Anda di halaman 1dari 8

PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Dosen Pembibinng :Ahmad Subandi, M.Kep,. Sp.Kep.An

S1 KEPERAWATAN
Kelompok : 5
Disusun oleh:
1. SULISTIA RINI

2. TRI PUJI RAHAYU

3. EKA MAILINA INDRIATI

4. MEY FERDITA SANTIKA PUTRI

Stikes Al Irsyad Al Islamiyyah Cilacap


Jl. Cerme No. 24 Sidanegara-Cilacap Telp. (0282) 532975
Home Page : www.stikesalirsyadclp.ac.id
Tahun Akademik 2014/2015

A. PROSES PENYEMBUHAN TULANG

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menajubkan. Tidak


seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa jaringan
parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur merupakan dasar untuk mengobati fragmen fraktur. Proses
penyembuhan pada fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan
apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai sampai tejadi konsolidasi. Factor
mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting
dalam penyembuhan, selain factor biologis yang juga merupakan suatu factor yang
sangat essential dalam penyembuhan fraktur. Proses penyembuhan fraktur berbeda
pada tulang kortikal pada tulang panjang serta tulang kanselosa pada metafisis tulang
panjang atau tulang pendek, sehingga kedua jenis penyembuhan tulang ini harus
dibedakan.

Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :

1.      Reactive Phase


a.       Fracture and inflammatory phase
b.      Granulation tissue formation
2.      Reparative Phase
a.       Callus formation
b.      Lamellar bone deposition
3.      Remodeling Phase
a.       Remodeling to original bone contour
B. TAHAP TAHAP PENYEMBUHAN TULANG

Tahapan penyembuhan tulang terdiri dari : inflamasi, proliferasi sel,


pembentukan kalus, penulangan kalus (osifikasi), dan remodeling.

a. Tahap Hematoma dan Inflamasi.

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya


pembengkakan dan nyeri. Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan
pembentukan hematoma di tempat patah tulang. Ujung fragmen tulang mengalami
devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan
diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah
tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

Apabila tejadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil yang
melewati kanalikuli dalam system haversian mengalami robekan dalam daerah
fraktur dan akan membentuk hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang
besar diliputi oleh periosteum. Periosteum akan terdorong dan mengalami robekan
akibat tekanan hematoma yang terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah
kedalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunannya yang terletak beberapa millimeter dari daerah


fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu daerah cincin
avaskular tulang yang mati pada sisi – sisi fraktur segera setelah trauma. Waktu
terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi sampai 2 – 3 minggu.

b.Tahap Proliferasi Sel.

Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang


fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi
fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoblast (berkembang dari osteosit, sel
endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai
matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang
rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar. Kalus tulang
rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang.
Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang
aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif

Pada saat ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik yang
berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah
endosteum membentuk kalus interna sebagi aktivitas seluler dalam kanalis
medularis. Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan
sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi kedalam
jaringan lunak. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan
jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada
jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor ganas. Jaringan seluler tidak
terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu daerah fraktur. Setelah
beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang meliputi
jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist kalus belum mengandung tulang
sehingga merupakan suatu daerah radioluscen. Pada fase ini dimulai pada minggu ke
2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.

c. Tahap Pembentukan Kalus.

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai


sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan
dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan
volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan
dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat
minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.
Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.
Setelah pembentukan jaringan seluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar
yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang
rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan
polisakarida oleh garam – garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur.

Bentuk tulang ini disebut moven bone. Pada pemeriksaan radiolgis kalus atau
woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologik pertama terjadinya
penyembuhan fraktur.

d. Tahap Penulangan Kalus (Osifikasi).

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga


minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang
orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.
Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan
keras. Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan – lahan diubah
menjadi tulang yang lebih matang oleh aktivitas osteoblas yang menjadi struktur
lamellar dan kelebihan kalus akan di resorpsi secara bertahap. Pada fase 3 dan 4
dimulai pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya
fraktur.

e. Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling). 

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan
reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan
waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi
tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang
kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami
penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak,
khususnya pada titik kontak langsung.
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bagian
yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada
fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetapi
terjadi osteoblastik pada tulang dan kalus eksterna secara perlahan – lahan
menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi
system haversian  dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan
berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.

Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami


remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang
tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara
deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan. Proses remodeling tulang
berlangsung sepanjang hidup, dimana pada anak-anak dalam masa pertumbuhan
terjadi keseimbangan (balance) yang positif, sedangkan pada orang dewasa terjadi
keseimbangan yang negative. Remodeling juga terjadi setelah penyembuhan suatu
fraktur. (Rasjad. C, 1998)

C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN TULANG

1.      Umur penderita

Waktu penyembuhan tulang pada anak – anak jauh lebih cepat pada orng
dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada
daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses remodeling
tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertambah

2.      Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis


penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur
seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur
oblik karena kontak yang lebih banyak.
3.      Pergeseran awal fraktur

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka


penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser.
Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan
periosteum yang lebih hebat.

4.      Vaskularisasi pada kedua fragmen

Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan


biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek
sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan
mungkin terjadi nonunion.

5.      Reduksi dan Imobilisasi

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih


baik dalam  bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan
dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.

6.      Waktu imobilisasi

Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi


union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.

7.      Ruangan diantara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lemak.

Bila ditemukan interposisi jaringan baik berupa periosteal, maupun otot atau
jaringan fibrosa lainnya, maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.

8.      Adanya infeksi

Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur
tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses
penyembuhan.
9.      Cairan Sinovia

Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam


penyembuhan fraktur.

10.  Gerakan aktif dan pasif anggota gerak

Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi
daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi yang
baik juga akan mengganggu vaskularisasi.

Penyembuhan fraktur berkisar antara 3 minggu – 4 bulan. Waktu penyembuhan pada


anak secara kasar setengah waktu penyembuhan daripada orang dewasa.

Daftar Pustaka

https://prastiwisp.wordpress.com/2010/07/08/proses-penyembuhan-dan-pertumbuhan-
tulang-komposisi-tulang/

http://ayoncrayon.blogspot.com/2012/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html

Anda mungkin juga menyukai