Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT

EKLAMPSIA

Disusun oleh:

Anggun Luisma Karima.T


1510070100075

Preseptor

dr. Helwi Nofira, Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN OBGYN RSUD M. NATSIR SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
PADANG
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang mana
atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan case ini
dengan baik. Adapun judul case ini yaitu “Eklampsia” yang diajukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Bagian
Obgyn Rumah Sakit Umum Daerah Mohammad Natsir Solok.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan. Penulis
mngucapkan terima kasih atas bimbingan dan bantuan dari dr. Helwi Nofira,
Sp.OG dan berbagai pihak sehingga penulis dapat menyelesaikan case ini
sebagaimana mestinya.
Demikianlah case ini yang tidak terlepas dari kekurangan, sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan
case ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi
pembaca.

Solok, November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................1
1.1 Latar Belakang .........................................................1
1.2 Tujuan .........................................................2
1.3 Manfaat .........................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................3
2.1 Eklampsia .........................................................3
2.1.1 Definisi Eklampsia .........................................................3
2.1.2 Faktor Resiko .........................................................3
2.1.3 Gejala eklampsia .............................................................3
2.1.4 Diagnosis dan Gambaran Klinik......................................4
2.1.5 Etiologi Eklampsia...........................................................6
2.1.6 Tatalaksana .........................................................6
2.1.7 Komplikasi .........................................................7
BAB III ANALISA KASUS.........................................................8
BAB IV KESIMPULAN .........................................................14
DAFTAR PUSTAKA .........................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba- tiba
yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa nifas
yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat grand
mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis. Setelah kejang diafragma
menjadi kaku dan pernapasan berhenti. Selama beberapa detik penderita seperti
meninggal karena henti napas, namun kemudian penderita bernapas panjang dan
dalam, selanjutnya pernapasan kembali normal. Apabila tidak ditangani dengan
baik, kejang pertama ini akan diikuti dengan kejang-kejang berikutnya yang
bervariasi dari kejang yang ringan sampai kejang yang berkelanjutan yang disebut
status epileptikus.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, persalinan atau masa
nifas. Preeklampsia ditandai dengan hipertensi dan proteinuria. Berdasarkan
waktu terjadinya konvulsi, eklampsia dibagi menjadi antepartum, intrapartum dan
postpartum. Kurang lebih 5% dari kasus preeklampsia berkembang menjadi
eklampsia dan kurang lebih 5%wanita dengan eklampsia meninggal karena
penyakit atau komplikasinya serta kematian neonatal kurang lebih 7%. Insiden
eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh persalinan dan lebih banyak
ditemukan di negara berkembang (0,3%-0,7%) dibandingkan negara maju
(0,05%-0,1%). Insiden yang bervariasi dipengaruhi antara lain
oleh paritas, gravida,obesitas, ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor lingku
ngan yang merupakan faktor risikonya.
Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan
≥ 20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan karena
epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. Kejang eklampsia hampir selalu
didahului oleh preeklampsia. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester ketiga
dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm.
Eklampsia dapat terjadi pada antepartum, intrapartum, dan postpartum.
Eklampsia postpartum umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah

1
persalinan. Pada penderita preeklampsia dapat memberikan gejala atau tanda khas
sebelum terjadinya kejang disebut tanda prodromal. Preeklampsia yang disertai
tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau imminent eclampsia.
Kematian ibu akibat eklampsia umumnya berhubungan dengan.
kesalahan pengelolaan dan komplikasinya. Kematian maternal pada eklampsia
disebabkan karena komplikasi yang terjadi, diantaranya acute vascular accident,
kerusakan pusat vital pada medula oblongata, trauma akibat konvulsi, perdarahan
pasca partum atau perdarahan solusio plasentae, dan kegagalan total organ vital.
Insiden eklampsia bervariasi antara 0,2% - 0,5% dari seluruh persalinan dan
lebih banyak ditemukan di negara berkembang (0,3%-0,7%) dibandingkan negara
maju (0,05%-0,1%). Insiden yang bervariasi dipengaruhi antara lain oleh paritas,
gravida, obesitas, ras, etnis, geografi, faktor genetik dan faktor lingkungan yang
merupakan faktor risikonya. Salah satu komplikasi yang berbahaya dari eklampsia
adalah stroke.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui dan memahami tentang eklampsia
2. Untuk memenuhi tugas case report session kepaniteraan klinik senior di
Bagian Obgyn RSUD M. Natsir Solok 2020
1.3 Manfaat
1. Sebagai sumber media informasi mengenai eclampsia
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang eklampsia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eklampsia
2.1.1 Definisi Eklampsia
Eklampsia merupakan keadaan dimana ditemukan serangan kejang tiba-
tiba yang dapat disusul dengan koma pada wanita hamil, persalinan atau masa
nifas yang menunjukan gejala preeklampsia sebelumnya. Kejang disini bersifat
grand mal dan bukan diakibatkan oleh kelainan neurologis.Istilah eklampsia
berasal dari bahasa Yunani yang berarti halilintar. Kata-kata tersebut
dipergunakan karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa
didahului tanda-tanda lain.
Sesuai dengan batasan dari National Institutes of Health (NIH) Working
Group on Blood Pressure in Pregnancy preeklampsia adalah timbulnya hipertensi
disertai dengan proteinuria pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau segera
setelah persalinan. Saat ini edema pada wanita hamil dianggap sebagai hal yang
biasa dan tidak spesifik dalam diagnosis preeklampsia. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan diastolik ≥
90 mmHg. Proteinuria adalah adanya protein dalam urin dalam jumlah ≥300
mg/dl dalam urin tampung 24 jam atau ≥ 30 mg/dl dari urin acak tengah yang
tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi saluran kencing.

2.1.2 Faktor Resiko


Ada banyak hal yang mempengaruhi terjadinya eklampsia, beberapa
diantaranya adalah usia ibu, paritas, usia kehamilan, jumlah janin, jumlah
kunjungan ANC, dan riwayat hipertensi.

2.1.3 Gejala Eklamsia


Eklamsia biasanya ditandai dengan kejang yang dapat diikuti dengan
kehilangan kesadaran atau koma. Selain itu, ada gejala-gejala lain yang dapat
dirasakan oleh para ibu hamil penderita eklamsia, antara lain :
- Kenaikan tekan darah

3
- Kenaikan berat badan secara mendadak
- Pengeluaran protein dalam urin
- Edema pada tungkai dan wajah
- Gangguan penglihatan dan sakit kepala
Biasanya gejala-gejala tersebut muncul pada kehamilan trimester kedua
akhir atau ketiga.
●Gejala klinis eklampsia
a. Fase tonik
- Penurunan kesadaran, kadang disertai jeritan,bisa menjadi sianotik.
- Otot lengan,kaki,dada dan punggung menjadi kaku, berlangsung 1
menit.
b. Fase klonik
- 1-2 menit setelah fase klonik, otot mulai menyentak dan berkedut,
mulai terjadi kejang.
- Lidah dapat tergigit, hematoma lidah, perdarahan lidah
c. Fase pasca kejang
- setelah fase klonik selesai
- dalam keadaan tidur dalam, bernapas dalam, dan bertahapsadar kembali
disertai nyeri kepala. Biasanya pasien kembali sadar dalam 10-20 menit
setelah kejang.
d. Gejala Neurologis
- defisit memori, defisit persepsi visual, gangguan status mental
- defisit saraf kranial
- peningkatan refleks tendon dalam
e. Kondisi janin
- fetal bradikardia dapat terjadi saat dan setelah kejang
- saat penderita sadar kembali, dapat terjadi fetal takikardia, hilangnya
variabilitas dan kadang ditemukan deselerasi (pada pemeriksaan NST)
2.1.4 Diagnosis dan Gambaran Klinik
Seluruh kejang eklampsia didahului dengan preeklampsia. Preeklampsia
dibagi menjadi ringan dan berat. Penyakit digolongkan berat bila ada satu atau
lebih tanda dibawah ini :

4
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik 110 mmHg
atau lebih.
2. Proteinuria 5 gr atau lebih dalam24 jam; 3+ atau 4+ pada pemeriksaan
kualitatif
3. Oliguria, diuresis 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan serebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah epigastrium
5. Edema paru atau sianosis. Pada umumnya serangan kejang didahului dengan
memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di
daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di daerah
epigastrium, dan hiperrefleksia.
Terdapat beberapa perubahan klinis yang memberikan peringatan gejala
sebelum timbulnya kejang, adalah sakit kepala yang berat dan menetap,
perubahan mental sementara, pandangan kabur, fotofobia, iritabilitas, nyeri
epigastrik, mual, muntah. Namun, hanya sekitar 50% penderita yang mengalami
gejala ini.Prosentase gejala sebelum timbulnya kejang eklampsia adalah
sakitkepala yang berat dan menetap (50-70%), gangguan penglihatan (20-30%),
nyeri epigastrium (20%), mual muntah (10-15%), perubahan mental sementara (5-
10%).3
Frekuensi pernapasan biasanya meningkat setelah kejang eklampsia dan
dapat mencapai 50 kali per menit.Hal ini dapat menyebabkan hiperkarbia sampai
asidosis laktat, tergantung derajat hipoksianya.Pada kasus yang berat ditemukan
sianosis.Demam tinggi merupakan keadaan yang jarang terjadi, apabila hal
tersebut terjadi maka penyebabnya adalah perdarahan pada susunan saraf pusat.
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang –
kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria.
Setelah persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda
awal perbaikan kondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam
waktu beberapa hari sampai dua minggu setelah persalinan apabila keadaan
hipertensi menetap setelah persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit
vaskuler kronis.

5
2.1.5 Etiologi dan Patofisiologi Kejang Eklampsia
Patofisiologi kejang eklampsia belum diketahui secara pasti. Kejang
eklampsia dapat disebabkan oleh hipoksia karena vasokonstriksi lokal otak, dan
fokus perdarahan di korteks otak. Kejang juga sebagai manifestasi tekanan pada
pusat motorik di daerah lobus frontalis. Beberapa mekanisme yang diduga sebagai
etiologi kejang adalah sebagai berikut:
1. Edema serebral
2. Perdarahan serebral
3. Infark serebral
4. Vasospasme serebral
5. Pertukaran ion antara intra dan ekstra seluler
6. Koagulopati intravaskuler serebral
7. Ensefalopati hipertensi

2.1.6 Tatalaksana Eklampsia


Penatalaksanaan Eklampsia pertolongan pertama saat di IGD hindari
ransangan, Pasang spatula lidah, Bebaskan jalan napas, Beri : MgSO4 20% 4 g
(20 cc) I.V pelan-pelan atau MgSO4 40 % 8 g (10 cc) I.M ( 10 cc BoKa + 10 cc
BoKi ) Pasang infus D5% atau RL, Fiksasi badan di tempat tidur 15 – 30
menit. kirim ke upf obgyn eklampsia di upf obgyn. Pertolongan lanjut di kamar
bersalin atau ruang isolasi. Periksa dalam dan Pasang kateter menetap. Lanjutan
MgSO4 40 % 10 cc I.M tiap 6 jam, Bila kejang lagi ⇨ MgSO4 20 % 10 cc
I.V.Bila kejang lagi setelah 20’ berikan Pentothal 5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan
atau Amibarbital 3-5 mg/kgBB/I.V pelan-pelan. Berikan obat-obat penunjang
(Antihipertensi,Antibiotik, Diuretik, Kardiotonik), Periksa lab darah, urin, liver
enzyme. Setelah terjadi stabilisasi 4-8 jam setelah mulai sadar terminasi
kehamilan tanpa memandang usia kehamilan dengan trauma seminimal
mungkin pada ibu belum inpartu.Pervaginam Induksi dengan pitosin +
Amniotomi. Sebaiknya bila Bishop skor> 8 Perabdominam.

6
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi dari eklampsia yaitu:
- Edema paru
- Pendarahan otak
- Ablasio retina
- Sindrome HELLP
- Gagal ginjal akut
- Nekrosis periportal
- Psikosis
- Solusio plasenta
- Cardiac arrest
- Asidosis metabolik

2.7.8 Prognosis
Kriteria eden adalah kriteria untuk menetukan prognosis eklampsia.
Kriteria eden antara lain :
a. koma yanglama ≥6 jam
b. peningkatan nadi 120x/menit
c. suhu ≥39⁰C
d. tekanan darah ≥200 mmHg
e. konvulsi ≥10 kali
f. proteurinaria ≥10g
g. tidak ada edema/ edema menghilang
h. kegagalan sistem kardiovaskular (edema paru, sianosis,
menurunya TD, rendahnya tekanan nadi)
i. ketidakseimbangan elektrolit
j. kegagalan dalam pengobatan
Bila dijumpai satu atau lebih gejala diatas maka pronosisnya buruk.

7
BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. W
Umur : 34 th
Alamat : Bukit sileh
Pekerjaan : IRT
Tanggal masuk : 14-11-2020 (08.30 wib)

ANAMNESIS
A. Keluhan utama : pasien rujukan puskesmas bukit sileh, datang
dengan keluhan kejang 5 kali smrs

B. Riwayat penyakit sekarang :

- Pasien rujukan puskesmas bukit sileh datang dengan keluhan kejang 5 kali smrs,
dirujuk dengan diagnosa G4P2A1H2 gravid 28 minggu + Hipertensi.
- Pasien dirujuk tanpa pasang infus dan tanpa pasang kateter dan belum diberikan
MgSO4. Pasien sudah dapat nifedipin 10 mg di puskesmas.
- Pasien mengeluhkan penglihatan kabur (+)
- Nyeri pinggang menjalar ke ari-ari (-)
- Keluar air banyak dari kemaluan (-)
- Keluar lendir campur darah dari kemaluan (-)
HPHT : 19-04-2020
TP : 26-01-2021
RHM : mual (+), muntah (+), perdarahan (-)
RHT : mual (-), muntah (-), perdarahan (-)
ANC : 1 x ke bidan

C. Riwayat Menstruasi

-Menarche : 12 th

-Siklus : 28 hari

8
-Lama : 5-6 hari

-Duk : 3 x/hari

-Nyeri haid : (-)

D. Riwayat penyakit dahulu

-Riwayat Hipertensi (-)

-Riwayat penyakit jantung (-)

-Riwayat penyakit DM (-)

-Riwayat penyakit paru (-)

E. Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada penyakit turunan, penyakit menular dan kejiwaan pada keluarga
F. Riwayat kehamilan/ abortus/ persalinan: 4/1/2
1. Abortus
2. 2012/perempuan/4500 gr/sc/dokter/hidup
3. 2017/laki-laki/3800 gr/sc/ dokter/ hidup
4. Sekarang
G. Riwayat perkawinan : menikah 1x pada tahun 2007
H. Riwayat kontrasepsi (-)
I. Riwayat imunisasi (-)
J. Riwayat kebiasaan : tidak ada riwayat merokok dan minum alkohol

PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : cmc
b. TD : 160/100 mmHg
c. Nadi : 110x/ menit
d. Nafas : 22x/menit
e. Suhu : 36,8 ⁰C

STATUS GENERALISATA
a. Kepala : normochepal
b. Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
c. Leher : tidak ada pembesaran KGB dan tyroid

9
d. Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
e. Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤2 detik, oedem (-)

STATUS OBSTETRIKUS
a. Wajah : chloasma gravidarum (-)
b. Mamae : tampak membesar, areola hiperpigmentasi,
papila menonjol
c. Abdomen
- Inspeksi : perut tampak membuncit sesuai usia
kehamilan
- Palpasi :
LI: fundus uteri teraba 3 jari diatas pusat teraba masa
besar,lunak, noduler
LII : tahanan terbesar di sebelah kanan, bagian kecil janin
sebelah kiri
LIII : teraba masa bulat keras,tidak terfiksir
LIV : konvergen
TFU : 18 cm
TBJ : 775 g
HIS : (-)
DJJ : 160 x/ menit
GENITALIA
Inspeksi : V/U tenang, perdarahan (-)
VT : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 14 November 2020
Hb : 12,2 g/dl
Eritrosit : 4.410.000
Ht : 36.6
Leukosit : 15.900
Trombosit : 144.000

10
Protein : 3+
Imunologi : rapid test : non reaktif

DIAGNOSIS : G4P2A1H2 gravid preterm 27-28 minggu+ Eklamsia


PENATALAKSANAAN:
- Cek TTV
- Inj. MgSO4 40% 8 mg (boka, boki ) secara IM
- Pasang oksigen
- Pasang kateter
- IVFD RL 1000cc/24 jam
- Inj. Cefriaxon 2x1 gr
- Inj. Dexamethason 3x10 mg
- Inj. Ketorolac 3x30 mg
- Inj. Ondansentron 3x4 mg
- Inj. Ranitidin 3x50 mg
- PCT 4x750 mg
- Metildopa 3x250 mg
- Nifedipin 1x10 mg

RENCANA TINDAKAN :
Jika hasil labor aman dan TTV stabil segera SCTPP atas indikasi eklampsi
LAPORAN BAYI LAHIR
Tanggal 14 November 2020 jam 11.00 WIB
Jenis kelamin: laki-laki
Berat badan : 1000 g
Panjang badan : 31 cm
Anus : (+)
Ketuban : jernih
PERAWATAN DI RUANG ICU
●Hari 1
-nyeri luka post operasi (+)
-penglihatan kabur (+)
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

11
Kesadaran : CMC
TD : 130/ 90 mmHg
Nadi : 100 x/ menit
Nafas : 22 x/ menit
Suhu : 36.5 ⁰C
Terapi :
-IVFD RL 1500 cc/24 jam + drip oxytocin 20iu
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Ketorolac 3x 30mg
-Inj. Ondansentron 3x4 mg
-Inj. Ranitidine 3x1 amp
- Nipedipin 1x10mg
-syr MgSO4 1gr/jam
●Hari 2
-nyeri luka post operasi (+)
-panglihatan sudah mulai membaik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
TD : 120/ 70 mmHg
Nadi : 70 x/ menit
Nafas : 18 x/ menit
Suhu : 36.6 ⁰C
Terapi :
- IVFD RL 1500 cc/24 jam + drip oxytocin 20iu
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Ketorolac 3x 30mg
-Inj. Ondansentron 3x4 mg
-Inj. Ranitidine 3x1 amp
- Inj. Dexamethason 4x10mg
-Nifedipin 1x10mg
-PCT 4x750mg
-NAC 4x200 mg

12
●Hari 3
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : CMC
TD : 110/ 62 mmHg
Nadi : 70 x/ menit
Nafas : 18 x/ menit
Suhu : 36.5 ⁰C
Terapi :
-IVFD RL 1000 cc/24 jam
- Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
- Inj. Dexamethasone 3x10mg
- Inj. Ketorolac 3x 30mg
-Inj. Ondansentron 3x4 mg
-Inj. Ranitidine 3x1 amp

13
BAB IV
KESIMPULAN

Telah didiagnosis seorang pasien perempuan berusia 34 tahun dengan


diagnosis G4P2A1H2 gravid preterm 27-28 minggu + eklampsia. Pasien datang
dengan keluhan kejang 5 kali smrs, kejang dirasakan diseluruh tubuh. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 160/100 mmHg, nadi 110x/menit,
nafas 22x/menit.
Tindakan yang diambil untuk pasien ini adalah kontrol keadaan umum
dan vital sign pasien, pemasangan IVFD RL,pemasangan kateter dan pemberian
MgSO4 40%. Jika hasil labor dan TTV pasien dalam keadaan stabil maka segera
lakukan SCTPP agar tidak membahayakan kondisi ibu dan janin.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Andalas M, Ramadana AK, Rudiyanto R. EKLAMPSIA POSTPARTUM:


SEBUAH TINJAUAN KASUS. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala. 2017
Apr;17(1):13-7.

2. Anggraeni W, Pramono BA. Analisis Faktor Risiko terhadap Luaran


Maternal dan Perinatal Pada Kasus Eklampsia di RSUP Dr Kariadi Tahun
2016-2017 (Doctoral dissertation, Faculty of Medicine Diponegoro
University). 2017;7(1):28-4.

3. Lalenoh DC. Preeklampsia Berat dan Eklampsia: Tatalaksana Anestesia


Perioperatif. Deepublish; 2018;2(1):12-1.

4. Rozikhan. Faktor-faktor Resiko Terjadinya Eklampsia di RS Soewondo


Kendal. Universitas Diponegoro. Semarang: 2007
5. Alpiansyah,angga, Rodiani. Primigravida hamil 37 minggu dengan eklampsia
antepartum. Fakultas kedokteran Universiatas Lampung:2017
6. Ika, Paulina, Mindo sinaga, H.A Fernandez. Faktor Resiko Kejadian Pre-
eklampsia Pada Ibu Hamil. Kupang:2015
7. Saifudin, Abdul Bari, Trijatmo Rachimhadhi, Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan
Sarwono Prawirohardjo.Edisi ke empat,cetakan ke lima. Jakarta. 2016
8. Santoso, Budi Iman. Preeklampsia- Eklampsia. Fakultas kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta.2017
9. Istifadah, Nabila, Mussia, Nur Riska Rahmawati. Gambaran faktor resiko
penyebab preeklampsia/eklampsia pada ibu hamil. Jurnal Kesehatan Vol.3
NO.1. Jember:2013
10. Umar,Mareza Yolanda, Psiari Kusuma Wardani. Faktor- faktor yang
berhubungan dengan kejadian pre-eklampsia pada perempuan bersalin. Jurnal
Kesehatan 2(1):45-50. Jakarta: 2017
11. Sjahjadi, Novilla rezka. Impending Eklampsia dan Oedem Paru.
Pekanbaru:2017

15

Anda mungkin juga menyukai