Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS DISLOKASI ELBOW DIRUANGAN

TERATAI RSUD UNDATA PALU

A. Konsep Teoritis

1. Definisi
Dislokasi adalah perpindahan suatu bagian. Dislokasi sendi atau disebut juga
luksasio adalah tergesernya permukaan tulang yang membentuk persendian terhadap
tulang lainnya. Dislokasi dapat berupa lepas komplet atau parsial , atau subluksasio.
Dislokasi elbow merupakan suatu injury berupa keadaan yang abnormal pada
region siku, dimana olecranon tidak berhubungan secara normal dengan epycondylus
humeri, atau bergesernya ulna ke belakang dari ujung bawah humeri. Dapat terjadi pada
anak-anak atau orang dewasa yang dikarenakan suatu trauma tidak langsung.
Dislokasi siku ini dapat menyebabkan robek ligament yang mempertahankan
stabilitas sendi siku. Bila tidak terjadi instabilitas, setelah reposisi dapat dimulai
mobilisasi segera, tetapi bila terjadi instabilitas, imobilisasi cukup dilakukan selama 3
minggu dalam gips baru kemudian dilakukan mobilisasi.
2. Anatomi fisiologi

Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius
yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama. Pada dasarnya di
dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi/ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan
supinasi. Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah
(radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna,
sementara itu radius juga berputar pada boros bujurnya sendiri.
Sendi radioulnar proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialis ulna
dan merupakan bagian dari sendi siku. Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan
tangan.Sendi siku sangat stabil yang diperkuat oleh simpai sendi yaitu ligamentcollateral
medial dan lateral. Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius.
Otot-otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii,
otot triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal
sejumlah otot yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi
radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan
tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6-7, otot ekstensor carpi radialis
brevis, berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan
tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 - servikal 7. Derajat “ulna
tilt” atau “ulna deviation” dari permukaan sendi ujung distal radius pada posisi anterior
posterior.
Normal, permukaan sendi ini letaknya miring menghadap ke ulnar. Derajat miring
nyadiukur dari besarnya sudut antara garis horizontal yang tegak lurus pada sumbu radius
dan garis yang sesuai dengan permukaan sendi. Normal : 15–30 derajat, rata -rata
23 derajat.
Alat-alat gerak yang meliputi ini ialah :
1. Posterior
Berbentuk cembung dan terdapat sekumpulan tendon/otot extensor yang mempunyai
fungsi ekstensi.
2. Anterior
Berbentuk cekung dan terdapat sekumpulan tendon/otot fleksor yang mempunyai
fungsi fleksi lengan bawah dan tangan.Dan pada bagian dalam ada:
mpronatorquadratus yang berjalan menyilang dan berfungsi terutama untuk pronas.
3. Lateral :
Tampakm. supinator longus yang mempunyai insersi pada procesus.styloideus radii
yang mempunyai fungsi utama sebagai supinasi.
3. Etiologi
Faktor utama penyebab dari keterbatasan gerak dari sendi siku ini karena
kesalahan atau tidak sempurnanya dalam proses reposisi dan imobilisasi, kurangnya
aktifitas pada sendi siku yang disebabkan karena nyeri, sendi siku yang immobile akan
menyebabkan statis pada vena dan spasme sehingga menyebabkan kekurangan oksigen
yang dapat menimbulkan reaksi timbulnya edema, eksudasi, dan akhirnya menyebabkan
kekakuan sendi sehingga menyebabkan keterbatasan gerak. Dapat juga terjadi karena :
a. Trauma : jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
1) Cedera pada olahraga
Olahraga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki, serta
olahraga yang berisiko jatuh, misalnya terperosok akibat bermain ski, senam,
volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami dislokasi
pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari pemain
lain.
2) Trauma yang tidak berhubungan dengan olahraga misalkan akibat benturan
karena terjatuh (dari ketinggian tertentu) ataupun akibat kecelakaan ketika
berkendara
b. Non traumatik akibat kelainan kongenital yaitu keadaan ligamen pada seseorang yang
jauh lebih kendur sehingga terjadi penurunan stabilitas dari daerah persendian
ataupun adanya penyakit tertentu yang mengakibatkan perubahan struktur dari daerah
persendian.
c. Patologis
Akibat destruksi tulang, misalnya tuberculosis tulang belakang. Dimana patologis:
terjadinya tear ligament dan kapsul articular yang merupakan komponen vital
penghubung tulang.
4. Patofisiologi
Cedera akibat olahraga dapat disebabkan karena beberapa hal seperti tidak
melakukan pemanasan yang benar sebelum melakukan olahraga sehingga dapat memicu
terjadinya dislokasi, yaitu cedera olahraga yang dapat menyebabkan terlepasnya
kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga struktur sendi dan ligamen
menjadi rusak. Keadaan selanjutnya terjadinya kompresi jaringan tulang yang terdorong
ke depan sehingga merobek kapsul atau menyebabkan tepi glenoid menjadi teravulsi
akibatnya tulang berpindah dari posisi yang normal. Keadaan tersebut disebut sebagai
dislokasi.
Begitu pula dengan trauma kecelakaan karena kurang hati-hati dalam melakukan
suatu tindakan atau saat sedang berkendara dimana tidak menggunakan helm atau sabuk
pengaman dapat memungkinkan terjadinya dislokasi. Trauma kecelakaan mengkompresi
jaringan tulang dari kesatuan sendi sehingga dapat merusak struktur sendi dan ligamen.
Keadaan selanjutnya yaitu terjadinya penekanan pada jaringan tulang yang terdorong ke
depan sehingga merobek kapsul sehingga tulang dapat berpindah dari posisi normal dan
menyebabkan dislokasi.
5. Pathway Keperawatan

trauma

Infeksi dari
penyakit lain Dislokasi pada sendi Kelainan kongietal

Trauma joint dislocation

Deformatis tulang

Gangguan bentuk dan


pergerakan

Kesulitan dalam Rasa tidak nyaman


menggerakan sendi karena inflamasi

HAMBATAN
NYERI Tidak nafsu makan
MOBILITAS FISIK

NUTRISI KURANG
DARI KEBUTUHAN
Informasi tidak adekuat kurang Ketidaknyamanan akibat
pajanan pengetahuan bentuk yang tidak normal

KURANG PENGETAHUAN Pengungkapan secara verbal


merasa malu, cemas dan takut tidak
diterima

ANSIETAS

KETERLAMBATAN
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK

Sumber : Sjamsuhidajat, 2010


6. Manifestasi Klinik
a. Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
b. Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan beban
c. Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas
d. Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian
e. Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna maupun bentuk
(adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang yang normal)
7. Pemeriksaan Penunjang
a. X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah persendian yang
mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna memastikan apakah terdapat fraktur
pada tulang di daerah persendian. Bisa juga dilakukan pemeriksaan radiologi melalui
CT-Scan ataupun MRI
b. Arteriogram : hal ini dilakukan untuk melihat apakah terdapat cedera pada pembuluh
darah di daerah persendian yang mengalami dislokasi.
8. Peñatalaksanaan
Secara umum, semua dislokasi harus dilakukan reduksi sesegera mungkin.
Penundaan reduksi dapat mengakibatkan terjadinya arthritis pasien post tramatik. Sendi
yang mengalami dislokasi harus diistirahatkan hingga edema jaringan lunak yang terjadi
berkurang dan memberikan kesempatam penyembuhan. Setelah itu pasien dapat mulai
melatih lingkup gerak sendi dengan functional brace, diikuti dengan fisioterapi untuk
mencapai lingkup gerak sendi yang sepenuhnya. Apabila tidak ada perbaikan maka
dapat dipertimbangkan untuk tatalaksana bedah. Untuk farmakologi dapat diberikan obat
anti inflamasi non-steroid (OAINS) jangka pendek, yang bertujuan untuk mengurangi
inflamasi dan nyeri pada sendi.
a. Relokasi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan
reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu
memanjang. Tindakan reposisi ini dapat dilakukan di tempat kejadian tanpa anastesi.
Namun tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka
diperlukan reposisi dengan anastesi lokal dan obat – obat penahan rasa sakit.
Reposisi tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,
disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita bahkan dapat
menyebabkan syok neurogenik, ataupun menimbulkan fraktur. Dislokasi sendi dasar
misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anestesi umum terlebih dahulu
sebelum direposisi.
b. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi
gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran
sendi, sendi tetap disangga saat latihan.
c. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen bahkan fraktur
pada tulang yang dapat semakin memperparah hal tersebut, maka untuk mencegah
hal tersebut setelah dilakukan pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu
dilakukan rujukan segera kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan
ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan pembedahan).
Indikasi untuk dilakukan operasi atau pembedahan diantaranya :
a. Pada seseorang dengan dislokasi yang disertai fraktur di daerah sekitar persendian
b. Pada dislokasi yang tidak dapat direposisi secara tertutup
c. Pada dislokasi yang memilki resiko ketidakstabilan dari sendi berulang,
osteonekrosis, serta arthritis pasca trauma
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada seseorang dengan dislokasi diantaranya
a. Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada daerah otot yang
dipersarafi.
b. Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat menyebabkan avaskuler
nekrosis (osteonekrosis).
c. Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari pasien
B. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, bahasa yang dipakai, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, diagnosa medis.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari disklokasi yang
nantinya membantu dalam membuat rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa berupa
kronologi terjadinya penyakit.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit
yang pernah diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan
menghambat proses penyembuhan.
d. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita Dislokasi pemeriksan fisik yang diutamakan adalah nyeri,
deformitas, fungsiolesa misalnya: bahu tidak dapat endorotasi pada dislokasi anterior
bahu.
e. Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada
bagian dislokasi yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
f. Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada
tempatnya semula harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat
mengganggu gerak dan aktivitas klien.
g. Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga
klien mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Diagnose Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kesulitan mengunyah atau menelan.
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan
f. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
ketidakmampuan melakukan aktifitas
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnose Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Nyeri akut NOC NIC
berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan umum 1. Mengetahui keadaan umum
agen cedera fisik keperawatan selama …x24 pasien(tingkat nyeri dan TTV) pasien dan tingkat nyeri pasien
jam, diharapkan nyeri 2. Beri posisi nyaman (semi fowler)
berkurang dengan kriteria 3. Berikan kompres hangat pada 2. Posisi semi fowler dapat
hasil : lokasi dislokasi meminimalkan nyeri pada
- Memperlihatkan 4. Ajarkan teknik distraksi dan dislokasi
pengendalian nyeri. relaksasi 3. Kompres hangat berperan dalam
- Melaporkan tidak vasodilatasi pembuluh darah.
adanya nyeri 5. Beri HE tentang penyebab nyeri, 4. Teknik distraksi dan relaksasi
- Tidak menunjukan dan antisipasi ketidaknyamanan berfungsi dalam mengalihkan
adanya nyeri 6. Kolaborasi dalam pemberian fokus nyeri pasien
meningkat.(tidak ada analgetik 5. Penanaman HE pada pasien
ekspresi nyeri pada berfungsi untuk mengurangi
wajah,tidak gelisah atau kecemasan pasien terhadap
ketegangan otot,tidak kondisinya
merintih atau 6. Analgetik dapat mengurangi rasa
menangis.) nyeri pada dislokasi.
2 Hambatan mobilitas NOC NIC
fisik berhubungan Setelah diberikan asuhan 1. Observasi keadaan umum (tingkat 1. Menunjukkan tingkat mobilisasi
dengan gangguan keperawatan selama …x24 mobilitas dan kekuatan otot) pasien dan menentukan
muskuloskletal jam, diharapkan klien intervensi selanjutnya
dapat melakukan 2. Ajarkan ROM 2. Mempertahankan atau
mobilisasi dengan teratur meningkatkan kekuatan dan
dengan kriteria hasil : ketahanan otot
- Klien mengatakan dapat 3. Pengaturan posisi 3. Meningkatkan kesejahteraan
melakukan pergerakan fisiologis dan psikologis
dengan bebas 4. Berikan bantuan perawatan diri: 4. Membantu individu mengubah
- Gerakan pasien berpindah posisi tubuhnya
terkoordinir 5. Berikan HE tentang latihan fisik 5. Mengubah persepsi pasien
- Pasien dapat melakukan terhadap latihan fisik
aktivitas secara mandiri 6. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi 6. Mengembalikan posisi tubuh
dalam memberikan terapi yang autonom dan volunter selama
tepat pengobatan dan pemulihan dari
posisi sakit atau cedera
3 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Setelah diberikan asuhan 1. Kaji faktor penyabab kesulitan 1. Mengetahui faktor penyebab
kebutuhan tubuh keperawatan selama …x24 mengunyah kesulitan mengunyah dan
berhubungan jam, diharapkan kebutuhan menentukan intervensi
dengan kesulitan nutrisi klien dapat selanjutnya
mengunyah atau terpenuhi secara adekuat 2. Letakkan makanan pada bagian 2. Mengurangi aktivitas pada
menelan. dengan kriteria hasil: mulut yang tidak mengalami rahang yang sakit
- Pasien tidak melaporkan masalah
kesulitan mengunyah 3. Atur posisi pasien(semi fowler) 3. Posisi semi fowler dapat
- Nafsu makan pasien mencegah aspirasi
kembali baik 4. Kolaborasi dalam pemasangan alat 4. Mempertahankan asupan nutrisi
- Keadaan umum pasien invasive (NGT) pasien
kembali normal

4 Ansietas Setelah dilakukan tindakan NIC


berhubungan dengan keperawatan selama 3x 24 1. Bina hubungan saling percaya 1. hubungan saling percaya adalah
perubahan dalam jam diharapkan kecemasan antara perawat-pasien dasar hubungan terpadu yang
status kesehatan berkurang dengan criteria mendukung klien
hasil: 2. Pahami rasa takut/ ansietas pasien 2. klien menjadi tenang
- Klien mampu 3. Kaji tingkat ansietas yang dialami 3. mengetahui sejauh mana tingkat
mengindentifikasi dan oleh pasien kecemasan yang dirasakan oleh
mengungkapkan gejala pasien.
cemas 4. Temani atau atur supaya ada 4. membantu mengurangi
- Tanda tanda vital normal seseorang bersama pasien sesuai kecemasan
- Mengidentifikasi, dan indikasi
menunjukan tehnik 5. Berikan penjelasan pada pasien 5. dapat mengurangi rasa cemas
untuk mengontrol cemas tentang penyakitnya pasien akan penyakitnya
5 Kurang pengetahuan NOC NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi tingkat ansietas, catat 1. ketakutan dapat terjadi karena
perubahan dalam keperawatan, diharapkan verbal dan non verbal pasien. nyeri hebat, penting pada
status kesehatan kecemasan klien berkurang prosedur diagnostik dan
dengan kriteria hasil:
pembedahan.
- Melaporkan ansietas
2. Jelaskan dan persiapkan untuk 2. dapat meringankan ansietas
menurun sampai tingkat
teratasi tindakan prosedur sebelum terutama ketika pemeriksaan
- Tampak rileks dilakukan tersebut melibatkan
pembedahan.
3. Jadwalkan istirahat adekuat dan 3. membatasi kelemahan,
periode menghentikan tidur. menghemat energi dan
meningkatkan kemampuan
koping.

4. Anjurkan keluarga untuk 4. Mengurangi kecemasan klien


menemani disamping klien

6 Keterlambatan NOC NIC


pertumbuhan dan Setelah dilakukan tindakan 1. kaji penyebab gangguan 1. menghindari terjadinya
perkembangan keperawatan selama 3x 24 perkembangan anak pertumbuhan yang tidak diharapkan
berhubungan dengan jam tidak terjadi 2. Berikan perawatan yang konsisten 2. mengurangi kekhawatiran klien
keterlambatan dalam
ketidakmampuan 3. Berikan instruksi berulang dan 3. agar klien mengingat perlunya
pertumbuhan dengan
melakukan aktifitas sederhana latihan pergerakan otot
kriteria hasil :
- Klien mampu 4. Dorong anak melakukan 4. agar anak dapat belajar
menggunakan koping perawatan sendiri melakukan aktifitas sendiri
terhadap tantangan
karena adanya
ketidakmampuan
- Keluarga mampu
mendapatkan sumber
sarana komunikasi
DAFTAR PUSTAKA

Chairuddin, R. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT Yarsif Watampone, 2007.


Haelstad M. Elbow Dislocation. Availbale at: http://emedicene.medscpe.com/article/96758-
overview. Accessed on June 3th 2017
Putz, R.,Pabst.R. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid I. Edisi 23. Jakarta: EGC.2013.
Hal.150-152
Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah Sjamsuhidajat-de Jong. Ed. Jakarta : EGC, 2010
Sjamsuhidajat, de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC. 2013
Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: PT Yarsif Watampone. 2014.

Anda mungkin juga menyukai