NPM : 2006599392
Lembaga Islam
A. Masjid
1. Pengertian Masjid
➢ Secara etimologi kata masjid merupakan isim makan dari kata ‘sajada”-
“yasjudu”-“sujudan”, yang artinya tempat sujud, dalam rangka beribadah kepada
Allah, atau tempat untuk mengerjakan shalat.
➢ Pengertian masjid secara sosiologis, yang berkembang pada masyarakat Islam
Indonesia, ia dipahamai sebagai suatu tempat atau bangunan tertentu yang
diperuntukkan bagi orang-orang muslim untuk mengerjakan shalat, baik secara
perorangan maupun berjamaah. Ia juga diperuntukkan untuk ibadah-ibadah lain
dan melaksanakan shalat Jum’at.
2. Fungsi Masjid
1) Melaksanakan ibadah mahdhah seperti shalat wajib, shalat sunnah, sujud, i’tikaf,
dan shalat-shalat sunnah yang bersifat insidental seperti shalat 'Ied, shalat gerhana,
dan sebagainya;
2) Sebagai pusat pendidikan dan pengajaran Islam;
3) Sebagai pusat informasi Islam;
4) Tempat penyelesaian perkara dan pertikaian, menyelesaikan masalah hukum dan
peradilan serta menjadi pusat penyelesaian berbagai problem yang terjadi pada
masyarakat;
5) Masjid sebagai pusat kegiatan ekonomi, yang dimaksud kegiatan ekonomi, tidak
berarti sebagai pusat perdagangan atau industri, tetapi sebagai pusat untuk
melahirkan ide-ide dan sistem ekonomi yang Islami, yang melahirkan kemakmuran
dan pemerataan pendapatan bagi umat manusia secara adil dan berimbang;
6) Sebagai pusat kegiatan sosial dan politik. Kegiatan sosial tidak bisa dipisahkan dari
masjid sebagai tempat berkumpulnya para jamaah dalam berbagai lapisan
masyarakat.
Memahami adab terhadap masjid sangatlah penting bagi umat Islam. Hal ini
dimaksudkan agar kita tidak salah faham dalam memfungsikan masjid dan berinteraksi
di dalamnya dari segi syariah. Berikut ada beberapa adab terhadap masjid yang harus
diwujudkan, yaitu:
1) Membangun masjid, menjaga kebersihannya dan rajin pergi ke masjid dalam rangka
memakmurkannya dengan berbagai kegiatan positif yang didasari dengan ikhlas
karena Allah.
2) Pergi ke masjid dengan menggunakan pakaian yang sebaik-baiknya, yakni pakaian
yang menutup aurat baik laki-laki maupun perempuan. Berpakaian yang baik adalah
yang memenuhi standar agama, yakni tidak menyingkap, tidak membentuk tubuh
dan tidak transparan.
3) Melangkahkan kaki kanan terlebih dahulu ketika masuk ke masjid dan membaca doa
dengan doa sesuai yang diajarkan Rasulullah SAW.
4) Melaksanakan shalat tahiyatul masjid sebelum duduk.
5) Tidak boleh berjalan di depan orang yang sedang shalat.
6) Wanita dibolehkan datang ke masjid, baik untuk shalat berjamaah, mengikuti
pengajian atau aktivitas lainnya yang sesuai dengan misi masjid. Namun jika wanita
itu sedang berhalangan atau sedang haid dan nifas maka dilarang baginya untuk
berdiam diri (i’tikaf) di masjid. Imam Syafi’i membolehkan wanita yang sedang haid
atau nifas berlalu di dalam masjid jika ia yakin tidak akan mengotori masjid. Karena,
hukum mengotori masjid dengan najis atau kotoran lainnya adalah haram. Juga
karena terdapat riwayat Aisyah yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda
kepadanya: “Ambilkan aku sajadah (tikar) dari masjid. Maka aku menjawab, Aku
sedang haid, lantas Nabi Muhammad SAW bersabda:”Sesungguhnya haidmu tidak
terletak di tanganmu” (HR Muslim)
7) Berdoa saat keluar dari masjid, dan hendaklah melangkahkan dengan kaki kiri
terlebih dahulu.
B. Lembaga Pendidikan Islam
➢ Lembaga menurut KBBI adalah bakal dari sesuatu, asal mula yang akan menjadi
sesuatu, bakal, bentuk, wujud, rupa, acuan, ikatan, badan atau organisasi yang
mempunyai tujuan jelas terutama dalam bidang keilmuan.
➢ Menurut Ensiklopedia Indonesia, lembaga pendidikan yaitu suatu wadah pendidikan
yang dikelola demi mencapai hasil pendidikan yang diinginkan.
➢ Secara terminologi lembaga pendidikan Islam adalah suatu wadah, atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan Islam. Lembaga pendidikan itu bersifat konkrit
berupa sarana dan prasarana dan juga bersifat yang abstrak, dengan adanya norma-
norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penanggung jawab pendidikan itu
sendiri.
1) Pesantren.
Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang
tradisional di Indonesia. Menurut para ahli, lembaga pendidikan ini sudah ada
sebelum Islam datang ke Indonesia. Oleh karena itu, namanya berasal dari dua kosa
kata bahasa asing yang berbeda. Pondok berasal dari bahasa Arab funduq yang
berarti tempat menginap atau asrama (Zamakhsyari Dhofier, 1983:18), sedangkan
pesantren dengan awalan “pe” dan akhiran “an”, berasal dari kata santri, bahasa
Tamil yang berarti para penuntut ilmu (Yusuf Amir Feisal, 1984:19) atau diartikan
juga juru mengaji (Zamakhsyari Dhofier, 1983:18). Karena makna yang dikandung
oleh namanya itu, sebuah pesantren, selalu mempertahankan unsur-unsur aslinya,
yaitu: (a) pondok; (b) masjid; (c) pengajian kitab-kitab klasik yang disebut kitab-
kitab kuning; (d) santri; dan (e) kiai atau guru mengaji (Zamakhsyari Dhofier,
1983:43). Kelima unsur ini, selalu ada dalam setiap pondok pesantren.
2) Madrasah.
Pada permulaan abad ke-20 muncul lembaga pendidikan Islam baru yang disebut
madrasah. Perkataan madrasah berasal dari bahasa Arab darasa yang artinya belajar.
Dengan demikian, madrasah berarti tempat belajar. Lembaga pendidikan baru ini
hadir di tengah-tengah dunia pendidikan Islam di Indonesia, terutama di luar Jawa,
karena berbagai dorongan dan alasan: (1) sebagai manifestasi dan realisasi cita-cita
pembaharuan dan sistem pendidikan Islam di Indonesia; (2) sebagai salah satu usaha
menyempurnakan sistem pendidikan pesantren, yang dipandang tidak
memungkinkan lulusannya memperoleh kesempatan kerja seperti sekolah umum
yang didirikan oleh Pemerintah Belanda; (3) adanya sikap sementara umat Islam
yang lebih condong mengikuti sistem pendidikan model Barat yang lebih
memungkinkan (anak-anak) mereka maju dalam ilmu, ekonomi, dan teknologi.
3) Sekolah Islam.
Lembaga pendidikan Islam ketiga ini merupakan pengembangan madrasah dengan
falsafah pendidikan yang dipengaruhi oleh ajaran Barat. Kurikulumnya lebih dekat
pada kurikulum sekolah-sekolah umum. Kendatipun predikatnya Islam, namun
pelajaran Islam kurang mendapat tempat dalam kurikulumnya. Yang diutamakan
adalah persamaan status dan pengakuan yang sama dengan sekolah umum. Antara
sekolah umum dengan sekolah Islam ini terdapat persamaan, hanya dalam
pelaksanaan pengajaran agamanya saja yang berbeda.
Lembaga Pendidikan Islam adalah sistem norma yang didasarkan pada ajaran Islam,
dan sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan umat Islam. Kebutuhan itu
bermacam-macam, antara lain kebutuhan keluarga, hukum, ekonomi, politik, sosial,
budaya, termasuk kebutuhan pendidikan. Sebagai lembaga, ia mempunyai beberapa
fungsi, di anataranya adalah: (1) memberikan pedoman pada anggota masyarakat
(muslim) bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi
berbagai masalah yang timbul dan berkembang dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok mereka; (2) memberikan pegangan kepada
masyarakat dalam melakukan pengendalian sosial menurut sistem tertentu yakni sistem
pengawasan tingkah laku para anggotanya; dan (3) menjaga keutuhan masyarakat.