Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU GIZI

GIZI MASYARAKAT DAN SOSIO BUDAYA GIZI

DOSEN PENGAMPU ILMU GIZI :


RANGGI RAHIMUL INSAN, SP. M.Si
Dra. ASMAR YULASTRI, M.Pd, Ph.D

OLEH :
HARYANTI 20075016

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020

KATA PENGANTAR

1
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ilmu Gizi dengan
materi gizi masyarakat dan sosio budaya gizi
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Batam, 11 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ 2

DAFTAR ISI ...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 4
1.1.Latar Belakang Masalah ............................................................................. 4
1.2.Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.3.Tujuan Penulisan Makalah ......................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 5


2.1.Kebiasaan dan Pola Makan ....................................................................... 5
2.2.Sosio Budaya Gizi Makan ........................................................................ 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................ 12


3.1.Kesimpulan ............................................................................................. 12
3.2.Saran ...................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 13

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Malnutrisi erat kaitannya dengan kemiskinan dan kebodohan serta adanya faktor
budaya yang memengaruhi pemberian makanan tertentu. Banyaknya penderita
kekurangan gizi dan gizi buruk di sejumlah wilayah di Tanah Air disebabkan
ketidaktahuan akan pentingnya gizi seimbang.

Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang. Budaya
memberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan.Misalnya tabu
makanan yang masih dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang merupakan
bagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya karena alasan-
alasan yang tidak logis. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya pemahaman gizi
masyarakat dan oleh sebab itu perlu berbagai upaya untuk memperbaikinya. Pantangan
atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi suatu jenis makanan tertentu
karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap yang melanggarnya. Dalam
ancaman bahaya ini terdapat kesan magis yaitu adanya kekuatan supernatural yang
berbau mistik yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu
tersebut.

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Kebiasaan dan Pola Makan


2. Sosio Budaya Gizi Makan

2.3.TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan kami menulis makalah ini
adalah :
1. Mengetahui kebiasaan dan pola makan
2. Mengetahui bagaimana sosio budaya gizi makan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebiasaan dan Pola Makan

Pengukuran konsumsi makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang
dimakan oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengatur status gizi dan
menemukan faktor diet yang dapat menyebabkan malnutrisi.

1. Refleksi Pola Makan

Secara sederhana pola makan yang benar dapat kita terjemahkan sebagai upaya untuk
mengatur agar tubuh kita terdiri dari sepertiga padatan (berupa makanan), seperti cairan
dansepertiganya adalah ruangan kosong untuk udara. Prinsip sepertiga
padatan,sepertiga cairan dan sepertiga ruang kosong tersebut mengajarkan kepada kita
suatu pola keseimbangan tubuh melakukan metabolisme secara wajar.

Dewasa ini berbagai penyakit akibat infeksi dan gizi kurang telah berhasil di tekan
berkat kemajuan ilmu kesehatan,teknologi pangan dan kesejahteraan masyarakat. Akan
tetapi meningkatnya kemakmuran masyarakat Indonesia yang disertai gaya hidup
santai (sedentary life style) dan perubahan pola makan, menyebabkan meningkatnya
berbagai penyakit akibat gizi lebih,dan penyakit degenaratif (seperti
jantung,diabetes,kanker,osteoporosit,dll).

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan refleksi dari apa yang kita makan
sehari-hari, status gizi dikatakan baik apabila pola makan kita seimbang, artinya
banyak dan jenis makanan yang nkita maakan sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh.
Apabila yang dimakan melebihi kebutuhan tubuh maka tubuh akan kegemukan,
sebaliknya bila yang dimakan kurang dari yang dibutuhkan maka tubuh akan kurus dan
sakit-sakitan. Kedua keadaan tersebut sama tidak baiknya sehingga disebut gizi salah.

Status gizi seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tingkat pendapatan,
pengetahuan gizi dan budaya setempat. Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi
pengetahuan gizi yang cukup, akan menyebabkan seseorang jadi konsumtif dalam pola
makanya sehari-hari. Dapat dipastikan bahwa pemilihan suatu bahan makanan lebih
didasarkan kepada pertimbangan selera ketimbang gizi.

5
Dewasa ini meningkatnya arus globalisasi, termasuk globalisasi pola konsumsi
makanan, tidak dapat dibendung, kecenderungan untuk mengkonsumsi makanan
impor, terutama jenis siap santap (fast food) seperti ayam goreng, pizza, hamburger dan
lain-lain, telah meningkatkan tajam terutama dikalangan generasi muda dan kelompok
masyarakat ekonomi menengah keatas dikota-kota besar, dipihak lain, kecintaan
masyarakat terhadap makanan tradisional Indonesia mulai menurun.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakaat, pengaruh promosi melalui


iklan, serta kemudahan informasi, dapat menyebabkan perubahan gaya hidup dan
timbulnya kebutuhan psikogenik baru dikalangan masyarakat ekonomi menengah
keatas. Kebutuhan psikogenik (semata-mata timbul karena faktor psikogenik) ini
ditandai dengan pemilihan bahan-baahan mkanan yang terlalu mewah, padat kalori dan
protein, serta berharga mahaal,yang sesungguhnyantidak diperlukan tubuh untuk hidup
sehat.

The national Academy of Sciences menyatakan, faktor makanan bertanggung jawab


atas 60% kasus kanker pada wanita dan 40% pada pria. Beberapa cara untuk mencegah
kanker yang dapat disarankan adalah ; menghindari obesitas; mengurangi berlemak;
meningkatkan makanan berserat, meningkatkan konsumsi anti oksidan berupa vitamin
A, C, dan E, menghindari penggunaan alkohol, serta membatasi makanan yang
diawetkan dengan garam, asap dan nitrat.

2. Variasi Makanan

Didunia ini tidak ada satupun bahan pangan yang mengandung sekaligus semua unsur
gizi yang kita perlukan, dalam jumlah yang cukup. Dengan demikian bila kita ingin
memenuhi kebutuhan semua zat gizi, baik macam maupun jumlahnya, maka tidak ada
cara lain kecuali menambah keragaman bahan pangan yang dikonsumsi sehari-hari.

Dengan kombinasi konsumsi yang beragam, maka unsur-unsur gizi dari bahan pangan
tersebut akan saling melengkapi satu sama lain, kekurangan zat gizi dari bahan pangan
satu, akan ditutupi oleh bahan pangan lainnya. Dengan demikian maka konsumsi
pangan yang beragam akan lebih baik bagi kesehataan tubuh, dibandingkan dengan
pola konsumsi yang hanya mengandalkan kepada bahan pangan tunggal tertentu.

Contoh diversifikasi konsumsi pangan adalah mengkombinasikan sumber karbohidrat


yang berupa jagung,umbi dan sagu dengan ikan dan kacang-kacangan sebagai sumber

6
protein dan sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral. Supaya suatu bahan menarik
perhatian maka harus diolah dan divariasikan, sehingga diperoleh produk pangan
denagn penampilan bentuk, tekstur, warna, aroma, dan cita rasa yang memikat.

3. Pola Makan 4 Sehat 5 Sempurna

Pola pangan 4 sehat 5 sempurna diciptakan pada tahun 1950-an oleh Prof. Poerwo
Soedarmo yang sering disebut juga sebagai bapak gizi Indonesia. slogan “Empat sehat
lima sempurna’’ berisikan lima kelompok makanan yaitu :

1) Makana pokok

2) Lauk pauk

3) Sayur-sayuran

4) Buah-buahan dan

5) Susu.

Kelima kelompok makanan ini dituangkan dalam suatu logo berbentuk lingkaran yang
menempatkan makanan satu sampai empat disisi dalam lingkaran mengelilingi
kelompok ke-5 yaitu susu dibagian tengah. Karena ada kesan perbedaan mengenai susu,
maka kemudian ada upaya untuk merubah kesan tersebut, sehingga pada tahun 1991
Departemen Kesehatan menerbitkan buku pedoman menyusun menu nsehat bergizi
untuk keluarga. 4 sehat sempurna dengan logo yang telah mengalami perubahan , jadi
golongan makanan disusun dalam lingkaran dan terdiri dari lima belahan (menurut arah
putaran jarum jam); 1) makanan pokok, 2)sayur-sayuran, 3) susu, 4) buah-buahan dan
yang 5) lauk-pauk.

4. Pedoman Umum Gizi Seimbang

Pada tahun 1992 di Roman, Italia diadakan kongres gizi internasional yang
merekomendasikan agar setiap negara menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang
(PUGS) untuk menghasilkan sumber tenaga manusia yang handal. Oleh karena itu
indonesia melalui Direktorat Bina Gizi masyarakat, Departemen Kesehatan (Depkes)
membuat pedoman umum gizi seimbangdengan logo yang berbentuk kerucut atau
tumpeng yang berbentuk dari 3 tngkat,yaitu :

7
• Tingkat dasar menggambarkan zat tenaga, yaitu padi-padian, umbi-umbian, dan
tepung-tepungan
• Diisi dengan kelompok makanan zat pengatur, yaitu sayur-sayuran dan buah-
buahan
• Kelompok makanan zat pembangun, yaitu gabungan makanan hewani (termasuk
susu) dan nabati.

Dangan melihat perkembangan yang ada pada tahun 2002 Depkes telah merampungkan
revisi terhadap PUGS tahun 1994. Bentuk logo PUGS sama dengan tahun 1994, yaitu
kerucut atau tumpeng tetapi menjadi terdiri dari 4 bagian, refisi tersebut adalah :

• Pertama jumlah tingkat kerucut yang sebelumnya tiga menjadi empat tingkat
yaitu : tingkat dasar bahan makanan sumber tenaga, karbohidrat, tingkat kedua
sayur dan buah, tingkat ketiga protein hewani dan nabati dan ke empat golongan
lemak dan minyak
• Kedua terdapat tingkat tiga yang berisi makanan sumber zat pembangun/protein,
terbuat secara terpisah antara hewani dan nabati (sebelum digabungkan)
• Ketiga penempatan lemak dan minyak pada puncak tertinggi tumpeng yang
sebelumnya tidak ada
• Keempat adanya petunjuk penggunaan masing-masing golongan makanan
tersebut dalam bentuk porsi.

Di indonesia PUGS tersebut dijabarkan sebagai 13 pesan dasar yang dapat dijadikan
pedoman bagi setiap penduduk, adalah sebagai berikut :

• Makanlah aneka ragam makanan, yaitu makanan sumber zat tenaga (kerbohidrat),
zat pembangun (protein), serta zat pengangkut (vitamin dan mineral).
• Makanlah makanan untuk memenuhi kebutuhan energi, kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi dari tiga sumber utama, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak.
• Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar
3-4 sendok perhari, 50-60% kebutuhan energi diperoleh dari karbohidrat
kompleks, setara dengan 3-4 piring nasi.
• Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
Mengkonsumsi lemak hewani secara berlebihan dapat menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri dan penyakit jantung karoner.
8
• Gunakan garam beryodium,untuk mencegah timbulnya gangguan akibat
kekurangan iodium (GAKI).
• Makanlah makanan sumber zat besi, untuk mencegah anemia besi.
• Pemberian ASI saja pada bayi sampai 6 bulan. Pemberian ASI secara eksklusif
ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi.
• Biasakan makan pagi, untuk memelihara ketahanan fisik dan meningkatkan
produktifitas kerja
• Minumlah air bersih aman dan cukup jumlahnya, yaitu minimal 2 Liter atau setara
dengan 8 gelas perhari.
• Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara teratur, untuk mencapai berat badan
normal dan mengimbangi konsumsi energi yang berlebihan.
• Hindari minum-minuman berakhohol
• Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, yaitu bebas dari cemaran bahan
kimia dan mikroba berbahaya yang dapat menyebabkan sakit.
• Bacalah label pada makanan yang dikemas, untuk mengetahui komposisi bahan
penyusun (ingridien), komposisi gizi serta kadarluasanya.

B. Sosio Budaya Gizi Makan

1. Hubungan Sosio Budaya dan Gizi

Malnutrisi erat kaitannya dengan kemiskinan dan kebodohan serta adanya faktor
budaya yang memengaruhi pemberian makanan tertentu. Banyaknya penderita
kekurangan gizi dan gizi buruk di sejumlah wilayah di Tanah Air disebabkan
ketidaktahuan akan pentingnya gizi seimbang.

Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang. Budaya
memberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan.Misalnya
tabu makanan yang masih dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang
merupakan bagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya
karena alasan-alasan yang tidak logis. Hal ini mengindikasikan masih rendahnya
pemahaman gizi masyarakat dan oleh sebab itu perlu berbagai upaya untuk
memperbaikinya. Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengonsumsi
suatu jenis makanan tertentu karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman

9
terhadap yang melanggarnya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis
yaitu adanya kekuatan supernatural yang berbau mistik yang akan menghukum
orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut.

Di Bogor masih ada yang percaya bahwa kepada bayi dan balita laki-laki tidak
boleh diberikan pisang ambon karena bisa menyebabkan alat kelamin/skrotumnya
bengkak. Balita perempuan tidak boleh makan pantat ayam karena nanti ketika
mereka sudah menikah bisa diduakan suami. Sementara di Indramayu, makanan
gurih yang diberikan kepada bayi dianggap membuat pertumbuhannya menjadi
terhambat. Untuk balita perempuan, mereka dilarang untuk makan nanas dan timun.
Selain itu balita perempuan dan laki-laki juga tidak boleh mengonsumsi ketan
karena bisa menyebabkan anak menjadi cadel. Mereka menganggap bahwa tekstur
ketan yang lengket menyebabkan anak tidak bisa menyebutkan aksara ‘r’ dengan
benar.

Selain itu unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan makan


penduduk yang kadang bertentangan dengan prinsip-prinsip ilmu gizi. Kebiasaan
makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi
kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan
makanan (Khumaidi, 1989). Suhardjo (1989) menyatakan bahwa kebiasaan makan
individu atau kelompok individu adalah memilih pangan dan mengonsumsinya
sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, sosial dan budaya.
Tiga faktor terpenting yang mempengaruhi kebiasaan makan adalah ketersediaan
pangan, pola sosial budaya dan faktor-faktor pribadi (Harper et al., 1986). Hal yang
perlu diperhatikan dalam mempelajari kebiasaan makan adalah konsumsi pangan
(kuantitas dan kualitas), kesukaan terhadap makanan tertentu, kepercayaan,
pantangan, atau sikap terhadap makanan tertentu (Wahyuni, 1988). Khumaidi
(1989) menyatakan bahwa dari segi gizi, kebiasaan makan ada yang baik atau dapat
menunjang terpenuhinya kecukupan gizi dan ada yang buruk (dapat menghambat
terpenuhinya kecukupan gizi), seperti adanya pantangan atau tabu yang berlawanan
dengan konsep-konsep gizi. Menurut Williams (1993), masalah yang menyebabkan
malnutrisi adalah tidak cukupnya pengetahuan gizi dan kurangnya pengertian
tentang kebiasaan makan yang baik. Kebiasaan makan dalam rumahtangga penting
untuk diperhatikan, karena kebiasaan makan mempengaruhi pemilihan dan

10
penggunaan pangan dan selanjutnya mempengaruhi tinggi rendahnya mutu
makanan rumahtangga.

Oleh karena itu, penyuluhan gizi penting untuk terus menerus dilakukan untuk
memperbaiki pengetahuan gizi dan kebiasaan makan masyarakat. Penyuluhan gizi
menjadi landasan terjadinya perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Kelembagaan penyuluhan gizi seperti Posyandu perlu lebih diperkuat sehingga
aktivitas penyuluhan tidak terabaikan.

2. Dampak Pengaruh Budaya Terhadap Gizi Bagi Kesehatan

Pengaruh budaya terhadap gizi ada dampak buruk dan baiknya. Dampak buruk
pengaruh budaya terhadap gizi bagi kesehatan masyarakat adalah timbulnya
masalah kekurangan gizi dimasyrakat sekitar, karena masih banyak masyarakat
yang mempercayai hal-hal tabu dalam budaya mereka. Sehingga membuat apa yang
seharusnya dibutuhkan oleh tubuh tidak terpenuhi, yang menyebabkan timbulnya
penyakit-penyakit gizi. Contohnya Akseptabilitas (daya terima) Aseptabilitas
menyangkut penerimaan atau penolakan terhadap makanan yang terkait dengan
cara memilih dan menyajikan pangan.

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pola makan yang benar dapat kita terjemahkan sebagai upaya untuk mengatur agar
tubuh kita terdiri dari sepertiga padatan (berupa makanan), seperti cairan
dansepertiganya adalah ruangan kosong untuk udara. Prinsip sepertiga
padatan,sepertiga cairan dan sepertiga ruang kosong tersebut mengajarkan kepada kita
suatu pola keseimbangan tubuh melakukan metabolisme secara wajar.

Pola pangan 4 sehat 5 sempurna diciptakan pada tahun 1950-an oleh Prof.
Poerwo Soedarmo yang sering disebut juga sebagai bapak gizi Indonesia.
slogan “Empat sehat lima sempurna’’

Faktor budaya sangat berperan penting dalam status gizi seseorang. Budaya
memberi peranan dan nilai yang berbeda terhadap pangan dan makanan.Misalnya tabu
makanan yang masih dijumpai di beberapa daerah. Tabu makanan yang merupakan
bagian dari budaya menganggap makanan makanan tertentu berbahaya karena alasan-
alasan yang tidak logis.

B. SARAN
Untuk mahasiswa : Mahasiswa bisa mengerti, menjelaskan, dan mengaplikasikan
kecukupan dan kebutuhan gizi dalam kehidupan sehari-hari maupun dimasyarakat
Untuk Institut Pendidikan : Mengembangkan teori baru dan memonitori mahasiswa
dalam praktek. Dan mungkin terkadang memberi tugas mahasiswa tidak selalu dalam
bentuk makalah,melainkan dengan tulis tangan agar materi lebih cepat diingat karena
saat menulis juga sembari membaca dan menghafal.

12
DAFTAR PUSTAKA

• Anonim 31-05-2010 tersedia di (medicastore.com)


• http://www1.worldbank.org/tobacco/
• http://id.wikipedia.org/wiki/produksi-pangan
• http://id.wikipedia.org/wiki/pola-pangan
• https://www.academia.edu/9446924/HUBUNGAN_BUDAYA_DAN_GIZI

13

Anda mungkin juga menyukai