PENDAHULUAN
Dislokasi sangat penting dikuasai oleh tenaga medis terutama para profesional
yang berkecimpung dalam dunia kedokteran. Dislokasi adalah keadaan di mana tulang-
tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari
sendi). Dislokasi ini dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
Seseorang yang tidak dapat mengatupkan mulutnya kembali sehabis membuka mulutnya
adalah karena sendi rahangnya terlepas dari tempatnya. Dengan kata lain: sendi
rahangnya telah mengalami dislokasi.
Dislokasi terjadi saat ligamen memberikan jalan sedemikian rupa sehingga tulang
berpindah dari posisinya yang normal di dalam sendi. Dislokasi dapat disebabkan oleh
faktor penyakit atau trauma karena dapatan (acquired) atau karena sejak lahir
(kongenital). Dalam kehidupan sehari-hari, persendian dapat mengalami gangguan.
Gangguan sendi ini dapat berupa proses keradangan karena infeksi, imunologis, proses
degenerasi, maupun trauma. Trauma pada sendi sering disebabkan oleh beberapa hal,
yaitu :
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Atau dislokasi adalah suatu
keadaan keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Dislokasi merupakan
suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. Bila terjadi patah tulang di
dekat sendi atau mengenai sendi disertai luksasi sendi yang disebut fraktur dislokasi.
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
dapat hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen
tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi). (2)
Kapsula sendi adalah lapisan berserabut yang melapisi sendi. Di bagian dalamnya
terdapat rongga.
Ligamen (ligamentum) adalah jaringan pengikat yang mengikat luar ujung tulang
yang saling membentuk persendian. Ligamentum juga berfungsi mencegah dislokasi.
Tulang rawan hialin (kartilago hialin) adalah jaringan tulang rawan yang menutupi
kedua ujung tulang. Berguna untuk menjaga benturan.
2
Gambar 1. Persendian normal
1. Sindesmosis : adalah sendi dimana dua tulang ditutupi oleh jaringan fibrosa. Misalnya
sutura pada tulang tengkorak.
2. Sinkondrosis : adalah sendi dimana kedua tulang ditutupi oleh tulang rawan.
Misalnya lempeng epifisis yang merupakan suatu sinkondrosis yang bersifat
sementara yang menghubungkan antara epifisis dan metafisis dan memberikan
kemungkinan pertumbuhan memanjang pada tulang.
3. Sinostosis : adalah bila sendi mengalami obliterasi dan terjadi penyambungan antara
keduanya. Beberapa sindesmosis dan semua sinkondrosis bergabung, menjadi
sinostosis.
4. Simfisis : adalah suatu jenis persendian dimana kedua permukaannya ditutupi oleh
tulang rawan hialin dan dihubungkan oleh fibrokartilago dan jaringan fibrosa yang
kuat. Misalnya pada simfisis pubis dan sendi intervertebra.
3
5. Sendi sinovial : adalah sendi dimana permukaannya ditutupi oleh tulang rawan hialin
dan pinggirnya ditutupi oleh kapsul sendi berupa jaringan fibrosa dan di dalamnya
mengandung cairan sinovial. (3,4)
2.3 Etiologi
Dislokasi disebabkan oleh :
1. Trauma: jika disertai fraktur, keadaan ini disebut fraktur dislokasi.
- Cedera olahraga.
Olah raga yang biasanya menyebabkan dislokasi adalah sepak bola dan hoki,
serta olah raga yang beresiko jatuh misalnya : terperosok akibat bermain ski,
senam, volley. Pemain basket dan pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola
dari pemain lain.
2. Kongenital
4
reposisi dan pemasangan bidai selama beberapa bulan, jika kelainan ini tidak
ditemukan secara dini, tindakannya akan jauh sulit dan diperlukan pembedahan.
3. Patologis
a. Nyeri akut.
Kalau sebuah tulang diraba secara sering akan terdapat suatu celah.
g. Gangguan gerakan Otot-otot tidak dapat bekerja dengan baik pada tulang tersebut.
h. Pembengkakan
Pembengkakan ini dapat parah pada kasus trauma dan dapat menutupi deformitas.
i. Rasa nyeri sering terdapat pada dislokasi Sendi bahu, sendi siku, metakarpal phalangeal
j. Kekakuan.
5
2.5 Patofisiologi
trauma
Infeksi dari
Dislokasi pada sendi Kelainan kongietal
penyakit
lain
Trauma joint dislocation
Deformatis tulang
NUTRISI KURANG
Informasi tidak adekuat kurang Ketidaknyamanan akibat DARI KEBUTUHAN
pajanan pengetahuan bentuk yang tidak
normal
KURANG PENGETAHUAN Pengungkapan secara verbal
merasa malu, cemas dan
takut tidak diterima
GANGGUAN CITRA
TUBUH
KETERLAMBATAN
PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN ANAK
6
Dislokasi biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk bergerak
lebih dari jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik pada
komponen tulang sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun jaringan
lunak. Struktur-struktur tersebut lebih mudah terkena bila yang mengontrol sendi tersebut
kurang kuat.
2.6 Klasifikasi
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi, misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3. Dislokasi traumatik : merupakan kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf
rusak dan mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema
(karena mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat
mengeluarkan tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur
sendi, ligamen, syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
7
Jatuh pada tangan dapat menimbulkan dislokasi sendi siku ke arah posterior. Reposisi
dilanjutkan dengan membatasi gerakan dalam sling atau gips selama tiga minggu
untuk memberikan kesembuhan pada sumpai sendi. (6,7)
8
Gambar 3. Dislokasi pergelangan tangan.
Pada dislokasi yang baru, dilakukan reposisi di bawah pembiusan umum dengan
melakukan penekanan pada tulang lunatum. Pada dislokasi yang lama, reposisi
tidak bisa dilakukan dan perlu dilakukan eksisi.
2. Dislokasi perilunatum
Seluruh korpus mengalami dislokasi ke arah dorsal kecuali tulang lunatum masih
tetap bersama-sama tulang radius. Pengobatan dilakukan reduksi tertutup. Bila
gagal, dilakukan reduksi terbuka.
9
3. Dislokasi Regio Bahu (Shoulder Dislocation)
Pada regio bahu terdapat beberapa sendi yang saling berhubungan dan saling
mempengaruhi, yaitu sendi sternoklavikular, sendi akromioklavikular, dan sendi
glenohumoral. Hubungan skapulothorakal bukan merupakan sendi melainkan suatu
hubungan muskuler antara dinding thoraks dan skapula. Melalui keempat hubungan
ini yang terdiri atas tiga persendian dan satu hubungan muskular ini terjadi gerakan
ke segala arah di gelang bahu. Dislokasi regio bahu (sendi glenohumoral) merupakan
50 % kasus dari semua dislokasi. 80 % dari dislokasi regio bahu ini adalah tipe
dislokasi bahu anterior. Stabilitas sendi bahu tergantung dari otot - otot dan kapsul
tendon yang mengitari sendi bahu. Sedangkan hubungan antara kepala humerus
dengan cekungan glenoid terlalu dangkal. Oleh karena itu pada sendi glenohumoral
sering terjadi dislokasi, baik akibat trauma maupun pada saat serangan epilepsi.
Melihat lokasi kaput humeri terhadap glenoidalis, dislokasi paling sering ke arah
anterior dan lebih jarang ke arah posterior. Pada waktu terjadinya dislokasi yang
pertama mengalami kerusakan atau avulasi dari fibrocarltilage antara kapsul sendi
dengan glenoidalis di bagian anterior dan inferior. Dengan adanya robekan tadi,
maka sendi bahu akan mudah mengalami dislokasi ulang bila mengalami cedera lagi.
Hal ini disebut sebagai recurrent dislokasi.
10
11
Gambar 4. Shoulder dislocation
12
Gambar 5. Dislokasi bahu anterior
Pemeriksaan Penunjang:
Dengan pembuatan X – ray foto, umumnya dengan proyeksi AP sudah dapat
terdiagnosis adanya dislokasi sendi bahu.
13
Gambar 6. X – ray foto dislokasi bahu anterior
14
Dislokasi ini jarang terjadi, mekanisme biasanya penderita jatuh dimana
posisi lengan atas dalamkedudukan adduksi atau internal rotasi.
Pemeriksaan Radiologi:
Proyeksi AP kadang sulit dilihat, Kalau perlu dilakukan proyeksi aksial.
15
Keadaan ini memerlukan reposisi tertutup segera alam narkosis umum dengan
melakukan rotasi ekstern pada bahu dan kaput humerus didorong ke depan. Setelah
reposisi, dipasang gips spika bahu dalam posisi abduksi 30 0 selama 3 minggu. (3,7)
Penatalaksanaan:
Lakukan traksi berlawanan dengan arah dislokasi. Awalnya lakukan tarikan ke
arah dislokasi, yaitu ke arah atas, lanjutkan tarikan semakin lama semakin ke bawah
(counter abduksi), dan akhirnya arahkan lengan ke sisi penderita.
16
4. Dislokasi Regio Panggul (Hip Dislocation)
Dislokasi panggul lebih jarang dijumpai daripada dislokasi bahu atau siku.
Mekanisme terjadinya dislokasi yaitu saat kaput yang terletak di belakang
asetabulum, kemudian segera berpindah ke dorsum illium. Biasanya juga
mengalami cedera serius misalnya trauma benturan depan mobil akibat tabrakan
mobil frontal. Penderita mungkin mengalami syok berat dan tidak dapat berdiri.
Tungkainya terletak dalam posisi tinggi yang sesuai dengan paha difleksikan, dan
dirotasikan ke interna. Tungkai pada sisi yang cedera lebih pendek daripada sisi
yang normal. Lututnya bersandar pada paha yang berlawanan dan trokantor mayor
dan pantat menonjol secara abnormal.
17
Pemeriksaan fisik:
Seperti halnya korban trauma besar, penilaian jalan napas, pernapasan, dan
sirkulasi sangat penting primer. Selama survei sekunder, pemeriksaan dari korset panggul
dan pinggul adalah wajib. Pemeriksaan harus terdiri dari inspeksi, palpasi, aktif / pasif
rentang gerak, dan pemeriksaan neurovaskular.
- Inspeksi: Dalam prakteknya, ini penampilan dapat diubah dengan adanya dislokasi atau
fraktur-kelainan tulang lainnya
- Palpasi: Meraba panggul dan ekstremitas bawah untuk cacat tulang-langkah kotor
atau off. Dalam sebuah dislokasi hip anterior, kadang-kadang pada femoralis teraba
hematoma. Hal ini menunjukkan cedera vaskular.
- Range of motion: Pasien dengan dislokasi hip memiliki jangkauan sangat terbatas
gerak. Mengevaluasi apa pasien dapat dilakukan dengan nyaman. Jangan paksa
melakukan berbagai gerakan pada pasien yang tidak bisa mentolerir manipulasi
normal,. Rentang nyeri gerak hampir tidak termasuk dislokasi hip.
Hematoma
Loss of pulses
Muka pucat
19
Gambar 10. X – ray foto dislokasi panggul
Dislokasi pada sendi lutut biasanya terjadi pada trauma yang berat ,yang
langsung mengenai sendi lutut. Subluksasio dapat terjadi secara sekunder pada
penyakit degeneratif ataupun pada penyakit infeksi yang sudah berlangsung cukup
lama. Tulang tibia dapat menjadi dislokasi ke ventral , dorsal ataupun ke setiap sisi .
Dapat juga terjadi rotasi yang abnormal pada femur. Mekanisme terjadinya dislokasi
pada sendi lutut biasanya melalui hiperekstensi dan torsi pada sendi lutut. Dislokasi
akut pada sendi lutut sering disertai dengan kerusakan pada pembuluh darah ataupun
persarafan pada popliteal space. Gambaran klinis dijumpai adanya trauma pada
daerah lutut disertai pembengkakan, nyeri dan hamartrosis serta deformitas.
20
Gambar 11. Dislokasi sendi lutut
21
Gejala dislokasi pergelangan kaki:
2.9 Diagnosis
Rasa nyeri
Adanya riwayat trauma
Mekanisme trauma
22
Ada rasa sendi yang keluar
Bila trauma minimal dan kejadian yang berulang, hal ini dapat terjadi pada
dislokasi rekurrens (6,7)
Pemeriksaan klinis
a. Deformitas
Hilangnya penonjolan tulang yang normal
Pemendekan
b. Bengkak
Pemeriksaan Penunjang:
a. Sinar-X (Rontgen)
pergeseran sendi dari mangkuk sendi dimana tulang dan sendi berwarna putih.
b. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada pasien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
c. MRI
23
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-
Scan, pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
2.10 Komplikasi
Komplikasi Dini :
1) Cedera saraf : saraf aksila dapat cedera ; pasien tidak dapat mengkerutkan otot deltoid
dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tesebut
2) Cedera pembuluh darah : Arteri aksilla dapat rusak
3) Fraktur disloksi
Komplikasi lanjut :
1) Kekakuan sendi bahu: Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi
bahu, terutama pada pasien yang berumur 40 tahun. Terjadinya kehilangan rotasi lateral,
yang secara otomatis membatasi abduksi
2) Dislokasi yang berulang: terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari
bagian depan leher glenoid
3) Kelemahan otot
2.11 Penatalaksanaan
Dislokasi dapat direposisi tanpa anastesi, misalnya pada sendi bahu atau siku.
Reposisi dapat diadakan dengan gerakan atau perasat yang barlawanan dengan gaya
trauma dan kontraksi atau tonus otot. Reposisi tidak boleh dilakukan dengan kekuatan
karena bisa mengakibatkan patah tulang. Untuk mengendurkan kontraksi dan spasme otot
perlu diberikan anastesi setempat atau umum. Kekenduran otot memudahkan reposisi.
a. Reposisi
24
1. Lakukan reposisi segera.
3. Dislokasi sendi :
Misalnya dislokasi jari ( pada fase shock ), dislokasi siku, dislokasi bahu.
c) Fisioterapi harus segera mulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latihan
yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang
neumuskular yang berat atau jika tetap ada gangguan vaskuler setelah reposisi
rongga sendi.
h) Sendi kemudian dimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan
25
i) Beberapa hari sampai minggu setelah reduksi dilakukan mobilisasi halus 3-
2. Penatalaksanaan Medis
1. Analsik yang berfungsi untuk mengatasi nyeri otot, sendi, sakit kepala, nyeri
pinggang. Efek samping dari obat ini adalah agranulositosis. Dosis: sesudah makan,
2. Bimastan yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri ringan atau sedang, kondisi
akut atau kronik termasuk nyeri persendian, nyeri otot, nyeri setelah melahirkan.
Efek samping dari obat ini adalah mual, muntah, agranulositosis, aeukopenia. Dosis:
b. Pembedahan
1. Operasi ortopedi
pengendalian medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis
yang mempengaruhi persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah
invasive minimal dan bedah penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering
dilakukan meliputi Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Interna atau disingkat ORIF
26
a) Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
b) Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
sintetis.
2. Non medis
dislokasi berat.
RICE
R : Rest (istirahat)
27
C : Compression (kompresi/ pemasangan pembalut tekan)
2.12. Pencegahan
c. Conditioning.
2. Trauma kecelakaan
a. Kurangi kecepatan.
28
BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
Dislokasi adalah keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi
berhubungan secara anatomis.
Dalam menghadapi kasus dislokasi, kita harus mengetahui macam dislokasi, komplikasi,
dan penanganannya.
Ada beberapa macam terapi untuk menangani kasus dislokasi, hal ini disesuaikan dengan
indikasi dari terapinya.
3.2 SARAN
Sebagai tenaga medis, kita harus bisa memahami kasus dislokasi karena hal ini bisa
terjadi. Pemahaman yang dimaksud mulai dari macam dislokasi, cara mendiagnosa
dislokasi, komplikasi, serta terapi yang ada.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer, A. dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
2. Rasjad Chairuddin, 2007, Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga, Jakarta: PT.Yarsif
Watampone (Anggota IKAPI).
3. Reksoprojo, S.1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara. Jakarta
4. Wim de Jong, Syamsuhidajat, R. 2003. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi dua. Penerbit Buku
Kedoktern EGC. Jakarta
5. Appley A Graham & Salomon Louis, 1995. Orthopedi dan Fraktur Sistem, Edisi
ketujuh, cetakan pertama. Jakarta : Widya Medika.
6. eprints.unsri.ac.id/5722/1/LK_2015_Dislokasi_Sendi
30