Anda di halaman 1dari 79

Collaborative Learning

Fisioterapi Pada
Fraktur
Kelompok 3 Musculoskeletal
Our Members

Aulya Sabilla Etik Williati Fathia Dheanisa


2006481171 2006480572 2006599392

Rheza Narawangsa Tiffanie


Rabbani Prajaningtyas
2006599455 2006478391
Fracture Ankle Join

Fraktur Collum Humeri Hip Fracture

Colles Fracture Fracture Patella

Fracture Clavicula Fracture Tibia Fibula


Humeral Collum
Fracture
Fraktur collum humerus adalah
Definisi
hilangnya kontinuitas tulang
humerus pada bagian collum
anatomicum atau collum
chirurgicum.
Etiologi
Mekanisme cedera pada fraktur collum
humerus terjadi akibat jatuh pada tangan
yang dapat memuntir humerus sehingga
menyebabkan fraktur spiral. Jatuh pada
siku saat lengan pada posisi abduksi dapat
merusak tulang menyebabkan fraktur
oblik atau melintang (Helmi, 2012).

(Traumatik)
Gejala
Tanda dan gejala yang ditemukan pada
pasien post operasi fraktur collum
humeri dengan pemasangan plate and
screw yaitu, nyeri, deformitas,
kekakuan/ instabilitas pada sendi,
pembekakan / oedema, kelemahan otot,
gangguan atau hilangnya fungsi,
gangguan sensibilitas Komplikasi awal yaitu, syok, kerusakan
arteri, sindrom kompartemen, avaskular
nekrosis (AVN), sindrom emboli lemak
(FES – Fat Embolism Syndrom).

Komplikasi lama yaitu, kekakuan bahu,


delayed union, Non – union, mal union
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi :
Inspeksi Statis, Memperhatikan daerah yang fraktur yaitu daerah colles frakture à
inflamasi (5 tanda), oedema
Inspeksi Dinamis, Cara menggerakkan tangan > kaku, terbatas, nyeri; Dinamika
gerak > kaku
Palpasi : terdapat fraktur dengan pergeseran minimal, peningkatan suhu lokal,
oedema.
Tes orientasi: pengecekan ROM
PFGD:
aktif : gerakan terbatas
pasif : ROM tidak full, namun lebih luas dari gerakan aktif. Pasien sangat nyeri.
TIMT : tes diberikan sesuai dengan waktu ambang nyeri.
Diagnosis
Impairment :
(1) Adanya penurunan luas gerak Functional
sendi pada Bahu
(2) Timbulnya nyeri tekan dan gerak limitation:
pada bahu yang terdampak
Adanya gangguan gerak pada
(3) Adanya penurunan kekuatan otot- bahu yang terdampak belum
otot rotator ciff dan deltoid mampu untuk membawa barang
Retriction and berat, belum mampu meraih
keatas, belum mampu memakai
participation baju secara mandiri

adanya hambatan dalam


melakukan aktivitas sosial antara
pasien dengan keluarga dan
masyarakat.
Intervensi Fisioterapi
Modalitas dan aplikasi fisoterapi
Pelaksanaan terapi yang diberikan meliputi :
a. Infra Red (IR) Alat diatur sehingga lampu IR menjangkau daerah yang diterapi
yaitu shoulder kiri bagian proksimal dengan posisi lampu tegak lurus pada area
yang diterapi. Jarak lampu dengan area terapi yaitu 30 – 45 cm. Setelah semuanya
siap hidupkan lampu dan atur waktu 15 menit.
b. Free active movement Latihan ini dilakukan pada shoulder kiri dan pasien bebas
melakukan gerakan sendiri sesuai aba-aba dari terapis. 10
c. Active asissted movement Latihan ini dilakukan secara aktif oleh pasien dengan
sedikit bantuan dari terapis.
d. Relaxed passive movement Latihan ini dilakukan secara aktif oleh terapis tanpa
ada gerakan dari pasien.
COLLES
FRACTURE
Definisi
Fraktur Colles adalah trauma yang sering terjadi pada
pergelangan tangan manula yang biasanya mengalami
osteoporosis. Secara klasik fraktur ini terjadi setelah
adanya jatuh bertumpu pada tangan yang teregang.
Garis fraktur biasanya berada 2,5cm disebelah
proksimal pergelangan tangan dan fragmen distalnya
berpindah tempat ke posterior (deformitas
menyerupai garpu bila dilihat dari samping) dan ke
radial sering kali disertai beberapa derajat
pemendekan tulang akibat impaksi beberapa bagian
komponen (Faiz & Moffat, 2004).
Etiologi
Menurut etiologinya Fraktur Colles dibagi menjadi tiga, yaitu :
Fraktur disebabkan trauma langsung maupun tidak langsung,
Fraktur yang disebabkan Osteoporosis
Osteoporosis terjadi karena ketidak seimbangan antara resorbsi
tulang dan pembentukan tulang. Tempat yang paling sering terkena
fraktur akibat dari osteoporosis adalah koluma femoris dan radius distalis
yang terjadi karena jatuh. Hal ini dapat dimengerti karena pada lansia
terjadi penurunan reflex keseimbangan.
Fraktur karena keadaan patologis. Pada kasus ini fraktur disebabkan
karena trauma yang terjadi karena kecelakaan. (Seputar Kedokteran,
2008)
Jenis Fraktur Colles
Fraktur Colles terbuka : semua fraktur Colles terbuka di mana ujung distal jari-jari,
setelah patah, menonjol dari kulit karena laserasi yang terakhir.
Fraktur Colles comminuted : semua fraktur Colles comminuted di mana ujung distal
jari-jari di beberapa titik yang berbeda. Sinonim dari comminute adalah multi-
terfragmentasi.
Fraktur Colles intra-artikular : semua fraktur Colles adalah intra-artikular, di mana
bagian ujung distal (permukaan artikular) yang berinteraksi dengan skafoid dan bulan
sabit dan membentuk artikulasi pergelangan tangan.
Fraktur Colles ekstraartikular: semua fraktur Colles adalah ekstraartikular di mana
pecahnya ujung distal jari-jari tidak mengubah anatomi normal sendi pergelangan
tangan.
Gejala
Tanda-tanda radang yang ditemukan pada pasien pasca operasi fraktur colles dengan
Kirschner Wire adalah peradangan akut. Biasanya disertai dengan gejala sistemik
(konstitusional), yaitu badan penderita timbul demam, malaese (aras-arasan), lekositosis.
Gambaran makroskopis peradangan dikenal sebagai tanda pokok peradangan, seperti :
pembengkakan, merah, panas, rasa nyeri, dan gangguan fungsi. Dalam bahasa latin
disebut juga tumor, rubor, kalor, dolor dan functio laesa (Hudaya, 2003).

Nyeri di bagian pergelangan tangan


Tangan bengkak
Memar
Pergelangan tangan bengkok secara abnormal
Keterbatasan gerak
Penurunan kekuatan otot
Gangguan aktivitas fungsional
Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi Statis, Memperhatikan daerah yang fraktur yaitu daerah colles frakture à
inflamasi (5 tanda), oedema
2. Inspeksi Dinamis, Cara menggerakkan tangan > kaku, terbatas, nyeri; Dinamika
gerak > kaku
3. Palpasi : terdapat fraktur dengan pergeseran minimal, peningkatan suhu lokal,
oedema.
4. Tes orientasi: pengecekan ROM
5. PFGD:
aktif : gerakan terbatas
pasif : ROM tidak full, namun lebih luas dari gerakan aktif. Pasien sangat nyeri.
TIMT : tes diberikan sesuai dengan waktu ambang nyeri.
Diagnosis
Impairment : Functional
limitation:
(1) Adanya penurunan luas gerak
sendi pada pergelangan tangan Adanya gangguan gerak pada
kanan. pergelangan tangan kanannya,
(2) Timbulnya nyeri tekan dan belum mampu untuk membawa
gerak pada pergelangan tangan barang berat, belum mampu
kanan. menggenggam dengan kuat
(3) Adanya penurunan kekuatan Retriction and karena adanya kekakuan pada
otot-otot fleksor dan ekstensor sendi
pergelangan tangan kanan. participation
adanya hambatan dalam
melakukan aktivitas sosial
antara pasien dengan keluarga
dan masyarakat.
Prognosis
Butuh waktu sekitar 6 bulan sampai 1 tahun untuk
pasien agar sepenuhnya oulih dari colles fracture
Intervensi Fisioterapi
IR (Infra Red)
Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan panjang
gelombang 7700-4 juta Ǻ, letak diantara sinar merah dan hertzain. (Sujatno, Ig, 2003)
yang memberikan efek fisiologis dan efek terapeutik pada area yang sakit.
Massage
Massage menurut Gertrude adalah suatu manipulasi yang dilakukan dengan tangan
ditujukan pada jaringan lunak tubuh, untuk tujuan mendapatkan efek baik pada
jaringan saraf, otot, sistem pernafasan, peredaran darah dan limfe yang bersifat
setempat dan menyeluruh (Alimah, S. 2000)
Intervensi Fisioterapi
Terapi Latihan
Terapi latihan ini merupakan salah satu tindakan yang dalam pelaksanaannya menggunakan
gerak tubuh baik secara aktif maupun pasif. (Kisner, 2007).
Terdiri dari :

a) Passive Exercise Passive exercise adalah suatu latihan yang dilakukan dengan gerakan yang
dihasilkan dengan tenaga atau kekuatan dari luar tanpa adanya kontraksi otot (Kisner,
2007).Gerakan yang termasuk dalam latihan passive exercise yaitu :
1. Relax passive movement yaitu gerakan pasif dimana gerakan hanya terbatas sampai rasa
nyeri.
2. Forced passive movement yaitu gerakan dengan memberikan penguluran selama gerakan
tersebut terjadi, pemberian fiksasi dan penekanan yang mantap pada akhir gerakan.
Intervensi Fisioterapi
b) Active Exercise Active Execise adalah latihan gerak aktif dengan menggerakkan suatu
segmen tubuh yang dilakukan karena adanya kekuatan otot dari tubuh itu sendiri.Gerakan
yang termasuk dalam latihan ini yaitu :

1. Assistive active exercise yaitu gerakan yang terjadi oleh karena adanya kerja dari otot
yang bersangkutan, melawan pengaruh gravitasi dan dalam melakukan kerja dibantu oleh
kekuatan dari luar.
2. Free active exercise yaitu gerakan yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa adanya
bantuan dimana gerak yang dihasilkan adalah kontraksi otot dengan melawan gaya
gravitasi.
FRAKTUR
KLAVIKULA
Definisi
Fraktur Clavikula, yaitu putusnya hubungan
tulang clavicula yang disebabkan oleh
trauma langsung dan tidak langsung pada
posisi lengan berputar / tertarik keluar
(outstretched hand), dimana trauma
dilanjutkan dari pergelangan tangan
sampaiclavicula, trauma ini dapat
menyebabkan fraktur clavicula.
Definisi
Fraktur 1/3 medial clavicula yaitu fraktur
yang terjadi pada sepertiga bagian
medial bahu. Fraktur 1/3 lateral clavicula
yaitu fraktur yang terjadi pada sepertiga
bagian lateral bahu.
Fraktur 1/3 mid clavicula yaitu fraktur
yang terjadi pada sepertiga bagian
tengah bahu.
Fraktur Clavicula dekstra 1/3 lateral
yaitu putusnya hubungan tulang
clavicula pada sepertiga bagian lateral
bahu kanan
Etiologi
Trauma mendadak yang disebabkan oleh kekerasan langsung atau
tidak langsung. Kekerasan langsung terjadi bila tenaga traumatik
diberikan langsung pada tulang, selain tulang, jaringan lunak juga
pasti rusak. Sedangkan kekerasan tidak langsung dapat berupa
pemuntiran, penekukan, penekanan atau penarikan, yang bisa
menyebabkan tulang mengalami fraktur, kerusakan jaringan lunak
mungkin tidak ada.
Kelelahan pada tulang akibat aktivitas yang berlebihan.
Keadaan patologis misalkan kelemahan pada tulang akibat adanya
tumor, kanker, osteoporosis (Appley, 2000).
Gejala
Adanya nyeri.
Adanya oedema.
Keterbatasan LGS.
Penurunan kekuatan otot.
Penurunan kemampuan aktivitas fungsional.
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi
(a) inspeksi statis: tanda-tanda radang,
kesimetrisan bahu Gerak dasar aktif (bahu kanan-
(b) dinamis: bergerak fleksi, abduksi pada kiri)
bahu kanan-kiri. bergerak fleksi dan abduksi bahu

Palpasi Gerak dasar pasif (bahu kanan-


Dari palpasi ini didapatkan hasil: kiri)
(a) pemeriksaan nyeri tekan pada daerah digerakkan ke arah fleksi atau
bahu, abduksi, spasme otot.
(b) perbedaan suhu,
(c) spasme pada otot-otot leher.
Pemeriksaan Spesifik
Pemeriksaan derajat nyeri dengan Visual Analogue Scale.

Parameter untuk pengukuran skala nyeri secara obyektif dengan


menggunakan skala Visual Analog Scale ( VAS ). Skala VAS merupakan sebuah
garis lurus mendatar sepanjag 10 cm tanpa penanda. Di ujung kiri (0cm) tertulis
“ tanpa nyeri’, dan di ujung kanan (10 cm) tertulis “ nyeri tak tertahankan”.
Prosedur pelaksanaan , pasien diberi penjelasan tentang cara mengisi dan
memberi titik pada garis, penilaian VAS dihitung berdasarkan jarak dari 0
sampai tanda yang dibuat oleh pasien yang mencerminkan derajat nyeri yang
diperiksa.
Diagnosis
Impairment : Functional
limitation:
Adanya oedema pada lengan kanan
atas, terdapat nyeri gerak pada Pasien belum mampu miring ke
sendi bahu kearah fleksi kanan dan ke kiri, duduk secara
ekstensi,abduksi adduksi karena mandiri, dan adanya gangguan
adanya fraktur, adanya aktivitas seperti makan,
keterbatasan lingkup gerak sendi dressing, dan toileting.
kearah fleksi ekstensi, abduksi
adduksi, adanya penurunan Retriction and
kekuatan otot penggerak sendi
bahu. participation
Pasien belum mampu
melakukan aktivitas/kegiatan
sehari-hari
Prognosis
Quo ad vitam adalah mengenai hidup dan matinya penderita. Quo ad vitam baik
apabila keadaan yang ditimbulkan fraktur dan tindakan setelah operasi tidak
mengancam jiwa manusia.
Quo ad sanam adalah mengenai penyembuhan. Quo ad sanam baik apabila pada
proses penyembuhan tidak terjadi komplikasi.
Quo ad fungsionam adalah menyangkut kemampuan fungsional penderita. Quo
ad fungsionam baik apabila mendapat penanganan fisioterapi secara tepat dan
benar.
Quo ad cosmeticam adalah ditinjau dari segi kosmetik, akan baik apabila setelah
penanganan operasi tidak terjadi deformitas sehingga tidak mengganggu
penampilan penderita.
Intervensi Fisioterapi
Breathing exercise
Breathing exercise merupakan salah satu teknik pernafasan dengan cara
menarik nafas lewat hidung (inspirasi) dan mengeluarkan melalui mulut
(ekspirasi). Teknik latiahn pernafasan yang digunakan pada kasus ini
adalah deep breathing exercise. Teknik ini menekankan pada inspirasi
maksimal dan panjang lalu dihembuskan dengan perlahan sampai akhir
ekspirasi yang bertujuan mempertahankan alveolus agar tetap
berkembang, mobilisasi thorak dan mempertahankan volume paru agar
mencegah timbulnya komplikasi paru pada pre operasi akibat bed rest.
Intervensi Fisioterapi

Static Contraction
Static contaction merupakan salah satu terapi latihan dengan cara
mengkontraksikan otot-otot tanapa disertai perubahan panjang otot
maupun pergerakan sendi (Kisner, 2007). Tujuan dari static contraction
adalah meningkatkan tonus otot, mengurangi oedema sehingga nyeri
akan berkurang dan peredaran darah lancar.
Intervensi Fisioterapi
Active movement exercise
Active movement exercise merupakan gerakan yang dilakukan oleh
tubuh sendiri tanpa bantuan. Tujuan active movement exercise
(1) memelihara dan meningkatkan kekutan otot,
(2) mengurangi bengkak pada daerah sekitar fraktur (Kisner, 2007).
ANKLE
FRACTURE
DEFINISI
Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas dari tulang, ankle
fractur berarti adanya kontinuitas
yang terpotong pada tulang di
bagian ankle, Fraktur sendi
pergelangan kaki lebih sering
terjadi pada orang dewasa. (kannus
et al.)

https://www.orthobullets.com/trauma/1047/ankle-fractures
ETIOLOGY
Fraktur pergelangan kaki disebabkan oleh trauma
seperti jatuh, cedera terplintir, dan cedera terkait
olahraga, oleh karena itu tidak hanya terjadi pada orang
tua, tetapi juga pada populasi muda dan aktif.

Ada sejumlah faktor risiko yang terkait dengan peningkatan risiko mengalami patah tulang kaki
dan pergelangan kaki termasuk merokok, diabetes, obesitas, jatuh dan/atau patah tulang
sebelumnya, tingkat aktivitas fisik yang sangat tinggi atau rendah, dan kepadatan mineral tulang
(BMD) yang rendah. Untuk individu yang lebih tua di atas usia 50, faktor risiko tambahan
termasuk jenis kelamin perempuan, komorbiditas dan beberapa obat.

Tingkat aktivitas yang lebih tinggi pada pria yang lebih muda, terutama dalam pengambilan risiko
dan aktivitas olahraga, mungkin menjelaskan tingginya tingkat patah tulang pergelangan kaki
dan kaki pada kelompok usia ini. Wanita yang lebih muda, di bawah usia 50 tahun, kurang aktif
dibandingkan pria, namun mereka memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk jatuh, di kemudian
hari yang bertepatan dengan pengeroposan tulang pascamenopause, yang mengakibatkan
peningkatan risiko patah tulang.
Klasifikasi
Fraktur tipe A: di bawah ketinggian plafon tibialis
(sindesmosis) dan mungkin berhubungan dengan fraktur
malleolar medial miring atau vertikal

Fraktur tipe B: setinggi plafon tibialis (sindesmosis) dan


meluas ke proksimal secara miring

Fraktur tipe C: proksimal setinggi plafon tibialis dan sering


disertai cedera sindesmotik. Ini dapat dikaitkan dengan
fraktur malleolus medial atau cedera pada ligamen deltoid
Physical Examination
Karena fraktur pergelangan kaki sering muncul dengan gejala yang mirip dengan keseleo pergelangan kaki,
pemeriksaan lengkap dan menyeluruh dari ekstremitas yang terlibat diperlukan untuk menghindari kesalahan
diagnosis dan mencegah radiografi yang tidak perlu.
Indikator yang menunjukkan fraktur termasuk deformitas yang parah, pembengkakan (terutama perimalleolar),
nyeri tekan tulang, perubahan warna, dan ekimosis. Ketidakmampuan untuk menahan beban pada kaki yang
cedera juga menunjukkan adanya patah tulang. Konfirmasikan setiap deformitas yang terlihat dengan
memanipulasi area yang terkena dengan lembut.

Periksa dengan cermat apakah ada luka terbuka di dekat pergelangan kaki yang cedera.
Kaji status neurovaskular kaki dan pergelangan kaki. Bandingkan temuan dengan ekstremitas yang tidak
terpengaruh.

>Periksa keberadaan dan kualitas nadi arteri tibialis posterior. Doppler genggam dapat berguna untuk
mendokumentasikan patensi arteri.

>Periksa keberadaan dan kualitas nadi arteri dorsalis pedis. Perhatikan bahwa dorsalis pedis secara kongenital
tidak ada pada 10-15% populasi.

>Catat waktu pengisian kapiler.


Palpasi untuk nyeri tekan tulang fokal, terutama di sepanjang maleolus medial
dan lateral serta aspek posterior sendi. Jika memungkinkan, palpasi area yang
paling nyeri terakhir.

Kaji rentang gerak pasif dan aktif sendi pergelangan kaki, catat keterbatasan.
Selama fase akut langsung, sebagian besar pergelangan kaki pasien terlalu
lunak untuk bekerja sama dengan pengujian stres sendi.

Periksa lutut dan kaki ipsilateral, khususnya mendokumentasikan kondisi


fibula proksimal dan metatarsal kelima proksimal.
Test dan Pengukuran
Ottawa Rules

Ottawa Rules menentukan kebutuhan radiografi pada cedera pergelangan kaki akut. Alat skrining ini
dikembangkan karena kebutuhan akan cara yang cepat dan akurat untuk menghindari imaging yang
tidak perlu.

5 Komponen untuk Diuji:

A. Nyeri tekan tulang sepanjang 6 cm distal tepi posterior fibula atau ujung maleolus lateral
B. Nyeri tekan tulang sepanjang 6 cm distal tepi posterior tibia/ujung maleolus medial
C. Nyeri tekan pada dasar metatarsal ke-5
D. Nyeri tekan tulang di navicular
E. Ketidakmampuan untuk menahan beban baik segera setelah cedera dan selama 4 langkah selama
evaluasi awal
Sinar-X Pergelangan Kaki hanya diperlukan jika:
Ada rasa sakit di zona malleolar; dan,
Salah satu dari berikut ini:
Nyeri tekan tulang sepanjang 6 cm distal tepi posterior tibia atau ujung maleolus medial, ATAU
Nyeri tekan tulang sepanjang 6 cm distal tepi posterior fibula atau ujung maleolus lateral, ATAU
Ketidakmampuan untuk menahan berat badan baik segera maupun di unit gawat darurat selama empat langkah.

Serangkaian sinar-X kaki diindikasikan jika:


Ada rasa sakit di zona midfoot; dan,
Salah satu dari berikut ini:
Kelembutan tulang di dasar metatarsal kelima (untuk cedera kaki), OR
Kelembutan tulang di tulang navicular (untuk cedera kaki), OR
Ketidakmampuan untuk menahan berat badan baik secara langsung maupun di unit gawat darurat selama empat
langkah.
Harus dicatat bahwa kelompok-kelompok tertentu dikecualikan, khususnya wanita hamil, mereka dengan
kemampuan yang berkurang untuk mengikuti tes (misalnya; cedera kepala atau keracunan). Beberapa penelitian
sangat mendukung penggunaan Aturan Pergelangan Kaki Ottawa pada anak di atas 6 tahun (sensitivitas 98,5%)
[7]. Namun, kegunaannya pada anak-anak yang lebih muda belum diteliti secara menyeluruh.

Aturan asli dikembangkan hanya untuk cedera pergelangan kaki dan kaki, tetapi pedoman serupa telah
dikembangkan untuk cedera lain seperti aturan lutut Ottawa
Manajemen Fisioterapi
Fraktur yang stabil dengan fragmen yang
tidak bergeser atau hanya sedikit bergeser
dapat ditangani secara konservatif. Fraktur Mobilisasi sendi pasif
tipe A tidak perlu diimobilisasi dengan gips, Fraktur yang lebih signifikan diimobilisasi
tetapi dapat diperlakukan seperti ruptur dan memerlukan program rehabilitasi
ligamen eksternal pada orthosis pergelangan setelah pelepasan gips. Program harus
kaki yang menstabilkan untuk fungsi awal berpusat pada pasien dan
dengan menahan beban penuh yang mempertimbangkan tujuan dan aspirasi
disesuaikan dengan rasa sakit. pasien. Program cenderung mencakup
mobilitas pergelangan kaki, latihan
penguatan, latihan menahan beban dan
keseimbangan. Fisioterapis harus
memberdayakan pasien dengan latihan di
rumah dan memberikan pendidikan dan
saran.
Mobilisasi sendi pasif dapat digunakan untuk
mengatasi masalah nyeri dan kekakuan
sendi, agar dapat kembali beraktivitas lebih
awal. Untuk teknik ini, fisioterapis secara
manual menggeser permukaan artikular
sendi untuk menghasilkan gerakan osilasi.[
Teknik manual harus melengkapi program
yang mencakup latihan aktif.

Latihan strengthening mungkin bermanfaat


setelah patah tulang dan harus
dipertimbangkan sebagai pilihan rehabilitasi
penting oleh fisioterapi. Karena kehilangan
kekuatan adalah salah satu komplikasi paling
umum dari patah kaki atau pergelangan kaki.
HIP
FRACTURE
Definisi
Fraktur adalah diskontinuitas strutural pada tulang
sedangkan Hip merupakan bagian dari tulang panggul
yang berartikulasi dengan pangkal tulang femur pada
asetabulum. Jadi, Fraktur Hip adalah terminotogi
yang digunakan untuk menggambarkan fraktur tulang
femur pada daerah ujung atau pangkal proksimal yang
meliputi kepala sendi, leher, dan daerah trochanter.
Etiologi
Secara umum fraktur disebabkan oleh :
Benturan dan cedera (kecelakaan)
Kelemahan atau kerapuhan tulang akibat osteoporosis
Patah karena letih, patah karena otot tidak dapat mengabsorpsi energi
seperti karena berjalan kaki terlalu lama.

Fraktur hip lebih sering pada wanita dari pada laki- laki, alasannya :
Wanita memiliki tulang panggul lebih lebar yang cenderung mengalami
coxa vara (deformitas dari hip dimana sudut antara leher dan batang
tulang mengecil).
Wanita mengalami perubahan hormon post menopausal dan
berhubungan dengan meningkatnya insiden osteoporosis.
Harapan hidup wanita lebih panjang dari pria.
Gejala
Sebagian besar gejala patah tulang pinggul muncul setelah terjatuh,
tetapi bisa juga terjadi secara spontan. Gejala yang menunjukkan patah
tulang pinggul adalah:
Rasa sakit yang tidak tertahankan di bagian pinggul atau
selangkangan.
Tidak mampu berdiri atau bertumpu pada tungkai di bagian pinggul
yang cedera.
Tidak mampu mengangkat, menggerakkan, atau memutar tungkai.
Muncul memar dan bengkak di area sekitar pinggul.
Tungkai di pinggul yang cedera menjadi lebih pendek atau bengkok ke
sisi luar.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Inspeksi yaitu melihat dan mengevaluasi pasien secara visual dan merupakan metode
yang digunakan untuk mengkaji atau menilai pasien. Inspeksi ini bertujuan untuk
mengetahui keadaan fisik dan keadaan umum pasien.
Statis, mengamati keadaan fisik pasien pada saat diam.
Dinamis, mengamati keadaan fisik pasien pada saat bergerak.

Tes Cepat
Tes cepat adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui secara cepat kasus
yang dialami oleh pasien, sehingga dapat menentukan pemeriksaan selanjutnya yang
berhubungan dengan pasien.
Test dan Pengukuran
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar (PFGD), Pemeriksaan fungsi gerak yang meliputi gerak aktif, pasif,
dan isometrik.
PFGD Aktif, Pemeriksaan fungsi gerak yang dilakukan secara mandiri oleh pasien tanpa bantuan
dari orang lain atau terapis. Hasil yang didapat dari pemeriksaan fungsi gerak dasar aktif adalah
nyeri dan keterbatasan gerak.
PFGD Pasif, Pemeriksaan fungsi gerak yang dilakukan terapis sementara pasien dalam keadaan
pasif atau rileks. Hasil yang didapat dari pemeriksaan fungsi gerak dasar pasif adalah nyeri,
keterbatasan gerak dan end feel.
PFGD Isometrik, Pemeriksaan fungsi gerak yang dilakukan oleh pasien sementara terapis
memberikan tahanan dan dilakukan untuk setiap bidang gerak. Hasil yang didapat dari
pemeriksaan fungsi gerak dasar isometric adalah nyeri dan keterbatasan gerak.
Test dan Pengukuran
Tes Khusus
Palpasi, Pemeriksaan dengan cara menyentuh atau merasakan dengan tangan untuk
mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu lokal, tonus otot, dan oedem.
Nyeri, Pemeriksaan nyeri dapat dilakukan dengan VAS. VAS adalah alat ukur nyeri yang
digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis,
dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri ujung kiri diberi tanda “no pain”
dan ujung kanan diberi tanda “bad pain” (nyeri hebat)
Pengukuran LGS, Lingkup gerak sendi adalah kemampuan gerak persendian tubuh untuk
dapat melakukan kegiatan sehari-hari. Gerak sendi merupakan suatu mekanisme hubungan
tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam lingkup geraknya.
Pengukuran LGS dapat dilakukan dengan menggunakan goniometer.

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu atau melengkapi
data untuk diagnosis pasien.
Identifikasi Masalah
Fisioterapi
Fraktur hip pada usia lanjut baik fraktur collum femur (intrakapsular)
maupun fraktur intertrochanter femur (ekstrakapsular) telah
diketahui sebagai “fraktur osteoporosis” dimana pasien merasakan
nyeri pada tungkai, ketegangan otot, menurunnya pergerakan,
deformitas (perubahan bentuk). Dari kondisi tersebut dapat
memperburuk kualitas hidup seseorang, khusunya pada lansia
dengan segara dapat mengakibatkan timbulnya kecacatan atau
bahkan tidak jarang kematian
Diagnosis
Impairment : Functional
- Nyeri pada tungkai limitation:
- Penurunan lingkup gerak sendi hip
- Adanya gangguan untuk
- Penurunan kekuatan otot
menggerakkan tungkai kaki untuk
- Penurunan fungsional tungkai dan
posisi jongkok, duduk, bersimpah,
aktivitas berjalan Retriction and dan jalan

participation
- Adanya hambatan dalam
melakukan aktivitas sosial anatara
pasien dengan keluarga dan
masyarakat
Prognosis

Fraktur hip jika tidak segera ditangani dapat


menyebabkan kecacatan fisik, stress pskilogis, depresi
bahkan kematian. Oleh karena itu, tatalaksana yang cepat
dan baik dapat membantu menghindari resiko tersebut.
Intervensi Fisioterapi
Infra Red atau sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik dengan
panjang gelombang 7700 Ẳ - 4 juta Ẳ, letak diantara sinar merah dan hertzain.
Free active movement, Merupakan gerakan aktif di mana pasien melakukan sendiri
gerakan tersebut dengan mengkotraksikan otot pada bagian tubuh tanpa adanya
bantuan dari luar.
Statik kontraksi Suatu metode terapi latihan yang bertujuan untuk mengurangi
nyeri dan spasme otot (Ebner, 1959).
Hold relaxed, Merupakan gerakan aktif yang dilakukan pasien dan diberi tahanan
oleh terapis, untuk menambah LGS dan mengurangi nyeri
Latihan Kemampuan Fungsional, latihan jalan dengan 2 kruk dengan metode PWB
dan berlatih untuk naik turun tangga.
Intervensi Fisioterapi
Edukasi, beberapa bentuk edukasi diberikan pada pasien fraktur hip
meliputi
Pasien disarankan untuk tetap menggerak-gerakan tungkai agar
stabilitas sendi tetap terjaga,
Pasien disarankan untuk menggunakan sepatu yang tinggi
sepatunya menyesuaikan panjang tungkai,
Pasien disarankan untuk menggunakan kursi yang ditaruh diatas wc
saat menggunakanya.
PATELLA
FRACTURE
Definisi
Suatu gangguan integritas tulang yang
ditandai dengan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dikarenakan
tekanan yang berlebihan yang terjadi pada
tempurung lutut
Klasifikasi berdasarkan pola fraktur
Comminuted:

Sebagai akibat dari trauma langsung (kebanyakan karena pukulan atau jatuh pada lutut yang
tertekuk)

Dapat menyebabkan kerusakan pada tulang rawan artikular patela dan kondilus femoralis.

Tansverse:

Sebagai akibat dari kontraksi otot/stres ekstensif pada mekanisme ekstensor, mis. kontraksi
quadriceps eksplosif setelah melompat dari ketinggian.

jenis yang paling umum

Suplai darah proksimal mungkin terganggu

Biasanya akibat hiperfleksi lutut

Marginal: Akibat jatuh pada lutut


Vertical
Lower/upper pole
Osteochondral
otot quadriseps berkonteraksi dengan hebat,
misalnya pada saat menekuk dengan keras.

ETIOLOGI jatuh dan mengenai langsung tulang patella

trauma
kecelakaan lalu lintas
Gejala
Keterbatasan gerak
Penurunan kekuatan otot
Gangguan aktifitas fungsional terutama gangguan jalan
Pembengkakan pada patella
Nyeri
Krepitasi
Perubahan warna lokal pada kulit
Jika diraba ada ruang pada fragmen patella
Didapatkan adanya cekungan dan klien tidak dapat
melakukan ekstensi anggota gerak bawah
Pemeriksaan Fisik Fisioterapi

Tanda - Tanda Vital

Kulit: warna kulit, tanda peradangan dan tekstur kulit


Inspeksi Hemarthrosis
Bengkak

Suhu kulit, denyutan arteri


Palpasi Jaringan lunak: spasme otot, atrofi otot
Nyeri tekan
Tulang: bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang

Kelemahan dalam mengekstensikan kaki melawan gravitasi.


Pemeriksaan Gerak Keterbatasan gerak
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui lokasi dan garis fraktur
X-ray Mengetahui tempat dan type fraktur

MRI Diagnosis cedera terkait pada tendon dan ligamen di dekatnya

Bone scane Untuk mengidentifikasi fraktur

Tes dan Pengukuran Khusus Fisioterapi


Tes gerak aktif Pemeriksaan Nyeri

Tes gerak pasif Pemeriksaan MMT

Tes gerak isometrik Pemeriksaan LGS


Diagnosis

Impairment : Functional limitation:


nyeri gerak pada sendi lutut Naik turun tangga
Adanya spasme pada otot Berjalan
quadrisesp, hamstring dan Berlari
gastrocnemius Memakai celana
Adanya keterbatasan LGS sendi lutut
Adanya penurunan kekuatan otot
hamstring, quadriceps
Adanya odema Retriction and participation
terhambat saat melakukan aktivtas
dengan menekuk berjalan lama
Keterbatasan dalam pekerjaan
Keterbatasan dalam beribadah
Keterbatasan dalam olahraga
Prognosis

Prognosis cedera tergantung pada jumlah kerusakan


kondral pada saat cedera. Hasil fungsional tergantung
pada kemampuan untuk mencapai rentang gerak yang
bebas rasa sakit dan stabil pada tahap awal
Intervensi Fisioterapi
1. Inframerah (IR)

2. Terapi Latihan

Static contraction atau isometrik adalah suatu terapi latihan dengan cara
mengkontraksikan otot tanpa disertai perubahan panjang olot maupun pergerakan
sendi. Bertujuan untuk mengurangi nyeri dan oedema jaringan selama fase
penyembuhan

Relaxed passive movement : gerak pasif yang dilakukan terapis dimana terdapat
penguluran selama gerakan sampai batas nyeri. Jenis terapi latihan ini dapat
memelihara LGS
Intervensi Fisioterapi

Latihan gerak aktif tanpa bantuan (free active exercise) : merupakan gerak aktif yang dilakukan secara
sadar tanpa bantuan dari luar dengan melawan gaya gravitasi. Jenis terapi latihan ini dapat
meningkatkan kekuatan otot, memelihara LGS, dan mengurangi oedema.

Latihan gerak aktif melawan tahanan (ressisted active exercise) : merupakangerak aktif yang dilakukan
pasien dimana terdapat tahanan dari terapis selama gerakan sampai batas nyeri. Jenis terapi latihan ini
bertujuan untuk memelihara kekuatan otot dan mencegah terjadinya penurunan kekuatan otot.

Hold relax adalah suatu teknik yang mengarah pada kontraksi isometrik rileksasi optimal dan kelompok
otot antagonis yang memendek, kemudian otot tersebut rileks

Latihan aktifitas fungsional


TIBIA FIBULA
FRACTURE
Definisi
Kaki bagian bawah terdiri dari dua tulang : tibia dan fibula . Tibia berukuran lebih
besar dan mendukung sebagian besar berat badan dan merupakan bagian
penting dari kedua sendi lutut dan sendi pergelangan kaki .

Fibula (tulang betis) adalah tulang panjang yang terletak di lateral tibia,
ukurannya lebih kecil.

Fraktur tibia merupakan tulang panjang yang paling umum retak dalam tubuh.
Karena berada langsung di bawah kulit, sering ditemukan juga fraktur terbuka.
Etiologi
Trauma
Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur di tempat
tersebut.
Trauma tidak langsung : Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan

Fraktur Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang
dan lain-lain.

Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri : usia lanjut
Gejala
Nyeri
Ketidakmampuan untuk berjalan
Deformitas dapat disebabkan karena pergeseran fragmen yang patah
Krepitasi yaitu teraba adanya derik tulang
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur
Untuk kasus pada balita (fraktur inkomplit/sedikit bergeser) ada tanda
bengkak atau benjolan di lokasi yang patah
Pemeriksaan fisik Fisioterapi
INSPEKSI -> melihat dan mengevaluasi pasien secara visual
01 Statis : Mengamati keadaan fisik pasien pada saat diam.
Dinamis : Mengamati keadaan fisik pasien pada saat bergerak2

TES CEPAT
02 pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui secara cepat kasus yang dialami
oleh pasien, sehingga dapat menentukan pemeriksaan selanjutnya yang
berhubungan dengan pasien
PFGD
Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar :
03 Aktif : tujuannya untuk mengetahui nyeri dan keterbatasan gerak.
Pasif : untuk mengetahui nyeri, keterbatasan gerak dan end feel.
Isometric : untuk mengetahui nyeri dan keterbatasan gerak.
Pengukuran Khusus
PENGUKURAN LGS
Lingkup gerak sendi adalah kemampuan gerak persendian tubuh untuk dapat
melakukan kegiatan sehari-hari. Gerak sendi merupakan suatu mekanisme hubungan
tulang yang digerakkan oleh otot ataupun gaya eksternal lain dalam lingkup geraknya.
Pengukuran LGS dapat dilakukan dengan menggunakan goniometer.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu atau
melengkapi data untuk diagnosis pasien.

PALPASI
Pemeriksaan dengan cara menyentuh atau merasakan dengan tangan untuk
mengetahui adanya nyeri tekan, spasme otot, suhu lokal, tonus otot, dan oedem.
Pengukuran Khusus
VAS
VAS adalah alat ukur nyeri yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan
secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan level
intensitas nyeri.

EKSPANSI THORAK
Kemampuan sangkar thorax untuk mengembang dan mengempis saat melakukan
inspirasi maupun ekspirasi. Pengukuran ekspansi thoraks dilakukan secara kuantitatif
menggunakan midline dengan satuan cm, yaitu dibagi menjadi 3 bagian axilla,
intercostal space ke-5 dan xypoideus
Diagnosis
Diagnosis patah tulang ditegakkan oleh dokter melalui pemeriksaan fisik
yang ditunjang oleh serangkaian tes (X-ray, CTscan, dll), dokter juga
akan memeriksa gejala yang pasien alami dan tentang bagaimana
kecelakaan/trauma itu terjadi. Dokter akan menilai tingkat keparahan
patah tulang, lokasi, keterlibatan sendi dan ligamen, ataupun jaringan
saraf radial dan tendon yang berguna untuk pengambilan keputusan
untuk penanganan.
Prognosis
Prognosis pada fraktur tibial plateau adalah :
Fraktur tibial plateau dapat menyebabkan kerusakan yang parah.
Insidensi arthritis post trauma dihubungkan dengan usia pasien,
lokasi dari pergeseran, dan reduksi.
Fraktur karena energy tinggi yang diterapi dengan fiksasi
eksternal hanya memiliki insidensi sebesar 5% mengenai masalah
luka.
Intervensi Fisioterapi
Static contraction
Static contraction adalah suatu terapi latihan dengan cara mengkontraksikan
otot tanpa disertai perubahan panjang otot maupun pergerakan sendi.

Relaxed Passive Exercise


Gerakan murni berasal dari luar atau terapis tanpa disertai gerakan dari
anggota tubuh pasien. Gerakan ini bertujuan untuk melatih otot secara pasif,
sehingga dengan gerak relaxed passive exercise ini diharapkan otot menjadi
rileks dan menyebabkan efek pengurangan atau penurunan nyeri akibat incise
serta mencegah terjadinya keterbatasan gerak serta menjaga elastisitas otot
Hold Relax
Intervensi Fisioterapi
Hold relax merupakan teknik latihan yang menggunakan kontraksi otot secara isometrik,
kelompok antagonis yang diikuti rileksasi kelompok otot tersebut (prinsip reciprocal inhibition).
Hold relax bermanfaat untuk rileksasi otot-otot dan menambah LGS.

Active Exercise
Active exercise terdiri dari assisted exercise, free active exercise dan resisted active exercise).

Latihan Transver Ambulasi


Latihan transver ambulasi merupakan aspek terpenting pada pasien. Latihan transver dilakukan
mulai dari tidur terlentang ke tidur miring, duduk long sitting, lalu duduk dengan posisi kaki
terjuntai dari tepi bed. Latihan ambulasi dapat dilakukan mulai dari duduk ke berdiri, duduk dari
bed pindah ke kursi, berjalan dengan menggunakan alat bantu jalan berupa kruk dengan
metode Non Weight Bearing.
Referensi
http://eprints.ums.ac.id/26878/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12522/6.BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
https://id.scribd.com/document/436329075/Fraktur-Hip
http://eprints.ums.ac.id/37470/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://docplayer.info/58415889-Penatalaksanaan-fisioterapi-pada-kasus-post-
operasi-fraktur-patella-sinistra-di-rsud-soehadi-prijonegoro-sragen.html
https://www.physio-pedia.com/Patellar_Fractures#cite_note-:7-16
https://fdokumen.com/document/fraktur-patella-5644c0a12d01e.html
http://eprints.ums.ac.id/32422/19/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
https://www.rssiagaraya.com/artikel/fraktur-tibia-fibula/
https://www.physio-pedia.com/Ankle_and_Foot_Fractures
https://emedicine.medscape.com/article/824224-workup#c7
http://eprints.ums.ac.id/26876/11/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
http://eprints.ums.ac.id/30776/9/NASKAH_PUBLIKASI.pdf
Terima kasih!
Ada pertanyaan untuk kami?

Anda mungkin juga menyukai