Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Neonatal


Asfiksia Neonatorum

Disusun Oleh
Nama : Delva Dianwari
NPM : F0G018029
Kelas : A

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dara Himalaya, S.ST., M.Keb Lovi Fuji Rahayu, Str. Keb


NIP: 197208292006042009 NIK: 1992081449

PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
TAHUN 2020
A. Laporan Pendahuluan Asfiksia Neonatorum

1. Pengertian Asfiksia Neonatorum

Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan gawat bayi berupa


kegagalan bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Keadaan ini disertai hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan
asidosis. Konsekuensi fisiologis yang terutama terjadi pada asfiksia
adalah depresi susunan saraf pusat dengan kriteria. World Health
Organization (WHO) tahun 2008 didapatkan adanya gangguan
neurologis berupa hypoxic ischaemic enchepalopaty (HIE), akan
tetapi kelainan ini tidak dapat diketahui dengan segera, keadaan
asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat
langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan
adaptasi bayi baru lahir. Kegagalan ini juga berakibat pada
terganggunya fungsi dari masing - masing jaringan dan organ yang
akan menjadi masalah pada hari-hari pertama perawatan setelah lahir.
2. Etiologi Asfiksia Neonatorum
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit
pertama kelahiran kemudian disusul dengan pernafasan teratur.
Gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke
janin akan berakibat asfiksia janin. Gangguan ini dapat timbul pada
masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. besar asfiksia
bayi baru lahir merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu
penilaian janin selama masa kehamilan dan persalinan memegang
peranan penting untuk keselamatan bayi
3. Patofisiologi Asfiksia Neonatorum
Segera setelah lahir bayi akan menarik nafas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi.
Alveoli akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada di
dalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. arteriol paru
akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara
memadai. Janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah timbulah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung
janin) menjadi lambat. Kekurangan O2 terus berlangsung maka
nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini rangsangan
dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya
ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan
intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. janin lahir, alveoli tidak berkembang, jika berlanjut, bayi
akan menunjukan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan
terlihat lemas. Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi
memasuki periode apneu sekunder. Selama epneu sekunder, denyut
jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2) terus
menurun. Bayi sekarang tidak dapat berekasi terhadap rangsangan dan
tidak akan menunjukan upaya pernafasan secara spontan
4. Faktor penyebab asfiksia neonatorum
a. Ibu.
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transpor O2 dari ibu ke janin
sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam
menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara
menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan,
atau secara mendadak karena hal – hal yang diderita ibu dalam
persalinan. Preeklamsi, partus lama atau macet dan kehamilan
lewat waktu termasuk beberapa faktor ibu yang dapat menjadi
penyebab terjadinya asfiksia bayi baru lahir. Persalinan sungsang
dapat menyebabkan asfiksia karena sering terjadi kemacetan
persalinan kepala yang dapat menyebabkan aspirasi air ketuban
dan lendir, perdarahan, atau edema jaringan otak sampai
kerusakan persendian tulang leher.
b. Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta,
dan lain lain
c. Fetus
Kompresi umbilikus akan dapat mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat
pertukaran gas antara ibu dan janin. Kompresi umbilikus ini bisa
terjadi pada persalinan sungsang karena tali pusat yang terjepit
antara janin dan jalan lahir.
d. Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal berikut:
1) Pemakaian anastesi berlebihan pada ibu.
2) Trauma yang terjadi selama persalinan.
3) Kelainan kongenital pada bayi
5. Resiko Asfiksia
Asfiksia Neonatorum dapat berakibat gangguan pada berbagai
jaringan dan organ, kematian atau sekuele akibat terjadinya proses
penyembuhan disfungsi organ yang berlangsung lama. Resiko yang
didapatkan :
a. Depresi neonatus saat lahir akibat asidosis dan rendahnya nilai
APGAR
b. HIE
c. Disfungsi sistem multiorgan
1) Gangguan fungsi ginjal, ditandai dengan oliguria dan
meningkatnya kreatinin
2) Kardiomiopati
3) Gangguan fungsi paru seperti hipertensi pulmonal
4) Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
5) Kegagalan fungsi hati
6) Necrotizing Enterocolitis (NEC)
d. Abnormalitas cairan, elektrolit dan metabolisme

6. Klasifikasi Klinis Asfiksia BBL

Apgar score merupakan sistem penilaian yang diciptakan oleh


Dr.Virginia Apgar untuk menilai keadaan bayi dalam usia beberapa
menit pertama dan dengan sistem ini, asfiksia neonatorum yang berat
dapat didiagnosis dan ditangani segera. Penilainan ini perlu untuk
mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak. Sehingga
berdasarkan hasil penilaian apgar, asfiksia dapat dibagi menjadi tiga
tingkatan yaitu :
a. Asfiksia ringan (nilai apgar 7-10).
b. Asfiksia sedang (nilai apgar 4-6 ).
c. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Tanda Nilai 0 Nilai 1 Nilai 2

Appacance (Warna Pucat/ Biru seluruh Tubuh merah Seluruh tubuh


Kulit) Tubuh Ektremitas biru kemerahan

Pulse Tidak ada >100 >100


(Denyut
Jantung)
Grimace Tidak ada Ektremitas Langsung
(Tonus Otot) sedikit fleksi meringis

Activitas Tidak ada Sedikit gerak Aktif dan


(Aktivita spontan
s)
Respiration Tidak ada Lemah/ tidak teratur Menangis kuat
(Pernapasa
n)

7. Tanda dan Gejala Asfiksia


a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)

Tanda dan gejala yang sering muncul pada Asfiksia berat yaitu :
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu ≤ 40 kali per menit.
2) Tidak ada usaha napas.
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada.
4) Bayi tidak dapat memberikan reaksi bila diberikan
rangsangan.
5) Bayi tampak pucat bahkan kebiruan.
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)
Asfiksia sedang tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut :
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit.
2) Usaha napas lambat.
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik.
4) Bayi masih dapat bereaksi terhadap rangsangan yang
diberikan

5) Bayi tampak sianosis.


c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10).
Asfiksia ringan tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut :
1) Takipnea dengan napas lebih dari 60 kali permenit.
2) Bayi tampak sianosis.
3) Adanya retraksi sel iga.
4) Bayi merintih.
5) Adanya pernapasan cuping hidung.
8. Cara mendiagnosa Asfiksia neonatorum
a. Anamnesis
Anamnesis diarahkan untuk mencari faktor risiko terhadap terjadinya
asfiksia neonatorum.
1) Gangguan/ kesulitan waktu lahir.
2) Cara dilahirkan.
3) Ada tidaknya bernafas dan menangis segera setelah
b. Pemeriksaan fisik
1) Bayi tidak bernafas atau menangis.
2) Denyut jantung kurang dari 100x/menit.
3) Tonus otot menurun.
4) Bisa didapatkan cairan ketuban ibu bercampur mekonium, atau
sisa mekonium pada tubuh bayi.
5) BBLR (berat badan lahir rendah)
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium dengan hasil analisis gas darah tali pusat menunjukkan
hasil asidosis pada darah tali pusat jika:
1) PaO2 < 50 mm H2O
2) PaCO2 > 55 mm H2
3) pH < 7,30

9. Penatalaksanaan Asfiksia

a. Penatalaksanaan yang diberikan bidan

1) Sebelum bayi lahir

a) Apakah kehamilan cukup bulan?

b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?

2) Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain


bersih dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu,
segera lakukan penilaian berikut:

a) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?

b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

c) Letakkan bayi diatas kain yang ada di perut ibu. Selimuti


bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat. Pindahkan
bayi ke atas kain tempat resusitasi.

d) Atur posisi bayi

Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat


penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
e) Membersihkan jalan napas sesuai keperluan .

Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah


bergantung pada keaktifan bayi dan ada/tidaknya
mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan
amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi
pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung
kurang dari 100x/menit) segera dilakukan penghisapan
trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah
sindrom aspirasi mekonium.

f) Keringkan dan lakukan rangsangan taktil

1. Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan


(ekstremitas) satu atau dua kali.

2. Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu


atau dua kali)

g) Ventilasi

Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk


memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan
tekanan positif yang memadai untuk membuka alveoli
paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.
Ventilasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap. Warna kulit


bayi bitu atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali
per menit, lakukan langkah resusitasi dengan melakukan
Ventilasi Tekanan Positif (VTP).

2. Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi


(balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan
berfungsi baik.

3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum


memegang atau memeriksa bayi.

4. Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali


muka dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas
dan lingkungan yang hangat.

5. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam


posisi setengah tengadah (sedikit ekstensi).

6. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut


sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup
dan wajah.

7. Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan


seluruh jari tangan (bergantung pada ukuran balon
resusitasi).

8. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi


sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada.

9. Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada


mengembang, maka lakukan ventilasi dengan
menggunakan oksigen (bila tidak tersedia oksigen
gunakan udara ruangan).

10. Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per detik


dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada
(naik turun) selama ventilasi.

11. Bila dinding dada naik turun dengan berarti ventilasi


berjalan secara adekuat.

12. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulaang dan betulkan
posisi bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan
ventilasi kurang.

13. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik,


kemudian lakukan Penilaian segera tentang upaya
bernafas spontan dan warna kulit.

h) Kompresi dada
Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang
dari 60 kali per menit setelah dilakukan ventilasi tekanan
positif selama 30 detik. Tindakan kompresi dada
(cardiac massage) terdiri dari kompresi yang teratur
pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke arah tulang
belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, dan
memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital
tubuh.

b. Penatalaksanaan yang diberikan oleh dokter

1. Apabila bayi sudah bernapas spontan dan frekuensi


jantung sudah normal tetapi masih biru maka dilakukan
pemberian O2 1 liter / menit lewat nasal kanul
2. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat-obatan

FORMAT PENDOKUMENTASIAN
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA

A. Data subjektif

1. Identitas

Identitas Pasien Identitas penanggung jawab

Nama By : Nama : Ny.

Tanggal lahir : Umur

Jenis kelamin : Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :
2. Keluhan utama : ibu akan mengatakana Bayi nya tidak segera
menangis saat lahir, bayi belum dapat bernafas spontan, gerakan
tidak aktif, badan merah, dan ujung – ujung jari kebiruan.
3. Riwayat kehamilan

a. Riwayat obstetrik ibu : G..P…A..

b. HPHT :

c. Usia Kehamilan :

d. Tafsiran persalinan :

e. Keluhan yang dialami ibu : ibu menjelaskan tentang keluhan yang


dialaminya dari trimester pertama hingga ketiga
f. Riwayat penyakit saat hamil

Mencakup data apakah ibu pernah mengalami perdarahan,


preeklamsi, eklamsi, ataupun kelainan lainnya termasuk penyakit
kronis atau penyakit turunan

g. Kebiasaan saat hamil


Mencakup data pola makan ibu saat hamil, obat-obatan atau
jamu yang dikonsumsi ibu, kebiasaan tidur ibu dan apakah ibu
merokok.
4. Riwayat persalinan

a. Riwayat persalinan sekarang

1) Tempat melahirkan : rumah sakit atau praktik mandiri


bidan

2) Ditolong oleh : bidan atau perawat atau dokter atau


dukun

3) Jenis persalinan : spontan atau SC

4) Lama persalinan :

kala 1: <8-12 jam, kala 2: >1-2 jam

5) Komplikasi : apakah ibu menemukan penyulit/tidak

6) Tindakan lain : infus/tranfusi darah

b. Keadaan bayi baru lahir

No. Aspek Hasil

1 Appereance/warna kulit Kebiruan

2 Pulse / nadi 40x/menit

3 Gramace/reflek Meringis

4 Activity/tonus otot Lemah

5 Respiratory / nafas Tidak menangis


B. Data Objektif

1. Pemeriksaan umum
a. Keadaaan umum : lemah
b. TTV
1) frekuensi jantung : <120x/menit
2) Suhu :
3) Pernapasan : <40 x/menit
d. Antropometri
1) Berat badan :
2) Lingkar kepala :
3) Lingkar dada :
4) Panjang Badan :
e. APGAR

Tanda S Nilai
0 1 2 I V
Apperance Pucat Tubuh Tubuh dan 1 2
(warna kulit) kemerahan, ekstremitas
ekstremitas Kemerahan
biru
Pulse rate Tidak ≤100 x/i ≥ 100 x/i 1 2
(Denyut nadi) ada
Grimace Tidak Sedikit Batuk, bersin 0 0
(reaksi ada gerakan
rangsangan) mimik
Activity Lumpuh Ekstremitas Gerakan aktif 0 0
(tonus otot) dalam
sedikit fleksi
Respiratory Tidak Lemah / tidak Baik, menangis 0 1
(usaha ada teratur
pernafasan)
Jumlah 2 5
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Palpasi : menilai lingkar kepala (33-35cm),
adakah cephal hematoma atau
caput sucsedeneum
b. Wajah
Inspeksi : puca atau tidak,
Palpasi : adakah pembengkakan
c. Mata
Inspeksi : sklera (ikterik/tidak), konjungtiva
(merah muda/pucat)
d. Hidung
Inspeksi : menilai kesimetrisan
Palpasi : adanya kelainan bentuk, adakah pernapasan cuping

e. Telinga

Inspeksi :menilai telinga bagian luar yaitu bentuk, besar,


dan posisi daun telinga, lubang telinga,
membrane tympani,

palpasi : ada atau tidak pembesaran daerah mastoid

f. Mulut

Inspeksi :bibir kering dan pucat, banyak terdapat lendir


g. Leher
Palpasi :adakah pembengkakan vena jugularis, kelenjar
(parotis, tiroid, limfe)
h. Dada
Inspeksi :menilai bentuk dan lingkar dada (36-38cm),
kesimetrisan, ada tarikan dinding dada
Auskultasi : serta adakah kelainan pernapasan
i. Abdomen
Inspeksi :ukuran dan bentuk, adakah infeksi tali pusat.
Auskultasi :peristaltic usus,
j. Genetalia
Inspeksi :pada laki-laki, perhatikan ukuran dan bentuk
penis, testis, kelainan lubang uretra. Pada
perempuan, adakah pengeluaran cairan dan
apakah labia mayora sudah menutupi labia
minora.
k. Anus
Inspeksi :adakah lubang anus

l. Ekstremitas

Inspeksi : kesimetrisan, kelengkapan jari lengkap, kebiruan

dan dingin

3. System syaraf

a. Reflek moro : lemah

b. Reflek Rooting : lemah

c. Reflek Sucking : lemah

d. Reflek Grasping : lemah

e. Reflek :

f. Reflek :

C. Analisa

Bayi…jam, neonatus cukup bulan atau tidak, dengan asfiksia

D. Perencanaan

a. Diskusikan hasil pemeriksaan pada ibu

b. Diskusikan kepada ibu untuk dilakukan tindakan resusitasi dengan


cara sebagai berikut :

1. Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih
dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:

a) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap?

b) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

c) Letakkan bayi diatas kain yang ada di perut ibu. Selimuti


bayi dengan kain tersebut, potong tali pusat. Pindahkan bayi
ke atas kain tempat resusitasi.

d) Atur posisi bayi

Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong.


Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.

e) Bersihkan jalan napas sesuai keperluan .

Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah


bergantung pada keaktifan bayi dan ada/tidaknya
mekonium. Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion
dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan,
tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit) segera dilakukan penghisapan trakea sebelum
timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi
mekonium.

f) Keringkan dan lakukan rangsangan taktil

1) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan


(ekstremitas) satu atau dua kali.

2) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi (satu atau
dua kali)

g) Ventilasi

Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk


memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan
positif yang memadai untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa bernapas spontan dan teratur. Ventilasi dilakukan
dengan cara sebagai berikut:

1) Bila bayi tidak menangis atau megap-megap. Warna kulit


bayi bitu atau pucat, denyut jantung kurang dari 100 kali per
menit, lakukan langkah resusitasi dengan melakukan
Ventilasi Tekanan Positif (VTP).

2) Sebelumnya periksa dan pastikan bahwa alat resusitasi


(balon resusitasi dan sungkup muka) telah tersedia dan
berfungsi baik.

3) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang


atau memeriksa bayi.

4) Selimuti bayi dengan kain kering dan hangat, kecuali muka


dan dada bagian atas, kemudian letakkan pada alas dan
lingkungan yang hangat.

5) Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala telah dalam


posisi setengah tengadah (sedikit ekstensi).

6) Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut


sehingga terbentuk semacam pertautan antara sungkup dan
wajah.

7) Tekan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan seluruh


jari tangan (bergantung pada ukuran balon resusitasi).

8) Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi


sebanyak dua kali dan periksa gerakan dinding dada.

9) Bila pertautan baik (tidak bocor) dan dinding dada


mengembang, maka lakukan ventilasi dengan menggunakan
oksigen (bila tidak tersedia oksigen gunakan udara ruangan).

10) Pertahankan kecepatan ventilasi sekitar 40 kali per detik


dengan tekanan yang tepat sambil melihat gerakan dada
(naik turun) selama ventilasi.

11) Bila dinding dada naik turun dengan berarti ventilasi


berjalan secara adekuat.

12) Bila dinding dada tidak naik, periksa ulaang dan betulkan
posisi bayi, atau terjadi kebocoran lekatan atau tekanan
ventilasi kurang.

13) Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik,


kemudian lakukan Penilaian segera tentang upaya bernafas
spontan dan warna kulit.

h) Kompresi dada

Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari


60 kali per menit setelah dilakukan ventilasi tekanan positif
selama 30 detik. Tindakan kompresi dada (cardiac
massage) terdiri dari kompresi yang teratur pada tulang
dada, yaitu menekan jantung ke arah tulang belakang,
meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki
sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh.

c. Apabila bayi sudah bernapas spontan dan frekuensi jantung


sudah normal tetapi masih biru maka dilakukan pemberian O 2 1
liter / menit lewat nasal kanul

d. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat-obatan

Anda mungkin juga menyukai