Anda di halaman 1dari 9

2.

2 Konsep Dasar Anemia

2.2.1 Pengertian Anemia dalam Kehamilan

Anemia pada kehamilan adalah suatu keadaan di mana terjadi kekurangan sel darah

merah dan menurunnya hemoglobin kurang dari 11 gr/dl. Pada trimester I dan III kadar

hemoglobin kurang dari 11 gr/dl, pada trimester II kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gr/dl.

Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi yaitu anemia defisiensi besi. (Prawirohardjo, 2010

dalam Astarina, 2014).

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar hemoglobin (Hb) yang

berada di bawah normal. Di Indonesia, anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat

besi, sehingga lebih dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi

merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil

umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang

dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia

pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III

(Waryana, 2010).

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, dan merupakan

jenis anemia yang pengobatannya relatif mudah bahkan murah (Manuaba, 2012).

2.2.2 Patofisiologi Anemia

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah karena perubahan

sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta. Volume plasma meningkat 45-65%

dimulai pada trimester kedua kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke sembilan dan

meningkat sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterm serta kembali normal 3 bulan

setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti 8 laktogen plasenta yang

menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. Stimulasi peningkatan 300-350 ml massa sel


merah ini dapat disebabkan oleh hubungan antara hormon maternal dan peningkatan

eritropoitin selama kehamilan. (Ibrahim dan Proverawati, 2011).

Peningkatan volume plasma menyebabkan terjadinya hidremia kehamilan atau

hemodilusi, yang menyebabkan terjadinya penurunan hematokrit (20-30%), sehingga

hemoglobin dari hematokrit lebih rendah secara nyata dari pada keadaan tidak hamil.

Hemoglobin dari hematokrit mulai menurun pada bulan ke 3-5 kehamilan, dan mencapai nilai

terendah pada bulan ke 5-8. Cadangan besi wanita hamil mengandung 2 gram, sekitar 60-

70% berada dalam sel darah merah yang bersirkulasi, dan 10- 30% adalah besi cadangan

yang terutama terletak di dalam hati, empedu, dan sumsum tulang. Kehamilan membutuhkan

tambahan zat besi sekitar 800-1000 mg untuk mencukupi kebutuhan yang terdiri dari :

a) Terjadinya peningkatan sel darah merah membutuhkan 300-400 mg zat besi dan

mencapai puncak pada 32 minggu kehamilan.

b) Janin membutuhkan zat besi 100-200 mg. 3) Pertumbuhan plasenta membutuhkan zat

besi 100-200 mg. Sekitar 190 mg hilang selama melahirkan. (Ibrahim dan Proverawati,

2011).

2.2.3. Etiologi Anemia

Ketika ibu hamil, jumlah darah bertambah (hypervolemia) sehingga terjadi

pengenceran darah. Kondisi tersebut disebabkan karena pertambahan sel-sel darah tidak

sebanding dengan pertambahan plasma darah. Berikut adalah perbandingannya :

1) Plasma darah bertambah 30%.

2) Sel-sel darah bertambah 18%.

3) Hemoglobin bertambah 19%. Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk

membantu meringankan kerja jantung (Pranoto, 2013).

Penyebab lain dari anemia yaitu kehilangan darah berat akibat menstruasi, atau parasit

infeksi seperti cacing tambang, ascaris, serta schistosomiasis yang dapat menurunkan
konsentrasi hemoglobin darah (Hb). Infeksi akut dan kronis, termasuk malaria, kanker, TBC,

dan HIV juga dapat menurunkan konsentrasi Hb. Kekurangan mikronutrien lain, termasuk

vitamin A dan B12, folat, riboflavin, dan tembaga juga dapat meningkatkan risiko anemia

(Benoist, 2008).

2.2.4 Tanda Dan Gejala Anemia

Anemia dapat menyebabkan tanda dan gejala :

a. letih, sering mengantuk, malaise;

b. pusing, lemah;

c. nyeri kepala;

d. luka pada lidah;

e. kulit pucat;

f. membran mukosa pucat (misal, konjungtiva);

g. bantalan kuku pucat;

h. tidak ada nafsu makan, mual, dan muntah.

(Rukiyah, 2010).

2.2.5 Diagnosis Anemia Pada Kehamilan

Untuk menegakkan diagnosis anemia kehamilan dapat dilakukan dengan anamnesa.

Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang,

dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda. (Manuaba, 2012). Pemeriksaan dan

pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakanalat pemeriksaan Hb. Hasil

pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut (Manuaba, 2012) :

 Hb 11 g% tidak anemia

 Hb 9 – 10 g% anemia ringan

 Hb 7 – 8 g% anemia sedang Hb

2.2.6. Macam-Macam Anemia


Macam--macam anemia adalah sebagai berikut :

a. Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe.

Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan,

karena gangguan absorbsi atau terlampau banyaknya keluar dari badan, misalnya pada

perdarahan (Prawirohardjo, 2018).

Anemia defisiensi zat besi pada wanita bisa disebabkan oleh :

 penurunan asupan atau penyerapan zat besi, termasuk defisiensi nutrisi dan gangguan

pencernaan, seperti diare atau hiperemesis;

 peningkatan kebutuhan, seperti kehamilan yang sering, banyak atau kembar;

 infeksi kronis, terutama pada saluran kemih;

 perdarahan akut atau kronis, misalnya menoragia, hemoroid berdarah, atau hemoragi

antepartum atau postpartum (Astarina, 2014).

b. Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblastik adalah gangguan darah di mana ukuran sel lebih besar dari sel

darah merah normal. Anemia ini biasanya disebabkan oleh defisiensi asam folat dan jarang

sekali karena defisiensi vitamin B12. Anemia ini sering ditemukan pada wanita yang jarang

mengonsumsi sayuran hijau segar atau makanan dengan protein tinggi (Proverawati, 2011).

c. Anemia Hemolitik

Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena sumsum tulang belakang

kurang mampu membuat sel-sel darah yang baru (Prawirohardjo, 2018). Pada sepertiga kasus

anemia dipisu oleh obat atau zat kimia lain, infeksi, radiasi, leukemia, dan gangguan

imunologis (Fraser, 2009).

2.2.7. Dampak Anemia


Anemia dapat terjasi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu

diwaspadai. Penyakit anemia yang menyerang ibu hamil berpengaruh terhadap kehamilan,

persalinan, dam saat masa nifas. Adapun pengaruh anemia terhdap kehamilan, persalinan dan

nifas dapat mengakibatkan sebagai berikut (Astarina, 2014).

a. Dampak Anemia Terhadap Ibu

i. Bahaya Selama Kehamilan

Berikut adalah bahaya anemia selama kehamilan.

- Abortus.

- Persalinan prematur.

- Hambatan tumbuh kembang janin dalam Rahim.

- Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr%).

- Perdarahan antepartum.

- Ketuban pecah dini (KPD).

ii. Bahaya saat Persalinan

- Bahaya anemia saat persalinan adalah sebagai berikut.

- Gangguan his.

- Kala I memanjang.

- Persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah.

- Retensio plasenta.

- Atonia uteri.

iii. Pada Masa Nifas

Berikut adalah bahaya anemia pada masa nifas.

- Subinvolusi.

- Perlukaan sukar sembuh.

- Infeksi puerperium.
- Pengeluaran ASI berkurang.

- Anemia masa nifas.

- Infeksi mamae.

(Astarina, 2014)

b. Dampak Anemia Terhadap Janin

Berikut adalah dampak anemia terhadap janin

- Asfiksia intrauterin sampai kematian.

- IUFD.

- BBLR.

- Kelahiran dengan anemia.

- Cacat bawaan.

- Mudah terkena infeksi.

- IQ rendah dan bahkan bias mengakibatkan kematian.

(Manuaba, 2012).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil

1) Faktor Dasar

- Sosial ekonomi

Pada ibu hamil dengan tingkat sosial ekonomi yang baik, otomatis akan

mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikologis yang baik pula. Status gizipun akan

meningkat karena nutrisi yang didapatkan berkualitas. Tingkat sosial ekonomi terbukti

sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis ibu hamil

(Nurhidayati, 2013).

- Pengetahuan
Tingkatan pengetahuan ibu mempengaruhi perilakunya, makin tinggi

pendidikan atau pengetahuannya, makin tinggi kesadaran untuk mencegah

terjadinya anemia.

- Pendidikan

Pendidikan yang baik akan mempermudah untuk mengadopsi pengetahuan

tentang kesehatannya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu hamil dapat

menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan kesehatan

keluarga.

(Nurhidayati, 2013)

2) Faktor Langsung

- Kecukupan konsumsi tablet besi

Tablet besi adalah tablet tambah darah untuk menanggulangi anemia gizi besi

yang diberikan kepada ibu hamil.

- Jarak kehamilan

Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun.

- Paritas

Paritas adalah kelahiran setelah gestasi 20 minggu, tanpa memperhatikan

apakah bayi hidup atau mati. Paritas ibu merupakan frekuensi ibu pernah

melahirkan anak hidup atau mati, tetapi bukan aborsi.

- Status gizi

Maulana (2010) kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang

buruk bagi ibu dan janin. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang

mengantarkan oksigen dan makanan pada janin akan terhambat, sehingga janin

akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Oleh karena itu

pemantauan gizi ibu hamil sangatlah penting dilakukan (Nurhidayati, 2013).


- Penyakit Infeksi

Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko anemia. Infeksi itu umumnya

adalah TBC, cacingan dan malaria, karena menyebabkan terjadinya peningkatan

penghancuran sel darah merah dan terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali

menyebabkan kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas

hidup penderitanya. Infeksi cacing akan menyebabkan malnutrisi dan dapat

mengakibatkan anemia defisiensi besi. Infeksi malaria dapat menyebabkan anemia

(Nurhidayati, 2013).

d. Pencegahan Anemia

1) Pemberian Fe

Pencegahan anemia defisiensi besi dapat dilakukan dengan suplementasi besi

dan asam folat. WHO menganjurkan untuk memberikan 60 mg besi selama 6 bulan

untuk emmenuhi kebutuhan fisiologik selama kehamilan. Di wilayah-eilayah dengan

prevalensi anemia yang tinggi, dianjurkan untuk memberikan suplementasi sampai tiga

bulan postpartum (Astarina, 2014).

Pemberian tablet besi merupakan salah satu pencegahan anemia. Pemerintah

saat ini mulai melihat calon pengantin perempuan sebagai target. Mereka diberikan

tablet tiap minggu selama 16 minggu ditambah 1 tablet tiap hari selama haid. Dosis

mingguan ini ternyata cukup efekstif dalam meningkatkan kadar hemoglobin

(Asrtarina, 2014).

Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%/

bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi dan 50

nanogram asam folat untuk profilaksis anemia (Susiloningtyas, 2012).

Selain itu, pendidikan dan peningkatan asupan besi melalui makanan juga

merupakan upaya dalam mencegah anemia. Mengonsumsi makan yang cukup


mengandung kalori, setiap 1000 kkal makanan dari beras mengandung 6 mg Fe.

Meningkatkan makanan yang dapat memacu penyerapan zat besi dan mengurangi

makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi (Arisman, 2007). Selain itu,

juga dengan memberikan penyuluahn tentang tanda dan gejala anemia serta yang

ditimbulkan oleh anemia. (Astarina, 2014).

Pemberian Fe selama kehamilan dan setelah kelahiran dapat mencegah

anemia. Pemantauan konsumsi tablet Fe juga perlu diikuti dengan pemantauan cara

minum yang benar karena hal ini akan sangat mempengaruhi efektifitas penyerapan

Fe. Cara minum tablet Fe yang benar yaitu dengan air putih atau air jeruk (Setyoresmi,

2012 dalam Astarina, 2014).

Pada masa kehamilan seorang wanita memerlukan tambahan zat besi untuk

meningkatkan jumlah sel darah merah dan mebentuk sel darah merah janin dan

plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan

makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi makin anemis (Manuaba, 2010 dalam

Astarina, 2014).

Tabel 2.7

Kebutuhan Zat Besi pada Setiap Kehamilan

Meningkatkan sel darah merah ibu 500 mg Fe


Terdapat dalam plasenta 300 mg Fe
Untuk darah janin 100 mg Fe
Jumlah 900 mg Fe
(Astarina, 2014)

Anda mungkin juga menyukai