Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

PADA HIPOGLIKEMIA

DISUSUN OLEH :
DEVYA NADA
F0G018021

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING LAHAN

Dara Himalaya.,S.ST.M.Keb Lovi Fuji Rahayu,Str.keb


NIP : 197208292006042009 NIP : 1992081449

PRODI D3 KEBIDANAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS BENGKULU

TAHUN 2020/2021
BAB I
KONSEP TEORI
ASUHAN KEBIDANAN PADA
HIPOGLIKEMIA
A. DEFINISI
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar
gula darah (glukosa) yang rendah. Dalam keadaan normal, tubuh
mempertahankan kadar gula darah antara 70-11 mg/dl. Hipoglikemi
adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari
50 mg/%. Sedangkan Hipoglikemi pada Neonatus adalah suatu keadaan,
dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari 50 mg/% yang terjadi
pada bayi baru lahir.
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis :
1. Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi
yang besar ataupun normal yang mengalami kerusakan sistem
produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2. Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi
jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami kekurangan
cadangan lemak dan glikogen.
3. Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus
sehingga terjadi peningkatan metabolisme yang memerlukan
banyak cadangan glikogen.
4. Berulang (Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan
enzimatis, atau metabolism
Hipoglikemia dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf
simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam
darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi, palpitasi,
kegelisahan dan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel
otak tidak memperoleh bahan bakar untuk bekerja dengan
baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup keetidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala,
vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, bicara pelo, gerakan
tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga
pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi
hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan
kejang, sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

B. ETIOLOGI
Beberapa penyebab hipoglikemia pada bayi (neonates) adalah sebagai
berikut :
1. Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah ( yang disimpan dalam bentuk
glikogen).
2. Prematuritas
3. Post-maturitas
4. Kelainan fungsi plasenta (ari-ari) selama bayi berada dalam
kandungan.
5. Hipoglikemia juga bisa terjadi pada bayi yang memiliki kadar insulin
tinggi, bayi yang ibunya menderita diabetes sering kali memiliki kadar
insulin yang tinggi karena ibunya memiliki kadar darah yang tinggi,
sejumlah besar guladarah ini melewati plasenta dan sampai ke janin
selama masa kehamilan akibatnya, janin menghasilkan sejumlah besar
insulin,
6. Peningkatan kadar insulin juga ditemukan pada bayi yang menderita
penyakit hematolotik berat .
7. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan kadar gula darah menurun
dengan cepat pada jam-jam pertama kehidupan bayi setelah dilahirkan,
dimana aliran gula dari plasenta secara tiba-tiba terhenti.

C. PATOFISIOLOGI
1. Hipoglikemi sering terjadi pada BBLR, karena cadangan glukosa
rendah. Pada ibu DM terjadi transfer glukosa yang berlebihan pada
janin sehingga respon insulin juga meningkat pada janin. Saat lahir di
mana jalur plasenta terputus maka transfer glukosa berhenti sedangkan
respon insulin masih tinggi (transient hiperinsulinism) sehingga terjadi
hipoglikemi.
2. Hipoglikemi adalah masalah serius pada bayi baru lahir, karena dapat
menimbulkan kejang yang berakibat terjadinya hipoksi otak. Bila tidak
dikelola dengan baik akan menimbulkan kerusakan pada susunan saraf
pusat bahkan sampai kematian.
3. Kejadian hipoglikemi lebih sering didapat pada bayi dari ibu dengan
diabetes melitus.
4. Glukosa merupakan sumber kalori yang penting untuk ketahanan
hidup selama proses persalinan dan hari-hari pertama pasca lahir.
5. Setiap stress yang terjadi mengurangi cadangan glukosa yang ada
karena meningkatkan penggunaan cadangan glukosa, misalnya pada
asfiksia, hipotermi, hipertermi, gangguan pernapasan.
Faktor Resiko Hipoglikemia Umumnya hipoglikemia terjadi pada
neonatus berumur 1-2 jam. Hal ini disebabkan oleh karena bayi tidak
lagi mendapatkan glukosa dari ibu, sedangkan insulin plasma masih
tinggi dengan kadar glukosa darah yang menurun. Terdapat 4
kelompok besar bayi neonatal yang secara patofisiologik mempunyai
resiko tinggi mengalami hipoglikemia yaitu :
1) Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita diabetes melitus
atau menderita diabetes selama kehamilan dan bayi yang
menderita penyakit eritroblastosis fetalis berat, bayi
demikian cenderung menderita hiperinsulinisme.
2) Bayi dengan berat badan lahir rendah yang mungkin
mengalami malnutrisi intrauterin, yang mengakibatkan
cadangan glikogen hati dan lemak tubuh total menurun.
BBLR yang termasuk rawan adalah bayi kecil menurut
usia kehamilan, salah satu bayi kembar yang lebih kecil
berat badan berbeda 25% atau lebih, berat badan lahir
kurang 2000 gr bayi yang menderita polisitemia, bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang menderita toksemia dan
bayi dengan plasenta yang abnormal, terutama sangat peka
dan mudah terkena gangguan ini. Faktor-faktor lain yang juga
berperan akan timbulnya hipoglikemia pada kelompok ini
mencakup respon insulin yang tidak normal, gangguan
glikoneogenesis, asam lemak bebas yang rendah, rasio
berat otak atau hati yang meningkat, kecepatan produksi
kortisol yang rendah dan mungkin kadar insulin yang
meningkat serta respon keluaran epinefrin yang menurun.
3) Bayi yang sangat imatur (kecil) atau yang sedang sakit berat
dapat menderita hipoglikemia karena meningkatnya kebutuhan
metabolisme yang melebihi cadangan kalori, dan bayi dengan
berat badan lahir rendah yang menderita sindrom gawat
nafas, asfiksia perinatal, polisitemia, hipotermia dan infeksi
sistemik dan bayi yang mengalami kelainan jantung bawaan
sianotik yang menderita gagal jantung.
4) Pada bayi yang menderita kelainan genetik atau
gangguan metabolisme primer (jarang terjadi) seperti
galaktosemia, penyakit penyimpanan glikogen, intoleransi
fruktosa, propionat asidemia, metilmalonat asidemia,
tirosinemia, penyakit sirop mapel, sensitivitas leusin,
insulinoma, nesidioblastosis sel beta, hiperplasia fungsional sel
beta fungsional, panhipopituitarisme dan sindrom beckwit
serta bayi raksasa.
D. TANDA DAN GEJALA
Hipoglikemia simptomatik pada neonatus cenderung terjadi selama
6-12 jam kehidupan. Sering menyertai penyakit-penyakit seperti : distress
perinatal, terlambat pemberian minum dan bayi dari ibu DM. Tidak ada
perbedaan dalam hal jenis kelamin. Juga termasuk dalam golongan ini
ialah bayi dari ibu DM insulin dependen (IDM) dan ibu menderita DM
kehamilan (IGDM). Meskipun sebanyak 50% dari IDM dan 25% IGDM
mempunyai kadar glukose < 30 mg/dl selama 2-6 jam kehidupan, ke-
banyakan tidak memperlihatkan akibat-akibat dari hipoglikemianya.
Umumnya sembuh spontan, tetapi sebagian kecil (10-20%) kadar gula
tetap rendah. Beberapa di antaranya menunjukkan respons yang balk
terhadap suntikan glukagon 300 mikro gram atau 0,3 mg/kgBB im, tidak
lebih 1 mg total-nya2
Neonatus simptomatik gejalanya tidak khas, misalnya : apati,
anoreksia, hipotoni, apnu, sianosis, pernapasan tidak teratur, kesadaran
menurun, tremor, kejang tonik/klonik, menangis tidak normal dan
cengeng. Kebanyakan gejala pertama timbul sesudah 24-28 jam
kehidupan. Pada Bayi/Anak Gejala-gejala dapat berupa: kepala, nausea,
cemas, lapar, gerakan motorik tidak terkoordinasi, pucat, penglihatan
berkunang-kunang, ketidakpedulian, cengeng, ataksia ,strabismus, kejang,
malas/lemah, tidak ada perhatian dan gangguan tingkah laku. bisa disertai
atau tidak dengan banyak keringat dan takhikardi. Serangan ulang gejala-
gejala tadi dapat terjadi pada waktu-waktu tertentu setiap hari, sehingga
kita harus waspada terhadap kemungkinan hipoglikemia. Pemeriksaan
glukose darah pada saat timbulnya gejala sangat penting untuk menegakan
diagnosa.

E. PENATALAKSANAAN
Untuk penanganan bayi yang mengalami hiplogikemia dapat dilakukan
dengan:
1. Monitor
Pada bayi yang beresiko (BBLR, BMK, bayi dengan ibu DM)
perlu dimonitor dalam 3 hari pertama :
a. Periksa kadar glukosa saat bayi datang/umur 3 jam
b. Ulangi tiap 6 jam selama 24 jam atau sampai pemeriksaan
glukosa normal dalam 2 kali pemeriksaan
c. Kadar glukosa ≤ 45 mg/dl atau gejala positif tangani
hipoglikemia
d. Pemeriksaan kadar glukosa baik, pulangkan setelah 3 hari
penanganan hipoglikemia selesai
2. Penanganan hipoglikemia dengan gejala :
a. Bolus glukosa 10% 2 ml/kg pelan-pelan dengan kecepatan 1
ml/menit\
b. Pasang dekstrosa 10% = 2 cc/kg dan diberikan melalui
intravena selama 5 menit dan diulang sesuai kebutuhan
(kebutuhan infus glukosa 6-8 mg/kg/menit).
Contoh : BB 3 kg, kebutuhan glukosa 3 kg x 6 mg/kg/mnt = 18
mg/mnt = 25920 mg/hari. Bila dipakai D 10% artinya 10
g/100cc, bila perlu 25920 mg/hari atau 25,9 g/hari berarti perlu
25,9 g/ 10 g x 100 cc= 259 cc D 10% /hari.
Atau cara lain dengan GIR
Konsentrasi glukosa tertinggi untuk infus perifer adalah
12,5%, bila lebih dari 12,5% digunakan vena sentral.
a. Periksa glukosa darah pada : 1 jam setelah bolus dan tiap 3 jam
b. Bila kadar glukosa masih < 25 mg/dl, dengan atau tanpa gejala,
ulangi seperti diatas
a) Bila kadar 25-45 mg/dl, tanpa gejala klinis :
1) Infus D10 diteruskan
2) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam
3) ASI diberikan bila bayi dapat minum
b) Bila kadar glukosa ≥ 45 mg/dl dalam 2 kali
pemeriksaan
1) Ikuti petunjuk bila kadar glukosa sudah normal
2) ASI diberikan bila bayi dapat minum dan jumlah
infus diturunkan pelan-pelan
3) Jangan menghentikan infus secara tiba-tiba
c) Kadar glukosa darah < 45 mg/dl tanpa gejala:
1) ASI teruskan
2) Pantau, bila ada gejala manajemen seperti diatas
3) Periksa kadar glukosa tiap 3 jam atau sebelum
minum, bila : Kadar < 25 mg/dl, dengan atau tanpa
gejala tangani hipoglikemi, Kadar 25-45 mg/dl
naikkan frekwensi minum, Kadar ≥ 45 mg/dl
manajemen sebagai kadar glukosa normal
d) Kadar glukosa normal
1) IV teruskan
2) Periksa kadar glukosa tiap 12 jam
3) Bila kadar glukosa turun, atasi seperti diatas
4) Bila bayi sudah tidak mendapat IV, periksa kadar
glukosa tiap 12 jam, bila 2 kali pemeriksaan dalam
batas normal, pengukuran dihentikan.
e) Persisten hipoglikemia (hipoglikemia lebih dari 7 hari)
1) Konsultasi endokrin
2) Terapi: kortikosteroid hidrokortison 5 mg/kg/hari 2
x/hari iv atau prednison 2 mg/kg/hari per oral,
mencari kausa hipoglikemia lebih dalam.
3) Bila masih hipoglikemia dapat ditambahkan obat
lain: somatostatin, glukagon, diazoxide, human
growth hormon, pembedahan. (jarang dilakukan)
f) Hipoglikemia refraktori
Kebutuhan glukosa >12 mg/kg/menit menunjukan
adanya hiperinsulinisme. Keadaan ini dapat diperbaiki
dengan:
1) Hidrokortison 5 mg/kg IV atau IM setiap 12 jam
2) Glukagon 200 ug IV (segera atau infus
berkesinambungan 10 ug/kg/jam)
3) Diazoxide 10 mg/kg/hari setiap 8 jam menghambat
sekresi insulin pancreas

F. TATA LAKSANA PEMBERIAN ASI PADA BAYI DENGAN


HIPOGLIKEMIA
1. Hipoglikemia asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)
a. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan
menstabilkan kadar glukosa darah. Teruskan menyusui
bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri 3-10 ml ASI perah
tiap kg berat badan bayi,atau berikan suplementasi (ASI
donor atau susu formula).
b. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian
minum berikutnya sampai kadarnya normal dan stabil.
c. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa
mentoleransi asupannya, hindari pemaksaan pemberian
minum, dan mulailah pemberian glukosa intra vena. Pada
beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan
pemeriksaan yang seksama dan lakukan evaluasi untuk
mendapatkan terapi yang intensif.
d. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi
minum, mulailah terapi glukosa intra vena dan sesuaikan
dengan kadar glukosa darah.
e. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena.
Turunkan jumlah dan konsentrasi glukosa intra vena sesuai
dengan kadar glukosa darah.
f. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar
skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium, terapi
dan perubahan kondisi klinik bayi (misalnya respon
dari terapi yang diberikan).
2. Hipoglikemia simtomatik dengan manifestasi klinis atau
kadar glukosa plasma < 20-25 mg/dL atau < 1,1 – 1,4 mmol/L.
a. Berikan glukosa 200 mg tiap kilogram berat badan
atau 2 ml tiap kilogram berat badan cairan dekstrosa 10%.
Lanjutkan terus pemberian glukosa 10% intra vena
dengan kecepatan (glucose infusion rate atau GIR) 6-8
mg tiap kilogram berat badan tiap menit.
b. Koreksi hipoglikemia yang ekstrim atau
simtomatik, pertahankan kadar glukosa bayi yang
simtomatik pada >45 mg/dL atau >2.5 mmol/L.
c. Sesuaikan pemberian glukosa intravena dengan kadar
glukosa darah yang didapat.
d. Dukung pemberian ASI sesering mungkin setelah
manifestasi hipoglikemia menghilang.
e. Pantau kadar glukosa darah sebelum pemberian minum dan
saat penurunan pemberian glukosa intra vena secara
bertahap (weaning) sampai kadar glukosa darah stabil
pada saat tidak mendapat cairan glukosa intra vena.
Kadang diperlukan waktu 24-48 jam untuk mencegah
hipoglikemia berulang.
f. Lakukan pencatatan manifasi klinis, pemeriksaan fisis,
kadar skrining glukosa darah, konfirmasi laboratorium,
terapi dan perubahan kondisi klinik (misal respon
dari terapi yang diberikan).
KONSEP SOAP

ASUHAN KEBIDANAN PADA HIPOGLIKEMIA

A. DATA SUBJEKTIF
Data yang didapatkan langsung dari pasien, suami maupun
keluarga pasien melalui anamnesa yang berhubungan dengan masalah dari
sudut pandang pasien. Yang berisi :
1. Identitas pasien
Untuk mengetahui data pasien
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui apa yang ibu rasakan/ masalah yang dihadapi
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang, untuk mengetahui kondisi
kesehatan pasien sekarang
b. Riwayat kesehatan lalu, untuk mengetahui penyakit yang
sebelumnya perna dialami
c. Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui apakah pasien
mempunyai penyakit turunan dari keluarganya.
4. Pola aktivitas sehari-hari
Untuk mengetahui pola kebiasaan/ hal yang ibu lakukan sehari-
hari.
B. DATA OBJEKTIF
Data yang diperoleh setelah melakukan pemeriksaan secara langsung
kepada pasien, berupa :
1. Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
2. Pemeriksaan fisik
Untuk mengetahui apakah terdapat kelainan/ masalah pada
anggota tubuh pasien.
a. Mata (konjugtiva merah muda atau tidak, sclera kuning
atau tidak)
b. Muka (pucat atau tidak)
c. Leher (terdapat pembengkakan pada kelenjar atau tidak)
d. Payudara (simetris atau tidak, putting menonjol atau tidak ,
ada pengeluaran asi atau tidak)
e. Abdomen (TFU sesuai dengan hari atau tidak, kontraksi
uterus normal atau tidak)
f. Ekstremitas (terdapat oedema atau tidak)
g. Genetalia (perempuan/laki-laki)
h. Anus (terdapat haemaroid atau tidak).
C. ANALISA
Untuk mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial kerangka masalah
pasien.
D. PENATALAKSANAAN
Rencana-rencana asuhan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien.
BAB II
KONSEP SOAP
Tanggal : …………………………….
Tempat : …………………………….
Puku : …………………………….
No RM : …………………………….

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas bayi
Nama Bayi : by.
Umur Bayi : 2 hari
Tanggal /Jam lahir :
Jenis Kelamin :

Identitas ibu Identitas ayah


Nama Ibu : Ny. Nama Ayah :
Umur : Umur :
Kebangsaan : Kebangsaan :
Agama : Agama :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : PNS Pekerjaan :
Alamat : Alamat :

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya 2 hari yang lalu, dengan usia
kehamilan 37 minggu, ibu datang ke rumah sakit dengan keluhan bayinya
gemetar, tangisannya lemah, pucat, timbul keringat dingin, dan bayi malas
menyusui.

3. Riwayat Kehamilan
Ibu mengatakan ini adalah hamil anak pertama. Ibu mengatakan rutin
periksa satu bulan sekali ke bidan dan hasilnya ibu tidak mengalami
penyulit dalam kehamilan hingga mendekati proses bersalin, ibu pernah
mendapat imunisasi TT sebanyak dua kali.

4. Riwayat persalinan
Ibu melahirkan di PMB ditolong oleh bidan secara spontan, usia
kehamilan saat bersalin adalah cukup bulan, saat proses persalinan ibu dan
bayi dalam keadaan baik.

5. Riwayat Kesehatan ibu dan keluarga


Ibu mengatakan memiliki riwayat penyakit diabetes atau penyakit gula
yang diderita oleh ibu sebelum hamil hingga saat hamil.

6. Riwayat laktasi
Ibu mengatakan bayinya kesulitan minum ketika diberi ASI sejak lahir,
daya hisapnya pun lemah, ketika disusui bayi terlihat malas dan tertidur.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik / Lemah
2. Kesadaran : Composmentis/apatis/samnolen/sopar/koma
3. Tanda-tanda vital
Nadi : > 130 x/menit
Suhu : > 35°C
Pernapasan : > 60 x/menit
4. Antropometri
BB :
LK :
LILA :
PB :
LD :
5. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
UUB : cembung / tidak
UUK : datar / tidak
Chepal hematoma: ada / tidak ada
Bentuk kepala : bundar / tidak
Odema : ada / tidak ada
2. Mata
Bentuk mata : simetris / tidak
Pupil mata : normal ./ tidak
Sklera : ikterik / anikterik
Konjungtiva : anemis / ananemis
3. Hidung
Bentuk : simetris / tidak
Lubang hidung : ada / tidak
Pernafasan cuping hidung : ada / tidak ada
4. Mulut
Bentuk : simetris / tidak
Palatum : ada kelainan/ tidak
Gusi : baik / tidak
Reflek mengisap: (tidak ada) bayi tidak mau menghisap sesuatu yang
menempel di mulut.
Bibir : simetris / tidak
5. Telinga
Bentuk : simetris / tidak
6. Leher
Pembesaran tyroid : ada / tidak ada
Pembesaran vena jugularis : ada / tidak ada
7. Dada
Posisi : simetris / tidak
Mamae : ada benjolan / tidak
8. Perut
Bentuk : simetris / tidak
Punggung bokong : ada kelainan / tidak
9. Ekstremitas atas
Reflek menggenggam : (ada) terhadap benda yang diikatkan pada
jarinya.
Reflek moro :(ada) bayi tampak bisa memeluk bila
dikejutkan
Jari-jari tangan : lengkap / tidak
Pergerakan : Lemah
Varises : ada / tidak ada
10. Ekstremitas bawah
Jari-jari kaki : lengkap / tidak
Pergerakan : lemah
Varises : ada/ tidak ada
Tonus sendi : ada /tidak ada
Keadaan : ada kelainan /tidak
Reflek kaki (staping) : (lemah) bayi tampak lemah menendangkan
kakinya.
11. Genetalia
Jenis kelamin : perempuan
Lubang uretra : ada / tidak
Vagina : simetris / tidak
Anus : ada / tidak
12. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium, GDS bayi : 39 mg/dl ( < 45 mg/dl )
13. Data Tambahan
GDS ibu : 250 mg/dl

C. ANALISA
Bayi Ny.D umur 2 hari neonatus kurang bulan dengan hipoglikemia
keadaan umum bayi lemah
D. PERENCANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu, suami, dan keluarga
bahwa bayi memiliki kadar gula darah kurang. (ibu, suami dan
keluarga mengerti hasil pemeriksaan)
2. Melibatkan keluarga pada saat kita melakukan tindakan pada bayi
(Keluarga bersedia terlibat dalam mengasuh bayinya)
3. Mengobservasi keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital
a) memantau keadaan bayi, bayi terlihat lemah
b) memantau tanda-tanda vital dengan hasil:
BB : 4000 gr
Suhu badan : 34,6 0C
Nadi : 135 kali / menit
Pernafasan : 65 kali / menit
4. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat
a) Membungkus bayi dengan selimut yang kering dan
hangat
b) Menjaga suhu lingkungan di sekitar bayi agar tetap
hangat (Bayi digedong, menggunakan topi, sarung
tangan dan sarung kaki)
c) Pelaksanaan Perawatan Metode Kangguru
Pelaksanaan metode kangguru adalah skin to skin atau
kulit dengan kulit antara bagian depan tubuh bayi
dengan dada dan perut ibu dalam baju kangguru.
adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Semua pakaian bayi dilepas
2) Ibu atau keluarga yang akan menggendong diminta
melepas BH atau baju dalam (hanya memakai
baju/atau kaos yang longgar)
3) Gendong bayi, letakkan bayi didalam baju sehingga
terjadi sentuhan kulit ibu dan kulit bayi tanpa
perantara
4) Ikat pinggang ibu dibawah badan bayi sehingga
badan badan bayi tidak turun ( ikatan di luar baju)
5) Gendong bayi seperti biasa menggunakan kain,
ikatan kain penggendong diluar baju ibu
6) Pakaikan topi penutup kepala bayi
5. Menganjurkan pada ibu agar tetap memberikan ASI sesering
mungkin pada bayinya (Ibu bersedia melakukannya
6. Mengajarkan kepada ibu mengenai cara pemberian ASI minimal 3-4
jam sekali dengan porsi sedikit 30 cc tapi sering. Jika bayi tidak mau
menyusu, mulai pemberian makan dengan menggunakan sonde
dalam waktu 1-3 hari lahir dengan menggunakan susu khusus untuk
bayi hipoglikemia. (Ibu mengerti dan bersedia melakukannya)
7. Menganjurkan pada keluarga untuk membawa anaknya ke Rumah
Sakit apabila keadaanya belum membaik (Keluarga mengerti dan
bersedia melakukannya
DAFTAR PUSTAKA

Marmi, K. 2015. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.


Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Mulati, Erna, (ed.). 2015. Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak Continuum Of
Carelife Cycle. Jakarta: Kemenkes

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015 Kota
Yogyakarta. Yogyakarta : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. 2015. Profil Kesehatan Tahun 2015 Kota
Yogyakarta. Yogyakarta : Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai