Anda di halaman 1dari 16

Makalah Manajemen Ternak Unggas

Perkembangan Populasi dan Produksi, Kontribusi dalam Penyediaan Telur

Disusun Oleh

Kelompok 6

Agis Ginanjar 200110140082

M. Eka Asri 200110140096

Chintia Ninda N.F 200110140098

Saddam Madani 200110140151

Desty Wahyu 200110140283

Saiful 200110140293

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2016
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini, kebutuhan telur sebagai makanan telah menyebar. Telur yang

semula dirasa sebagai makanan yang istimewa dan langka, kini dapat dikonsumsi

oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Telur memiliki nilai gizi yang cukup

tinggi dan mudah dicerna.

Pada awalnya, pemeliharaan ayam dilakukan hanya dengan alasan

kesenangan ataupun untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sama seperti usaha-

usaha bisnis lainnya, usaha ternak ayam ini juga dilakukan dengan tujuan mencari

keuntungan seoptimal mungkin. Peternak ayam petelur mempunyai tuntutan yaitu

harus mampu memanfaatkan segala sarana dan teknologi yang ada, bahkan harus

dapat mengembangkannya bila memungkinkan. Kegiatan pemeliharaan ayam

petelur ini disebut dengan istilah beternak ayam.

Usaha beternak ayam petelur ini memiliki potensi yang cukup besar

mengingat konsumsi protein per hari per kapitanya menurut standar nasional telah

ditetapkan yaitu sebanyak 55 gram yang terdiri atas 80% protein nabati dan 20%

protein hewani. Pemenuhan protein hewani dapat dipenuhi dari protein telur.

Namun, di balik potensi yang besar tersebut juga terdapat beberapa faktor yang

dapat menghambat kegiatan usaha beternak ayam tersebut. Maka dari itu,

pengetahuan mengenai ternak unggas sangat diperlukan dalam usaha beternak

ayam.

1.2 Tujuan
1. Mengetahui kontribusi peternakan ayam petelur dalam memenuhi

kebutuhan pangan di Indonesia

2. Mengetahui perkembangan populasi ayam petelur di Indonesia

3. Mengetahui perkembangan produksi ayam petelur di Indonesia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Populasi Ayam Petelur

Di Indonesia, industri perunggasan merupakan salah satu usaha peternakan

yang cukup berpengaruh, hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan penduduk

yang mencapai1.5-2.3%. Berdasarkan data statistik, dapat dilihat bahwa

kebutuhan telur ayam di Indonesia dari tahun ketahun semakin meningkat,

faktor inilah yang menyebabkan populasi ayam ras petelur di Indonesia terus

meningkat. Adapun populasi ayam ras petelur dari tahun 2009-2014 dapat kita

lihat dalam tabel berikut:

Populasi Ayam Ras Petelur di Indonesia (Ekor)


160000000
140000000
120000000
100000000
80000000
60000000
40000000
20000000
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

Tahun Populasi

Sumber: Populasi Ayam Ras Petelur menurut Provinsi, 2009-2015.

www.bps.go.id

Usaha peternakan ayam ras petelur telah berkembang sangat pesat, hal ini

disebabkan oleh berbagai faktor antara lain meningkatkan efesiensi usaha ayam

ras petelur akibat meningkatnya keterampilan peternak dalam menerapkan


teknologi maju, adanya dorongan dan pembinaan pemerintah. Semakin

meningkatnya permintaan komoditi telur, serta pesatnya perkembangan

perusahaan pembibitan ayam, pabrik makanan ternak serta obat-obatan di dalam

negeri (Rasyaf, 2001)

Ayam ras petelur juga memiliki sifat-sifat unggul yang dapat menunjang

perkembangan populasinya. Menurut Sudarmono (2003) ayam ras petelur

mempunyai sifat-sifat unggul yaitu sebagai berikut :

1. Laju pertumbuhan ayam ras petelur sangat pesat pada umur 4,5-

5,0 bulan telah mencapai kedewasaan kelamin dan bobot badan

antara 1,6 kg-1,7 kg, pada waktu itu sebagian dari kelompok ayam

tersebut telah berproduksi. Adapun ayam kampung pada umur

yang sama, bobot badannya baru mencpai sekitar 0,8 kg

kedewasaan kelamin ayam kampung baru dicapai pada umur 7-8

bulan.

2. Kemampuan berproduksi ayam ras petelur cukup tinggi yaitu

antara 250-280 butir/tahun, dengan bobot telur antara 50-60

g/butir. Sedangkan produksi ayam kampung hanya berkisar antara

30-40 g/butir

3. Kemampuan ayam ras petelur dalam memanfaatkan ransum pakan

sangat baik dan berkorelasi positif. Konversi terhadap penggunaan

ransum cukup bagus yaitu setiap 2,2 kg -2,5 kg ransum dapat

menghasilkan 1 kg telur. Dalam hal ini, ayam kampung tidak

memiliki korelasi positif dalam memanfatkan ransum yang baik

dan mahal. Oleh karena itu, ayam kampung lebih ekonomis bila

diberi pakan yang murah.


4. Periode bertelur ayam ras petelur lebih panjang, bisa berlangsung

13-14 bulan, atau hingga ayam berumur 19-29 bulan, walaupun

ayam ras hanya mengalami satu periode bertelur, akan tetapi

periode bertelurnya tersebut berlangsung sangat panjang dan

produktif. Hal ini disebabkan karena tidak adanya periode

mengeram pada ayam ras petelur tersebut. Sedangkan ayam

kampung mengalami periode bertelur berkali-kali, namun satu

periode bertelurnya berlangsung sangat pendek, yaitu sekitar 15

hari . periode bertelur ayam kampung terputus-putus, karena ayam

kampung memiliki sfat atau periode mengeram.

2.2 Perkembangan Produksi Telur Ayam Ras

Telur merupakan bahan pangan berkualitas, telah lama diketahui bahwa

telur mempunyai kandungan asam amino yang sangat baik serta memiliki nilai

protein tinggi. Bila dilihat secara kuantitatif dua butir telur mengandung 154

kalori atau lima persen dari kebutuhan energi untuk anak umur 10 tahun, serta

mengandung asam linoleat sebanyak 18% dari total asam- asam lemak yang

terdapat dalam telur, selain itu juga mampu memenuhi 25 % kebutuhan vitamin A

dan D untuk anak usia 10 tahun (Winarno dkk., 2002). Sumber lain menyebutkan

bahwa dalam satu butir telur dengan berat 60 g mengandung protein (6,4 sampai

7,0 %), lemak (6,1 sampai 6,9 %), kolestrol (0,024 sampai 0,027 %), glukosa

(0,15 sampai 0,2 %), serta mineral (0,45 sampai 0,55 %) (Yuwanta, 2004).

Menurut Departemen Pertanian (2010) perkembangan produksi telur dunia

semakin meningkat. Produksi telur dunia pada tahun 2002 sebesar 55 juta ton
meningkat menjadi 57,9 ton pada tahun 2004. Perkembangan produksi telur

diikuti pula dengan konsumsi telur per kapita per tahun di beberapa Negara dunia.

Konsumsi telur di ASEAN dan RRC pada tahun 2005 adalah sebagai berikut (1)

Kamboja 16 butir/ kapita/tahun, (2) Vietnam 41 butir/kapita/tahun, (3) Singapura

64 butir/kapita/tahun, (4) Indonesia 67 butir/kapita/tahun, (5) Thailand 93

butir/kapita/ tahun, (6) China 304 butir/kapita/tahun, (7) Malaysia 311

butir/kapita/tahun.

Sama halnya dengan perkembangan konsumsi telur dunia di Indonesia

sendiri juga terus mengalami peningkatan sepanjang tahun. Pada tahun 2008

konsumsi telur ayam ras 5,78 kg/kapita/tahun meningkat menjadi 5,84

kg/kapita/tahun pada tahun 2009. Dibandingkan dengan negara lain di Asia,

konsumsi telur di Indonesia tahun 2011 termasuk paling rendah yaitu sebesar 101

butir/kapita/tahun atau sekitar 6,31 kg/kapita/tahun. Konsumsi telur di Indonesia

sebagian besar dipenuhi dari telur ayam ras dengan persentase mencapai 91,82 %

(Setiawan., 2006).

Ayam ras petelur sudah memasyarakat di Indonesia, karena disamping

telur sebagai tujuan utama produksi, dagingnya juga dapat dimanfaatkan sebagai

sumber protein hewani yang mudah didapat dengan harga yang relatif terjangkau.

Sebagai dampak adanya krisis moneter yang melanda bangsa Indonesia, maka

ketersediaan day old chick (DOC) dan pullet di pasaran nampak langka dan

kalaupun ada maka harganya sangat tinggi, sementara pada dasarnya ayam petelur

mampu bertelur lebih dari 260 butir per tahun produksi hen house dengan usia

produktif berkisar 22 sampai 72 minggu (Sarwono, 2005).


2.3 Perkembangan Kontribusi Penyediaan Ayam Petelur di Indonesia

Pengembangan usaha ternak unggas jenis ras layer (ayam petelur) di

Indonesia masih memiliki prospek yang bagus, terlebih lagi konsumsi protein

hewani masih kecil. Ini dikaitkan dengan kontribusi ayam petelur dalam

memenuhi kebutuhan gizi. Dengan adanya perkembangan jumlah penduduk yang

selalu meningkat dari tahun ke tahun, maka perlu diimbangi dengan kesadaran

akan arti penting peningkatan gizi dalam kehidupan. Hal ini berimplikasi pada

pola konsumsi makanan yang juga akan terus meningkat. Disamping tujuan utama

penggunaan makanan sebagai pemberi zat gizi bagi tubuh yang berguna untuk

mempertahankan hidup.

Sebagai salah satu sumber protein hewani untuk kebutuhan konsumsi

adalah telur. Bahan makanan ini mengandung gizi yang baik untuk kehidupan

manusia. Fakta yang ada menunjukkan bahwa konsumsi telur lebih besar daripada

konsumsi hasil ternak lain, karena telur mudah diperoleh dengan harga relatif

murah dan terjangkau bagi anggota masyarakat yang mempunyai daya beli

rendah. Maka konsumsi telur sendiri sangat diperlukan oleh penduduk Indonesia

agar mampu memenuhi gizi terutama dalam memenuhi kebutuhan protein.

Sesuai dengan kebutuhan terhadap angka kecukupan energi rata-rata

penduduk Indonesia pada tingkat konsumsi sebesar 2200 Kkal/orang/hari dengan

tingkat ketersediaan energi sebesar 2550 Kkal/orang/hari, dengan angka

kecukupan protein rata-rata sebesar 50 gram/orang/hari pada tingkat konsumsi dan

55 gram/orang/hari pada tingkat ketersediaan, sedangkan Angka kecukupan

konsumsi lemak minimum setara dengan 10 % dari total energi dan maksimum 25

% dari total energi, dengan konsumsi yang bersumber dari lemak rata-rata sebesar

20 % (Deptan, 2013). Hal itu berarti target konsumsi protein hewani sekitar 11

g/hari/perkapita. Namun yang terjadi, konsumsi protein hewani penduduk


Indonesia baru memenuhi 4,7 g/hari/perkapita, angka ini sangatlah berbeda

dengan target konsumsi protein hewani sebesar 11 g/hari/perkapita..

Usaha ternak ayam seperti halnya usaha-usaha ternak lainnya, yakni

dengan tujuan untuk mengejar keuntungan yang setinggi-tingginya dengan biaya

produksi yang serendah-rendahnya. Oleh karena itu agar usaha peternakan itu bisa

berkembang serta menguntungkan perlu diatur segi manajemen pemeliharaan

yang bisa di pertanggung jawabkan secara baik dan ekonomis.

Produksi telur yang dihasilkan oleh usaha peternakan komersial memiliki

kontribusi produksi lebih besar dan semakin meningkat dari waktu ke waktu,

tetapi pada saat yang sama kontribusi produksi telur ayam buras dan telur itik

terus menurun. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan produksi telur dari kedua

jenis ternak yang terakhir lebih lambat. Variasi tingkat konsumsi erat

hubungannya dengan kebiasaan spesifik suatu wilayah, seperti kebudayaan dan

adat istiadat daerah setempat. Kebiasaan tersebut mempengaruhi pola konsumsi

suatu komunitas. Keseimbangan produksi-konsumsi bervariasi antar provinsi.


Sep

erti yang telah dijelaskan oleh tabel diatas dimana kontribusi produksi telur ayam

ras terhadap total produksi telur secara keseluruhan sangat besar dan semakin

meningkat selama kurun waktu 1969-2000. Dinamika kontribusi masing-masing

jenis telur selama tiga dasawarsa ditunjukkan pada Tabel 1. Sesuai dengan

tingginya laju peningkatan produksi telur ayam ras yang terjadi sejak tahun 1980

mengakibatkan semakin besar kontribusinya terhadap produksi telur nasional


sejak saat itu. Selanjutnya prestasi ini secara konsisten terus berlanjut bahkan

cenderung semakin besar, terutama disebabkan lambatnya laju peningkatan

produksi telur ayam buras dan produksi telur itik.

Untuk dapat meningkatkan kontribusi produksi telur ayam sebaiknya

menggunakan bibit ayam petelur yang baik. Dimana dalam proses penetasannya

sendiri diperlukan mesin tetas modern dengan kapasitas yang banyak agar dapat

meningkatkan kontribusi produksi telur ayam.Daya tetas telur sendiri yang

dihasilkan pada proses penetasan secara alami umumnya lebih rendah

dibandingkan dengan penetasan secara buatan.

Dari aspek makro ekonomi, pertumbuhan PDB peternakan selama kurun

waktu 2007 - 2009 mencapai 3,1% sedangkan dari aspek impor dan ekspor,

neraca perdagangan komoditas peternakan masih menunjukkan defisit yang

tinggi. Pada kurun waktu yang sama kesempatan kerja yang dapat diserap dari

hasil pembangunan peternakan berjumlah 3,4 juta orang atau mengalami

peningkatan sebesar 3,83%.

Untuk aspek teknis, seluruh jenis ternak mengalami peningkatan kecuali

kerbau dan ayam buras yang masing-masing mengalami penurunan 1,7% dan

1,69%. Telur terealisasi 1,3 juta ton atau 81,4% dari yang ditargetkan sebesar 1,4

juta ton. Penyediaan susu terealisasi 69,7% dari target sebesar 1,8 juta ton.

Berdasarkan gambaran tersebut di atas realisasi penyediaan protein hewani asal

ternak untuk masyarakat pada tahun 2010 adalah 5,8 gr/kap/hr.

Untuk dapat meningkatkan kontribusi telur sendiri pemerintah sudah

membuat program merupakan instrumen kebijakan yang berisi kegiatan untuk

mencapai sasaran dan tujuan. Dimana penyusunan program mengacu kepada

Pedoman Restrukturisasi Program dan Kegiatan (Buku 1) dari Pedoman

Reformasi Perencanaan dan Penganggaran (Kementerian Keuangan dan


Bappenas, 2009). Program disusun dalam kerangka strategi nasional dan

merupakan salah satu elemen dalam pencapaian rencanapembangunan nasional.

Program harus dapat menggambarkan kontribusi dari pelaksanaan pemerintahan

dalam rangka mencapai sasaran pembangunan nasional.

Outcome yang diharapkan dari program Direktorat Jenderal Peternakan

dan Kesehatan Hewan adalah :

(i) Meningkatnya ketersediaan pangan hewani (daging, telur, susu);

(ii) Meningkatnya kontribusi ternaklokal dalam penyediaan pangan

hewani (daging, telur, susu);

(iii) Meningkatnya ketersediaan protein hewani berkualitas asal ternak;

dan

(iv) Meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak.

Dengan adanya program-program yang telah diupayakan oleh pihak

pemrintah, maka dapat diketahui bagaimana tingkat kontribusi pada telur. Dimana

telur ini merupakan kontribusi besar dalam upaya pemenuhan gizi penduduk

Indonesia.

Selain kontibusi telur dalam hal pemenuhan gizi terdapat pula kontibusi

dalam hal pertumbuhan PDB investasi dan kesempatan kerja yang timbul dari

stimulus pembiayaan.

Produksi telur secara nasional tahun 2014 tercapai 1,81 juta ton, jika

dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 1,73 juta ton, maka produksinya tumbuh

4,89 %, dan pertumbuhannya telah melebihi target produksi per tahun sebesar

4,42%. Jika dibandingkan dengan target produksi telur tahun 2014 sebesar 1,79

juta ton, maka capaian produksi telur tahun 2014 telah melebihi target, yaitu

sebesar 101,2%. Sehingga dapat dinilai Sangat berhasil. Dengan capaian


pertumbuhan yang baik, maka pada tahun berikutnya diperlukan upaya koordinasi

yang lebih intensif dengan stakeholders dalam mencapai target produksi.

Selengkapnya Capaian Produksi Telur Terhadap Renstra disajikan pada tabel 3

berikut :

Tabel 3. Komoditas dan Produksi Telur Tahun 2010 – 2014

Sumber : LAKIP Direktorat Budidaya Ternak 2014


BAB III

KESIMPULAN

Pada data yang didapat bisa dilihat bahwa pertumbuhan populasi dan

produksi ayam petelur maupun telur nya itu sendiri berkembang seiring berjalanya

tahun. Selain itu produksi ayam petelur pun mampu berkontribusi memenuhi

kebutuhan dalam negri untuk pemenuhan gizi masyarakat Indonesia


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pertanian. 2010. Produksi Telur Indonesia. Departemen Pertanian,

Jakarta

Sarwono. B. 2005. Beternak Ayam Buras Pedaging dan Petelur. Edisi Revisi.

Jakarta .

Setiawan, N. 2006. Perkembangan Konsumsi Protein Hewani di Indonesia:

Analisis Hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional 2002-2005.

Fakultas Peternakan,

Universitas Padjajaran, Bandung.

Winarno, F.G., dan S. Koswara. 2002. Telur: Komposisi, Penanganan dan

Pengolahannya. M-Brio Press, Bogor.

Yuwanta , 2004. Kualitas Telur. Jakarta: Penebar Swadaya.

DIREKTORAT JENDERAL BINA PRODUKSI PETERNAKAN. 2002. Buku

Statistik Peternakan 2001. Direktorat Jenderal Bina Produksi

Peternakan, Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2014.

www.ditjenak@deptan.go.id

LAPORAN KINERJA DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN.

2014. Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian.

Sudarmono, AS. 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius.

Yogyakarta.

Rasyaf, M., 2001. Manajemen Peternakan Ayam Petelur. Penebar Swadaya.

Jakarta
Lampiran Pembagian Tugas

No Nama Kontribusi

1 Agis Ginanjar Pembahasan Perkembangan Produksi

2 M. Eka A Pembahasan Perkembangan Produksi

3 Chintia Ninda Pembahasan Perkembangan Populasi

4 Saddam M Editing Dan Bab 1`

5 Desty Wahyu Pembahasan Perkembangan Kontribusi

6 Saiful Membuat PPT

Anda mungkin juga menyukai