Anda di halaman 1dari 68

PENGARUH STRUKTUR MODAL DAN NILAI PERUSAHAAN

TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN


KONSTRUKSI YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2014-2018

1. Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi saat ini perusahaan semakin banyak

bermunculan khususnya di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang telah

didirikan ini tentunya bertujuan untuk menghasilkan keuntungan,

berkembang dan juga sehat, tidak hanya untuk jangka waktu yang pendek

akan tetapi juga untuk jangka panjang, dimana perusahaan dapat dikatakan

sehat ketika perusahaan tersebut liquid dan solvable. Liquid dan solvable

adalah kondisi dimana perusahaan tidak mengalami kendala keuangan dan

mampu memenuhi semua hak terkait Stakeholder’s. Tinjauan dari terkait

kesehatan perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan

tersebut dimana, perusahaan yang sehat memiliki 4 kriteria yang dapat

ditinjau melalui laporan keuangan yang dimilikinya: 1) laba, 2) kas, 3)

indicator keberlanjutan, dan yang terkahir 4) pertumbuhan. Untuk

memenuhi 4 kriteria tersebut sebuah perusahaan memerlukan tambahan

modal yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan operasional,

expansi usaha, dll.

Sehubungan dengan kesehatan sebuah perusahaan, perusahaan yang

telah go public pasti mempunyai tujuan untuk meningkatkan kemakmuran


pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan

(Salvatore, 2005). Dimana, tingginya nilai saham suatu perusahaan

berbanding lurus dengan tingginya nilai perusahaan tersebut, karena

kekayaan pemegang saham dan perusahaan dapat dilihat dari harga pasar

saham yang merupakan cerminan keputusan investasi, pendanaan, dan

manajemen aset. dengan kata lain perusahaan dapat dikatakan sehat ketika

perusahaan tersebut mampu memenuhi semua kewajibannya.

Nilai perusahaan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain faktor keputusan deviden, kebijakan investasi, Pendanaan dan harga

saham. Keputusan investasi merupakan suatu kebijakan perusahaan dalam

menginvestasikan dana yang dimiliki perusahaan dalam bentuk aset

tertentu. Kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan apakah dividen

akan dibayarkan ataukah tidak. Ketika membuat sebuah kebijakan dividen,

satu ukuran tidak akan dapat digunakan oleh semua orang karena

perbedaan prinsip pada setiap pemegang saham

Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Pendanaan,dan harga

saham sangatlah menarik untuk diteliti pengaruhnya terhadap nilai

perusahaan. Sebelum melakukan investasi para investor maupun calon

investor perlu mengumpulkan informasi sebagai salah satu dasar

pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi di pasar modal.

Pertimbangan yang utama dalam melihat kinerja perusahaan baik atau

buruk adalah dengan melihat tinggi rendahnya nilai perusahaan.


Peningkatan harga saham mempengaruhi nilai perusahaan secara

maksimum sehingga memberikan kemakmuran bagi pemegang saham

ketika

harga saham tinggi, maka kemakmuran pemegang sahamnya semakin

tinggi.

Enterprise Value (EV) atau firm value (nilai perusahaan) adalah suatu

idikator

bagi pasar dalam memberikan peniliaian secara keseluruhan terhadap

perusahaan

(Salvatore 2011:10). Terdapat faktor-faktor dalam mempengaruhi nilai

perusahaan, antara lain: kebijakan dividen, keputusan pendanaan,

pertumbuhan

perusahaan, keputusan investasi, dan ukuran perusahaan. Factor-factor

tersebut

memiliki hubungan dan pengaruh yang konsisten terhadap nilai perusahaan

(Salvatore, 2011:11).

Fama (1978) dalam Hasnawati (2005) menyatakan bahwa nilai

perusahaaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat

tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi merupakan kebijakan

yang penting dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu

memaksimalkan nilai perusahaan. Keputusan investasi dapat

dikelompokkan kedalam investasi jangka panjang dan investasi jangka


pendek. Keputusan investasi dipengaruhi oleh ketersediaan dana yang ada

di perusahaan, investasi harus sejalan dengan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan, sehingga keputusan investasi dapat

dikatakan berhasil jika keuntungan yang didapat perusahaan melebihi nilai

investasinya.

Kebijakan dividen adalah kebijakan mengenai keputusan yang

diambil perusahaan tentang bagaimana tingkat laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau

ditahan dalam bentuk laba ditahan yang berguna membiayai investasi

perusahaan di masa datang. Tingkat dividen yang dibagikan oleh

perusahaan dapat memengaruhi harga saham karena investor lebih

menyukai pengembalian yang berasal dari dividen dibandingkan dengan

capital gain. Laba yang ditahan merupakan salah satu sumber dana untuk

pembiayaan pertumbuhan perusahaan, semakin baik pengelolaan

pembiayaan perusahaan yang berasal dari laba yang ditahan semakin kuat

posisi finansial perusahaan tersebut. Pembayaran dividen ditujukan untuk

mengurangi ketidakpastian karena mengurangi risiko tingkat keuntungan

yang disyaratkan oleh pemegang saham dan mengurangi konflik antara

kepentingan manajer perusahaan dengan pemegang saham (theory agency),

(Jensen dan Meckling, 1976).

Manajemen keuangan berperan penting demi meningkatnya nilai


perusahaan, manajer perusahaan mempunyai kewajiban untuk

mengalokasikan modal perusahaan demi meningkatkan kinerja perusahaan.

Struktur modal perusahaan merupakan komposisi antara modal internal dan

modal eksternal. Salah satu modal eksternal yang diperoleh perusahaan

yaitu kebijakan penggunaan hutang. Hutang adalah instrumen yang sangat

sensitif terhadap perubahan nilai perusahaan. Penggunaan hutang dapat

berpengaruh terhadap nilai perusahaan, namun dalam kasus lain

penggunaan hutang dapat berakibat buruk terhadap nilai perusahaan karena

manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil daripada biaya

yang ditimbulkannya. Pemilik saham lebih suka perusahaan menciptakan

hutang pada angka tertentu, namun dengan catatan bahwa manajer dan

komisaris perusahaan juga ikut serta dalam kepemilikan saham perusahaan

tersebut. Dalam artian bahwa ketika suatu perusahaan menciptakan hutang

pada angka tertentu maka manajer dan komisaris mempunyai tanggung

jawab yang lebih karena mereka juga merupakan anggota pemegang

saham.

Perusahaan konstruksi mencerminkan pertumbuhan dan

perkembangan ekonomi dan bisnis nasional, di samping itu perusahaan

konstruksi merupakan sektor yang memiliki kompleksitas bisnis yang

tinggi. Pada era kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini lebih

mengedepankan pembangunan infrastruktur untuk mempermudah


masyarakat atau organisasi dalam menjalani aktivitasnya, hal ini akan

berpotensi baik terhadap perusahaan-perusahaan konstruksi khususnya

yang berdampak langsung dengan pembangunan.

Sebagai gambaran berikut informasi mengenai Pengaruh Struktur

modal dan nilai perusahaan terhadap harga saham pada Perusahaan

Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018,

adapun pemilihan sampel pada data yang disajikan ditentukan melalui

metode purposive sampling guna memberikan gambaran yang paling

mendekati dengan kondisi sebenarnya :

Tabel 1.1
Perkembangan Rata-rata Kebijakan Deviden
Perusahaan Konstruksi Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018
DALAM PERSEN (%)
NO KODE PERUSAHAAN
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 20,23 39,67 11,40 40,05 7,49
2 NRCA 24,98 20,62 74,08 65,07 0,89
3 PTPP 19,94 12,58 26,66 16,86 5,08
4 SSIA 27,48 11,92 51,32 7,58 9,8
5 TOTL 62,47 71,3 69,34 73,72 7,18
6 WSKT 19,89 20,00 28,35 18,48 1,92
rata-rata 27,36 24,14 43,53 36,96 5,39
Perkembangan   -11,77 80,30 -15,08 -96,48
Sumber : www.idx.co.id
Tabel 1.1 diatas memberikan gambaran terkait perkembangan kebijakan

deviden yang bersifat fluktuatif pada beberapa perusahaan konstruksi, diketahui

perkembangan pada tahun 2015 adalah sebesar -11,77% sedangkan perkembangan

pada tahun 2016 meningkat menjadi 80,30% namun kembali turun pada tahun 2017

sebesar -15,08% dan kembali menurun pada tahun 2018 sebesar -96,48%

Secara teoritis perkembangan industri konstruksi seharusnya berdampak

secara linear terhadap peningkatan kebijakan deviden bagi perusahaan. Pada periode

ini pembangunan menjadi salah satu concern utama dari pemerintah, peningkatan

pembangunan akan memberikan lebih banyak chance bagi perusahaan manufaktur

untuk berpartisipasi, mendapatkan proyek dan berkembangan yang kemudian akan

berdampak pada keuntungan perusahaan itu sendiri. Akan tetapi faktanya dari 6

perusahaan konstruksi yang menjadi sampel kali ini tidak satupun diantaranya yang

secara konsisten mengalami peningkatan pada sisi kebijakan deviden.

Tabel selanjuntya adalah tabel terkait perkembangan rata-rata kebijakan

investasi pada perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia:

Tabel 1.2
Perkembangan Rata-rata Kebijakan Investasi
Perusahaan Konstruksi Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018
DALAM PERSEN (%)
NO KODE PERUSAHAAN
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 7,49 36,02 36,74 11,16 8,95
2 NRCA 0,89 7,87 10,15 6,30 9,04
3 PTPP 5,08 25,35 31,26 11,26 9,60
4 SSIA 9,80 11,12 12,98 1,48 -26,9
5 TOTL 7,18 10,96 12,19 8,82 7,42
6 WSKT 1,92 11,63 27,78 7,73 4,59
rata-rata 5,39 17,16 21,85 7,79 2,12
Perkembangan   218,13 27,34 -64,34 -72,83
Sumber : www.idx.co.id

Tabel 1.2 diatas memberikan gambaran terkait perkembangan kebijakan

investasi yang bersifat fluktuatif pada beberapa perusahaan konstruksi, diketahui

perkembangan pada tahun 2015 adalah sebesar 218,13% sedangkan perkembangan

pada tahun 2016 menurun menjadi 27,34% namun kembali mengalami penurunan

pada tahun 2017 sebesar -64,34% dan kembali menurun pada tahun 2018 sebesar

-72,83%.

Perkembangan rata-rata kebijkan investasi yang tergambar didalam table

diatas cendrung bersifat fluktuatif atau tidak sejalan dengan trend perkembangan

pembangunan infrastruktur, hal ini dibuktikan dengan rata-rata perkembangan yang

cendrung menurun dari kurun waktu tersebut.

Tabel 1.3
Perkembangan Rata-rata Kebijakan Pendanaan
Perusahaan Konstruksi Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018
DALAM PERSEN (%)
NO KODE PERUSAHAAN
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 1,28 1,90 0,92 2,69 4,19
2 NRCA 0,86 0,84 0,87 0,95 0,92
3 PTPP 5,11 2,74 1,89 1,93 2,19
4 SSIA 0,97 0,94 1,15 0,98 0,74
5 TOTL 2,11 2,29 2,13 2,21 1,91
6 WSKT 3,40 2,12 2,66 3,30 3,78
rata-rata 2,29 1,81 1,60 2,01 2,29
Perkembangan   -21,12 -11,17 25,36 13,85
Sumber : www.idx.co.id

Tabel 1.3 diatas memberikan gambaran terkait perkembangan kebijakan

pendanaan yang bersifat fluktuatif pada beberapa perusahaan konstruksi, diketahui

perkembangan pada tahun 2015 adalah sebesar -21,12% sedangkan perkembangan

pada tahun 2016 menurun menjadi -11,17%. Pada tahun 2017 mengalami

peningkatan sebesar 25,36% dan kembali menurun pada tahun 2018 sebesar -13,85%.

Pertumbuhan rata-rata perkembangan baik dari sisi kebijakan dividen,

investasi maupun pendanaan selama kurun waktu dari tahun 2014 sampai dengan

tahun 2018 cendrung menunjukan hasil yang justru bertolak belakang dengan asumsi

yang dibangun secara teoritis.

Tabel 1.4
Perkembangan Harga Saham
Perusahaan Konstruksi Pada Bursa Efek Indonesia
Periode 2014-2018
DALAM PERSEN
NO KODE PERUSAHAAN
2014 2015 2016 2017 2018
1 ACST 100 3020 2820 2460 1555
3 NRCA 100 625 330 380 386
4 PTPP 100 3875 3810 2640 1805
5 SSIA 125 715 434 515 500
6 TOTL 100 615 765 660 560
  WSKT 100 1670 2550 2210 1680
rata-rata 104,17 1753,33 1784,83 1477,50 1081,00
Perkembangan   1583,2 1,8 -17,22 -26,84
Tabel 1.4 diatas memberikan gambaran terkait perkembangan kebijakan

pendanaan yang bersifat fluktuatif pada beberapa perusahaan konstruksi, diketahui

perkembangan pada tahun 2015 adalah sebesar 1583,2% sedangkan perkembangan

pada tahun 2016 menurun menjadi 1,8%. Pada tahun 2017 mengalami penurunan

kembali sebesar -17,22% dan kembali menurun pada tahun 2018 sebesar -26,84%.

Pertumbuhan rata-rata perkembangan baik dari sisi kebijakan dividen,

investasi,pendanaan maupun harga saham selama kurun waktu dari tahun 2014

sampai dengan tahun 2018 cendrung menunjukan hasil yang justru bertolak belakang

dengan asumsi yang dibangun secara teoritis.

Berdasarkan uraian dan juga penelitian terdahulu dapat dilihat bahwa hasil

yang diperoleh masih belum konsisten terkait faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, penulis merasa ingin untuk

melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antar variable secara

empiris, dengan begitu judul penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Pengaruh struktur modal dan nlai perusahaan terhadap harga saham pada

Perusahaan Konstruksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-

2018”.

2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dapat

diidentifikasi berbagai masalah, diantaranya:

1. Trend kebijakan dividen bersifat fluktuatif sejalan dengan trend nilai


perusahaan yang juga bersifat demikian dalam kurun periode 2014-2018.

2. Trend investasi cenderung bersifat fluktuatif sejalan dengan trend nilai

perusahaan yang juga bersifat demikian dalam kurun periode 2014-2018.

3. Trend pendanaan cenderung bersifat fluktuatif sejalan dengan trend nilai

perusahaan yang juga bersifat demikian dalam kurun periode 2014-2018.

4. Trend harga saham cenderung bersifat fluktuatif sejalan dengan trend nilai

perusahaan yang juga bersifat demikian dalam kurun periode 2014-2018.

5. Trend nilai perusahaan cenderung bersifat fluktuatif sejalan dengan trend

nilai perusahaan yang juga bersifat demikian dalam kurun periode 2014-2018

3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh Struktur modal terhadap harga saham pada

perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018.

2. Bagaimana pengaruh Nilai Perusahaan terhadap harga saham pada

perusahaan Konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode

2014-2018.

4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya pengaruh struktur modal

terhadap harga saham pada perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia periode 2014-2018.


2. Untuk mengetahui dan menganalisis besarnya nilai perusahaan terhada harga

saham pada perusahaan konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2014-2018.

5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan bermanfaat :

1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu

diharapkan dapat menjadi informasi dan masukan dalam pengembangan

masalah dan solusi bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai kaitan

khusus dalam judul dan variabel yang diteliti yaitu mengenai pengaruh

Total Utang dan Total Modal terhadap Laba Bersih Industri Farmasi yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2018.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi perusahaan mengenai masalah Total Utang dan Total Modal

yang mempengaruhi Laba Bersih serta berguna untuk memperbaiki,

meningkatkan keadaan berdasarkan penelitian yang dilakukan dan mencari

solusi bagi pemecahan masalah yang ditemukan pada penelitian.


6. TINJAUAN PUSTAKA
6.1 Landasan Teori
6.1.1 Manajemen

Manajemen mempunyai arti secara universal, berkembang, dan

berusaha mencari pendekatan dengan mengikuti perkembangan kemajuan

ilmu pengetahuan. Menurut Andrew F. Sikula (dalam Malayu S.P

Hasibuan, 2011:2), “Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan

aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengendalian,

penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan

keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk

mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien”.

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2011:2), “Manajemen adalah ilmu

dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-

sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan

tertentu”. Sedangkan menurut G.R Terry dan L.W. Rue (2009:1),


”Manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan

bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-

tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata”.

Harold Koontz dan Cyril O’Donnel (dalam Malayu S.P Hasibuan,

2011:2) menjelaskan bahwa manajemen adalah usaha mencapai suatu

tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan demikian manajer

mangadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang meliputi

perencanaan, pengorganisasian, penempatan, pengarahan, dan

pengendalian.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

manajemen adalah ilmu dan seni yang dilakukan oleh seseorang melalui

proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian

dengan bantuan orang lain, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya secara efektif dan efisien.

a. Fungsi Manajemen

Manajer dalam melakukan pekerjaannya harus melaksana kegiatan-

kegiatan tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen. Menurut G.R

Terry dan L.W. Rue (2009:9), “Manajemen memiliki fungsi-fungsi sebagai

berikut :

1. Perencanaan (Planning)
Menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang

akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-

tujuan itu.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan

memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.

1. Penempatan (Staffing)

Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan,

penyaringan, latihan, dan pengembangan tenaga kerja.

2. Pemotivasian (Motivating)

Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia kearah tujuan-tujuan.

3. Pengendalian (Controlling)

Mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab

penyimpangan-penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan

korektif yang diperlukan.

Berarti para manajer berusaha sedapat mungkin agar organisasi

bergerak ke arah tujuannya. Apabila salah satu bagian organisasi bergerak

ke arah yang salah, maka manajer berusaha untuk mencari sebabnya dan

kemudian mengarahkannya kembali ke tujuan yang benar.

6.1.2. Manajemen Keuangan


Menurut James C. Van Horne (dalam Kasmir, 2010:5) “Manajemen

keuangan adalah segala aktivitas yang berhubungan dengan perolehan,

pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh”.

Menurut Irham Fahmi (2013:2), mengemukakan bahwa

“Manajemen keuangan merupakan penggabungan dari ilmu dan seni yang

membahas, mengkaji dan menganalisis tentang bagaimana seorang manajer

keuangan dengan mempergunakan seluruh sumber daya perusahaan untuk

mencari dana dan membagi dana dengan tujuan memberikan profit atau

kemakmuran bagi para pemegang saham dan suistainability (keberlanjutan)

usaha bagi perusahaan”.

Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa kegiatan manajemen

keuangan berkutat disekitar :

1. Bagaimana memperoleh dana untuk membiayai usahanya

2. Bagaimana mengelola dana tersebut sehingga tujuan perusahaan

tercapai

3. Bagaimana perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efisien dan

efektif

Menurut Brigham (dalam Kasmir, 2010:6), “Manajemen keuangan

adalah seni (art) dan ilmu (science), untuk me-menage uang, yang meliputi

proses, institusi/lembaga, pasar, dan instrumen yang terlibat dengan

masalah transfer uang di antara individu, bisnis, dan pemerintah.

1. Fungsi Manajemen Keuangan


Menurut Fred (dalam Kasmir, 2010:46), “Fungsi utama manajer

keuangan adalah merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana untuk

memaksimalkan nilai perusahaan, atau dengan kata lain aktivitasnya

berhubungan dengan keputusan tentang pilihan sumber dan alokasi dana”.

Menurut Abdul Halim (2007:2), “Untuk mencapai tujuan

perusahaan, makan fungsi manajemen keuangan pasa dasarnya adalah

sebagai pembambil beberapa keputusan di bidang keuangan (financial

decisions). Tentunya keputusan-keputusan tersebut merupakan keputusan

yang relavan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan (value of the firm).

Keputusan yang relavan dan berpengaruh terhadap nilai perusahaan adalah

keputusan berikut:

1. Keputusan Investasi (Investement Decision)

Keputusan investasi yang dikatakan efektif akan tercermin pada

pencapaian tingkat imbalan hasil (rate of return) yang maksimal.

Dengan melakukan investasi, berarti perusahaan menggunakan dana

dengan harapan mampu menghasilkan arus kas masuk (cash in flow)

pada waktu-waktu mendatang melebihi nilai investasi awal periode

tertentu.

2. Keputusan Pembelanjaan (Financing Decision)

Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan (sumber dana

eksternal atau internal, jangka pendek atau jangka panjang) disebut

keputusan pembelanjaan (financing decisions). Keputusan


pembelanjaan yang dikatakan efektif akan tercermin pada biaya dana

(cost of fund) yang minimal.

3. Kebijakan Deviden (Devidend Policy)

Pengambilan keputusan investasi dan keputusan pembelanjaan yang

tepat diharapkan dapat menghasilkan laba yang tinggi. Kebijakan

deviden pada prinsipnya menyangkut keputusan mengenai berapa

persen dari laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada

pemegang saham dalam bentuk deviden dan berapa persen yang akan

ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa

mendatang.

6.1.3. Laporan Keuangan

Menurut Lili M. Sadeli (2011:18), “Laporan keuangan adalah

laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi

keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hal yang dicapai selama

periode tertentu”.

Laporan keuangan menurut Kasmir (2018:7) adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu

periode tertentu. Menurut Sofyan Syafri Harahap (2010:105), “Laporan

keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu

perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu".


Laporan keuangan (financial statement) suatu perusahaan

merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kondisi keuangan suatu

perusahaan. Fokus utama dalam laporan keuangan adalah informasi

mengenai kinerja perusahaan yang tersedia dengan mengukur laba

(earning) dan komponennya.

6.1.4. Nilai Perusahaan

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu

perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan

utama perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Semakin tinggi harga saham

semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan

membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun

juga pada prospek perusahaan di masa depan.

Fama (1978) dalam Wahyudi et al., (2006) menyatakan bahwa nilai

perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham

perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi

transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham

dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham

secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, untuk


mencapai nilai perusahaan yang tinggi pada umumnya para pemodal

menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional

diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin,

2008 dalam Kusumadilaga, 2010). Samuel (2000) menjelaskan bahwa

enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai

perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan

indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Menurut

Keown (2004) nilai perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga

hutang dan ekuitas perusahaan yang beredar.

Ahmad dan Nanda (2000) menyatakan nilai perusahaan sering

diproksikan dengan price to book value (PBV). PBV dapat diartikan

sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per

lembar saham. Menurut Ang (1997) secara sederhana menyatakan bahwa

PBV merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga

pasar saham terhadap nilai bukunya.

Keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan

strategi investasi di pasar modal karena melalui PBV, investor dapat

memprediksi saham- saham yang overvalued atau undervalued (Ahmed

dan Nanda, 2000). PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai

nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik,

umumnya memiliki rasio PBV di atas satu, yang mencerminkan bahwa


nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. PBV yang tinggi

mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana

kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari

perusahaan.

6.1.5. Kebijakan Investasi

Memaksimalkan nilai perusahaan sangat penting artinya bagi suatu

perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti juga

memaksimalkan kemakmuran pemegang saham yang merupakan tujuan

utama perusahaan (Euis dan Taswan, 2002). Semakin tinggi harga saham

semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi akan

membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun

juga pada prospek perusahaan di masa depan.

Fama (1978) dalam Wahyudi et al., (2006) menyatakan bahwa nilai

perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Harga pasar dari saham

perusahaan yang terbentuk antara pembeli dan penjual disaat terjadi

transaksi disebut nilai pasar perusahaan, karena harga pasar saham

dianggap cerminan dari nilai aset perusahaan sesungguhnya.

Nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham

secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat, untuk

mencapai nilai perusahaan yang tinggi pada umumnya para pemodal


menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional

diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris Nurlela dan Ishaluddin

(2008) dalam Kusumadilaga (2010) menjelaskan bahwa enterprise value

(EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan

konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar

menilai perusahaan secara keseluruhan. Menurut Keown (2004) nilai

perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga hutang dan ekuitas

perusahaan yang beredar.

a. Tujuan Keputusan Investasi

Terdapat beberapa alasan tujuan seorang investor melakukan

investasi, Menurut Tandelilin (2010,hal 8) tujuan dari investasi antara lain

adalah sebagai berikut:

1) Mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang.

2) Mengurangi tekanan inflasi.

3) Dorongan untuk menghemat pajak.

Berikut penjelasan dari alasan tujuan seseorang melakukan investasi:

a) Mendapatkan kehidupan yang layak dimasa yang akan datang,

seseorang yang bijaksana akan berfikir bagaimana meningkatkan taraf

hidupnya dari waktu ke waktu atau setidaknya berusaha bagaimana

mempertahankan tingkat pendapatannya yang ada sekarang agar tidak


berkurang dimasa yang akan datang.

b) Mengurangi tekanan inflasi,dengan melakukan investasi dalam

pemilikan perusahaan atau objek lain, seseorang dapat menghindari diri

dari risiko penurunan nilai kekayaan atau hak miliknya akibat adanya

pengaruh inflasi.

b. Dorongan untuk menghemat pajak, bebrapa Negara banyak melakukan

kebijakan yang bersifat mendorong tumbuhnya investasi. 21 dimasyarakat

melalui pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang

melakukan investasi pada bidang-bidang tertentu.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Investasi

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan investasi.

Menurut Abi (2016, Hal 13) adalah sebagai berikut:

1) Tingkat pengembalian yang diharapkan

2) Tingkat bunga

3) Ketersedian faktor-faktor produksi

4) Pangsa pasar

5) Iklim usaha yang kondusif

Berikut penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan investasi:

1. Tingkat pengembalian yang diharapkan Tingkat pengembalian yang


diharapkan dari investasi sangat dipengaruhi oleh kondisi internal yaitu

tingkat efisiensi pada proses produksi dan distribusi,kualitas SDM, dan

tingkat teknologi perusahaan, maupun kondisi eksternal yaitu perkiraan

tingkat produksi, pertumbuhan ekonomi domestik maupun internasional

dan kebijakan pemerintah.

2. Tingkat bunga Bunga pinjaman salah satu faktor yang dijadikan biaya

dalam investasi. Jika biaya pinjaman semakin tinggi, maka akan

berdampak pada biaya investasi yang semakin besar.

3. Ketersedian faktor-faktor produksi Semakin banyak dan mudah diperoleh

faktor produksi tersedia, maka semakin lancar produksi berjalan.Kondisi

ini dapat menjadi daya tarik investor untuk berinvestasi. Faktor tersebut

antara lain tenaga kerja maupun kekayaan.

4. Pangsa pasar Salah satu faktor utama yang selalu menjadi perhatian

investor yaitu pangsa pasar atau peluang pasar. Semakin besar pangsa pasar

yang tersedia peluang investasi untuk berkembang pun semakin besar.

5. Iklim usaha yang kondusif Iklim usaha yang kondusif termasuk

keamanan dan stabilitas politik. Kebijakan pemerintah mendukung iklim

investasi akan menarik minat investor. Pemerintah memberikan kemudahan

dalam perizinan usaha, perbaikan infrastruktur dan sebagainya. Selain itu

keamanan dan stabilitas politik akan memberikan kepastian dan rasa aman

bagi investor untuk melakukan investasi.

6.1.6. Kebijakan Pendanaan


Kebijakan pendanaan mengindikasikan bagaimana perusahaan

membiayai kegiatan operasionalnya atau bagaimana perusahaan membiayai

aktivanya. Terdapat beberapa teori tentang keputusan pendanaan, yaitu:

1) Pecking Order Theory, dimana para manajer pertama kali menetapkan

suatu urutan keputusan pendanaan yang akan dipilih untuk digunakan,

seperti laba ditahan, hutang, dan penerbitan saham sebagai pemilihan

terakhir.

2) Trade Off Theory, pada teori ini menjelaskan bahwa semakin tinggi

perusahaan melakukan pendanaan menggunakan hutang maka semakin

besar pula risiko mereka untuk mengalami kesulitan keuangan karena

membayar bunga tetap yang terlalu besar bagi para debt holder.

3) Teori struktur modal (Capital Structure Theory), pada teori ini

berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada pajak, bankruptcy cost, tidak

adanya informasi asimetris antara pihak manajemen dengan para

pemegang saham, dan pasar terlibat dalam kondisi yang efisien, maka

value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan bagaimana

perusahaan melakukan strategi pendanaan.

4) Signalling Theory, Ross (1977) dalam Hanafi (2013) mengembangkan

model dimana struktur modal (penggunaan hutang) merupakan siynal

yang disampaikan oleh manajer kepasar. Manajer bisa menggunakan

hutang lebih banyak sebagai sinyal yang lebih credible. Perusahaan yang
meningkatkan hutang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin akan

prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena dengan meningkatnya

hutang, meningkatkan pula kemungkinan bangkrut yang berdampak

buruk pada manajer. Maka, jika manajer berani mengambil hutang

menandakan bahwa prospek perusahaan dimasa mendatang bagus.

Investor diharapkan akan menangkap siynal tersebut, siynal bahwa

perusahaan mempunyai prospek yang baik, dengan demikian hutang

merupakan tanda atau siynal positif.

5) Agency Theory, struktur modal disusun sedemikian rupa untuk

mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Manajemen

merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja

demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka pihak

manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada

pemegang saham. Masalah keagenan potensial terjadi apabila bagian

kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100%. Karena

proporsi kepemilikan yang hanya sebagian dari perusahaan membuat

manajer cenderung bertindak untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk

memaksimumkan perusahaan. Cara yang dapat dilakukan dalam

mengurangi masalah keagenan antara lain meningkatkan kepemilikan

saham oleh pihak manajemen. Peningkatan tersebut akan membuat

manajer merasakan secara langsung manfaat ataupun kerugian dari

keputusan yang diambil. Kepemilikan ini akan mensejajarkan


kepentingan manajer dengan pemegang saham.

1. Tujuan dan Manfaat Keputusan Pendanaan

Dalam menilai posisi keuangan dan atas kemajuan perusahaan,

tujuan yang paling penting dalam hal ini Leverage (hutang).Hal ini

menunjukkan bahwa semakin besar pendanaan yang disediakan oleh

ekuitas semakin besar jaminan perlindungan yang didapat kreditor

perusahaan. Pada dasarnya Debt to equity ratio dianalisis untuk suatu

tujuan dari struktur modal untuk mengetahui bagaimana memadukan

sumber dana yang akan digunakan perusahaan sehingga dapat

memaksimalkan harga saham dan nilai perusahaan. Menurut Kasmir (2012,

hal 153) beberapa tujuan debt to equity ratio antara lain sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak

lainnya (kreditor)

2) Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang

bersifat tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).

3) Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap

dan modal.

4) Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang.

5) Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap

pengelolaan aktiva.
6) Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal

sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang.

7) Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat

sekian kalinya modal sendiri yang dimiliki.

2. Faktor –faktor yang mempengaruhi Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan suatu keputusan yang menyangkut tentang

bentuk dan komposisi pendanaan. keputusan pendanaan yang diambil

manajer akan berpengaruh terhadap risiko keuangan yang meliputi

kemungkinan ketidakmampuan untuk membayar kewajiban-kewajibannya

dan kemungkinan tidak tercapai tingkat laba yang diinginkan. Menurut

Sartono (2016, hal 248) menjelaskan bahwa terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi pendanaan diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Tingkat Penjualan

2) Struktur asset

3) Tingkat pertumbuhan

4) Profitabilitas

5) Variabel Laba dan Perlindungan Pajak

6) Skala Perusahaan

7) Kondisi intern Perusahaan dan Ekonomi Makro

Berikut penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi

keputusan pendanaan :
a) Tingkat Penjualan Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil

berarti memiliki aliran kas yang relatif stabil pula, maka menggunakan

utang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak

stabil.

b) Struktur asset Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah

besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar hal ini disebabkan

karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah mendapatkan

akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil.

Kemudian besarnya aset tetap dapat digunakan sebagai jaminan atau

kolateral utang perusahaan.

c) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan Semakin cepat pertumbuhan

perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan

ekspansi. Semakin besar kemudian untuk pembiayaan mendatang

maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba.

d) Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam

menentukan struktur modal. Dengan laba ditahan yang besar, maka

perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum

menggunakan utang.

e) Variabel laba dan perlindungan pajak Variabel ini sangat erat

kaitannya dengan stabilitas penjualan. Jika variabilitas laba perusahaan

kecil maka perusahaan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk

menanggung beban tetap dari utang.


f) Skala perusahaan Perusahaan besar yang sudah well-established akan

lebih mudah memperoleh modal dipasarmodal dibanding dengan

perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan

besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar.

g) Kondisi intern perusahaan dan ekonomi makro Perusahaan perlu

menanti saat yang tepat untuk menjual saham dan obligasi. Secara

umum kondisi yang paling tepat untuk menjual obligasi dan saham

adalah pada saat tingkat bunga pasar sedang rendah Keputusan

pendanaan sangat penting bagi perusahaan karena menyangkut sumber

perolehan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Keputusan ini akan

berpengaruh pada struktur modal.

6.1.7 Kebijakan Dividen

Menurut Hanafi (2004), dividen merupakan kompensasi yang

diterima oleh pemegang saham, disamping capital gain. Nilai dan waktu

pembayaran dividen ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS) dan nilai yang dibagikan dapat berkisar antara 0 hingga sebesar

laba bersih tahun berjalan atau tahun lalu. Terdapat beberapa teori yang

menjelaskan tentang dividen, yaitu:

1) Dividend Irrelevance Theory

Teori ini menyatakan bahwa besar-kecilnya dividen tidak

mempengaruhi harga saham, karena investor tidak mengharapkan cash


dividen melainkan mengharapkan pertumbuhan perusahaan sehingga

capital gain meningkat. Menurut Miller Modigliani dalam Hanafi (2004),

menyatakan jika pada tahun ini perusahaan tidak membagikan dividen

maka pada tahun depan investor bisa memperoleh dividen tahun depan

dan dividen yang seharusnya dibayar tahun ini plus tingkat keuntungan

dari dividen yang ditahan tersebut.

2) A Bird in the Hand Theory

Teori ini dicetuskan oleh Myron Gordon dan John Lintner yang

berpendapat bahwa pembagian dividen berpengaruh secara positif

terhadap nilai perusahaan. Teori ini mengacu pada konsep time value of

money dimana dividen saat ini seharusnya memiliki nilai yang lebih

tinggi dibanding capital gain dimasa depan.

Menurut Hanafi (2004), argumen ini mengatakan bahwa

pembayaran dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang berarti

mengurangi risiko yang pada giliran selanjutnya mengurangi tingkat

keuntungan yang disyaratkan oleh pemegang saham. Investor

mengharapkan cash dividen karena menghindari risiko perusahaan yang

sudah tidak bisa ekspansi.

3) Tax Preference Theory

Teori ini menyebutkan bahwa sebenarnya pembagian dividen

merugikan investor. Hal ini dikarenakan adanya pajak yang harus dibayar

ketika dividen dibagikan. Lain halnya dengan capital gain yang tidak
perlu membayar pajak sampai saham terjual. Sesuai dengan konsep time

value of money maka pembayaran pajak pada masa yang akan datang

lebih menguntungkan dibandingkan dengan pembayaran pajak pada saat

ini dengan jumlah yang sama.

4) Information Content atau Signalling Hypothesis

Information content atau signalling hypothesis adalah teori yang

menyatakan bahwa investor menganggap perubahan dividen sebagai

pertanda bagi perkiraan manajemen atas laba. Ada kecenderungan harga

saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan dividen. Dividen itu

sendiri tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi

prospek perusahaan yang ditunjukkan oleh meningkatnya atau

menurunnya dividen yang dibayarkan yang menyebabkan perubahan

harga saham (Hanafi, 2004).

5) Clientele Effect

Clientele effect adalah kecenderungan perusahaan untuk menarik

jenis investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut argumen ini

dividen seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen

investor tertentu. Sebagai contoh, kelompok investor dengan tingkat pajak

yang tinggi akan menghindari dividen, karena dividen mempunyai tingkat

pajak yang tinggi dibanding dengan capital gain. Sebaliknya, kelompok

investor dengan pajak yang rendah akan menyukai dividen.


Ahmad dan Nanda (2000) menyatakan nilai perusahaan sering

diproksikan dengan price to book value (PBV). PBV dapat diartikan

sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan nilai buku per

lembar saham. Menurut Ang (1997) secara sederhana menyatakan bahwa

PBV merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja

harga pasar saham terhadap nilai bukunya.

Keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan

strategi investasi di pasar modal karena melalui PBV, investor dapat

memprediksi saham- saham yang overvalued atau undervalued (Ahmed

dan Nanda, 2000). PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai

nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik,

umumnya memiliki rasio PBV di atas satu, yang mencerminkan bahwa

nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. PBV yang tinggi

mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana

kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari

perusahaan.

a. Tujuan dan Manfaat Kebijakan Dividen

Dengan membagi dividen saham, perusahaan memperoleh manfaat

berupa saving kas sehingga dana kas tersebut dapat dipakai untuk tujuan

yang lain, namun disisi lain pemegang saham juga dapat menikmati adanya
tambahan saham. Menurut Fakhrudin (2013, hal 197) ada beberapa tujuan

yang melatarbelakangi dibagikannya dividen saham:

a) Untuk meningkatkan jumlah modal perusahaan.

b) Untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

Berikut penjelasan dari tujuan pembagian dividen :

1) Untuk meningkatkan jumlah modal perusahaan,dengan dibagikannya

dividen saham, berarti perusahaan mengurangi saldo akun laba ditahan

dan ditransfer ke akun modal saham. Dengan demikian perusahaan dapat

memiliki struktur permodalan yang lebih kuat.

2) Untuk meningkatkan likuiditas perdagangan saham, dibagikannya

dividen berakibatkan jumlah saham yang beredar akan bertambah.

Bertambahnya jumlah saham ini, secara teoritis akan menurunkan harga

pasar saham setelah dibagikannya dividen. Dengan adanya jumlah saham

yang lebih banyak dan diikuti harga saham yang semakin murah akan

mendorong peningkatan likuiditas perdagangan saham.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Dividen

Semakin tinggi dividen yang dibagikan kepada pemegang saham

akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk mendapatkan sumber

dana intern dalam rangka mengadakan reinvestasi, sehingga dalam jangka

panjang akan mengurangi nilai perusahaan sebab pertumbuhan dividen

akan berkurang. Menurut Margaretha (2014, hal 335) faktor-faktor yang


mempengaruhi Kebijakan dividen adalah sebagai berikut:

a) Faktor Kendala-kendala, perjanjian kredit yang membatasi

pembagian deviden.

b) Faktor peluang investasi, jumlah proyek dalam capital budgeting

akan menyebabkan pembagian dividen dalam jumlah yang sedikit.

c) Faktor alternatif sumber modal lainnya, kemampuan mensubsidi

modal sendiri dengan utang, jika perusahaan dapat menyesuaikan

debt ratio, perusahaan dapat mempertahankan cash dividend yang

kontan. Apabila perusahaan memilih untuk membagikan laba sebagai

laba dividen maka sebaiknya perusahaan mengurangi laba yang

ditahan dan selanjutnya mengurangi total sebesar dana internal.

Menurut Kamaludin dan Indriani (2018).

Faktor faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen antara lain:

1) Posisi Likuiditas

2) Alternatif Pembiayaan lain

3) Perkiraan Pendapatan

4) Kontrol Kepemilikan

5) Inflasi

Berikut penjelasan dari faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen:

1. Posisi Likuiditas Dividen merupakan arus kas keluar, maka semakin

besar dividen yang dibayar maka akan memperkecil posisi likuiditas.


Oleh sebab itu jika posisi likuiditas perusahaan sangat baik, maka

semakin besar kemungkinan rasio pembayaran dividen

2. Alternatif pembiayaan lain Apabila perusahaan dapat memperoleh

alternatif pembiayaan dalam waktu yang relatif singkat, maka

perusahaan dapat lebih leluasa memanfaatkan kas, termasuk untuk

membayar dividen.

3. Perkiraan Pendapatan Perusahaan yang tumbuh dengan baik selama

beberapa tahun, biasanya manajemen telah menetapkan perkiraan

pendapatan yang tinggi pula. Apalagi prospek ekonomi masa yang

akan datang akan lebih baik. Perusahaan seperti ini biasanya akan

membayar dividen secara teratur dan stabil.

4. Kontrol Kepemilikan Dalam situasi control kepemilikan agar saham

tidak dikuasai oleh kelompok mayoritas manajemen dapat saja

menetapkan dividen yang tingi agar saham minoritas tidak jatuh pada

kelompok tertentu, agar meyakinkan pemegang saham minoritas

bahwa perusahaan berupaya memakmurkan para pemegang saham.

5. Inflasi Tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak pada sumber-

sumber pembiayaan. Artinya sumber pembiayaan sulit diperoleh,

walaupun ada suku bunga sangat tinggi.Dalam situasi ini satu-satunya

sumber pembiayaan yang relatif murah dengan menahan laba untuk

tidak dibagi.Inflasi yang tinggi akan memperkecil kemampuan

perusahaan untuk membayar dividen, karena dana kas lebih banyak


diinvestasikan kembali untuk membiayai perusahaan. Dalam kebijakan

pembagian dividen perlu dipertimbangkan kelangsungan hidup dan

pertumbuhan perusahaan.Dengan demikian laba tidak seluruhnya

dibagikan kedalam bentuk dividen namun perlu disisihkan untuk

diinvestasikan kembali.

6.1.8. Saham

Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang paling

diminati investor karena memberikan tingkat keuntungan yang menarik.

Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyetaan modal seorang atau

sepihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas.

Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim

atas pendapatan perusahaan, klaim atas aset perusahaan, dan berhak hadir

dalam rapat umum pemegang saham (RUPS).

Menurut Sapto (2006:31) saham adalah “Surat berharga yang

merupakan instrumen bukti kepemilikan atau penyertaan dari individu

atau institusi dalam suatu perusahaan. Sedangkan menurut istilah

umumnya, saham merupakan bukti penyertaan modal dalam suatu

kepemilikan saham perusahaan”.

Menurut Husnan Suad (2008:29) pengertian saham adalah sebagai

berikut “Saham adalah secarik kertas yang menunjukkan hak pemodal

yaitu pihak yang memiliki kertas tersebut untuk memperoleh bagian

dari prospek atau kekayaan organisasi yang menerbitkan sekuritas


tersebut, dan berbagai kondisi yang memungkinkan pemodal tersebut

menjalankan haknya”.

Sedangkan menurut Fahmi (2012:81) “Saham merupakan salah satu

instrument pasar modal yang paling banyak diminati oleh investor,

karena mampu memberikan tingkat pengembalian yang menarik.

Saham adalah kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama

perusahaan, dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang telah

dijelaskan kepada setiap pemegangnya”.

Kemudian menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:5) “Saham (stock)

merupakan tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan

dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut

adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan

saham merupakan surat bukti tanda kepemilikan suartu perusahaan yang

didalamnya tercantum nilai nominal, nama perusahaan, dan di ikuti dengan

hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap pemegangnya.

a. Jenis-jenis Saham Saham

merupakan surat berharga yang paling populer dan dikenal luas di

masyarakat. Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012:6), ada beberapa

jenis saham yaitu:

1. Ditinjau dari segi kemampuan dalam hak tagih atau klaim, maka
saham terbagi atas:

a. Saham biasa (common stock), yaitu merupakan saham yang

menempatkan pemiliknya paling junior terhadap pembagian

dividen, dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi.

b. Saham preferen (preferred stock), merupakan saham yang

memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham

biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti

bunga obligasi), tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil

seperti ini dikehendaki oleh investor.

2. Dilihat dari cara pemeliharaannya, saham dibedakan menjadi:

a. Saham atas unjuk (bearer stock) artinya pada saham tersebut

tidak tertulis nama pemiliknya, agar mudah dipindahtangankan

dari satu investor ke investor lain.

b. Saham atas nama (registered stock), merupakan saham yang

ditulis dengan jelas siapa pemiliknya, dan dimana cara

peralihannya harus melalui prosedur tertentu.

3. Ditinjau dari kinerja perdagangnannya, maka saham dapt

dikategorikan menjadi:

a. Saham unggulan (blue-chip stock), yaitu saham biasa dari

suatu perusahaan yang memiliki reputasi tinggi, sebagai leader

di industri sejenis, memiliki pendapatan yang stabil dan


konsisten dalam membayar dividen.

b. Saham pendapatan (income stock), yaitu saham biasa dari

suatu emiten yang memiliki kemampuan membayar dividen

lebih tinggi dari rata-rata dividen yang dibayarkan pada tahun

sebelumnya.

c. Saham pertumbuhan (growth stock-well known), yaitu

saham-saham dari emiten yang memiliki pertumbuhan

pendapatan yang tinggi, sebagai leader di industri sejenis yang

mempunyai reputasi tinggi. Selain itu terdapat juga growth

stock lesser known, yaitu saham dari emiten yang tidak sebagai

leader dalam industri namun memiliki ciri growth stock.

d. saham spekulatif (spekulative stock), yaitu saham suatu

perusahaan yang tidak bisa secra konsisten memperoleh

penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum

pasti.

e. saham sklikal (counter cyclical stock), yaitu saham yang

tidak terpengaruh oleh kondisi ekonomi makro maupun situasi

bisnis secara umum.

6.1.9. Harga Saham

Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama

periode pengamatanuntuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan

pergerakannya senantiasa diamati oleh para investor. Salah satu konsep


dasar dalam manajemen keuangan adalah bahwa tujuan yang ingin dicapai

manajemen keuangan adalah memaksimalisasi nilai perusahaan. Bagi

perusahaan yang telah go public, tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara

memaksimalisasi nilai pasar harga sahamyang bersangkutan. Dengan

demikian pengambilan keputusan selalu didasarkan pada pertimbangan

terhadap maksimalisasi kekayaan para pemegang saham. Sartono (2008:70)

menyatakan bahwa :

“Harga saham terbentuk melalui mekanisme permintaan dan

penawaran di pasar modal. Apabila suatu saham mengalami kelebihan

permintaan, maka harga saham cenderung naik. Sebaliknya, apabila

kelebihan penawaran maka harga saham cenderung turun”.

Menurut Jogiyanto (2008:167) pengertian dari harga saham adalah

“Harga suatu saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang

ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan

penawaran saham yang bersangutan di pasar modal”.

Menurut Brigham dan Houston (2010:7) harga saham adalah “Harga

saham menentukan kekayaan pemegang saham. Maksimalisasi

kekayaan pemegang saham diterjemahkan menjadi maksimalkan harga

saham perusahaan. Harga saham pada satu waktu tertentu akan

bergantung pada arus kas yang diharapkan diterima di masa depan oleh

investor “ratarata” jika investor membeli saham”.

Berdasarkan pengertian para ahli diatas maka dapat disimpulkan


bahwa harga saham adalah harga yang terbentuk sesuai permitaan dan

penawaran dipasar jual beli saham dan biasanya merupakan harga

penutupan.

a. Jenis-Jenis Harga Saham

Adapun jenis-jenis harga saham menurut Widoatmojo (2005:54)

adalah sebagai berikut:

1. Harga Nominal

Harga yang tecantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh

emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.

Besarnya harga nominal memberikan arti penting saham karena

dividen minimal biasanya ditetapkan berdasarkan nilai nominal.

2. Harga Perdana

Harga ini merupakan pada waktu harga saham tersebut dicatat

dibursa efek. Harga saham pada pasar perdana biasanya

ditetapkan oleh penjamin emisi (underwrite) dan emiten. Dengan

demikian akan diketahui berapa harga saham emiten itu akan

dijual kepada masyarakat biasanya untk menentukan harga

perdana.

3. Harga Pasar

Kalau harga perdana merupakan harga jual dari perjanjian emisi

kepada investor, maka harga pasar adalah harga jual dari investor

yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah
saham tersebut dicatat dibursa. Transaksi di sini tidak lagi

melibatkan emiten dari penjamin emisi harga ini yang disebut

sebagai harga di pasar sekunder dan harga inilah yang benar-

benar mewakili harga perusahaan penerbitnya, karena pada

transaksi di pasar sekunder, kecil sekali terjadi negosiasi harga

investor dengan perusahaan penerbit. Harga yang setiap hari

diumumkan di surat kabar atau media lain adalah harga pasar.

4. Harga pembukaan

Harga pembukuan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat jam bursa dibuka. Bisa saja terjadi pada saat

dimulainya hari nursa itu sudah terjadi transaksi atas suatu saham,

dan harga sesuai dengan yang diminta oleh penjual dan pembeli.

Dalam keadaan demikian, harga pembukuan bisa menjadi harga

pasar, begitu juga sebaliknya harga pasar mungkin juga akan

menjadi harga pembukaan. Namun tidak selalu terjadi.

5. Harga Penutupan

Harga penutupan adalah harga yang diminta oleh penjual atau

pembeli pada saat akhir hari bursa. Pada keadaan demikian, bisa

saja terjadi pada saat akhir hari bursa tiba-tiba terjadi transaksi

atas suatu saham, karena ada kesepakatan antar penjual dan

pembeli. Kalau ini yang terjadi maka harga penutupan itu telah

menjadi harga pasar. Namun demikian, harga ini tetap menjadi


harga penutupan pada hari bursa tersebut.

6. Harga Tertinggi

Harga tertinggi suatu saham adalah harga yang paling tinggi yang

terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi transaksi atas suatu

saham lebih dari satu kali tidak pada harga yang sama.

7. Harga Terendah

Harga terendah suatu saham adalah harga yang paling rendah

yang terjadi pada hari bursa. Harga ini dapat terjadi apabila

terjadi transaksi atas suatu saham lebih dari satu kali tidak pada

harga yang sama. Dengan kata lain, harga terendah merupakan

lawan dari harga tertiggi.

8. Harga Rata-Rata

Harga rata-rata merupakan perataan dari harga tertinggi dan

terendah.

b. Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi fluktuasi harga

saham di pasar modal, hal ini terjadi karena harga saham dapat

mempengaruhi oleh faktor eksternal dari perusahaan maupun faktor

internal perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (2010:33) harga saham

dipengaruhi oleh beberapa faktor utama yaitu:

1. Faktor internal

a. Pengumuman tentang pemasaran produksi penjualan


seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga,

penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan,

dan laporan penjualan.

b. Pengumuman pendanaan, seperti pengumuman yang

berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c. Pengumuman badan direksi manajemen (management

board of director ann nouncements) seperti perubahan dan

pergantian direktur, manajemen dan struktur organisasi.

d. Pengumuman pengambilalihan diverifikasi seperti

laporan merger investasi, investasi ekuitas, laporan take over

oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan investasi dan

lainnya.

e. Pengumuman investasi seperti melakukan ekspansi

pabrik pengembangan riset dan penutupan usah lainnya.

f. Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements),

seperti negosiasi baru, kotrak baru, pemogokan dan lainnya.

2. Faktor eksternal

c. Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan

deposito kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan regulasi ekonomi yang

dikeluarkan oleh pemerintah.

d. Penguman hukum seperti tuntutan terhadap perusahaan atau terhadap

manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.


e. Pengumuman industri sekuritas, seperti laporan pertemuan tahunan insider

trading, volume atau harga saham perdagangan pembatasan atau penundaan trading.

Menurut Agus Sartono (2008:9), harga saham terbentuk dipasar

modal dan ditentukan oleh beberapa faktor seperti laba per lembar saham

atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau

price earning ratio, tingkat bunga bebas risiko yang diukur dari tingkat

bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.

Selain faktor-faktor di atas, harga saham juga dapat dipengaruhi oleh

kondisi perusahaan. Semakin baik kinerja suatu perusahaan akan

berdampak pada laba yang diperoleh perusahaan dan keuntungan yang

didapat oleh investor, sehingga akan mempengaruhi peningkatan harga

saham.

6.2 Penelitian Terdahulu

Adapun hasil dari beberapa penelitian akan digunakan sebagai

bahan referensi dan perbandingan dalam penelitian ini,yaitu :

Tabel 6.1
Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Hasil Penelitian
1 Dewi dan Pengaruh Price Earning Menemukan Bahwa secara
Sudiartha Ratio (PER),Dividend simultan variabel Price
(2012) Payout Ratio (DPR), Earning Ratio
Return On Asset (ROA), (PER),Dividend Payout
Tingkat Suku Bunga SBI, Ratio (DPR), Return On
Serta Kurs Dollar AS Asset (ROA), Tingkat Suku
Terhadap Harga Saham Bunga SBI, Serta Kurs
Dollar AS berpengaruh
signifikan terhadap harga
saham. Dan secara parsial
variabel Price Earning Ratio
(PER),Dividend Payout
Ratio (DPR) berpengaruh
signifikan negatif terhadap
harga saham
2 Hidayat Pengaruh Earning Per menemukan bahwa secara
(2014) Share (EPS), Price parsial Earning Per Share
Earning Ratio (PER), Debt (EPS), Return On Asset
To Equity (DER), Return (ROA), dan Return On
On Asset (ROA), dan Equity (ROE) berpengaruh
Return On Equity (ROE) signifikan terhadap harga
Terhadap Harga Saham saham. Sedangkan Price
Earning Ratio (PER), Debt
To Equity Ratio (DER)
secara parsial berpengaruh
tidak signifikan terhadap
harga saham
3 dewa kadek Pengaruh struktur modal
oka dan pertumbuhan Penelitian menghasilkan
kusumajaya perusahaan terhadap kesimpulan struktur modal
(2011) profitabilitas dan niai berpengaruh positif dan
perusahaan pada signifikan terrhadap
perusahaan manufaktur di profitabilitas,pertumbuhan
bursa efek indonesia perusahaan berpengaruh
positif dan signifikan
terhadap
profitabilitas,struktur nodal
berpengaruh positif dan
signifkan terhadap nilai
perusahaan,pertumbuhan
perusahaan berpengaruh
positif dan signifkan
terhadap nilai perusahaan,
profitabilitas berpengaruh
positif dan signifkan
terhadap nilai perusahaan
4 Jusriani Analisis Pengaruh Menghasilkan kesimpulan
(2013) Profitabilitas, Kebijakan profitabilitas dan kebijakan
Dividen, Kebijakan Utang, dividen berpengaruh positif
dan Kepemilikan dan signifikan terhadap nilai
Manajerial terhadap Nilai perusahaan. Sedangkan
Perusahaan kebijakan utang dan
kepemilikan manajerial
tidak berpengaruh
signifikan terhadap nilai
perusahaan
5 Hidayati (2010) Analisis Pengaruh DER, DPR, Hasil penelitian DER, DPR, ROE
ROE DAN Size Terhadap PBV dan Size secara bersama-sama
PerusahaanManufaktur Yang berpengaruh terhadap PBV,
Listing Di BEI Periode 2005- Sedangkan secara individual,
2007 DER dan DPR berhubungan
negatif dan tidak signifikan
dengan PBV sedangkan ROE
dan Size berhubungan positif
dan signifikan terhadap PBV.

6.3. Hubungan Antar Variabel

1. Kebijakan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan

Kebijakan investasi dalam penelitian ini diproksikan dengan Price

Earnings Ratio (PER). Menurut Sartono (2001) dalam Aji (2012), Price

Earnings Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar suatu

saham (market price) dengan Earnings Per Share (EPS) dari saham yang

bersangkutan. Ang (1997) mengemukakan kegunaan PER untuk melihat


bagaimana pasar menghargai kinerja saham suatu perusahaan terhadap

kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS. PER yang tinggi

menunjukkan investasi perusahaan yang bagus, sehingga para investor

akan tertarik untuk berinvestasi. Permintaan saham yang tinggi akan

membuat nilai saham meningkat, peningkatan nilai saham akan

berpengaruh terhadap meningkatnya nilai perusahaan melalui nilai PBV.

Dengan demikian maka keputusan investasi memiliki pengaruh positif

terhadap nilai perusahaan.

2. Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan

Kebijakan deviden dalam penelitian ini diukur menggunakan

Dividend Payout Ratio (DPR). Menurut Lestariningsih (2007) dalam

Jusriani (2013) dividend payout ratio yaitu persentase deviden yang

dibagikan kepada pemegang saham dari laba bersih setelah pajak. Deviden

payout ratio dihitung dengan cara membandingkan antara dividen yang

dibagi dengan laba bersih yang didapatkan dan biasanya disajikan dalam

bentuk persentase. Pembayaran dividen yang wajar oleh perusahaan akan

mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari investor dan hal ini dapat

membantu memelihara nilai perusahaan. Hasil yang diharapkan oleh para

investor adalah berupa dividen dan kenaikan nilai saham. Oleh karena itu,

dengan membayarkan dividen kepada para pemegang saham akan

menaikkan nilai perusahaan (Gitosudarmo dan Basri, 2000) dalam

(Jusriani, 2013). Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai sinyal


bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan

pembayaran dividen akan dilihat sebagai prospek perusahaan yang buruk

(Taswan, 2003).

Perusahaan yang membagikan dividen tinggi terhadap investor akan

meningkatkan kepercayaan yang tinggi dari para investor. Investor

cenderung menginginkan kepastian dari return yang mereka investasikan

dan meminimalisasi ketidakpastian dari investasi yang mereka berikan.

Dividen yang tinggi akan membuat investor tertarik, sehingga

meningkatkan saham perusahaan. Nilai saham yang tinggi membuat

permintaan yang semakin banyak, sehingga nilai saham akan terus

meningkat lebih besar daripada nilai yang tercatat pada neraca

perusahaan,peningkatan tersebut memengaruhi nilai perusahaan yang

semakin tinggi melalui nilai PBV. Dengan demikian kebijakan dividen

memiliki pengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

Dividen merupakan bagian dari suatu keuntungan yang dibayarkan

oleh perusahaan kepada pemegang saham, karena itu dividen akan

dibagikan apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Semakin besar

dividen yang dibagi akan semakin meningkatkan nilai suatu perusahaan

(Taswan dan Soliha, 2002).

3. Kebijakan pendanaan terhadap nilai perusahaan

Keputusan pendanaan adalah keputusan selanjutnya yang


harus diambil manajer keuangan untuk mendanai investasiinvestasi yang

dilakukan perusahaan. Pada keputusan ini, manajer keuangan dituntut

untuk mempertimbangkan dan menganalisis sumber-sumber dana untuk

membiayai investasi-investasi tersebut. Pada keputusan ini manajer

keuangan harus memahami betul berapa proporsi, komposisi, kombinasi,

dan efisiensi pembiayaan yang diperlukan perusahaan. Keputusan ini

terletak pada sisi kanan laporan neraca, yaitu kewajiban lancar dan

kewajiban jangka panjang. Kewajiban lancar meliputi hutang usaha dan

hutangkewajiban jangka pendek lainnya. Kewajiban jangka panjang

meliputi hutang bank, penerbitan saham & obligasi, dan kewajiban

jangka panjang lainnya.

Berdasarkan proses arbitrase, M&M berkesimpulan bahwa

perusahaan tidak dapat mengubah nilai total atau biaya modal rata-rata

tertimbangnya dengan menggunakan leverage keuangan. Berdasarkan

pembahasan sebelumnya dapat dilihat bahwa tidak hanya nilai total

perusahaan yang tidak terpengaruh oleh berbagai perubahan dalam

leverage keuangan, tetapi juga harga saham. Akibatnya, keputusan

pendanaan bukanlah masalah dari sudut pandang tujuan memaksimalkan

harga saham per lembar. Struktur modal yang satu sama baiknya dengan

struktur modal lainnya (Van Horne 2007:242). Menurut Modigliani dan

Miller (MM) menunjukkan bahwa pendapat pendekatan tradisional


adalah tidak benar. MM menunjukkan kemungkinan munculnya proses

arbitrage yang akan membuat harga saham yang tidak menggunakan

hutang maupun yang menggunakan hutang akhirnya sama. Dengan

demikian MM menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal

sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi tidak

relevan. Hal ini berarti penggunaan hutang atau modal sendiri akan

memberi dampak yang sama bagi kemakmuran pemegang saham (Suad

Husnan 2012:266, 268).

Menurut Ferdiansyah (2012) mengemukakan mengenai trade off

theory bahwa hutang mempunyai dua sisi, yaitu sisi negatif dan positif.

Sisi positif dari hutang bahwa pembayaran bunga akan mengurangi

pendapatan kena pajak. Penghematan pajak ini akan meningkatkan nilai

pasar perusahaan. Hutang menguntungkan perusahaan karena

pembayaran bunga diperhitungkan sebagai biaya dan mengurangi

penghasilan kena pajak, sehingga jumlah pajak yang dibayarkan

perusahaan berkurang. Sisi negatifnya yaitu pembagian dividen kepada

para pemegang saham tidak mengurangi pembayaran pajak perusahaan.

Jadi dari sisi pajak akan lebih menguntungkan jika perusahaan

membiayai investasi dengan hutang karena adanya pengurangan pajak.

Keputusan pendanaan dapat diukur dengan rasio DER (Debt to

Equity Ratio), yaitu rasio untuk mengukur seberapa perusahaan


menggunakan sumber dana dari hutang dan merefleksikan kemampuan

perusahaan membayar kewajiban dalam jangka panjang. Semakin tinggi

hutang maka semakin besar risiko finansial perusahaan.

6.4. kerangka pemikiran

Disamping itu,Perusahaan juga berupaya mencapai standar

internasional tertinggi dan praktek terbaik dalam menerapkan prinsip Tata

Kelola Perusahaan yang Baik. Dari uraian di atas kerangka pemikiran

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Keputusan Dividen (X1)

t1
Kebijakan Investasi Nilai Perusahaan

(X2) (Y)
t2

Kebijakan Pendanaan
t
(X3) 3

t
Harga Saham 4
(X4)
Keterangan : :

Y = Perusahaan
X1 = Variabel independen Kebijakan Dividen
X2 = Variabel independen Kebijakan Investasi
X3 = Variabel independen Kebijakan Pendanaan
X4 = Harga Saham

6.5. Hipotesis

Hipotesis dalam statistik merupakan jawaban sementara terhadap

rumusan masalah pada suatu penelitian. Adapun hipotesis pada penelitian

kali ini adalah:

1. Diduga Dividen, Investasi, Pendanaan dan Harga Saham berpengaruh

secara simultan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Konstruksi di

Bursa Efek Indenesia periode 2014-2018.

2. Diduga Dividen, Investasi ,Pendanaan dan Harga Saham berpengaruh

secara parsial terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Konstruksi di

Bursa Efek Indenesia periode 2014-2018.

7. Metotologi Penelitian

7.1. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data

sekunder.Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh

orang-orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah

ada.Data ini diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian

terdahulu (Syekh, 2011:5).

b. Sumber Data

Data berupa laporan keuangan perusahaan konstruksi yang

bersumber dari www.idx.co.id

7.2. Metode Pengumpulan Data

Dalam melakukan penelitian ini, metode pengumpulan data yang

digunakan adalah library research (kepustakaan) dan teknik

dokumentasi.Metode ini dilakukan dengan cara membaca tulisan-tulisan

yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas dan bahan bacaan

penulis ini berasal dari buku-buku penulis ilmiah terdahulu dan studi

lapangan yang peneliti lakukan dengan cara penelititan kepustakaan

diantaranya buku penelitian sejenis dan lainnya yang diperoleh dari

perkuliahan perpustakaan yang berhubungan dengan permasalahan dalam

penelitian ilmiah ini, serta mengumpulkan data-data berupa laporan

keuangan pada perusahaan Konstruksi serta laporan-laporan yang

dipublikasikan untuk mendapatkan permasalahan yang akan diteliti

melalui www.idx.co.id.
7.3.Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2009). Populasi penelitian ini adalah perusahaan konstruksi

yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2018.

Tabel 3.1
Perusahaan konstruksi yang terdaftar di bursa efek indonesia
periode 2014-2018
N
O Kode Nama Perusahaan
1 ACST PT.Acset Indonusa Tbk
2 ADHI PT.Adhi Karya Persero Tbk
3 CSIS PT.Cahaya Sakti Investindo Sukses Tbk
4 DGIK PT.Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk
5 IDPR PT.Indonesia Pondasi Raya Tbk
6 MTRA PT.Mitra Pemuda Tbk
7 NRCA PT.Nusa Raya Cipta Tbk
8 PBSA PT.Paramita Bangun Saran Tbk
9 PSSI PT.Pelita Samudera Shipping Tbk
10 PTPP PT.Pembangunan Perumahan (persero) Tbk
11 SKRN PT.Superkrane Mitra Utama Tbk
12 SSIA PT.Surya Semestsa Internusa Tbk
13 TAMA PT.Lancar Tama Sejati Tbk
14 TOPS PT.Totalindo Eka Persada Tbk
15 TOTL PT.Total Bangun Persada Tbk
16 WEGE PT.Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk
17 WIKA PT.Wijaya Karya (prsero) Tbk
18 WSKT PT.Waskita Karya (persero) Tbk

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Sampel dari penelitian ini

ditentukan dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel

berdasarkan kriteria dan sistematika tertentu.

Tabel 3.2
Kriteria dalam pemilihan sampel
NO Kriteria Jumlah
Perusahaan yang tergabung dalam perusahaan konstruksi periode
1 2014-2018 18
Perusahaan konstruksi yang tidak membagikan dividen 2014-
12
2 2018
Perusahaan konstruksi yang mempunyai data lengkap yang
3 dibutuhkan 6
  Jumlah Sampel Akhir 6

Tabel 3.3
Sampel Dalam Penelitian
No Kode Nama Emiten
1 ACST PT.Acset Indonusa Tbk
2 NRCA PT.Nusa Raya Cipta Tbk
3 PTPP PT.Pembangunan Perumahan (persero) Tbk
4 SSIA PT.Surya Semestsa Internusa Tbk
5 TOTL PT.Total Bangun Persada Tbk
6 WSKT PT.Waskita Karya (persero) Tbk
7.4. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulisan menggunakan metode analisa sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif Kualitatif

Yaitu data yang tidak dapat diukur dalam skala numeric.Namun,

karena dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data

kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih lanjut.

(Kuncoro, 2009:146).

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Yaitu data yang di ukur dalam satu skala numerik atau angka, yang

berfungsi untuk membuat gambaran fakta-fakta yang ada dilapangan

berdasarkan teori-teori yang ada dalam literature yang ada kaitannya

dengan penelitian ini.

7.5. Alat Analisis

Dalam melakukan penelitian, data yang telah diperoleh akan

dianalisis dengan menggunakan alat analisis sebagai berikut :

a. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis Regresi digunakan untuk mengetahui pola perubahan nilai

suatu variable (variable dependen) yang disebabkan variable lain

(variable independen).Analisis regresi berganda menggunakan suatu


model matematis berupa persamaan garis lurus yang mampu

mendefinisikan hubungan antar variable sesuai dengan tujuan penelitian.

Untuk mengetahui pengaruh struktur modal dan nilai perusahaan


terhadap harga saham maka digunakan alat analisis regresi berganda,
rumus persamaan regresi berganda.
Y= a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + b3X3 + e

Karena satuan likuiditas dan harga saham tidak sama, dimana

likuiditas diukur dalam rasio sedangkan harga saham dalam rupiah maka

persamaan regresi di logkan menjadi :

Log Y = a + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 + b4 log X4 + e

Dimana :
Y = Nilai Perusahaan
X1 = Dividen
X2 = Investasi
X3 = Pendanaan
X4 = Harga Saham
A = Nilai Konstanta
b1 = Koefisien Dividen
b2 = Koefisien Investasi
b3 = Koefisien Regresi Pendanaan
e = error

7.6. Uji Asumsi Klasik

Hasil dari regresi linear berganda akan dapat digunakan sebagai alat

prediksi yang baik dan tidak biasa bila memenuhi beberapa asumsi yang
disebut asumsi klasik. Agar mendapatkan regresi yang baik harus

memenuhi uji asumsi normalitas dan bebas dari multikolinieritas,

heteroskesdatisitas.Serta autokorelasi.

1. Normalitas

Menurut Sunyoto (2011:84) uji normalitas adalah menguji data

variabel bebas ( X ) dan data variabel terikat ( Y ) pada persamaan regresi

yang dihasilkan, apakah berdistribusi normal atau berdistribusi tidak

normal. Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, dalam

penelitian uji normalitas menggunakan Probability Plot, variabel terikat

dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati

normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal, dan

ploting data akan dibandingkan dengan garis diagonal.

2. Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui apakah pada

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Untuk

mengetahui apakah terjadi multikolinearitas dalam suatu model regresi

dapat dilihat dari nilai VIF (VarianceInflation Factor). Apabila nilai

tolerance < 0,1dan VIF > 10 (Variance Inflation Factor) mengindikasikan

terjadi multicollinearity.

Model regresi yang mengandung multikolinearitas berakibat pada

kesalahan standar estimasi yang akan cenderung meningkat dengan


bertambahnya variabel independen, tingkat signifikan yang digunakan

untuk menolak hipotesis nol akan semakin besar dan probabilitas menerima

hipotesis yang salah juga akan semakin besar.

3. Heteroskedastisitas

Menurut Sunyoto (2011 : 82) dalam persamaan regresi berganda

perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual dari

observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya

mempunyai varians yang sama, disebut terjadi homoskedastisitas, dan jika

variansya tidak sama atau berbeda disebut heteroskedastisitas. Persamaan

regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Analisis uji

asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot

antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas ( sumbu X =

Y hasil prediksi ) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel

terikat ( sumbu Y = X prediksi – Y riil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titk hasil

pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah ataupun

diatas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola

teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya

mempunyai pola yang teratur, baik menyempit, melebar maupun

bergelombang-gelombang.

4. Autokorelasi
Menurut Sunyoto (2011 : 91) uji autokorelasi digunakan untuk

mengetahui jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi

tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru

timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t

(berada) dan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Salah satu

ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji

Durbin- Watson (DW), dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Terjadi autokorelasi positif jika nilai DW dibawah -2 (DW < -2)

2. Tidak terjadi autokorelasi jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau

( -2 ≤ DW ≤ +2).

3. Terjadi autokorelasi negative jika nilai DW diatas +2 (DW > +2 ).

7.7. Uji Hipotesis

1. Uji F ( Uji simultan )

Uji F digunakan untuk pengujian ini melibatkan kedua variabel

bebas terhadap variabel terikat dalam menguji ada tidaknya pengaruh yang

signifikan secara simultan atau bersama-sama (Sunyoto, 2011:16). Hasil uji

F dapat dilihat pada output ANOVA dari hasil analisis regresi linear

berganda.Tahap-tahap untuk melakukan uji F adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan Hipotesis

H0 : b1=b2=b3=b4 = 0 Berarti tidak ada pengaruh kebijakan dividen,

investasi, dan keputusan pendanaan dividen terhadap nilai perusahaan


Ha : b1≠b2≠b3≠b4 = 0 Berarti ada pengaruh pengaruh kebijakan

dividen, investasi, dan keputusan pendanaan dividen terhadap nilai

perusahaan.

b. Menghitung Fhitungdengan menggunakan rumus yaitu:

F = {( R2/k) [( 1-R2 ) / (n – k – 1)]}

Dimana : R2 = koefisien determinasi

n = jumlah sample

k = jumlah variabel bebas

c. Menentukan tingkat signifikan dengan α = 5% (0,05)

d. kriteria penguji :

- Bila F tabel < F hitung,beartri DPR,PER,DER,dan harga saham

secara simultan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, maka HO

diterima dan Ha di tolak.

- Bila F hitung > F tabel,berarti DPR,PER,DER,dan harga saham

secara simultan berpengaruh terhadap nilai perusahaan,maka HO di

tolak dan Ha diterima.

2. Uji t

Untuk menghitung apakah harga-harga yang diperoleh dari sampel

tersebut benar-benar mewakili harga parameternya, maka dilakukan uji

hipotesis. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen secara parsial terhadap variabel dependennya. Hipotesis yang

dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


a) Ho : b1=0 tidak ada pengaruh kebijakan dividen,investasi,pendanaan

dan harga saham terhadap nilai perusahaan.

Ho : b1≠0 ada pengaruh kebijakan dividen,investasi,pendanaan,dan harga

saham terhadap nilai perusahaan.

b) Ho: b2=0 tidak ada pengaruh kebijakan

dividen,investasi,pendanaan,dan harga saham terhadap nilai perusahaan.

Ho : b2≠0 ada pengaruh kebijakan dividen,investasi,pendanaan,dan harga

saham terhadap nilai perusahaan.

c) Ho: b3=0 tidak ada pengaruh kebijakan dividen,investasi, dan

pendanaan terhadap nilai perusahaan.

Ho : b3≠0 ada pengaruh kebijakan dividen,investasi,pendanaan dan harga

saham terhadap nilai perusahaan.

3. Koefisien Determinasi

Besarnya pengaruh Kebijakan Dividen (X1), Investasi (X2), dan

Pendanaan (X3),Harga Saham (X) terhadap Nilai Perusahaan (Y) dapat

diketahui dengan menggunakan analisis koefisien detreminasi atau

disingkat Kd yang diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien

korelasinya, yaitu :

Kd = R2 x 100%

Keterangan :
Kd = Koefisien determinasi atau sebarapa jauh perubahan

variable Y dipergunakan oleh variabel X


R2 = Kuadrat koefisien korelasi

100% = Pengkali yang menyatakan dalam persentase.

Dengan diketahuinya koefisien korelasi antara masing-masing

Kebijakan Dividen (X1), Investasi (X2), Pendanaan (X3),Harga Saham(X4),

dan Nilai Perusahaan (Y), kita bisa menentukan koefisien determinasi.

Koefisien determinasi tersebut digunakan untuk mengetahui besarnya

pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel bebas (X1, X2, X3,X4)

terhadap variabel terikat (Y). Pada hakikatnya nilai R berkisar antara -1 dan

1, bila r mendekati -1 atau 1 maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan

yang erat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Bila R mendekati 0,

maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel bebas dengan

variabel terikat sangat lemah atau bahkan tidak ada.

8. Operasional Variabel

Tabel 6.2
Operasional variabel
No Variabel Definisi Indikator Satuan Skala
1 Dividen DPR adalah % Rasio
(DPR) persentase Dividentunai per Saham
(X1) laba yang Laba per Saham
dibayarkan
dalam bentuk
dividen bagi
pemegang
saham
2 Investasi PER adalah Laba Per Saham % Rasio
(PER) perbandingan Harga pasar per
(X2) antara harga lembar
pasar
Total Kewajiban
Equity

perlembar
saham dengan
laba
perlembar
saham
3 Pendanaan DER adalah % Rasio
(DER) ratio yang
( X3 ) digunakan
untuk
mengetahui
perbandingan
antar total
hutang dengan
modal sendiri
Harga Harga %
4 Saham saham adalah  Rasio
(X4) harga saham di 
bursa
saham pada saat
tertentu yang
ditentukan oleh
pelaku pasar dan
oleh permintaan
dan penawaran
saham yang
bersangkutan di
pasar modal.
Nilai (Market value of %
5 Perusahaan Equity+Book Value of Rasio
Tobins’Q
Debt)/Book Value of Total
Asset
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, Parvez dan Sudhir Nanda (2000), Style Investing: Incorporating Growth
Characteristics in Value Stocks, Pennsylvania State University, Harrisburg.

Andinata, W. (2010). Analisis Pengaruh Profitabilitas dan Kebijakan Dividen


Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Ang, Robert (1997), Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). Jakarta: Mediasoft Indonesia.

Euis Soliha dan Taswan (2002), “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi. STIE STIKUBANK, Semarang.

Euis Soliha dan Taswan (2002), “Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan Serta Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya”. Jurnal
Bisnis dan Ekonomi. STIE STIKUBANK, Semarang.

Fama, Eugene F. (1978). ‘’The Effect of a firm investment and Financing


Decision on the welfare of its security holders’’. American Economic
Review : Vol. 68 PP.271-282.

Fama, Eugene F. (1978). “The Effect of a Firm Investment and Financing


Decisison on the Welfare of its Security Holders”. American Economic
Review : Vol. 68 PP.271-282.

Hanafi (2004) Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE UGM


Hasnawati, Sri. (2005)a. ‘’implikasi keputusan investasi,pendanaan, dan dividen
terhadap nilai perusahaan public di bursa efek Jakarta’’. Usahawan.
No.09/ThXXXIX. September 2005 : 33-41.

Jensen & Meckling, (1976), The Theory of The Firm: Manajerial Behaviour,
Agency Cost, and Ownership Structure, Journal of Financial and
Economics, 3:305-360.

Nani Martikarini (2012). Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, dan


Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Universitas Gunadarma.

Nani Martikarini (2012). Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang, dan


Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan. Universitas Gunadarma.
Nurlela, Rika dan Islahuddin (2008), ‘’Pengaruh Corporate Social Responsibility
terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase kepemilikan Menejerial
sebagai Variabel Moderatin,Simposium Nasional Akuntansi XI. Pontianak

Salvatore, Dominick. (2005). Ekonomi Manajerial Buku 2. Jakarta :


SalembaEmpat.
Salvatore, Dominick. 2011. Managerial Economics. Jakarta: Salemba Empat

Sumarto, (2007). Anteseden dan Dampak dari Kebijakan Deviden beberapa


Perusahaan Manufaktur. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, Vol. 7, No. 1

Taswan. (2003). Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang dan


Deviden Terhadap Nilai Perusahaan Serta Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya, Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 10, No. 2, hal 162-
181.

Anda mungkin juga menyukai