Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Kebijakan moneter dengan sasaran kebijakan harga,peredaran uang,lembaga


keuangan sector ril
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :
Kebijakan Fiskal dan Moneter
Dosen pengampu : Aang kurnia, M. Pd

Disusun oleh :
MIFTAHUL MUNIRUL DANDI (18020013)

PRODI EKONOMI SYARI’AH


SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH DARUSY SYAFA’AH (STISDA)
LAMPUNG TENGAH
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis berhasil menyusun makalah Mata Kebijakan Fiskal dan Moneter yaitu tentang
Munakahat khususnya mengenai “Kebijakan moneter dengan sasaran kebijakan
harga,peredaran uang,lembaga keuangan sector ril” dengan baik dan tepat waktu.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan
memberikan dorongan kepada penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Tak lupa pula pepatah “ tak ada gading yang tak retak” bahwasannya penulis
menyadari pasti ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini. Maka dari
itu diharapkan saran dan kritik yang membangun, guna sempurnanya makalah ini.
 Kotagajah, 22 November 2020

MIFTAHUL MUNIRUL DANDI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................3
A. Definisi Harga.....................................................................................................................3
B. Pengertian Kebijakan Atau Penetapan Harga......................................................................3
C. Pengertian Jumlah Uang Beredar (Jub)...............................................................................4
D. Lembaga Keuangan Sektor Ril............................................................................................4
BAB III...........................................................................................................................................7
PENUTUP.....................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................8

iii
BAB I
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Secara teoritis, tidak ada perbedaan signifikan antara perekonomian klasik dengan
modern. Teori harga secara mendasar sama, yakni bahwa harga wajar atau harga
keseimbangan diperoleh dari interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran
(supply) dalam suatu persaingan sempurna, hanya saja dalam perekonomian modern
teori dasar ini berkembang menjadi kompleks karena adanya diversifikasi pelaku
pasar, produk, mekanisme perdagangan, instrumen, maupun perilakunya, yang
mengakibatkan terjadinya distorsi pasar.
Secara tradisional, harga berperan sebagai penentu utama dari pilihan pembeli.
Walaupun, faktor-faktor non harga telah menjadi semakin penting dalam perilaku
pembeli selama beberapa dasawarsa ini, harga masih merupakan salah satu unsur
terpenting yang menentukan pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan.
Dalam dunia bisnis harga mempunyai banyak nama, sebagai contoh dalam dunia
perbankan disebut bunga, atau dalam bisnis, akuntansi, periklanan, konsultan disebut
fee. Sedangkan dalam dunia asuransi dikenal yang namanya premi. Terlepas dari
macam-macam nama, menurut Dolan and Simon, harga merupakan sejumlah uang
atau jasa atau barang yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa yang
disediakan penjual, sedangkan menurut Monroe (1990) menyatakan bahwa harga
merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh
produk atau jasa. Selain itu harga adalah salah satu faktor penting bagi konsumen
dalam mengambil keputusan untuk melakukan transaksi atau tidak (Engel, lackwell &
Miniard dan Kotler,1996). Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa
harga adalah sejumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan barang atau
jasa yang diperdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan untuk
memuaskan keinginan konsumen dan merupakan salah satu faktor penting dalam
pengambilan keputusan pembelian.
Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan,
elemen-elemen lainnya menimbulkan biaya. Harga juga merupakan salah satu elemen
bauran pemasaran yang paling fleksibel : Harga dapat berubah dengan cepat, tidak seperti
ciri khas (feature) produk dan perjanjian distribusi. Pada saat yang sama, penetapan dan
persaingan harga juga merupakan masalah nomor satu yang dihadapi perusahaan.
Perusahaan menangani penetapan harga dengan berbagai cara. Pada perusahaan kecil,
harga biasanya ditetapkan oleh manajemen puncak bukan dari bagian pemasaran atau
penjualan. Pada perusahaan besar, penetapan harga biasanya ditangani oleh manajer
divisi dan lini produk. Dalam berbagai industri dimana penetapan harga merupakan faktor
utama, perusahaan tersebut biasanya membentuk departemen penetapan harga untuk
menetapkan harga atau membantu departemen lain menetapkan harga yang tepat.
Departemen itu melapor kepada departemen pemasaran, keuangan, atau manajemen
puncak. Pihak lain yang mempengaruhi penetapan harga antara lain manajer penjualan,
manajer produksi, manajer kauangan dan akuntan.

1
B. Rumusan Masalah
Agar permasalahan tidak meluas serta dapat lebih terarah pada pokok
permasalahan, maka dapat dirumuskan permasalahan berdasarkan latar belakang yang
dikemukakan di atas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Konsep dan Peranan Harga?
2. Mengetahui Tujuan Penetapan Harga
3. Apakah pengertian dari Jumlah Uang Beredar (JUB)
4. Apakah penertian dari lembaga keuangan sector ril
C. Tujuan
1. Pengertian Harga dan Kebijakan Harga
2. Pengertian dari Jumlah Uang Beredar (JUB)
3. Penertian dari lembaga sektor ril
D. Manfaat
1. Mengetahui pengertian kebijakan harga
2. Untuk Mengetahui Pengertian dari Jumlah Uang Beredar (JUB)
3. Mengetahui lembaga keuangan sektor ril

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Harga
Menurut Stanton, (1984) Harga adalah Price is valueexpressed in terms of dollars
and cens, or any other monetary medium of exchange. yang kurang lebih memiliki
arti harga adalah nilai yang dinyatakan dalam dolar dan sen atau medium moneter
lainnya sebagai alat tukar.
Menurut Basu Swastha (1986: 147) Harga diartikan sebagai Jumlah uang (kemungkinan
ditambah barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang
beserta pelayanannya.
Menurut menurut Alex S Nitisemito (1991:55) Harga diartikan sebagai nilai suatu barang
atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang
atau perus ahaan bersedia melepaskan barang atau jasa yang dimiliki kepada pihak lain.
Harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa) yang
ditukarkan agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa,
Tjiptono (2001 : 151). Dan harga merupakan unsur satu–satunya dari unsur bauran
pemasaran yang memberikan pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan di banding
unsur bauran pemasaran yang lainnya (produk, promosi dan distribusi).
B. Pengertian Kebijakan Atau Penetapan Harga
Banyak definisi yang dibuat oleh para ahli untuk menjelaskan arti kebijakan. Thomas Dye
dalam buku Zainal Abidin Said (2004) http://massofa.wordpress.com/2008/11/13/kajian-
ilmu-kebijakan/ menyebutkan kebijakan sebagai pilihan pemerintah untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu. Definisi ini dibuatnya dengan menghubungkan pada
beberapa definisi lain dari David Easton, Lasswell dan Kaplan, dan Carl Friedrich. Easton
menyebutkan kebijakan pemerintah sebagai “kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk
masyarakat secara keseluruhan.” Ini mengandung konotasi tentang kewenangan
pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan masyarakat. Tidak ada suatu organisasi
lain yang wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah.
Sementara Lasswell dan Kaplan yang melihat kebijakan sebagai sarana untuk mencapai
tujuan, menyebutkan kebijakan sebagai program yang diproyeksikan berkenaan dengan
tujuan, nilai dan praktek. Carl Friedrich dalam Zainal Abidin Said (2004) mengatakan
bahwa yang paling pokok bagi suatu kebijakan adalah adanya tujuan (goal), sasaran
(objektive) atau kehendak (purpose).
Menurut Moekijat (2003:441) mengenai: “Kebijakan harga adalah suatu keputusan-
keputusan mengenai harga-harga yang akan diikuti untuk suatu jangka tertentu”. Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebijakan harga yang ditetapkan oleh perusahaan,
biasanya kebijakan harga tersebut berlaku untuk sementara waktu saja selama masa
menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan harus mengikuti perkembangan
harga dan situasi pasar. Unsur harga tersebut dalam waktu tertentu dirubah atau tidak.
Apabila selama batas waktu tertentu keadaan menguntungkan, maka kebijakan harga
tersebut ditinjau kembali apabila situasi dan kondisi perusahaan mengalami perubahan,

3
sehingga tidak mungkin lagi untuk dipertahankan agar produsen maupun konsumen tidak
saling dirugikan.
C. Pengertian Jumlah Uang Beredar (Jub)
Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar dalam
sebuah perekonomian. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan
deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar.

Jumlah uang beredar dalam artian sempit ini disebut dengan M1. Pengertian uang
beredar secara luas dinamakan M2 dan M3 adalah M1 ditambah tabungan dan simpanan
berjangka lain yang jangkanya lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari pinjaman
semalam antar bank (bank overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah
M2 ditambah komponen-komponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar
dalam artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money). Di dalam konteks
perekonomian negara maju seperti USA, China, dll definisi jumlah uang yang beredar
memiliki perbedaan dengan definisi dalam konteks perekonomian negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Namun setidak-tidaknya ada dua definisi jumlah beredar
yang banyak dipakai, baik di negara maju maupun Negara Sedang Berkembang.

D. Lembaga Keuangan Sektor Ril


Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor
moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur
dan jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor perbankan.
Berdasarkan sistem operasionalnya, perbankan Indonesia terbagi menjadi dua
sistem. Pertama, sistem perbankan konvensional yang mendominasi dengan sistem
bunga yang dalam istilah lain bunga adalah sama dengan riba yaitu tambahan atas
nilai pinjaman pokok. Kedua adalah system perbankan syariah yang beroperasi
berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah Islam berlandaskan pada Al- Qur’an dan
Hadits yang identik dengan bagi hasil.

Perbankan syariah pada dasarnya merupakan pengembangan dari konsep


ekonomi islam, terutama dalam bidang keuangan yang dikembangkan sebagai suatu
respon dari kelompok ekonom dan praktisi perbankan muslim yang berupaya
mengakomodasi desakan dari berbagai pihak yang menginginkan adanya jasa transaksi
keuangan yang dilaksanakan sejalan dengan nilai moral dan prinsip-prinsip syariah
Islam. Menghadapi gejolak moneter yang diwarnai dengan tingkat suku bunga

4
tinggi, eksistensi perbankan syariah tidak tergoyahkan, karena perbankan
syariah tidak

berbasiskan pada bunga

5
Konsep Islam adalah menjaga keseimbangan antara sektor riil dengan sektor moneter, sehingga
pertumbuhan pembiayaan tidak akan lepas dari pertumbuhan sektor riil yang dibiayainya. Oleh
karena itu, faktor pembiayaan yang diterapkan di perbankan syari’ah memerankan posisi
yang sangat penting untuk menjaga stabilitas terhadap perkembangan sektor riil.

Industri perbankan syariah terus tumbuh, dimana laju ekspansi volume usaha tahun 2007
mencapai 36,7%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada tahun 2006 (28,0%) dan
pembiayaan juga menunjukkan laju pertumbuhan yang meningkat dari 34,2% pada tahun 2006
menjadi 36,7% (2007). Di samping itu profitabilitas perbankan syariah mengalami peningkatan,
tercermin dari return on asset (ROA) yang meningkat dari 1,8% (2006) menjadi 2,1% (2007).
Undang-undang perbankan syariah (UUPS) disahkan oleh DPR-RI pada tanggal 16 Juli 2008.
Pemberlakuan UUPS No.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan,
diminta, dicari dan dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan
atau keinginan pasar yang bersangkutan, produk yang ditawarkan tersebut meliputi barang,
fisik, jasa, orang atau pribadi, tempat, organisasi dan ide sebagai pengaruh dari Consumer
Adoption Process, produk memiliki siklus hidup yang pada umumnya terdiri dari tahap
perkenalan, pertumbuhan, pendewasaan, dan penurunan
Jadi jumlah uang berdar jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang
beredar dalam sebuah perekonomian. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan
deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Kemudian jumlah uang beredar itu di
mulai dari bank sentral dalam hai ini Bank Indonesia kemudian di sebarkan ke Bank umum
dan Bank perkreditan rakyat (BPR) lalu kemudian di sebarkan ke masyarakat yang sesuai
dengan mekanisme pengedaran jumlah uang. Dalam proses peredaran jumlah uang disinii
membutukan peran penting dari pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar
agar tidak terjadi inflasi dan lain sebagainya.
Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor
moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan
jasa. Sedangkan sektor moneter ditumpukan pada sektor perbankan. Berdasarkan sistem
operasionalnya, perbankan Indonesia terbagi menjadi dua sistem.

7
DAFTAR PUSTAKA

Fandy Tjiptono. 2001. Manajemen Jasa. Yogyakarta :Andy Offset.


Karwowski, W and Marras, S.W. 1999. The Occupational Ergonomics Handbook. New York :
CRC Press LLC
Nitisemito, Alex S, 1991. Manajemen Personalia – Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Ghalia
Pappas, James L. dan Hirschey, Mark. 1995. Ekonomi Manajerial.Jakarta : PT. Binarupa Aksara
Indonesia.
Stanton, William J. 1984. Prinsip Pemasaran. Jakarta : Penerbit Erlangga
Swasta, Basu DH dan Irawan. M.B.A. 1986. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta: Edisi
ke dua. Penerbit Liberty
Khoiria, Siti. 2014. Jumlah Uang Beredar: http://stikhoir.blogspot.co.id/2014/05/jumlah-uang
beredar.html
Hidayat, Syamsul, Moh.2014.MekanismeJumlahUangBeredar:https://mohsyamsulhidayat.
wordpress.com/tugas-semester-4/mekanisme-jumlah-uang-beredar/
Boediono. 1993. Jumlah Uang Beredar: http://widi007.blogspot.co.id/2013/02/makalah-jumlah
uang-beredar.html
April, Widian. 2013. Jumlah Uag Beredar: http://widi007.blogspot.co.id/2013/02/makalah
jumlah-uang-beredar.html

Anda mungkin juga menyukai