a. Adsorbsi
Baik piretroid tipe I dan II diserap dari saluran pencernaan. Piretroid adalah
senyawa lipofilik, mereka menyeberangi sel-sel usus dan masuk ke sirkulasi oleh
difusi melintasi membran lipid sel. Diduga bahwa sebagian besar penyerapan
terjadi di usus karena area permukaan yang besar. Paparan sipermetrin oral pada
sukarelawan pria, dengan perkiraan penyerapan antara 36 sampai 63% dari dosis
yang diberikan. Penyerapan beberapa piretroid tipe II pada pemberian oral telah
ditunjukkan oleh adanya senyawa piretroid dalam plasma, urin, dan susu
b. Distribusi
menjalani distribusi cepat untuk jaringan dengan kandungan lipid tinggi, termasuk
lemak dan jaringan saraf pusat dan perifer. Studi pada beberapa spesies mamalia
jaringan, termasuk hati dan ginjal, dan terkonsentrasi di jaringan saraf pusat dan
perifer. Konsentrasi dalam jaringan saraf yang tertinggi di saraf sciatic, diikuti
oleh hipotalamus, korteks frontal, hippocampus, otak kecil, dan medulla oblongata
(ATSDR, 2003).(1)
c. Metabolisme
sangat mirip dalam semua spesies dan melibatkanpembelahan ikatan ester untuk
1
diekskresikan sebagai konjugat (EMEA, 2002). Pembelahan hidrolitik dari ikatan
ester diikuti oleh oksidasi untuk menghasilkan turunan asam karboksilat dan
lebih lanjut dan membentuk produk terkonjugasi dengan senyawa seperti glisin,
d. Ekskresi
Metabolisme hasil piretroid dalam produk yang larut dalam air, oleh karena itu
lebih mudah dihilangkan dari tubuh oleh ekskresi ginjal dan empedu. Pada
manusia yang terpapar dosis oral tunggal piretroid tipe II, ekskresi berdasarkan
metabolit dalam urintelah diperkirakan antara 6 dan 13 jam. Sekitar 35-50% dari
dosis diekskresikan dalam urin sebagai metabolit selama 5 hari pertama setelah
pemberian dosis, dengan puncak ekskresi urin diamati selama 24 jam pertama
untuk relawan, ekskresi puncak dalam urin yang terlihat antara 8 dan 24 jam, dan
mengakibatkan ekskresi rata-rata 78% dari isomer trans dan 49% dari cis isomer
2
2. Cadmium
1. Absorpsi Cadmium
a. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran
batu bara
mengandung cadmium.
bila terjadi defisiensi kalsium Ca, besi Fe dan rendah protein dalam
dalam makanan dapat menurunkan absorpsi cadmium. Hal ini diduga karena
metalotionin.(2)
2. Distribusi Cadmium
Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat zat kimia
3
(toksikan Cd). Pengikatan Toksikan bisa meningkatkan kadarnya dalam
organ. Cadmium memiliki afinitas yang kuat terhadap hati dan ginjal. Pada
umumnya sekitar 50-75% dari beban Cd dalam tubuh terdapat pada kedua
organ tersebut (Gupta, 2009). Kadar Cd dalam hati dan ginjal bervariasi
tergantung pada kadar total Cd dalam tubuh. Apabila MT hati dan ginjal
tidak mampu lagi melakukan detoksifikasi maka akan menjadi kerusakan sel
3. Metabolisme Cadmium
merah dan protein berat molekul tinggi dalam plasma, khususnya oleh
oleh metalotionin . Kadar cadmium dalam darah orang dewasa yang terpapar
cadmium secara berlebihan biasanya 1μgdL, sedangkan bayi yang baru lahir
mengandung cadmium yang cukup rendah yaitu kurang dari 1 mg dari beban
total tubuh. Sistem hayati memiliki peluang untuk mengikat unsur logam
dengan sel darah merah dan protein berat molekul tinggi dalam plasma,
4
Hati dan ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat zat kimia
organ. Cadmium memiliki afinitas yang kuat terhadap hati dan ginjal. Pada
umumnya sekitar 50-75% dari beban Cd dalam tubuh terdapat pada kedua
organ tersebut (Gupta, 2009). Kadar Cd dalam hati dan ginjal bervariasi
tergantung pada kadar total Cd dalam tubuh. Apabila MT hati dan ginjal
tidak mampu lagi melakukan detoksifikasi maka akan menjadi kerusakan sel
4. Ekskresi Cadmium
yang dibuang oleh ginjal. Dalam konsentrasi kecil cadmium dibuang oleh
3. Dieldrin
a) Absorbsi
menimbulkan efek secara efektif. Absorbsi sangat ditentukan oleh portal entri, daya
larut, sifat fisika kimia zat, konsentrasi, luas area kontak dan kondisi sirkulasi pada
organisme. Absorbsi dapat terjadi karena adanya berbagai mekanisme dalam tubuh,
yang memungkinkan terjadinya transpor racun dari satu tempat ke tempat yang lain,
yaitu mekanisme: difusi (transpor pasif), difusi katalis dan transpor aktif.
5
Berbeda dengan piretrin dan piretroid, kebanyakan insektisida organoklorin
seperti dieldrin terserap dengan baik dari kulit serta saluran pencernaan dan paru-paru.
bertahan dalam jangka waktu yang lama. Variabilitas di antara organoklorin mengenai
akumulasi dalam lemak sebagian besar disebabkan oleh tingkat metabolisme dan
ekskresi yang berbeda. Senyawa seperti DDT dan dieldrin disimpan dalam jumlah
syaraf pusat dengan gejala berupa sakit kepala, pusing, gangguan penglihatan, rasa
tidak enak badan yang tidak jelas pengeluaran keringat secara berlebihan, sentakan
mioklonik ringan, mual, dan muntah. Kejang dalam salah satu atau lebih bentuk
epileptik (ayan) dapat terjadi disertai kemungkinan kehilangan kesadaran dan koma.
Terkadang, kejang dapat terjadi tanpa didahului gejala apapun. Gejala tertunda dan
gejala yang timbul secara mendadak kadang-kadang dapat terjadi pada waktu
beberapa minggu atau bulan setelah paparan terakhir. Dalam beberapa kasus
b) Distribusi
organoklorin ini menimbulkan pencemaan terhadap lingkungan udara, tanah dan air.
fotodekomposisi sinar matahari terhadap badan air dan tumbuhan. Selain itu
masuknya pestisida ini di udara disebabkan oleh driff yaitu proses penyebaran
6
pestisida ke udara melalui penyemprotan oleh pertani yang terbawa angin. Akumulasi
pestisida yang terlalu berat di udara pada akhirnya akan menambah parah pencemaran
udara dan dapat menimbulkan bahaya kesehatan pada petani maupun orang-orang di
c) Metabolisme
tubuh, sebagian besar dieldrin dimetabolisme, dan di reversikan dalam feses dan
sisanya di
dalam sel lemak. Memerlukan beberapa mimggu dan tahun untuk meninggalkan
tubuh
d) Ekskresi
pertama. Sebagai timbunan dalam tubuh semakin rendah, waktu paruh untuk
timbunan yang tersisa meningkat secara dramatis. Hal ini mungkin disebabkan oleh
ikatan lipoprotein yang kompleks, dimana bentuk ikatan yang berbeda menunjukkan
enterohepatik dan fenomena daur ulang ini menyebabkan persistensi dalam tubuh
manusia. Sebagai akibat dari persistensi dan sifat lipofilik organoklorin, zat kimia ini
cenderung tersimpan dan terjadi bioakumulasi pada jaringan adiposa (Genuis, 2016).
4.Malathion
7
1. Absorbsi
memungkinkan suatu zat aktif melalui jalur pemberian zat melalui sistem peredaran
darah, dan penyerapan zat terjadi secara langsung dengan mekanis me perlintasan
membran. Fenomena ini bukan satu-satunya faktor penentu masuknya zat aktif
kedalam tubuh, pentingnya juga memperhatikan bentuk sediaan, perlunya zat aktif
yangberada dalam bentuk yang sesuai agar dapat menembus membran dan pentingnya
kelarutan atau keterlarutan zat aktif padat. Jadi kelarutan merupakan faktor yang dapat
mengubah pH ditempat penyerapan serta konsentrasi zat aktif juga merupakan faktor
kulit, dan melalui makanan yang berasal dari produk pertanian yang mengandung
residu pestisida. Malathion adalah jenis pestisida organosfosfat yang memiliki nilai
Lethal Dose -50 (LD50) 1,400 mg/kg sehingga banyak digunakan pada sektor
a. Ditelan (per oral; ingesti): Portal entri ini sering dan mudah terjadi namun
bahan asing yang masuk tidak akan mudah mencapai peredaran darah karena
beberapa hal penting yang terkait pada fungsi saluran gastro intestinal. Di
lambung xenobiotik yang tidak tahan asam akan dihancurkan oleh asam
lambung, di usus halus akan bertemu dengan enzim usus halus yang bersifat
8
terbuang melalui usus besar. Proses absorpsi terjadi melalui mukosa usus,
serius akibat pajanan melalui udara terhadap kesehatan manusia masih sangat
sedikit.
kulit. Semakin luas area kulit yang terkena dan semakin lama durasi kontak
maka semakin serius dampak yang akan terjadi. Toksisitas melalui kulit (acute
sampai paru-paru dan organ vital lainnya seperti otak dan otot. Xenobiotik
akan segera diabsorpsi jika kontak melalui kulit atau mata. Absorpsi ini akan
terus berlangsung selama pestisida masih ada pada kulit. Kecepatan absorpsi
berbeda pada tiap bagian tubuh. Perpindahan residu pestisida akan menambah
potensi keracunan.
2. Distribusi
senyawa zat dari satu lokasike lokasi lain di dalam tubuh. Setelah melalui proses
absorpsi, senyawa zat akan didistribusikan keseluruh tubuh melalui sirkulasi darah.
9
Molekul zat dibawa oleh darah ke satu target (reseptor) untuk aksi obat dan ke
jaringan lain (non-reseptor), di mana dapat terjadi efek samping yang merugikan. (4)
Setelah zat mencapai sistem peredahan darah, bersama darah akan terdistribusi
ke seluruh tubuh. Weiss (1990) membagi distribusi ke dalam konveksi (transport zar
bersama peredaran darah) dan difusi (difusi xenobiotik di dalam sel atau jaringan).
Transport zat intra dan inter organ di dalam tubuh diprasaranai oleh sistem peredaran
darah. Difusi berperan penting dalam transport zat diantara ekstra dan intra selular.
Difusi zat melalui membran biologi dapat berlangsung melalui berbagai proses difusi,
seperti: difusi pasif, difusi aktif (melalui sistem transport tertentu. ”carrier”, melalui
pinocitosis, atau fagositosis) atau melalui poren. Laju difusi zat sangat ditentukan oleh
sifat fisikokimianya (lipofilik, ukuran melekul, derajat ionisasi, ikatan dengan protein
plasma). Sirkulasi sistemik sangat memegang peranan penting dalam transport zat
antar organ dan jaringan di dalam tubuh. Sehingga laju peredaran darah di dalam
organ atau jaringan juga akan menentukan kecepatan distribusi zat di dalam tubuh.
Organ tubuh seperti ginjal, hati, otak, paru-paru, jantung, lambung dan usus, adalah
organ-organ yang memiliki laju aliran darah (perfusi) yang baik. Karena laju aliran
darah dalam organ-organ inisangat baik, maka zat akan sangat cepat terdistribusi
homogen di dalam organ tersebut, jika dibandingkan pada organ-organ yang memiliki
3. Metabolisme
Metabolisme zat ialah proses perubahan struktur kimia obat yang terjadi di
dalam tubuh dan dikatalis oleh enzim (Hinz, 2005). (8) Metabolisme terjadi terutama
oleh oksidasi, dan hidrolisis oleh esterase dan oleh reaksi dengan glutathione.
Demetilasi dan glukuronidasi juga dapat terjadi. Oksidasi pestisida organofospat dapat
10
menyebabkan produk beracun. Secara umum fosforotioat tidak beracun secara
primer, dan eliminasi.Residu mengandung fosfor bisa melalui urine atau kotoran. (4)
menjadi malaoxon dan produk samping Reactive Oxygen Species(ROS) yang bersifat
sedangkan ROS akan menimbulkan kondisi stress dan kerusakan oksidatif pada sel
tubuh. Kondisi stress oksidatif akan menimbulkan peroksidasi lipid dari membrane sel
Kerusakan struktur pada sel otak akan mempengaruhi fungsinya yang penting untuk
4. Eksresi
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh Zat hasil
metabolisme yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan melalui alat ekskresi.
Sistem ekskresi merupakan salah satu hal yang penting dalam homeostatis tubuh
karena selain berperan dalam pembuangan limbah hasil metabolisme sistem ekskresi
11
c. Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi). (4)
dapat dikeluarkan dengan cepat atau perlahan. Xenobiotika dikeluarkan baik dalam
bentuk asalnya maupun sebagai metabolitnya. Jalur ekskresi utama adalah melalui
ginjal bersama urin, tetapi hati dan paru-paru juga merupakan alat ekskresi penting
bagi xenobiotik tertentu. Disamping itu ada juga jalur ekskresi lain yang kurang
ekskresi renal dari xenobiotika adalah: filtrasi glumerulus, sekresi aktif tubular, dan
resorpsi pasif tubular. Hati juga merupakan alat tubuh yang penting untuk ekskresi zat
malathion begitu senyawa tersebut terdapat dalam empedu, mereka tidak akan diserap
5.Silika
a. Absorbsi
Masuknya zat silika debu yang berasal dari sekam padi didalam tubuh
Silikosis Kronik
paling umum terjadi. Silikosis kronis terjadi akibat paparan sejumlah kecil
12
peradangan kronis dan jaringan parut akibat silika terbentuk di paru-paru
Silikosis Terakselerasi
lebih banyak selama waktu yang lebih pendek (5-15 tahun). Peradangan,
autoimun.
Silikosis Akut
Silikosis akut jarang terjadi tetapi bersifat sangat fatal yang terjadi
akibat paparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam waktu
tinggi quartz. Paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga
timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.(5)
b. Distribusi
pada saat menarik nafas, dimana udara yang mengandung debu masuk kedalam
paru-paru. Debu yang berukuran antara 5-10 mikron akan ditahan oleh saluran
pernafasan bagian atas, sedangkan yang berukuran 3-5 mikron ditahan oleh bagian
berukuran 0,1 mikron tidak begitu mudah hinggap pada permukaan alveoli atau
akan ikut keluar saat nafas dihembuskan, oleh karena partikel dengan ukuran yang
13
demikian tidak mengendap di permukaan. Debu yang yang partikel-partikelnya
berukuran kurang dari 0,1 mikron bermassa terlalu kecil, sehingga tidak
mengendap di permukaan alveoli atau selaput lendir, oleh karena gerakan brown
lain :
a) Inertia
disana.
b) Sendimentasi
dan mengendapkannya.
berukuran sekitar atau kurang dari 0,1 mikron. Partikel-partikel yang kecil ini
c. Metabolisme
14
Paru merupakan salah satu organ vital yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas oksigen (O2) yang digunakan sebagai bahan dasar metabolisme
dalam tubuh. Proses metabolisme akan menghasilkan energi dalam bentuk ATP
(Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO2) sebagai zat sisa hasil
terganggu dan secara langsung akan menurunkan kualitas hidup manusia6. Proses
pertukaran gas oksigen ( O2 ) dari udara oleh organism hidup yang digunakan
Debu silika dapat terhirup dan mengendap pada paru-paru sehingga dapat
bersama dengan udara yang dihirup. Setelah masuk debu akan mengendap pada
ujung akhir saluran pernapasan bronkiolus, saluran alveolus, dan alveoli paru-paru.
Setelah mengendap pada paru-paru, debu silika akan di cerna oleh sel pembersih
jaringan parut pada paru-paru4. Awalnya daerah parut ini hanya merupakan
bongkahan bulat yang tipis hingga akhirnya bergabung menjadi massa yang besar
dalam darah secara normal. Paru-paru menjadi kurang lentur dan akan mengalami
gangguan pernapasan.(5)
d. Ekskresi
Faktor utama yang berperan pada patogenesis silikosis adalah partikel debu
dan respons tubuh khususnya saluran napas terhadap partikel debu tersebut.
Komposisi kimia, sifat fisis, dosis dan lama pajanan menentukan dapat atau mudah
15
alveolar terhadap debu yang masuk ke unit respirasi paru. Terjadi fagositosis debu
oleh makrofag dan proses selanjutnya sangat tergantung pada sifat toksisitas
partikel debu. Reaksi jaringan terhadap debu bervariasi menurut aktivitas biologi
debu. Jika pajanan terhadap debu anorganik cukup lama maka timbul reaksi
inflamasi awal. Gambaran utama inflamasi ini adalah pengumpulan sel di saluran
napas bawah. Alveolitis dapat melibatkan bronkiolus bahkan saluran napas besar
karena dapat menimbulkan luka dan fibrosis pada unit alveolar yang secara klinis
tidak diketahui. Sebagian debu seperti debu batubara tampak relatif inert dan
menumpuk dalam jumlah relatif banyak di paru dengan reaksi jaringan yang
minimal. Debu inert akan tetap berada di makrofag sampai terjadi kematian oleh
makrofag karena umurnya, selanjutnya debu akan keluar dan difagositosis lagi oleh
limfoid atau kebronkiolus dan dikeluarkan melalui saluran napas. Pada debu yang
sistem eksresi sisa-sisa hasil metabolism berupa karbon dioksida dan air dalam
bentuk uap air. Sisa metabolism dari jaringan diangkut oleh darah menuju ke paru-
dioksida dari sel-sel ke dalam darah, melalui cairan jaringan dan akhirnya masuk
ke dalam alveolus. Dari alveolus, karbon oksidasi akan dikeluarkan melalui udara
16
Sitokin telah terbukti berperan dalam patogenesis silikosis. sitokin yang
dihasilkan oleh makrofag alveolar dalam merespons partikel debu yang masuk ke
paru yang selanjutnya menyebabkan fibrosis pada jaringan interstitial paru. Bila
partikel debu telah difagositosis oleh makrofag dan ditransferke sistem mukosilier
maka proses pembersihan debu yang masuk dalam saluran napas dikategorikan
berhasil.(5)
6.Timbal
1. Absorbsi
Timbal (Pb) masuk dan diabsorbsi ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pencernaan, saluran pernafasan, dan penetrasi lapisan kulit. Timbal yang terhirup saat
bernafas sebagian besar akan masuk ke pembuluh darah dan paru-paru, sebanyak 30-
40 % timbal yang diabsorbsi melalui saluran nafas akan masuk ke dalam aliran darah
tergantung pada ukuran partikel, volume nafas, daya larut, variasi faal antar individu
dan akan berikatan dengan darah paru-paru untuk diedarkan ke seluruh organ dan
jaringan tubuh. Absorbsi timbal yang melalui saluran pernafasan dipengaruhi oleh
tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar dan pembersihan alveolar. Rata-
rata 10-30% timbal yang terinhalasi diabsorbsi melalui saluran cerna dan uap timbal
tetra etil diabsorbsi dengan baik melalui paru-paru. Peningkatan absorbsi timbal
masa hidup eritrosit, peningkatan jumlah eritrosit berbintik basofilik, dan peningkatan
2. Distribusi
Timbal yang diabsorbsi dari saluran pernafasan, pencernaan atau kulit akan diangkut
oleh darah ke organ-organ tubuh yang lain. Sebanyak 95% timbal diikat oleh eritrosit
17
dan 5% oleh plasma darah. Sebagian timbal plasma dapat berdifusi serta diperkirakan
dalam keseimbangan pool timbal lainnya, yang dapat dibagi menjadi 2 yaitu jaringan
lunak (sistim saraf, paru-paru, sumsum tulang, otot, otak, ginjal, jantung, limpa, hati)
serta jaringan keras (rambut, tulang, gigi). Mengeliminasi separuh kadar timbal yang
3. Ekskresi
Proses ekskresi timbal dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu melalui saluran
cerna dan ginjal. Proses ekskresi timbal melalui urin sekitar 75-80%, dan melalui
feses 15% serta lainnya melalui keringat, empedu, kuku, dan rambut (Palar, 2004).
Waktu paruh timbal didalam darah sekitar 36 hari, pada jaringan lunak sekitar 40 hari
dan pada tulang sekitar 25 tahun. Sekresi timbal pada umumnya berjalan lambat,
7. Merkuri
1. Proses Absorbsi
pencenaan, yaitu dengan mengkonsumsi ikan, kerang, cumi dan ikan laut
MeHg adalah logam berat yang terbanyak dalam rantai makanan. Ikan
dengan kuat lebih dari 90% MeHg yang terkonsumsi. Cara kedua adalah
amalgam gigi dan udara. MeHg dapat diserap secara langsung melalui
18
pernafasan manusia dengan nilai kadar penyerapan 80%.Cara yang ketiga
2. Proses Distribusi
jaringan, logam merkuri akan ditransfer ke dalam darah, seperti uap logam
merkuri akan terserap oleh alveoli dan diteruskan ke dalam darah. Merkuri
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap eritrosit, sekitar 95% terikat dalam
eritrosit darah. Merkuri mempunyai waktu paruh dalam darah yang sangat
lambat sekitar 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari dan pada tulang 25
dan 5% berada pada plasma darah (Aryani dkk., 2013). Merkuri dalam
urin. Di dalam darah, merkuri terdapat pada plasma dan sel dalam darah
sifat larut dalam lemak yang tinggi. Oleh karena sifatnya tersebut, maka
19
merkuri elemental dengan mudah dapat melewati sawar otak dan plasenta.
dapat merusak otak janin dan memungkinkan bayi lahir cacat (Dewi, 2013)
(7).
yang sesuai dari dosis yang diserap dan jumlah yang ada secara sistemik.
Metilmerkuri terikat pada hemoglobin, dan daya ikatnya yang tinggi pada
hemoglobin janin berakibat pada tingginya kadar merkuri pada darah uri
termasuk bentuk merkuri anorganik, merkuri pada darah tali uri hampir
plasenta.
3. Proses Metabolisme
20
Metil merkuri dapat dimetabolisme menjadi merkuri anorganik oleh hati dan ginjal.
Metil merkuri dimetabolisme sebagai bentuk Hg2+. Metil merkuri yang ada dalam
saluran cerna akan dikonversi menjadi merkuri anorganik oleh flora usus. Merkuri
anorganik dan organik akan sangat mudah berikatan dengan protein dan berbagai
jenis enzim seperti enzim katalase. Sebagian dari senyawa merkuri organik seperti
alkil merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik (Dewi, 2013).
Waktu paruh merkuri yakni berkisar 60 hari atau antara 35-90 hari. Setelah lewat
waktu paruh senyawa merkuri akan dikeluarkan dari dalam 27 tubuh sebagai hasil
dengan jumlah uap atau senyawa merkuri yang masuk ke dalam tubuh. Sebagian
besar senyawa atau uap merkuri akan ditransformasikan melalui sel darah merah
selanjutnya akan terakumulasi dalam berbagai organ bagian dalam tubuh seperti
4. Proses Ekskresi
merkuri anorganik. Proses ini sebagai hasil dari ekskresi empedu dari
senyawa dan konversi menjadi bentuk anorganik oleh flora usus. Sementara
hal ini karena waktu paruh biologisnya yang kira-kira 70 hari. Metilmerkuri
juga dikeluarkan melalui ASI dengan kadar kira-kira 5% dari kadar dalam
21
darah. Pengeluaran merkuri anorganik melalui ekshalasi, ludah, dan
dapat pula melalui ASI. Sedangkan, untuk metal merkuri, ekskresi utama
melalui feses, rambut dan kurang dari sepertiga dari total ekskresi melalui
urin, tetapi dapat pula melalui ASI dengan kadar yang lebih rendah. Proses
dalam tubuh.
Waktu paruh merkuri secara biologik sekitar 60 hari atau antara 35-90 hari.
Pengeluaran merkuri terutama dalam bentuk urin dan feses melalui waktu
paruh 40-60 hari. Empedu dan feses merupakan jalur utama ekskresi metal
merkuri yang memiliki waktu paruh sekitar 70 hari (Aryani dkk., 2013) .(7)
8. Arsen
a. Absorbsi
Masuknya arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, yaitu melalui
- Paparan akut
Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala
yang dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae,
kedinginan,kram otot serta oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis
22
besar dapat menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal
- Paparan kronis
Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral
neuropathy (rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan
jantung, gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki,
hiperpigmentasikulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar
debu yangmengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat
mengeluarkan darahakibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat terpapar asap rokok,
b. Distribusi
Target utama arsen dalam tubuh adalah hati, meski arsen juga dapat mempengaruhi
mekanisme kerja paru-paru dan ginjal melalui peredaran darah. Arsen yang tertelan
secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran
darah (Wijanto, 2005). Itulah sebabnya pemeriksaan kandungan arsen juga dilakukan
melalui darah. Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia,
leukopenia, hiperbilirubinemia.
Arsenik yang terabsorbsi akan terakumulasi di kuku, rambut dan kulit. Kadar
As dalam rambut merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya
karacunan arsen. Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg. Namun,
kandungan arsen dalamrambut belum dapat dipastikan akibat paparan langsung atau
pada kuku. Arsenik yang terakumulasi sampai pada kuku dan rambut ini tersimpan dalam
23
c. Metabolisme
Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi enzim
yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang
berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Dalam tubuh, arsenik organik
diubah monometil arsenic acid (MMA) dan akhirnya diubah menjadi dimetilarsenic
metal. Hipometilasi ini akan terjadi bersamaan dengan transformasi berbahaya dalam
level SAM sangat rendah sehingga dapat menimbulkan kelainan ekskresi gen yang
dihasilkan akibat
karsinogenesis.
antara toksin dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan system enzim.
Cara arsen berinteraksi dengan system enzim adalah dengan inhibisi secara bolak-
terjadi ikatan non kovalen (ikatan yang lemah) antara arsen dengan enzim sehingga
arsen bisa keluar dari enzim dengan mudah. Ikatan kovalen antara arsen tadi dengan
d. Ekskresi
Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam
monometil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine. Gas arsin terbentuk
dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping dari proses
refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin
24
biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek, dan sakit kepala.
Jika paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia,
gagal ginjal dan ikterus (gangguan hati). Menurut Casarett dan Doull’s (1986),
menentukan indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat
penting. Arsen mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga
dapat ditemukan dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan
kronis dari arsen tidak lazim dilakukan penilaian. Keracunan arsen dapat dideteksi
dengan pemeriksaan Uji Marsh dan Uji NAA (Neutron Activation Analysis).(8)
9. Diazinon
Diazinon merupakan salah satu dari sekian banyak pestisida yang bersifat toksik
atau racun. Pada umumnya akan segera diabsorpsi melewati kulit, paruparu, dan saluran
cerna. Diazinon merupakan jenis insektisida argonofosfat yaitu cairan coklat muda yang
berbau menyengat serta dapat larut dalam air. Apabila diazinon sudah masuk kedalam
tubuh dan terjadi kontak maka zat racun ini bekerja cepat dan mudah terabsorpsi dalam
a. Proses Absobsi
Diazinon masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, absorpsi melalui kulit dan melalui
mulut. Diazinon yang masuk melalui mulut akan bercampur dengan ludah yang
mengandung enzim, masuk ke lambung, kemudian ke usus halus dan seterusnya sampai
terbuang melalui usus besar; proses absorpsi melalui mukosa usus, kemudian mengalir
mengikuti sistem sirkulasi darah. Absorpsi Daizinon melalui kulit akan menembus
epidermis, masuk ke dalam kapiler darah dan terbawa ke paru-paru dan organ vital lain
seperti otot dan otak. Diazinon yang masuk ke dalam tubuh mengakibatkan aksi antara
25
molekul yang terdapat dalam pestisida dengan sel dalam tubuh yang bereaksi secara
spesifik maupunnon
spesifik.[Anonim].(9)
b. Distribusi
Distribusi secara pajanan inhalasi, masih belum ditemukan pengkajian distribusi setelah
pajanan diazinon pada manusia atau hewan. Distribusi secara pejanan oran, menemukan
bahwa ditemukan pestisida diazinon dalam isi perut, darah, empedu, jaringan lemak,
hati otak dan ginjal. Distribusi pejanan dermal, masih jarang ditemukan (ATSDR,
1996).(9)
c. Metabolisme
Diazinon secara cepat diserap dari saluran pencernaan dan distribusikan secara
luas pada tubuh manusia. Metabolisme diazinon pada fase hidrolisis pada hepar
ini memiliki gugus radikal hidroksil (OH) yang cenderung membentuk molekul
stabil dengan mengambil atom H pada ikatan Poly-unsaturated Fatty Acid (PUFA)
(Singh,
2014).(9)
d. Eksresi
Tidak ditemukan penelitian bahwa diazinon diekskresikan dalam urin tanpa ada
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Dirgayana IW, Sumiartha IK, Adnyana IMM. Efikasi Insektisida Berbahan Aktif
3. Patel TB, Rao VN. Dieldrin Poisoning In Man. British Medical J. 1958; 1(5076): 919
Available from :
Https://Www.Sciencedirect.Com/Science/Article/Pii/S0048357584710455
6. Arifiyana D. Identifikasi Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) Pada Lipstik Yang Beredar
28
7. Budlyanto F. Siklus Biogeokimia Merkuri Dan Metil Merkuri Dilingkungan
8. Afifah NA, Notodarmojo S. Identifikasi Sebaran Logam Berat Arsen (As) Dari Sistem
Panas Bumi Pada Air Tanah Dangkal Dengan Metode Kriging. J TekLing. 2018; 24(1):
27-40.
29