana dijelaskan oleh Bapak Moch. Saleh Udin selaku Pit. Kepala
yang lebih besar dan prosedumya lebih panjang serta hasilnya belum tentu
lain, misalnya, Surat Tugas dari Bupati, HSPK yang telah disyahkan Bupati,
yang ditandatangani oleh Bupati dan diketahui Ketua DPRD, dan data
pelaksanaan,pengawasan,pemantauandan evaluasi.
2. KoordinasiDitingkat Propinsi
bantuan proyek dan calon lokasi proyek, detail desain dan Rencana
Anggaran Biayanya (RAB). Seleksi CP/CL dilakukan oleh Tim Teknis dari
"Adanya petunjuk teknis yang kurang jelas dan kurang fleksibel sehingga
menimbulkan penafsiran dalam mengambil sikap sehingga akan
menghambat dalam penyelesaian dokumen. Sedangkan Tim verifikasi
kegiatan ditingkat propinsi ditang~ni oleh Kanwil XV DJPb Surabaya
yang merupakan wakil dari pusat yang secara keilmuan kurang
menguasai pekerjaan-pekerjaan f1Sik konstruksi. Seharusnya Tim
verifikasi kegiatan ditingkat propinsi melibatkan dinas teknis terkait
ditingkat propinsi sehingga perbedaan penafsiran dalam pengalokasian
kegiatan dapat diminimalisir sehingga perdebatan yang berkepanjangan
155
pertanian melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi yang dalam
prosesnya melibatkan berbagai institusi dari tingkat desa sampai dengan tingkat
berikut:
2. Petunjuk teknis yang kurang jelas dan kurang fleksibel padahal setiap daerah
kurang optimal. Serta Tim Verifikasi dari Kanwil XV OJPb Surabaya adalah
berbeda.
3. Sistem penerbitan Surat Penetapan Daftar Alokasi Dana Alokasi Khusus Non
pembahasan satu bidang alcan berakibat pada hambatan pada bidang yang
5. Tingkat sumber daya yang ada di level bawah atau masyarakat masih
daerah disetujui oleh pusat. Dalam pengalokasian OAK Non DR dari pusat ke
keleluasaan otonomi mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam
pertanian yang dibiayai oleh Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi
Indonesia yang sangat heterogen, baik suku, ras, agama, adat maupun budaya,
pelaksanaan yang tinggi, membutuhkan pembiayaan yang besar dan yang paling
penting mengakibatkan masyarakat menjadi pasif atau tidal( mau tahu terhadap
pembangunan yang tidak terpelihara dengan baik atau bahkan dirusak oleh
sebuah rejim otoriter, umumnya memiliki kendala politis yang tinggi disamping itu
melainkan juga menciptakan kondisi dimana tidak seluruh warga memiliki rasa
dan keanekaragaman daerah. Sejalan dengan apa yang dikemukan oleh Abe
yang hendak diwujudkan akan lebih realistik, lebih mengena dan lebih dekat
Oleh karena itu untuk keseimbangan kepentingan nasional, regional, daerah, dan
Kabupaten, APBD Propinsi maupun APBN melalui Dana Alokasi Khusus Non
pembiayaan lainnya.
bahwa suatu keinginan tentu saja memiliki kadar subyektivitas yang tinggi dan
cenderung tanpa batas yang jelas. Oleh sebab itu yang hendaknya menjadi
disegala fevel atau tingkatan pernerintahan mulai dari tingkat desa melalui
suatu hasil perencanaan yang baik, karena masyarakat sebagai salah satu unsur
mereka dapat merasa ikut bertanggung jawab dan merasa memiliki program-
sendiri. Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Riyadi (2005:309) bahwa
atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses, persiapan dan
yang nantinya akan dibiayai oleh swadaya mumi masyarakat atau APBOes
maupun usulan kegiatan. yang akan dibiayai APBD Kabupaten, APBD Propinsi
maupun APBN melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi diteruskan ke
keluaran diskusi UDKP yang berupa kegiatan prioritas yang aksn dibiayai oteh
164
yang telah diklasifikasikan menjadi tiga bidang yaitu bidang ekonomi, bidang
metalui APBD Kabupaten, APBD Propinsi maupun APBN metalui Dana Alokasl
Khusus Non Dana Reboisasl dan sumber pembiayaan lainnya diterusan untuk
diharapkan akan dapat dllcetahui tentang kemampuan loksl dan kebutuhan lokal.
tentu saja tidak mudah. Sebagaimana dikemukakan oleh Abe (2005:72) bahwa
model ini alcan segera berhad8pan dengan beberapa kesulitan. Pertsma,
negara ataukah secara spesifik hendak ditunjuk pada mereka yang ada dilapis
bawah struktur soslal. Keterlibatan mereka yang ada di lapis bawah struktur
sosial sangat rendah, dan cenderung tidak tersedia. Sementara bagi mereka
yang ada di lapis atas, masih cukup memilild akses untuk bisa terlibat dalam
masa rakyat, maka terdapat beberapa kendala yang akan muncul, yakni (1)
terdapat kenyataan bahwa masa rakyat, umumnya adalah pihak yang tidak
pengetahuan, membuat secara teknis, masa rakyat, sulit untuk bsa diambil
165
bagian secara produktif, dan (2) terdapat suatu kenyataan bahwa masa rakyat
telah sekian lama ada dalam politik otoriter-sentralistik. Masa rakyat telah
pertanian melalui OAK Non DR antara usulan dari jalur masyarakat yang berupa
usulan prioritas kecamatan dengan usulan dari jalur pemerintah yang berupa
Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Riyadi (2005:314) bahwa yang
Bappeda.
bahwa hasil perencanaan dapat dikatakan masih kurang baik dan belum
yang balk haruslah memuat ha.hat prinsip yang tennuat dalam dokumen
perencanaan yakni: (1) apa yang akan dffakukan, yang merupakan jabaran dari
misi dan visi; (2) bagaimana mencapai hal tersebut; (3) siapa yang akan
melakukan; (4) lokasi aktivitas; (5) kapan akan dilakukan, berapa lama; dan (6)
-
sumber daya yang dibutuhkan. Sedangkan, seperti dikemukakan oleh Syamsi
(1986: 56) maka perencanaan yang baik dan lengkap haruslah memenuhi enam
unsur pokok yaitu: (1) Apa (what), yakni mengenai materi kegiatan ape yang
akan dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan; (2) Mengapa (why), yaitu
diprioritaskan; {3) Bagaimana dan berapa .(how dan how much), yaitu mengenai
kegiatan (proyek); (5) Kapan (when), yaitu pemilihan waktu/timing yang tepat
dalam pelaksanaannya; (6) Siapa (who) menentukan siapa orang yang akan
pemerintah pusat oleh karena itu Bappeda bersama dengan Dinas Pertanian
Bappeprop Jatim, dan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur. Hal ini dapat
tentang Pemerintahan Daerah Pasal 162 ayat (1) bahwa Dana Alokasi Khusus
khusus yang diusulkan daerah tertentu dan ayat (2) bahwa penyusunan kegiatan
ini juga harus sejalan dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
menjamin terdptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar
ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara pusat dan daerah;
yang diperuntukkan bagi daerah dengan kemampuan faskal daerah yang rendah
atau dibawah rata-rata yang dialokasikan untuk pembangunan bidang-bidang
dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN, yang
pasal 10, dana perimbangan terdiri dari: (1) Dana Bagi Hasil, (2) Dana Ato~asi
Umum, dan (3) Dana Alokasi Khusus. Kabupaten Kediri sebagai daerah
penerima OAK Non DR karena tennasuk dalam kriteria umum yaitu merupakan
169
daerah dengan pendapatan Asli Daerah {PAD) yang kecil sehingga sangat
tergantung dari sumber-sumber penerimaan dari pusat baik melalui Dana Bagi
Daerah {PAD) dan dominannya transfer dari pusat adalah ironis, kendati undang-
tanpa sebab, acia banyak faktor yang mempengaruhi baik dalam tataran
tingginya derajad sentralisasi dalam bidang perpajakan; (3) kendati pajak daerah
cukup beragam temyata hanya sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber
dari pusat. Hal tersebut sangat berbeda . dengan pengalokasian Dana Alokasi
Umum yang menggunakan formula yang sudah baku dan sudah dapat
bahwa dana transfer dari pusat yang berupa Dana Alokasi Umum akan bersifat
170
"block grant', yang besarannya untuk setiap daerah sudah tetap dan baku sesuai
dengan formula. Dana yang bersifet •spesific granr tidak ada lagi, kecuali untuk
atau usulan kegiatan daerah yang pembiayaannya mefalui OAK Non DR diajukan
ke pusat atas dasar hasil perencanaan partisipatif yang difasilitasi pemerintah
mulai dari Musbangdes, diskusi UDKP, dan Rakorbang yang merupakan prioritas
sesuai dengan spa yang dikemukakan oleh Riyadi (2005:332) bahwa mekanisme
dan prosedur perencanaan yang ada oenderung sebatas fonnalitas karena pada
akhirnya keputusan yang diambil sepenuhnya ditetapkan oleh pemerintah, yang
seringkali berbeda dengan apa yang sudah disepakati dalam suatu musyawarah
yang melibatkan masyarakat. Kondisi sepertl ini tidak hanya dialami oleh
masyarakat daerah tetapi juga oleh pemerintah daerah sendiri ketika harus
p/anning-nya. Karena OAK Non DR adalah dana yang bersifat bantuan dari pusat
kepada daerah yang bersifat khusus sesuai dengan prioritas program nasional
khusus secara nasional. Sejalan den9an apa yang disampaikan oleh Riyadi
171
Penggunaan OAK Non OR untuk Bidang Pertanian Tahun 2005, dari dokumen
pertanian yang modem, bibitlbenih yang bermutu atau unggul dengan didukung
para petani untuk menggunakan alat-alat yang lebih maju serta cara-cara
kegiatan bidang pertanian melalui OAK Non DR yang dilaksanakan oleh daerah
172
yaitu dengan mengisi ruang-ruang yang telah disediakan oleh pusat dengan
prioritas daerah.
dalam Rencana Oefinitif (RO) yang me1iputi jenis kegiatan, lokasi kegiatan,
Pendamping minimal 10% dari OAK Non OR dan data-data pendukung lainnya.
Pengelolaan Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi Tahun 2005 dan
Petunjuk Teknis Penggunaan OAK Non DR untuk Bidang Pertanian Tahun 2005
Tanaman Pangan selaku instansi yang diberi mandat oleh daerah, masing-
173
dari Kanwil XV DJPb mendekatkan diri pada perencanaan tipe teori prosedural
tipe teori substantif yang lebih menekankan substansi kegiatan pada sejauh
mana kegiatan-kegiatan yang dlpilih tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-
pembahasan dipertukan suatu argumentasi yang kuat dan logis dari daerah
meyakinkan tim verifikasi dan pembahas dart Kanwil XV DJPb Surabaya agar
kegiatan tersebut dapat lolos verifikasi dan tidak dicoret. Hal tersebut sejalan
dengan apa yang disampaikan oleh Faludi (1973:3) bahwa ada dua tipe yang
menjadi titik berat dalam perumusan suatu teori perencanaan yaitu teori
prosedural dan terori substantif. Keterkaitan dua tipe tersebut tergantung dari sisi
mana dilihat dan dari sudut mana kepentingan muncul dalam sebuah
teori substantif. Untuk lembaga perencana, maka titik berat pada teori prosedural
174
unit pelaksana, titik berat pada teori substantif lebih ditekankan daripada
prosedural.
Kabupaten Kediri
blaya perjalanan, dan lain-lain biaya umum lainnya dialokasikan dari APBD
terhadap seluruh kegiatan bidang pertanian melalui OAK Non DR oleh Panitia
dilaksanakan dalam hal pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) Sedangkan 4 (empat) paket kegiatan
secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi. masing-
masing paket kegiatan tersebut adalah: (1) pembangunanlantai jemur Ill dengan
nilai kontrak 400.000.000,00; clan (4) pengadaan alat-alat mesin pertanian dan
speslfikasinya serta tidak ada pekerjaan tambah kurang. Adapun sisa dana yang
tidak terserap yang merupakan selisih Pagu dengan kontrak tetap tersimpan
dalam rekening khusus OAK Non OR. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran dari
dengan pelaksanaan rencana dan para pelaksananya. Akan lebih baik apabila
177
komponen atau unsur yang ada terbagi ke dalam berbagai variasi fungsi dan
terutama dalam cara mencapai tujuan itu salah unsur penting daripada
dengan diskusi UDKP, dan pada tingkat kabupaten dengan Rakorbang dan
koordinasi pada tingkat propinsi maupun pusat diharapkan terjadi sinergi antara
eftSien dan efektif. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh
lanjut disampaikan oleh Riyadi (2005:311) bahwa koordinasi sebagai alat untuk
menyatupadukan fungsi dan peran yang berbeda, agar terjalir. suatu kerjasama
yang balk. efektif, dan efisien sehingga tujuan bersama dapat tercapai. Sangat
antar berbagai kepentingan, dapat dilakukan secara efektif dan efisien sehingga
tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten dengan suatu standar aturan atau
dipraktekkan telah memenuhi aturan fonnal legal. Tapi sebenamya yang lebih
penting daripada tataran material yang l~bih menonjolkan suatu stander aturan
sekaligus memiliki dasar filosofis, mental dan moral dari segenap stakeholders
179
negara.
Koordinasi dalam proses perencanaan pembangunan bidang pertanian
menjadi hal yang sangat penting sekaligus sebagai penentu kualitas dari
secara lebih benar dan utuh sehingga mereka juga siap melaksanakannya.
keterlibatannya sehingg~ proses yang dij~lankan tidah hanya ritual prosesi rutin
dan kesempatan yang sama kepada seluruh komponen masyarakat untuk ikut
180
akan tet1ibat dan dilibatkan dalam Musbangdes merupakan tahap awal yang
peserta adalah proses tahap awal yang han.is ditewati. Maksud dasar tahap ini
ada1ah adanya pengenalan yang lebih eeksama terhadap mereka yang ingin
masyarakat masih terlibat secara langsung dalam proses perencanaan mulai dari
kelompok tanl, PKK, tokoh masyarakat dan lain sebagainya akan berdampak
penting pada proses dan output perencanaan maupun pada masyarakat itu
yang tertibat akan semakin baik; dan (3) meningkatkan kesadaran dan
dalam diskusi UDKP. Pada pelaksanaan diskusi UDKP peserta dari unsur desa
terdiri dari Kepala Desai Lurah, LPMO, BPD hal tersebut dapat diinterpretasikan
pertanian pada MUsbangdes sudah tidak tenibat atau dilibatkan lagi pada diskusi
Camat tentang Urutan Prioritas Usulan Kegiatan dengan usu1an kegiatan dari
jalur pemerintah berupa usulan kegiatan dari Oinas Pertanian Tanaman Pangan
adalah aparatur pemerintah hampir mencapai 87,5%, sedangkan dari unsur desa
bidang yang terdiri dari: bidang pendidikan dengan dinas pelaksana adalah
182
Pengairan, bidang infrastruktur jalan dan air bersih dengan dinas pelaksana
melibatkan banyak instansi dengan fungsi dan peran yang berbeda dengan
dalam pernbangunan sebagai suatu konsekuensi logis dari adanya aktivitas dan
Kabupate Kediri dengan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur hanya konsultasi
dan koordinasi agar kegiatan OAK Non DR bisa sinergi dan tidak over/aping
faktor: (1) faktor lingkungan, baik eksternal maupun internal, yang dapat
mencakup bidang sosial, budaya, ekonomi. dan politik; (2) faktor sumber daya
manusia perencana, merupakan faktor utama yang menggerakkan pelaksanaan
teknologi, merupakan faktor penting dan berperan S8ngat besar bagi upaya
pencapaiannya; (5) faktor pendanaan, merupakan faktor yang harus ada untuk
melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi dapat diuraikan sebagai .
berikut:
kebijakan pusat. Sehingga daerah setiap tahun akan selalu timbul pertanyaan
kira-kira bidang apa saja yang dapat anggaran OAK Non DR dan masing-
masing bidang dapat anggaran berapa. Ketiadaan sistem yang baku dalam
rnerupakan faktor yang sudah given. Artinya, hal itu memang harus ada untuk
(2) Petunjuk teknis yang kurang jelas dan kurang fleksibel padahal setiap daerah
berbeda.
185
(RD, RAB, Gambar Desain dan lain-lain) karena setiap pembahas akan
yang terkandung dalam petunjuk teknis epalagi tim pembahas dari Kanwil XV
ini tentu sangat dimungkinkan karena pada setiap daerah mempunyai kondisi
kablkota di Indonesia.
(3) Sistem penerbitan Surat Penetapan Daftar Alokasi Dana Alokasi Khusus Non
pembahasan satu bidang alcan berakibat pada hambatan pada bidang yang
lain yang telah selesai pembahasannya.
Khusus Non Dana Reboisasi (DA-OAK Non DR) yang dikeluarkan Kanwil XV
hambatan pada bida~g yang lain yang telah selesai pembahasannya. Surat
secepatnya.
(4) Befum adanya Jabatan Fungsionaf Perencana (JFP) pada Bappeda maupun
sasaran rencana yang ingin dicapai: ketiga, kebijaksanaan dan cara untuk
konkrit; dan kelima, adalah jangka ~ktu pencapaian tujuan. Merujuk pada
institusi yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh
sumber daya aparatur perencana yang secam kualitas dan kuantitas tersedia
(5) Tingkat sumber daya yang ada di level bawah atau masyarakat desa masih
dibutuhkan.
kegiatan non fisik lebih banyak merupakan inisiatif dari pemerintah (Dinas
Pertanian Tanaman Pangan). Hal tersebut mencerminkan bahwa usulan-
disampaikan oleh Riyadi (2005:316) bahwa semestinya apa yang muncul dari
ada enam unsur pokok yang harus ~ijawab perencana pembangunan yaitu
tentang: (1) apa yang harus dikerjakan; (2) mengapa harus dikerjakan; (3)
dimana dikerjakan; (4) kapan akan dikerjakan; (5) siapa yang akan
yang berakibat kualitas hasil perencanaan menjadi kurang baik. Hal ini
(7) Tidak semua usulan kegiatan pembangunan bidang pertanian yang diajukan
Khusus Non Dan~ Reboisasi yang ~iajukan daerah disetujui oleh pusat,
Dinas Pertanian Propinsi NTB dan Kanwil XXI Ditjen Anggaran Mataram.
bidang pertanian.
193
dalam prosesnya melibatkan berbagai komponen atau unsur yang ada baik
mulai dari tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten. Sehingga dapat terjadi
Tabel 16
Perbandingan Penelitlan Terdahulu Dengan Penelitlan Saat lni
5.1. Kesimpulan
berikut:
perencanaan yang diperoleh merupakan titik temu yang dapat disetujui oleh
umum, kriteria khusus, dan kriteria teknis. Kabupaten Kediri sebagai daerah
melafui OAK Non DR yang difaksanakan oleh daerah yaitu dengan mengisi
mendekatkan diri pada perencanaan tipe teori proseduraJ yang rnana dalam
atau aturan yang telah ditetapkan oleh pusat (petunjuk teknis) yang
kegiatan fisik yang dinyatakan sebagai pemenang dalam proses tender dan
komponen atau oosur yang ada baik masyarakat, pemerintah dan swasta
dari konsistensi dari wakil-wakil mereka yang dipilih, mereka yang ditunjuk
koordinasi ditingkat yang lebih tinggi yaitu di propinsi dan pusat hanya
melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi adalah sebagai berikut:
(a) Sistem pengalokasian Dana Alokasi Khusus Non Dana reboisasi dari
teknis yang kurang jelas dan kurang fleksibel; (c) Sistem penerbitan Surat
Penetapan Daftar Alokasi Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi (DA-
OAK Non DR) yang mencakup semua bldang; (d) Belum adanya Jabatan
Tanaman Pangan; (e) Tingkat sumber daya yang ada di level bawah atau
5.2. Saran
bidang pertanian melalui Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi dapat
disampaikansaran-saransebagai berikut:
temadap kegiatan apa yang paling prioritas pada bidang pertanian dapat
kegiatan. Meskipun OAK Non DR adalah bantuan dari pusat ke daerah tapi
yang harus diingat bahwa OAK Non DR adalah hak daerah yang harus
lebih sesuai dengan potensi dan kondisi daerah, dalam penyusunan petunjuk
alat dan mesin pertaniantetap dengan pola konraktual dengan sistem lelang
terbuka.
tidak hanya sampai ditingkat kabupaten tapi juga sampai ditingkat propinsi
dan pusat.
sebagai berikut:
Perguruan Tinggi baik dalam maupun luar negeri. Oisamping itu agar
baku serta adanya insentif yang menarik yang tidak kalah dengan
tunjanganjabatan struktural.
Staveren, J.M., and 0.8.W.M Van Ousseldorp, 1980. Framework for Regional
Planning in Developing Countries. Nehtertand: International Institute for
Land Reclamation and Improvement.
Supriatna, Tjahya, 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Suradinata, Ennaya, 1998. Manajemen Pemerintahan dan otonomi Daerah.
Bandung Ramadhan. Bandung.
Suryono, Agus, 2001. Memahsmi Pendekatan Penelitian Kuantitaif dan
Penelitian Kualitatif. UM PRESS dengan FIA-Unibraw. Malang.
Suwarsono, dan Alvin Y. SO., 1999. Perubshan Sosial dan Pembangunan. Cet-
2. Pustaka LP3ES. Jakarta.
Syafrudin, Ateng, 1993. Perencanaan Administrasi Pembangunan Daerah.
Mandar Maju. Bandung.
Syahroni, 2002. Pengertian Dssar dan Generik Tentang Perencanaan
Pembangunan Daerah. Gemaan Technical Cooperation - Gtz. Jakarta.
Syamsi, lbnu, 1986. Pokok-pokok Kebijaksanaan Perencanaan, Pemograman
dan Penganggaran Pembangunan Tingkat Nasioal dan Regional. CV
Rajawali. Jakarta.
Tjokroamidjojo, Bintoro, 1989. Perencanaan Pembangunan. CV Haji Masagung.
Jakarta.
Tjokrowinoto, Moeljarto,1996. Teori Pembangunan. Diktat Kuliah untuk Program
Master of Public Administration Universltas Tujuh Betas Agustus 45 .
Surabaya.
Todaro, Michael P .• 1994. Economic Development. Longman Publishing. New
York.
----, 2000. Pembangunan Ekonorni di Dunia Ketiga. Edisi ketujuh.
Oiterjemahkan oleh Harl Munandar. Erlangga. Jakarta.
Wasistiono, Sadu, 2001. Esensi UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
l;)aerah (Bungai Rampai). Alqaprint Jatinangor. Bandung.
Yasin; Mohammad, et al., 2004. Pengelolaan Pembangunan Berwawasan
Pemberdayaan, Jumal Admlnistrasi Negara. Vol.IV. No. 2. FIA-
Unibraw. Malang
Yusuf, Saifullah, dan Salim Fahruddin, 2000. Pergulatan Indonesia Membangun
Demokrasi. Pimpinan Pusat GP Ansor. Jakarta.
Peraturan Perundang-Undangan :
_____ .uu No.22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah.
_____ . UU No.25 tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Oaerah.
_____ .. UU No.25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional.
208