Anda di halaman 1dari 4

MENENTUKAN ANALISA KASUS

1. Contoh Kasus
Bp. K umur 55 tahun, dirawat di ruang Dahlia Rumah Sakit AA, Bp. K
dirawat memasuki hari ketujuh dengan diagnosa medis stroke iskemic, kondisi saat
masuk Bp. K tidak sadar, tidak dapat makan,  TD: 170/100, RR: 24 x/mt, N: 68 x/mt.
Kondisi pada hari ketujuh perawatan didapatkan Kesadaran compos mentis, TD:
150/100, N: 68, hemiparese/kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah, bicara
pelo, mulut mencong kiri. Bp. K dapat mengerti bila diajak bicara dan dapat
menjawab pertanyaan dengan baik tetapi jawaban Bp. K tidak jelas (pelo). Tetapi saat
sore hari sekitar pukul 17.00 WIB terdengar bunyi gelas plastik jatuh dan setelah itu
terdengar bunyi seseorang jatuh dari tempat tidur, diruang dimana tempat Bp. K
dirawat. Saat itu juga perawat yang mendengar suara tersebut mendatangi dan masuk
ruang tersebut, saat itu perawat mendapati Bp. K sudah berada dilantai dibawah
tempat tidurnya dengan barang-barang disekitarnya berantakan.

2. Analisis kasus
Dalam kasus diatas diceritakan bahwa Bp. K terjatuh dari tempat tidur dan
pada kejadian tersebut perawat tidak berada di tempat. Yang berarti perawat tidak
hanya terfokus merawat Bp. K saja. Dari hal tersebut dapat dikatakan sebagai
kelalaian karena Bapak K terjatuh dari tempat tidur. Hal tersebut membuat ketidak
nyaman bagi pasien. Seharusnya perawat itu membuat pasien merasa nyaman dan
aman .
Kasus tersebut menunjukan kelalaian perawat dalam menjaga pasien
seharusnya dalam kondisi Bapak K yang tidak bisa bergerak sepenuhnya diberi
pengamanan di tempat tidurnya untuk berjaga-jaga agar tidak terjadi hal yang di
inginkan seperti terjatuh dari tempat tidur yang sudah terjadi pada Bp. K .
Pada kasus diatas merupakan kelalaian perwat, karena dalam kasus tersebut
perawat lalai untuk memberikan pengamanan pada tempat tidur pasien yang dalam
kondisi kelumpuhan anggota gerak dextra atas dan bawah.

3. Alasan kasus tersebut termasuk kelalaian :

a. Kelalaian (Negligence)

Kelalaian tidak sama dengan malpraktek, tetapi kelalaian termasuk dalam arti
malpraktik, artinya bahwa dalam malpraktek tidak selalu ada unsur kelalaian.
Kelalaian adalah segala tindakan yang dilakukan dan dapat melanggar standar
sehingga mengakibatkan cidera/kerugian orang lain (Sampurno, 2005).
Sedangkan menurut amir dan hanafiah (1998) yang dimaksud dengan
kelalaian adalah sikap kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang
dengan sikap hati-hati melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa
yang seseorang dengan sikap hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi
tersebut.
Negligence, dapat berupa Omission (kelalaian untuk melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan) atau Commission (melakukan sesuatu secara tidak hati-hati).
(Tonia, 1994).
Dapat disimpulkan bahwa kelalaian adalah melakukan sesuatu yang harusnya
dilakukan pada tingkatan keilmuannya tetapi tidak dilakukan atau melakukan
tindakan dibawah standar yang telah ditentukan. Kelalaian praktek keperawatan
adalah seorang perawat tidak mempergunakan tingkat ketrampilan dan ilmu
pengetahuan keperawatan yang lazim dipergunakan dalam merawat pasien atau orang
yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama.

b. Jenis-jenis kelalaian :

Bentuk-bentuk dari kelalaian menurut Sampurno (2005), sebagai berikut:

1. Malfeasance : yaitu melakukan tindakan yang menlanggar hukum atau tidak


tepat/layak.
Misal: melakukan tindakan keperawatan tanpa indikasi yang memadai/tepat
2. Misfeasance : yaitu melakukan pilihan tindakan keperawatan yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat.
Misal: melakukan tindakan keperawatan dengan menyalahi prosedur
3. Nonfeasance : Adalah tidak melakukan tindakan keperawatan yang merupakan
kewajibannya.
Misal: Pasien seharusnya dipasang pengaman tempat tidur tapi tidak dilakukan.

Sampurno (2005), menyampaikan bahwa suatu perbuatan atau sikap tenaga


kesehatan dianggap lalai, bila memenuhi empat (4) unsur, yaitu:

1. Duty atau kewajiban tenaga kesehatan untuk melakukan tindakan atau untuk tidak
melakukan tindakan tertentu terhadap pasien tertentu pada situasi dan kondisi tertentu.
2. Dereliction of the duty atau penyimpanagan kewajiban
3. Damage atau kerugian, yaitu segala sesuatu yang dirasakan oleh pasien sebagai
kerugian akibat dari layanan kesehatan yang diberikan oleh pemberi pelayanan.
4. Direct cause relationship atau hubungan sebab akibat yang nyata, dalam hal ini harus
terdapat hubungan sebab akibat antara penyimpangan kewajiban dengan kerugian
yang setidaknya menurunkan “Proximate cause”

c. Dasar hukum perundang-undangan praktek keperawatan.

1. Beberapa perundang-undangan yang melindungi bagi pelaku dan penerima praktek


keperawatan yang ada di Indonesia, adalah sebagai berikut:

2. Undang – undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan, bagian kesembilan pasal 32
(penyembuhan penyakit dan pemulihan)
3. Undang – undang No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
4. Peraturan menteri kesehatan No.159b/Men.Kes/II/1998 tentang Rumah Sakit
5. Peraturan Menkes No.660/MenKes/SK/IX/1987 yang dilengkapi surat ederan
Direktur Jendral Pelayanan Medik No.105/Yan.Med/RS.Umdik/Raw/I/88 tentang
penerapan standard praktek keperawatan bagi perawat kesehatan di Rumah Sakit.
6. Kepmenkes No.647/SK/IV/2000 tentang registrasi dan praktik perawat dan direvisi
dengan SK Kepmenkes No.1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang registrasi dan praktik
perawat.
7. Perlindungan hukum baik bagi pelaku dan penerima praktek keperawatan memiliki
akontabilitas terhadap keputusan dan tindakannya. Dalam menjalankan tugas sehari-
hari tidak menutup kemungkinan perawat berbuat kesalahan baik sengaja maupun
tidak sengaja. Oleh karena itu dalam menjalankan prakteknya secara hukum perawat
harus memperhatikan baik aspek moral atau etik keperawatan dan juga aspek hukum
yang berlaku di Indonesia. Fry (1990) menyatakan bahwa akuntabilitas mengandung
dua komponen utama, yakni tanggung jawab dan tanggung gugat. Hal ini berarti
tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan
undang-undang dapat dibenarkan atau absah (Priharjo, 1995)

d. Beberapa situasi yang berpotensial menimbulkan tindakan kelalaian dalam


keperawatan diantaranya yaitu :

1. Kesalahan pemberian obat: Bentuk kelalaian yang sering terjadi. Hal ini dikarenakan
begitu banyaknya jumlah obat yang beredar metode pemberian yang bervariasi.
Kelalaian yang sering terjadi, diantaranya kegagalan membaca label obat, kesalahan
menghitung dosis obat, obat diberikan kepada pasien yang tiak teoat, kesalahan
mempersiapkan konsentrasi, atau kesalahan rute pemberian. Beberapa kesalahan
tersebut akan menimbulkan akibat yang fatal, bahkan menimbulkan kematian.
2. Mengabaikan Keluhan Pasien: termasuk perawat dalam melalaikan dalan melakukan
observasi dan memberi tindakan secara tepat. Padahal dapat saja keluhan pasien
menjadi data yang dapat dipergunakan dalam menentukan masalah pasien dengan
tepat (Kozier, 1991)
3. Kesalahan Mengidentifikasi Masalah Klien: Kemunungkinan terjadi pada situasi RS
yang cukup sibuk, sehingga kondisi pasien tidak dapat secara rinci diperhatikan.
(Kozier, 1991).
4. Kelalaian di ruang operasi: Sering ditemukan kasus adanya benda atau alat kesehatan
yang tertinggal di tubuh pasien saat operasi. Kelalaian ini juga kelalaian perawat,
dimana peran perawat di kamar operasi harusnya mampu mengoservasi jalannya
operasi, kerjasama yang baik dan terkontrol dapat menghindarkan kelalaian ini.
5. Timbulnya Kasus Decubitus selama dalam perawatan: Kondisi ini muncul karena
kelalaian perawat, kondisi ini sering muncul karena asuhan keperawatan yang
dijalankan oleh perawat tidak dijalankan dengan baik dan juga pengetahuan perawat
terdahap asuhan keperawatan tidak optimal.
6. Kelalaian terhadap keamanan dan keselamatan Pasien: Contoh yang sering ditemukan
adalah kejadian pasien jatuh yang sesungguhnya dapat dicegah jika perawat
memperhatikan keamanan tempat tidur pasien. Beberapa rumah sakit memiliki aturan
tertentu mengenai penggunaan alat-alat untuk mencegah hal ini.

e. Dampak Kelalaian

Kelalaian yang dilakukan oleh perawat akan memberikan dampak yang luas,
tidak saja kepada pasien dan keluarganya, juga kepada pihak Rumah Sakit, Individu
perawat pelaku kelalaian dan terhadap profesi. Selain gugatan pidana, juga dapat
berupa gugatan perdata dalam bentuk ganti rugi. (Sampurna, 2005).

4. Upaya pencegahanya

Perawat melakukan kelalaian dalam memberikan pelayanan kesehatan.


Dimana perawat salah dalam pemberian pengamanan pada tempat tidur pasien tetapi
perawat tidak memasang pengaman pada tempat tidur pasien yang mengakibatkan
pasien tersebut terjatuh dari tempat tidur pasien. Sehingga perawat ini melanggar kode
etik keperawatan.
Agar tidak terjadi kelalain serupa pada pasien perawat harus senantiasa
berpedoman pada standar pelayanan medic dan standar prosedur professional , secara
professional, bekerja berlandaskan etik dan moral yang tinggi, jangan berhenti belajar,
selalu tingkatkan ilmu dan keterampilan dalam bidang yang ditekuni, tingkatkan rasa
kebersamaan, keakraban, dan kekeluargaan, sesama sejawat, ikuti peraturan  dan
perundang-undangan yang berlaku  terutama tentang kesehatan.

5. Penyelesaian kasus

Dalam kasus tersebut hal dilakukan oleh perawat dalam memberikan


pengamanan tempat tidur kepada Bp. K yang seharusnya dipasang pengaman tetapi
tidak di beri pengamanan termasuk suatu kelalain.kelalaian yang dilakukan oleh
perawat termasuk melanggar kode etik yaitu tidak merugikan pasien. tidak merugikan
pasien dalam arti tidak memberi dampak negatif kepada pasien dan tidak melanggar
hukum perundang-undangan kesehatan.

Oleh karena itu perawat tidak dikenai sanksi mengganti rugi. Menurut undang-
undang kesehatan pasal 58 UU no 36/2009 GANTI RUGI AKIBAT KESALAHAN.

1) Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan,
dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat
kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan yang diterimanya.
2) Tuntutan ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi
tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau
pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat.

Anda mungkin juga menyukai