Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut survei WHO, angka mortalitas peritonitis mencapai

5,9 juta pertahun degan angka kematia 9661 ribu orang meninggal.

Negara tertinggi yang menderita penyakit ini adalah amerika serikat

dengan pederita sebanyak 1,661 penderita. Dalam kasus peritonitis

yang sering terjadi sebagian besar di sebabkan kara bakteri atau

yang biasa di sebut peritonitis bacterial spontan.

Di Indonesia sampai saat ini perintonitis masih mejadi

masalah yang besar dengan angka mortalitas dan morbidilitas yang

tinggi. Saat ini pendekatan multi modalitas dengan melakukan

tindakan pembedahan dilakukan untuk mengetahui penyebab

utamanya. Pemberian anti biotk dan terapi menujang guna

pencegah komplikasi sekuder yang mungkin terjadi.tujuan dari

pemberian dari anti biotik ini untuk membunuh bakteri yang ada di

rongga peritonium maupun dalam sirkulasi.

Hasil survei pada tahu 2008 angka ke jadian peritonitis

masih tinggi.di indonesia jumlah penderita peritonitis berjulah

sekitar 7% dari jmlah penduduk atau sekitar 179.000 orang (depkes

2008).
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi

Anak usia sekolah adalah anak yang memiliki umur 6

sampai 12 tahun yang masih duduk di sekolah dasar dari kelas

1 sampai kelas 6 dan perkembangan sesuai usianya.

Peritonitis adalah inflamasi peritoneum, lapisan membrane

serosa rongga abdomen dan meliputi visera yang merupakan

penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut

maupun kronik / kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri

tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular dan tanda

– tanda umum inflamasi. ( Santosa, Budi. 2005) Peritonitis

adalah peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis

yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa. ( Soeparman,

dkk) Peritonitis adalah suatu peradangan dari peritoneum, pada

membrane serosa, pada bagian rongga perut ( Andra)

Peritonitis adalah peradangan yang biasanya disebabkan oleh

infeksi pada selaput rongga perut (peritoneum) lapisan

membrane serosa rongga abdomen dan dinding perut bagian

dalam.

B. Etiologi

1. Infeksi bakteri

a) Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus


alpha dan beta hemolitik, stapilokokus aureus,

enterokokus dan yang paling berbahaya adalah

clostridium wechii.

b) Mikroorganisme berasal dari penyakit saluran

gastrointestinal

c) Appendiksitis yang meradang dan perforasi

d) Tukak peptik (lambung / dudenum)

e) Tukak thypoid

f) Tukak pada tumor

2. Secara langsung dari luar.

a) Operasi yang tidak steril.

b) Terkontaminasi talcum venetum, lycopodium, sulfonamida,

terjadi peritonitisyang disertai pembentukan jaringan

granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing,

disebut juga peritonitis granulomatosa

c) Trauma pada kecelakaan peritonitis lokal seperti rupturs

limpa, ruptur hati

d) Melalui tuba fallopius seperti cacing enterobius

vermikularis.

3. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit

akut sepert radang saluran pernapasan bagian atas, otitis

media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama

adalah streptokokus atau pnemokokus.


C. Tanda dan Gejala

Gejala peritonitis tergantung pada jenis dan penyebaran

infeksinya. Biasanya penderita muntah, demam tinggi dan

merasakan nyeri tumpul di perutnya. Bisa terbentuk satu atau

beberapa abses. Infeksi dapat meninggalkan jaringan parut

dalam bentuk pita jaringan (perlengketan, adhesi) yang akhirnya

bisa menyumbat usus. Bila peritonitis tidak diobati dengan

seksama, komplikasi bisa berkembang dengan cepat. Gerakan

peristaltik usus akan menghilang dan cairan tertahan di usus

halus dan usus besar. Cairan juga akan merembes dari

peredaran darah ke dalam rongga peritoneum. Terjadi dehidrasi

berat dan darah kehilangan elektrolit. Selanjutnya bisa terjadi

komplikasi utama, seperti kegagalan paru-paru, ginjal atau hati

dan bekuan darah yang menyebar.

Tanda-tanda peritonitis relatif sama dengan infeksi berat

yaitu demam tinggi atau pasien yang sepsis bisa menjadi

hipotermia, takikardi, dehidrasi hingga menjadi hipotensi. Nyeri

abdomen yang hebat biasanya memiliki punctum maximum

ditempat tertentu sebagai sumber infeksi. Dinding perut akan

terasa tegang karena mekanisme antisipasi penderita secara

tidak sadar untuk menghindari palpasinya yang menyakinkan


atau tegang karena iritasi peritoneum. Pemeriksaan-

pemeriksaan klinis ini bisa jadi positif palsu pada penderita

dalam keadaan imunosupresi (misalnya diabetes berat,

penggunaan steroid, pascatransplantasi, atau HIV), penderita

dengan penurunan kesadaran (misalnya trauma cranial,

ensefalopati toksik, syok sepsis, atau penggunaan analgesic),

penderita dengan paraplegia dan penderita geriatric.

D. Patofisiologi

Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri

adalah keluarnya eksudat fibrinosa, yang menempel menjadi

satu dengan permukaan sekitarnya sehingga membatasi infeksi.

Bila bahan-bahan infeksi tersebar luas pada pemukaan

peritoneum atau bila infeksi menyebar, dapat timbul peritonitis

umum, aktivitas peristaltik berkurang sampai timbul ileus

paralitik; usus kemudian menjadi atoni dan meregang. Cairan

dan elektrolit hilang ke dalam lumen usus, mengakibatkan

dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi, dan oliguri. Peritonitis

menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik intraabdomen

(meningkatkan aktivitas inhibitor aktivator plasminogen) dan

sekuestrasi fibrin dengan adanya pembentukan jejaring pengikat.

Produksi eksudat fibrin merupakan mekanisme terpenting dari

sistem pertahanan tubuh, dengan cara ini akan terikat bakteri

dalam jumlah yang sangat banyak di antara matriks fibrin.


Pembentukan abses pada peritonitis pada prinsipnya

merupakan mekanisme tubuh yang melibatkan substansi

pembentuk abses dan kuman-kuman itu sendiri untuk

menciptakan kondisi abdomen yang steril. Pada keadaan jumlah

kuman yang sangat banyak, tubuh sudah tidak mampu

mengeliminasi kuman dan berusaha mengendalikan penyebaran

kuman dengan membentuk kompartemen - kompartemen yang

kita kenal sebagai abses. Masuknya bakteri dalam jumlah besar

ini bisa berasal dari berbagai sumber. Yang paling sering ialah

kontaminasi bakteri transien akibat penyakit viseral atau

intervensi bedah yang merusak keadaan abdomen. Selain

jumlah bakteri transien yang terlalu banyak di dalam rongga

abdomen, peritonitis terjadi juga memang karena virulensi kuman

yang tinggi hingga mengganggu proses fagositosis dan

pembunuhan bakteri dengan neutrofil.

Keadaan makin buruk jika infeksinya dibarengi dengan

pertumbuhan bakteri lain atau jamur, misalnya pada peritonitis

akibat koinfeksi Bacteroides fragilis dan bakterigram negatif,

terutama E. coli. Isolasi peritoneum pada pasien peritonitis

menunjukkan jumlah Candida albicans yang relatif tinggi,

sehingga dengan menggunakan skor APACHE II (acute

physiology and cronic health evaluation) diperoleh mortalitas

tinggi, 52%, akibat kandidosis tersebut. Saat ini peritonitis juga


diteliti lebih lanjut karena melibatkan mediasi respon imun tubuh
.
hingga mengaktifkan systemic inflammatory response syndrome

(SIRS) dan multiple organ failure (MOF).

E. Komplikasi

a. Penumpukan cairan mengakibatkan penurunan tekanan vena

sentral yang menyebabkan gangguan elektrolit bahkan

hipovolemik, syok dan gagal ginjal.

b. Abses peritoneal

c. Cairan dapat mendorong diafragma sehingga menyebabkan

kesulitan bernafas.

d. Sepsis

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Test laboratorium

a) Leukositosis

b) Hematokrit meningkat

c) Asidosis metabolik

2. X. Ray

Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral),

didapatkan :

a) Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada

peritonitis.

b) Usus halus dan usus besar dilatasi.

c) Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus


perforasi.

G. Penatalaksanaan Medis

1. Bila peritonitis meluas dan pembedahan dikontraindikasikan

karena syok dan kegagalan sirkulasi, maka cairan oral

dihindari dan diberikan cairan vena untuk mengganti

elektrolit dan kehilangan protein. Biasanya selang usus

dimasukkan melalui hidung ke dalam usus untuk

mengurangi tekanan dalam usus.

2. Bila infeksi mulai reda dan kondisi pasien membaik, drainase

bedah dan perbaikan dapat diupayakan.

3. Pembedahan mungkin dilakukan untuk mencegah peritonitis,

seperti apendiktomi. Bila perforasi tidak dicegah, intervensi

pembedahan mayor adalah insisi dan drainase terhadap

abses
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN PERITONITIS

A. PENGKAJIAN

1. Berdasarkan data kunjungan pasien di puskesmas macini

sombala pada tanggan 28-30 januari 2019 di dapatkan jumlah

kunjungan pasien sebanyak sebanyak 132 orang dan di dapatkan

sebanyak 6 orang mengalami peritonitis pada anak.

2. Berdasarkan keluhan yang di dapatkan dari pasien, orang tua

pasien mengatakan muntah dan demam sejak 3 hari yang lalu, ,

nyeri pada perut, orang tua pasien hanya mengatakan

menggunakan obat tradisional untuk mengobati sakit pada

anaknya, Nampak anak mengeluh kesakitan pada orang tuanya

setelah di lakukan pemeriksaan didaptkan S :37,8 oc P :40 x/mnt

N :115 X/mnt
B. ANALISA DATA

MASALAH MASALAH
NO DX
KESEHATAN KEPERAWATAN
1 Berdasarkan data Ketidakmampuan Nyeri b/d

kunjungan pasien di keluarga Ketidakmampuan

puskesmas macini memanfaatkan keluarga

sombala pada pelayanan memanfaatkan

tanggan 28-30 kesehatan pelayanan

januari 2019 di kesehatan

dapatkan jumlah

kunjungan pasien

sebanyak sebanyak

132 orang dan di

dapatkan sebanyak

6 orang mengalami

peritonitis pada anak

DS

- orang tua pasien

mengatakan

muntah, demam

sejak 3 hari yang

lalu

- orang tua pasien


mengatakan

menggunakan

obat tradisional

untuk mengobati

sakit pada

anaknya

DO

- Nampak anak

mengeluh

kesakitan pada

orang tuanya

- S :37,8oc

- P :40 x/mnt

- N :115 X/mnt

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nyeri b/d Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan

kesehatan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Dx Tujuan Intervensi
keperawatan Dan criteria
1 Nyeri b/d Setelah dilakukan NIC :

Ketidakmampu tindakan keperawatan Penatalaksanaan nyeri

an keluarga diharapkan nyeri dapat 1.Lakukan pengkajian

memanfaatkan berkurang atau hilang. nyeri, secara

pelayanan NOC : komprhensif meliputi

kesehatan Levelnyeri, kriteria hasil: lokasi, keparahan, factor

1.Nyeri berkurang presipitasinya

2. Ekspresi nyeri lisan 2.Observasi

atau pada wajah ketidaknyamanan non

3.Kegelisahan atau verbal

keteganganotot 3.Gunakan pendekatan

4.Mempertahankan tingkat yang positif terhadap

nyeri pada skala 0-10. pasien, hadir dekat

5. Menunjukkan teknik pasien untuk memenuhi

relaksasi yang efektif kebutuhan rasa

untuk mencapai nyamannya dengan

kenyamanan cara: masase,

perubahan posisi,

berikan perawatan yang

tidak terburu-buru

4.Kendalikan factor

lingkungan yang dapat

mempengaruhi respon
pasien terhadap

ketidaknyamanan

5.Anjurkan pasien untuk

istirahat

6.Libatkan keluarga

dalam pengendalian

nyeri pada anak.

7. Kolaborasi medis

dalam pemberian

analgesic

DAFTAR PUSTAKA

Andra. 2007. Peritonitis Pedih dan Sulit Diobati. www.majalah-

farmacia.com. 2 Desember 2007.


Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB.

Lippincott Company. Philadelphia. 1984.

Doenges, Marilynn E. et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan

Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan

Pasien. Jakarta : EGC.

Johnson, Marion et all. 2000. Iowa Intervention Project Nursing Outcomes

Classification (NOC). St. Louis : Mosby Inc.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media

Aesculapius.

McCloskey, Joanne C. dan Gloria M. Bulechek. 1996. Iowa Intervention

Project Nursing Interventions Classification (NIC). St. Louis :

Mosby - Year Book Inc. Kedokteran. Jakarta : ECG.

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta:

Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai

  • Firman DM 1
    Firman DM 1
    Dokumen10 halaman
    Firman DM 1
    Firman Syah
    Belum ada peringkat
  • Firman DM 1
    Firman DM 1
    Dokumen10 halaman
    Firman DM 1
    Firman Syah
    Belum ada peringkat
  • ASKEP
    ASKEP
    Dokumen30 halaman
    ASKEP
    karina
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen30 halaman
    Bab 1
    karina aprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen42 halaman
    Bab I
    karina
    Belum ada peringkat
  • Kti Lengkap
    Kti Lengkap
    Dokumen78 halaman
    Kti Lengkap
    karina
    Belum ada peringkat
  • Etik Legal
    Etik Legal
    Dokumen15 halaman
    Etik Legal
    karina aprilia
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen10 halaman
    Bab Iv
    karina aprilia
    Belum ada peringkat