Anda di halaman 1dari 13

SCREENING

TUMBUH KEMBANG
DETEKSI TUMBUH KEMBANG
DDTK adalah kegiatan / pemeriksaan untuk menemukan secara dini
adanya penyimpangan tumbuh kembang agar lebih mudah dilakukan
penanganan selanjutnya.
DDTK penting dilakukan guna mengetahui pertumbuhan anak baik itu
mental, sikap, perbuatan yang merupan suatu tugas orang tua,
pendidik dan masyarakat untuk mengoptimalkan tumbuh kembang
anak sesuai dengan kemampuan yang dibawa anak sejak lahir
sehingga anak menjadi cerdas dan sehat, namun harus selalu
dipantau melalui deteksi dini tumbuh kembang anak secara rutin dan
teratur agar tidak terlambat apabila terjadi masalah dengan tumbuh
kembang anak.
DETEKSI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
ANAK SEKOLAH

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya nyeri muskuloskeletal di


sekolah yang dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu berat tas sekolah (berat
melebihi 10% dari berat badan), desain furnitur yang tidak sesuai dengan
antropometri anak sekolah, dan salah posisi duduk.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa desain bangku sekolah yang tidak
memperhatikan faktor ergonomik menjadi kontributor terpenting terjadinya nyeri
muskuloskeletal.
DETEKSI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
ANAK SEKOLAH

Umumnya anak-anak di sekolah dasar di Indonesia menggunakan fasilitas seperti


meja dan kursi sekolah kurang lebih selama 6 jam lamanya setiap hari ketika proses
belajar mengajar berlangsung.
Sikap duduk yang tidak benar dapat mengganggu perkembangan tulang belakang
anak, contohnya seperti posisi membungkuk ke depan/kebelakang dan skoliosis. Hal
ini membuktikan bahwa faktor meja dan kursi sekolah yang ergonomis akan membuat
anak merasa nyaman dan sehat sehingga tidak menimbulkan keluhan
muskuloskeletal
DETEKSI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
ANAK SEKOLAH

Anak-anak yang mengalami keluhan muskuloskeletal utamanya pada leher, bahu,


tulang belakang, pinggang, pantat, siku, paha dan pangkal kaki dapat mengurangi
konsentrasi anak selama belajar yang diakibatkan oleh ketidakergonomisan meja dan
kursi sekolah.
Terlihat dari bentuk meja dan kursi yang sama untuk semua murid, tetapi postur
murid-murid tersebut tidak semua sama satu dengan lainnya. Hal ini dianggap
merupakan faktor terpenting nyeri muskuloskeletal pada anak usia sekolah.
DETEKSI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
ANAK SEKOLAH

Karakteristik anak usia sekolah sendiri dapat dilihat dari perkembangan fisiknya
ditandai dengan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang melambat
dibandingkan dengan tahapan usia sebelumnya. Pada tahapan ini, anak mengalami
peningkatan kekuatan, kemampuan fisik, dan koordinasi tubuh. Tulang anak sekolah
terus mengalami osifikasi tetapi fungsi otot masih belum matang dibandingkan
dengan anak remaja. Oleh karena itu anak seharusnya mulai memperhatikan berat
beban yang dipikulnya sehari – hari karena kerja berlebih pada otot anak usia sekolah
dapat menimbulkan cidera.
DETEKSI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
ANAK SEKOLAH

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Legiran pada tahun 2014 di palembang,
bahwa penggunaan tas punggung dan berat tas punggung lebih dari 10% berat badan
pada siswa sekolah dasar berhubungan dengan prevalensi nyeri punggung yang di
alami oleh siswa sekolah dasar.
Selain itu aktivitas fisik yang berlebih pada anak juga diindikasi sebagai penyebab
munculnya keluhan muskoloskeletal. Anak yang lebih besar cenderung lebih agresif
dalam kegiatan dan olahraga mereka, sehingga meningkatkan risiko cedera pada
tulang, saraf dan jaringan lunak di tulang belakang.
DETEKSI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA
ANAK SEKOLAH

Teknik mengangkat beban juga merupakan faktor yang mempengaruhi keluhan


muskoloskeletal. Teknik mengangkat beban yang salah dapat membuat cidera pada
otot dan menimbulkan nyeri pinggang.
Menurut hasil penelitian Rina di semarang (2012) pada pekerja buruh gendong, ada
hubungan teknik mengangkat beban dengan keluhan nyeri pinggang yang dirasakan
oleh buruh gendong. Melihat hal tersebut akan lebih bahaya lagi jika teknik
mengangkat beban yang salah dilakukan oleh anak sekolah yang ototnya masih
belum matang.
KENAPA PERLU SKREENING
TUMBUH KEMBANG?

Skrining tumbuh kembang diperlukan akibat tingkat kesadaran


orang tua akan gangguan tumbuh kembang masih sangat
minim sehingga diperlukan adanya edukasi orang tua terkait
dengan tumbuh kembang anak sesuai usianya

Back to Overview
TUJUAN DETEKSI TUMBUH KEMBANG

Untuk memantau pertumbuhan dan


perkembangan anak, dan meminimalisir adanya
gangguan tumbuh kembang (Ayu Rosanti, et.al)
2020)
Salah satu faktor yang dapat memengaruhi atau menghambat
MANFAAT pertumbuhan dan perkembangan anak adalah ketidaktahuan
orang tua terkait proses perkembangan anak sesuai usianya
SCREENING dan bagaimana cara untuk menstimulasinya.
Pengetahuan tentang stimulasi ini akan membantu orang tua
BAGI ORANG menjadi sadar dan paham mengenai keterlambatan dalam

TUA tingkat perkembangan. Hal ini menunjukkan bahwa


pengetahuan tersebut akan membawa ibu untuk berpikir dan
berusaha supaya anaknya tidak mengalami penyimpangan
perkembangan atau kelainan pertumbuhan.
Pengetahuan ibu tentang perkembangan anak berkaitan erat
dengan hasil perkembangan anak yang positif. Peran ibu
sangat penting untuk menilai perkembangan anak dalam
pengamatan dengan mengidentifikasi tahapan perkembangan
yang sesuai
DETEKSI DINI PADA ANAK PRA SEKOLAH
TINGKATAN DETEKSI DINI MASALAH MENTAL EMOSIONAL PADA ANAK
PRASEKOLAH
DETEKSI Pemeriksaan dilakukan rutin setiap 6 bulan pada anak usia 36-
72 bulan, menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional.
TUMBUH Tanyakan dengan lambat, jelas, dan nyaring setiap poin pada
KMME, catat dan hitung jumlah jawaban Ya. Bila ada jawaban Ya
KEMBANG kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional.

DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN


HIPERAKTIVITAS (GPPH) PADA ANAK PRASEKOLAH
Untuk mengetahui adanya gangguan pemusatan perhatian dan
hiperktivitas pada anak usia 36 bulan keatas. Dilakukan atas
indikasi anak tidak dapat duduk tenang, selalu bergerak tanpa
tujuan dan tidak kenal lelah, perubahan suasana hati mendadak /
impulsive. Pemeriksaan dilakukan menggunakan formulir GPPH.
Bila total nilai 13 atau lebih kemungkinan anak mengalami GPPH.
DETEKSI DINI GANGGUAN MUSKULOSKELETAL PADA ANAK
TINGKATAN
Bayi hingga anak Pra sekolah:
DETEKSI GANGGUAN PERTUMBUHAN

TUMBUH
Kelainan bentuk tubuh : mikrocephali, tortikolis, CTEV, arthrogryphosis

KEMBANG
GANGGUAN PERKEMBANGAN
Kelainan kromosom : syndrome down, CDLS dll
Kerusakan syaraf otak : cerebral palsy, speech delay, delay development
Kelainan perilaku : hiperaktif, autism, dll

Sekolah Dasar
Kelainan bentuk tubuh : postur, alignment vertebra
SMP
Kelainan bentuk tubuh : postur, alignment vertebra
Cidera olahraga/sport injury
SMA
Cidera olahraga/sport injury

Anda mungkin juga menyukai