Anda di halaman 1dari 15

MODUL 01

DASAR PENGUKURAN
Miranda Sitompul, Nita Juang, M Rosyid , M.Fadli
10218037, 10218068, 10218081, 10218080
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung
miranda_sitompul@yahoo.com

Tanggal Praktikum: (19 September 2019)


Asisten: Muhammad Shiddiq / 10216042

1. TUJUAN
1.1 Menentukan nilai dari resistansi, kapasitansi, induktansi, dan dioda.
1.2 Menentukan nilai tegangan dan arus
1.3 Menentukan perbandingan hasil pengukuran sinyal DC antara multimeter dan osiloskop
1.4 Menentukan perbandingan hasil pengukuran sinyal AC antara multimeter dan osiloskop
1.5 Menghitung nilai tegangan Thevenin dan hambatan Thevenin dari suatu rangkaian
1.6 Menghitung nilai hambatan baterai dalam suatu rangkaian

2. DASAR TEORI

Breadboard

Breadboard merupakan suatu papan kumpulan dari lempengan besi yang digunakan untuk
menggantikan penggunaan kabel yang kurang praktis. Seperti yang bisa dilihat pada gambar, bagian
merah dan bagian biru berupakan bagian breadboard terhubung.

Resistor
Resistor (hambatan) berfungsi untuk mengatur arus listrik yang mengalir pada sebuah komponen.
Resistor memiliki nilai resistansi yang dinyatakan dengan satuan ohm ( Ω ). Nilai resistansi pada setiap
resistor direpresentasikan oleh pita warna pada tiap resistor.

Tiap resistor memiliki jumlah pita warna yang berbeda, dari 4 hingga 6 buah. Tiap resistor yang
mempunyai jumlah berbeda juga memiliki pembacaan pita yang berbeda.
1. Pita pertama : angka pertama dari nilai resistansi.
2. Pita kedua : angka kedua dari nilai resistansi.
3. Pita ketiga : nilai faktor pengali dengan satuan ohm (resistor dengan 4 gelang warna); atau angka
ketiga dari nilai resistansi (resistor dengan 5 dan 6 gelang warna).
4. Pita keempat : nilai toleransi (resistor dengan 4 gelang warna); nilai faktor pengali dengan satuan
ohm (resistor dengan 5 dan 6 gelang warna).
5. Pita kelima : nilai toleransi (resistor dengan 5 dan 6 gelang warna).
6. Pita keenam : koefisien temperatur dengan satuan part per millions (ppm)/°C
Multimeter
Multimeter merupakan kumpulan rangkaian listrik yang
berfungsi sebagai alat penguji komponen listrik. Multimeter bisa
berfungsi sebagai voltmeter untuk mengukur tegangan, ammeter
untuk mengukur kuat arus, dan ohmmeter untuk mengukur
hambatan. Beberapa multimeter juga dapat mengukur dioda,
kapasitor, dan transistor.
Ammeter

Menurut Hukum Coulomb, hubungan antara kuat arus listrik dengan muatan listrik seperti berikut:
𝐼 =𝑄 𝑡
Dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa kuat arus listrik menunjukkan berapa jumlah muatan
yang melewati suatu titik per satuan waktu. Artinya, 1 Ampere menunjukkan bahwa dalam suatu titik,
ada muatan sebesar 1 Coulomb yang melewati titik tersebut dalam 1 detik. Menurut Untuk mengukur
kuat arus, multimeter harus dirangkai secara seri dengan komponen listrik. Ketika di set sebagai
ammeter, multimeter memiliki hambatan yang sangat kecil (𝑅 → 0) sehingga ketika dirangkai secara
seri, ammeter tidak akan mengubah rangkaian . Saat dalam mode AC, multimeter mengukur Irms (bukan
Ipeak).

Voltmeter Dari Hukum Coulumb, hubungan antara tegangan dengan


energi listrik seperti berikut: 𝑊 = 𝑉.𝐼.𝑡 Tegangan
menunjukkan energi yang dibutuhkan untuk melewatkan
muatan dalam suatu komponen. Artinya, 1 Volt menunjukkan
bahwa dalam suatu komponen dibutuhkan energi sebesar 1
Joule untuk melewatkan muatan sebesar 1 Coulomb. Untuk
mengukur tegangan, multimeter harus dirangkai secara
paralel dengan komponen listrik. Ketika di set sebagai
voltmeter, multimeter memiliki hambatan yang sangat besar
(𝑅 → ∞) sehingga tidak akan mengganggu rangkaian. Saat
dalam mode AC, multimeter mengukur Vrms (bukan Vpeak).

Ohmmeter
Hambatan suatu komponen menunjukkan kesulitan yang harus diatasi untuk mengalirkan arus listrik
melalui komponen tersebut. Ohmmeter bekerja dengan cara mengalirkan arus listrik konstan ke
rangkaian yang ingin diukur kemudian mengukur tegangan yang didapatkan. Nilai hambatan dihitung
dari arus listrik dan tegangan tersebut. Karena ohmmeter bekerja dengan mengalirkan arus, sangat
penting untuk mensterilkan komponen yang diukur dari arus litrik selain dari multimeter. Hindari
mengukur hambatan ketika komponen masih berada dalam breadboard. Hindari juga memegang bagian
konduktor dari komponen yang diukur karena hambatan tubuh akan ikut terukur oleh multimeter.

Osiloskop
Osiloskop merupakan alat yang mampu menampilkan bentuk sinyal tegangan terhadap waktu, berbeda
dengan multimeter yang hanya menampilkan nilai tegangan. Pada dasarnya, osiloskop merupakan
tabung sinar katoda (CRT) yang mengarahkan sinar yang ditembakkan di layar untuk mengilustrasikan
sinyal yang masuk ke dalamnya.
Tombol/Sakelar dan Indikator Osiloskop
Tombol/Sakelar Kontrol dan Indikator Osiloskop berdasarkan gambar diatas adalah
seperti berikut ini :
1. Tombol Power ON/OFF
Tombol Power ON/OFF berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan Osiloskop
2. Lampu Indikator
Lampu Indikator berfungsi sebagai Indikasi Osiloskop dalam keadaan ON (lampu Hidup)
atau OFF (Lampu Mati)
3. ROTATION
Rotation pada Osiloskop berfungsi untuk mengatur posisi tampilan garis pada layar agar
tetap berada pada posisi horizontal. Untuk mengatur rotation ini, biasanya harus
menggunakan obeng untuk memutarnya.
4. INTENSITY
Intensity digunakan untuk mengatur kecerahan tampilan bentuk gelombang agar mudah
dilihat.
5. FOCUS
Focus digunakan untuk mengatur penampilan bentuk gelombang sehingga tidak kabur
6. CAL
CAL digunakan untuk Kalibrasi tegangan peak to peak (VP-P) atau Tegangan puncak ke
puncak.
7. POSITION
Posistion digunakan untuk mengatur posisi Vertikal (masing-masing Saluran/Channel
memiliki pengatur POSITION).
8. INV (INVERT)
Saat tombol INV ditekan, sinyal Input yang bersangkutan akan dibalikan.
9. Sakelar VOLT/DIV
Sakelar yang digunakan untuk memilih besarnya tegangan per sentimeter (Volt/Div) pada
layar Osiloskop. Umumnya, Osiloskop memiliki dua saluran (dual channel) dengan dua
Sakelar VOLT/DIV. Biasanya tersedia pilihan 0,01V/Div hingga 20V/Div.
10. VARIABLE
Fungsi Variable pada Osiloskop adalah untuk mengatur kepekaan (sensitivitas) arah
vertikal pada saluran atau Channel yang bersangkutan. Putaran Maksimum Variable
adalah CAL yang berfungsi untuk melakukan kalibrasi Tegangan 1 Volt tepat pada 1cm
di Layar Osiloskop.
11. AC – DC
Pilihan AC digunakan untuk mengukur sinyal AC, sinyal input yang mengandung DC
akan ditahan/diblokir oleh sebuah Kapasitor. Sedangkan pada pilihan posisi DC maka
Input Terminal akan terhubung langsung dengan Penguat yang ada di dalam Osiloskop
dan seluruh sinyal input akan ditampilkan pada layar Osiloskop.
12. GND
Jika tombol GND diaktifkan, maka Terminal INPUT akan terbuka, Input yang bersumber
dari penguatan Internal Osiloskop akan ditanahkan (Grounded).
13. VERTICAL INPUT CH-1
Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 1 (Channel 1)
14. VERTICAL INPUT CH-2
Sebagai VERTICAL INPUT untuk Saluran 2 (Channel 2)
15. Sakelar MODE
Sakelar MODE pada umumnya terdiri dari 4 pilihan yaitu CH1, CH2, DUAL dan ADD.
CH1 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 1 (Channel 1).
CH2 = Untuk tampilan bentuk gelombang Saluran 2 (Channel 2).
DUAL = Untuk menampilkan bentuk gelombang Saluran 1 (CH1) dan Saluran 2 (CH2)
secara bersamaan.
ADD = Untuk menjumlahkan kedua masukan saluran/saluran secara aljabar. Hasil
penjumlahannya akan menjadi satu gambar bentuk gelombang pada layar.
16. x10 MAG
Untuk pembesaran (Magnification) frekuensi hingga 10 kali lipat.
17. POSITION
Untuk penyetelan tampilan kiri-kanan pada layar.
18. XY
Pada fungsi XY ini digunakan, Input Saluran 1 akan menjadi Axis X dan Input Saluran 2
akan menjadi Axis Y.
19. Sakelar TIME/DIV
Sakelar TIME/DIV digunakan untuk memilih skala besaran waktu dari suatu periode atau
per satu kotak cm pada layar Osiloskop.
20. Tombol CAL (TIME/DIV)
ini berfungsi untuk kalibrasi TIME/DIV
21. VARIABLE
Fungsi Variable pada bagian Horizontal adalah untuk mengatur kepekaan (sensitivitas)
TIME/DIV.
22. GND
GND merupakan Konektor yang dihubungkan ke Ground (Tanah).
23. Tombol CHOP dan ALT
CHOP adalah menggunakan potongan dari saluran 1 dan saluran 2.
ALT atau Alternate adalah menggunakan saluran 1 dan saluran 2 secara bergantian.
24. HOLD OFF
HOLD OFF untuk mendiamkan gambar pada layar osiloskop.
25. LEVEL
LEVEL atau TRIGGER LEVEL digunakan untuk mengatur gambar yang diperoleh
menjadi diam atau tidak bergerak.
26. Tombol NORM dan AUTO
27. Tombol LOCK
28. Sakelar COUPLING
Menunjukan hubungan dengan sinyal searah (DC) atau bolak balik (AC).
29. Sakelar SOURCE
Penyesuai pemilihan sinyal.
30. TRIGGER ALT
31. SLOPE
32. EXT
Trigger yang dikendalikan dari rangkaian di luar Osiloskop.
Penampilan pada Layar (Display)
A. Layar Osiloskop
B. Trace, garis yang digambar oleh Osiloskop yang mewakili sinyal
C. Garis Grid Horizontal
D. Garis Grid Vertical
E. Garis Tengah Horizontal dan Vertikal

Cara mengkalibrasikan osiloskop pertama kali sebagai berikut.


1. Atur nilai volt/div sebesar 1V atau 2V dan atur channel yang akan ditampil.
2. Hubungkan channel tersebut dengan probe osiloskop, kemudian sentuhkan probe tersebut pada
lempeng logam di bagian kiri bawah layar tersebut.
3. Atur nilai time/div dan level sehingga citra dua buah garis dengan nilai tegangan peak-to-peak sebesar
2 Volt tersebut nampak dengan jelas pada layar.
4. Atur posisi vertikal dengan menggunakan panel yang ada sehingga titik tengah dari kedua garis itu
tepat berada pada tengah layar (y=0), atau dengan kata lain kedua garis yang nampak berada pada nilai
positif dan negatif yang sama. Untuk penggunaan volt/div sebesar 1V, garis akan berada satu kotak di
atas dan satu kotak di bawah dari titik tengah.
Osiloskop telah terkalibrasi dan telah dapat digunakan untuk melakukan pengukuran.

Signal Generator
Signal generator merupakan perangkat elektronika yang berfungsi untuk menghasilkan beberapa bentuk
sinyal AC dengan besar amplitudo dan nilai frekuensi yang dapat diatur. Berikut beberapa bagian
penting yang ada pada signal generator.

1. Tombol Power : Power switch digunakan pada


function generator.
2. Power di indicator : LED digunakan untuk
menandai ketika power diterapkan atau digunakan
untuk function generator.
3. Range Switch : Range switch ini terdiri dari 7
pushbuton yang berfungsi sebaai adjustment
frekuensi dari 1 Hz s/d 1 MHz
dan duty control.
4. Tombol Function : Tiga tombol yang terhubung menyediakan pilihan bentuk gelombang yang
diinginkan, seperti gelombang pulsa,segitiga, segitiga dan sinusoidal.
5. Pengali (Multiplier) : Adalah potensiometer yang digunakan sebagai faktor pengali dengan range
dangan kalibrasi yang tersedia 0,2 s/d 2,0.
6. Duty Kontrol ( Tugas Pengendali ) : Digunakan untuk mengkalibrasi gelombang output agar
mendapatkan gelombang yang simetris.
7. Pulse Invert : Sebuah pushbUtton yang digunkaan untuk membalikkan waktu simetris yang diset pada
duty control. Berikut adalah setting invert switch

Rangkaian Thevenin
Rangkaian Thevenin merupakan metode matematis untuk menyederhanakan suatu rangkaian listrik
yang kompleks menjadi rangkaian dengan hanya 1 sumber tegangan (VTh) dan 1 resistor (RTh).

Gambar 1 Gambar 2
Definisi VTh : Tegangan Thevenin adalah tegangan rangkaian terbuka (tanpa beban) dari sirkuit asal.
Definisi RTh : Hambatan Thevenin adalah resistansi dari pandangan luar terminal dengan semua
sumber tegangan atau arus diganti oleh hambatan dalam tersebut.
Artinya, VTh pada rangkaian di gambar 1 dapat dihitung dengan persamaan
𝑽𝑻𝒉 = ([(𝑹𝟏 + 𝑹𝟑 )‖𝑹𝟐 ] + 𝑹𝟒 ). 𝑽
R = Hambatan (ohm)
V= Tegangan total (V)
VTh= Tegangan Thevenin (V)

Karena VTh adalah tegangan saat beban tidak ada atau open loop/circuit, akibatnya tidak ada arus yang
mengalir melewati R4 (sesuai Hukum Kirchoff). Hambatan Thevenin adalah hambatan dari sudut
pandang terminal keluaran dengan sumber yang diganti dengan hambatan dalamnya. Hambatan dalam
dari sumber tegangan adalah nol (secara ideal). Hambatan yang setara dari R1, R2, dan R3 adalah seri
dengan R4. Dengan demikian, hambatan Thevenin untuk rangkaian ini adalah seperti berikut :
𝑹𝑻𝒉 = [(𝑹𝟏 + 𝑹𝟑 )‖𝑹𝟐 ] + 𝑹𝟒
R = Hambatan (Ω)
RTh= Hambatan Thevenin (Ω)

Arus, Tegangan dan Hambatan

Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap satuan waktu. Muatan listrik bisa mengalir
melalui kabel atau penghantar listrik lainnya. Satuan SI untuk arus listrik adalah ampere (A)

Formula arus listrik adalah:


I = Q/t
Dimana: I = besarnya arus listrik yang mengalir, ampere
Q = Besarnya muatan listrik, coulomb
t = waktu, detik
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya
resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Hambatan listrik yang mempunyai satuan ohm dapat
dirumuskan sebagai berikut:
R=V/I
Dimana:
R = Besarnya hambatan dalam sebuah rangkaian. Ohm ( .Ω)
V = Beda potensial pada kedua ujung rangkaian. Volt (V).
I = Kuat arus listrik yang mengalir pada sutu rangkaian. Ampere (A).

Untuk menentukan hambatan dalam sebuah catu daya (misal baterai), baterai dibebani dan mengukur
penurunan tegangan terminal E-V, dengan V adalah tegangan terminal tertutup. Dengan mengetahui I, arus
yang mengalir, rd dapat dihitung.

Tegangan listrik atau voltase adalah perbedaan potensial listrik antara dua titik dalam rangkaian listrik,
dinyatakan dalam satuan volt. Besaran ini mengukur energi potensial sebuah medan listrik untuk
menyebabkan aliran listrik dalam sebuah konduktor listrik. Tergantung pada perbedaan potensi listrik satu
tegangan listrik dapat dikatakan sebagai ekstra rendah, rendah, tinggi atau ekstra tinggi.Satuan SI untuk
Tegangan adalah volt (V).
Rumus tegangan ialah:
V=IxR
dimana:
V = Beda potensial pada kedua ujung rangkaian. [Volt (V)].
I = Kuat arus listrik yang mengalir pada sutu rangkaian. [Ampere (A)].
R = Besarnya hambatan dalam sebuah rangkaian. [Ohm ( )].

3. RANCANGAN PERCOBAAN
Percobaan 2

Gambar 1 Rangkaian Paralel


Pada percobaan ini saya menggunakan 3 resistor dengan masing-masing mempunyai nilai hambatan
yaitu R1=10 ohm , R2=20 ohm dan R3=10 ohm. Rangkaian diatas merupakan rangkaian pararel dimana,
pada rangkaian pararel, nilai/besar tegangan pada setiap hambatan adalah sama. Sedangkan arus pada
setiap hambatan adalah berbeda-beda sesuai dengan besar hambatannya.
Untuk mendapatkan tegangan pada setiap hambatan maka kita bisa langsung melihat besar tegangan
yang diberikan kepada rangkaian tersebut. Karna besar tegangan disetiap hambatan pada rangkaian
pararel adalah sama. Sedangkan untuk mencari arusnya kita harus menghitung satu demi satu pada setiap
hambatan dengan menggunakan rumus :
𝑉 = 𝐼. 𝑅
𝑉
𝐼=
𝑅
Dimana :
I = Kuat arus (A)
V= Besar tegangan (V)
R= Hambatan (Ω)
Tetapi untuk mencari arus di setiap hambatan kita harus terlebih dahulu mencari arus total pada
rangkaian tersebut dan kemudian kita bisa mencari kuat arus di setiap hambatan tersebut.

Gambar 2 Rangkaian Seri

Pada percobaan ini saya menggunakan 3 resistor dengan masing-masing mempunyai nilai hambatan
yaitu R1=10 ohm , R2=20 ohm dan R3=10 ohm. Rangkaian diatas merupakan rangkaian seri dimana,
pada rangkaian seri, nilai/besar arus pada setiap hambatan adalah sama. Sedangkan nilai tegangan pada
setiap hambatan adalah berbeda-beda sesuai dengan besar hambatannya.
Untuk mendapatkan arus pada setiap hambatan maka langkah pertama yang kita kerjakan adalah
menghitung hambatan pengganti dari rangkaian tersebut. Dan kemudian membagikan tegangannya
dengan rangkaian pengganti dari semua rangkaian itu .
Kita bisa menggunakan rumus :

𝑉 = 𝐼. 𝑅
Dimana :
I = Kuat arus (A)
V= Besar tegangan (V)
R= Hambatan pengganti (Ω)
Tetapi untuk mencari tegangan di setiap hambatan kita harus terlebih dahulu mencari arus total pada
rangkaian tersebut dan kemudian kita bisa mencari tegangan di setiap hambatan dengan menggunakan
rumus di atas.

Percobaan 5

Gambar 3 Rangkaian Thevenin

Pada percobaan ini, kami membuat rangkaian Thevenin, dimana rangkaian thevenin ini mempunyai
hambatan bebab, dan nilai hambatan beban ini adalah 0. Untuk mencari nilai hambatan thevenin dari
rangkaian tersebut maka kita harus menyelesaikan persamaan hambatannya terlebih dahulu dengan
menserikan dam mempararelkan hambatan yang terdapat pada rangkaian, dan setelah selesai
mengerjakan persamaan tersebut maka hasil tersebut adalah besar hambatan Thvenin pada rangkaian
tersebut.
Dan untuk mencari besar tegangan thevenin pada rangkaian tersebut makan kita bisa menggunakan
rumus :
𝑽𝑻𝒉 = 𝑹𝑻𝒉 . 𝑽
Rth = Hambatan (ohm)
V= Tegangan total (V)
VTh= Tegangan Thevenin (V)
Dimana Rth itu adalah hambatan output.

Percobaan 6

Gambar 4 Menentukan hambatan dalam baterai

Arus listrik dalam sebuah rangkaian tidak hanya mengalir melalui rangkaian luar, tetapi juga secara internal
melalui baterai. Arus mengalir melalui sebuah loop tertutup. Pada setiap bagian loop arus harus menembus
hambatan yang berbeda-beda bergantung pada jenis bagian penghantar. Bagian-bagian tersebut termasuk
baterai itu sendiri yang mana arus mengalami hambatan. Apabila arus yang mengalir adalah I dan hambatan
baterai rd (disebut hambatan dalam baterai), menurut hukum Ohm, pada baterai akan mengalami penurunan
tegangan sebesar I. rd

Hal ini menyebabkan tegangan terminal baterai berkurang sebesar I. rd dari nilai rangkaian terbuka E (GGL
baterai) sehingga tegangan terminalnya menjadi:
V = E - I. rd
Atau
rd = E-V/I
rd = Hambatan dalam
E = GGL baterai
V =Tegangan
I = Arus
Makin besar I dan rd makin besar pula penurunan tegangannya. Banyak catu daya memiliki hambatan
dalam rd yang sangat kecil sehingga penurunan tegangan dapat diabaikan

4. DATA HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan 1
Tabel 1.1 Data Hasil Pengukuran Nilai Resistansi
No Multimeter Warna Pita (manual)
Resistansi (Ω) Resistansi/R (Ω) Toleransi/T (%) Rentang (R+ (T*R)) (Ω)
1 1 (biru) 1 1% 1+ 0,01

2 2,655 (coklat) 4 2,7Ohm 5% 2,7 + 0,135


garis
3 2,155 (biru 2,2 Ohm 1% 2,2 + 0,022
garis merah)

Pada percobaan ini kami menggunakan 3 resistor yang berbeda-beda. Setelah kami mengukur besar
hambatan dari setiap resistor dengan multimeter kami mendapatkan hasil yang berbeda-beda. Kami
mendapatkan hasil seperti pada table 1.1 . Nilai resistor yang kami dapat dari hasil pengukuran dengan
menggunakan multimeter berbeda dengan nilai resistor yang tertera pada komponen tersebut ( dilihat dari
pita warna resistor ). Dan kita juga dapat melihat bahwa toleransi dari setiap resistor itu berbeda-beda
berdasarkan warna pitanya. Sehingga terjadinya perbedaan karna pada praktikum terjadi beberapa
kesalahan dan terdapatnya galat.

Tabel 1.2 Data Hasil Pengukuran Nilai Kapasitansi


No Kapasitansi (F)
Multimeter Nilai tertera pada kapasitor
1 1,083 nF 1 nF
2 11,34 nF 10 nF
3 27,12 nF 33 nF
Pada percobaan ini kami menggunakan 3 kapasitansi yang berbeda sehingga kami mendapatkan hail yang
berbeda-beda pula. Kami mengukur kapasitansi pada setiap kapasitor dengan menggunakan multimeter.
Hal ini karna terjadi kesalahan dalam praktikan dan kesalahan pada alat. Sehingga data yang didapat kurang
akurat.

Tabel 1.3 Data Hasil Pengukuran Nilai Induktansi


No Induktansi (H)
Multimeter Nilai tertera pada Induktor
-4
1 80,9 H 10 H
Pada percobaan ini kami menggunakan 3 yang berbeda sehingga kami mendapatkan hail yang berbeda-
beda pula. Kami mengukur kapasitansi pada setiap Induktor dengan menggunakan multimeter. Hal ini karna
terjadi kesalahan dalam praktikan dan kesalahan pada alat. Sehingga data yang didapat kurang akurat.

Tabel 1.4 Data Hasil Pengukuran Dioda


No Tegangan (V)
Multimeter saat probe hitam bagian anoda Multimeter saat probe hitam bagian katoda
1 0,480 V 0

Hasil yang kami dapat berbeda dengan yang tertera , hal ini disebabkan karna adanya kesalahan pada kami
(praktikan) pada saat melakukan pengukuran. Selain itu ada juga pengaruh alat yang kurang bagus dan baik
dan juga terjadi kekurangtelitian ketika menghubungkan kabel yang satu dengan yang lain, kadang
tergoyang,tergeser dan lain-lain.
Percobaan 2

Gambar skema rangkaian pengukuran


tegangan dan arus pada rangkaian seri dan
parallel

Tabel 2.1 Data hasil pengukuran tegangan dan arus pada rangkaian seri
Rangkaian Seri
V1 (V) 4,1V V1 (V) 3,99 V

Teori V2 (V) 3,34 V Eksperimen V2 (V) 3,2 V


(Matematis)
V3(V) 1,55V V3(V) 1,8V

I1 (mA) 1,55 mA I1 (mA) 1,52 mA

I2 (mA) 1,55 mA I2 (mA) 1,52 mA

I3 (mA) 1,55 mA I3 (mA) 1,52 mA

Tabel 2.2 Data hasil pengukuran tegangan dan arus pada rangkaian parallel
Rangkaian Parallel
V1 (V) 9V V1 (V) 8.95 V

Teori V2 (V) 9V Eksperimen V2 (V) 8.95 V


(Matematis)
V3(V) 9V V3(V) 8.95 V

I1 (mA) 3,39 mA I1 (mA) 3,31 mA

I2 (mA) 4,18 mA I2 (mA) 4,13 mA

I3 (mA) 9 mA I3 (mA) 8,8

mA
Pada percobaan ini kami mendapatkan nilai eksperimen dengan teoritik yang berbeda. Tapi bedanya tidak
terlalu jauh. Hal ini disebabkan karna kekurangtelitian praktikan dan adanya galat pada saat prktikum.
Untuk mengurangi galat dan kesalahan selama praktikum, sebelum praktikum kita harus mengecek bahwa
alat yang kita gunakan itu masih bagus. Dan dalam melakukan praktikum juga kita harus lebih teliti dan
ketika menghubungkan kabel yang satu denga kabel yang lain maka kita harus lebih teliti lagi dan usahakan
tidak terjadi geser menggeser terhadap sambungan arus.

Percobaan 3
Tabel 3.1 Data hasil pengukuran tegangan searah / DC
No Volt/div Time/div Tegangan (V) Grafik Osiloskop (Gambar)
Multimeter Osiloskop
1 5V 1 ms 9,98 V 10 V

2 5V 1 ms 4,92 V 5V

3 2V 1 ms 2,57 V 2,3 V

Pada percobaan ini kami mendapatkan nilai eksperimen dengan teoritik yang berbeda. Tapi bedanya tidak
terlalu jauh. Hal ini disebabkan karna kekurangtelitian praktikan dan adanya galat pada saat prktikum.
Untuk mengurangi galat dan kesalahan selama praktikum, sebelum praktikum kita harus mengecek bahwa
alat yang kita gunakan itu masih bagus. Dan dalam melakukan praktikum juga kita harus lebih teliti dan
ketika menghubungkan kabel yang satu denga kabel yang lain maka kita harus lebih teliti lagi dan usahakan
tidak terjadi geser menggeser terhadap sambungan arus. Ketika menggunakan osiloskop juga tidak boleh
frekuensi nya terlalu kecil. Karna jika terlalu kecil maka gambarnya tidak jelas.
Percobaan 4
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran tegangan Bolak-Balik/AC
No Volt/div Time/div Frekuensi (Hz) Tegangan (V) Grafik Osiloskop (Gambar)
1 SG 100 MM 3,92
5 2 ms
OS 1000 OS 5

2 SG 10 MM 3,89

5 10 ms OS 1000 OS 5

3 SG 1000 MM 3,88

5 0,5 ms OS 1013 OS 5,2

4 SG 3000 MM 3,57

5 1,5 ms OS 5800 OS 5,1

Keterangan: SG : Signal Generator; OS : Osiloskop; MM : Multimeter.

Percobaan 5
Tabel 5.1 Data hasil pengukuran nilai tegangan Thevenin dan hambatan Thevenin
Tegangan Thevenin/VTH (V) Hambatan Thevenin/RTH (Ω)
Teori (Matematis) Eksperimen Teori (Matematis) Eksperimen
1V 1,5 kΩ

Percobaan 6
Rdalam = … Ω Vsumber = … V

5
V(V)

I (A)

0 0,5
Gambar Kurva Pembebanan

5. SIMPULAN
a. Terjadinya perbedaan yang didapat dari hasil praktikum dan teori karna adanya galat dan kesalahan dalam
praktikum

6. REFERENSI
1Anonim. TT. What is a breadboard?. Tersedia di http://wiring.org.co/learning/tutorials/breadboard/.
[27 Mei 2019].
[2] Anonim. 2014. Resistor Color Code Chart – Understanding Resistance Color Coding. Tersedia di
http://www.circuitstoday.com/resistor-color-code-chart. [27 Mei 2019].
[3] Sanwa Electric Instrument. TT. CD800A Digital Multimeter Instruction Manual. Tersedia di
https://overseas.sanwa-meter.co.jp/items/detail.php?id=29. [31 Mei 2019].
[4] GW-INSTEK. TT. User Manual Signal Generator GAG-809/810. Tersedia di
https://www.gwinstek.com/en-US/products/detail/GAG-810_GAG-809. [31 Mei 2019].
[5] Floyd, Thomas L., Buchla, David. 2001. Fundamentals of Analog Circuits, 2nd Edition. Prentice
Hall.

Anda mungkin juga menyukai