Anda di halaman 1dari 5

1. Apa makna klinis dari kencing bernanah bercampur darah ?

Adanya peradangan uretra akut

Kencing bernanah dapat disebabkan oleh UTI (Urinary Tract Infection ) ataupun STI (Sexually
Tract Infection) . Terjadinya invasi bakteri ke dalam mukosa kulit organ genitalia menyebabkan
adanya respon imunitas dari tubuh untuk menyingkirkan bakteri tersebut. Respon imunitas yang
terjadi berupa agregasi neutrophil,monosit,serta makrofag jaringan ke daerah invasi bakteri untuk
memusnahkan bakteri melalui fagositosis. Selain itu terjadi lisis bakteri yang telah mati akibat
fagositosis , hasil dari lisis bakteri tersebut lah yang menjadi nanah atau pus. Sehingga urin
bernanah merupakan manifestasi dari infeksi bakteri , dan nanah yang terbentuk di organ
genitalia (dalam penis maupun uretra penis ) akan ikut keluar dari tubuh terbawa saat buang air
kecil

2. Penyakit apa saja yang ditandai dengan keluarnya nanah bercampur darah saat BAK?
3. Bagaimana mekanisme dari Ereksi ?
4. Penyebab rasa panas dan gatal pada ujung penis ?
Akibat masuknya bakteri ke membran mukosa uretra.
Masuknya bakteri ke membran mukosa uretra sebabkan urethritis akut anterior hingga
menyebar ke area proksimal yang sebabkan komplikasi lokal yaitu rasa panas dan nyeri di
ortificium uretra eksterna, disuria, pengeluaran discharge dari uretra , pembesaran kelenjar
inguinal, dan tampak eritema, edema dan ektorpian di orificium uretra eksterna

5. Mengapa belum ada perubahan pada Tn.A padahal dia sudah minum antibiotik dan pereda nyeri
?

6. Mengapa pekerjaan dan berganti2 pasangan ditanyakan terkait dengan keluhan tn.A?

Pada penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri N.
gonorrhea melalui hubungan seksual genito-genital, ano-genital, oro-genital, pada pria
umumnya menunjukkan gejala yang objektif. Keluhan tersering adalah kencing nanah.
Gejala diawali oleh rasa panas dan gatal di distal uretra, disusul dengan dysuria, polakisuria,
dan keluarnya nanah dari ujung uretra yang kadang disertai darah. Selain itu, terdapat
perasaan nyeri saat terjadi ereksi. Gejala terjadi pada 2-7 hari setelah kontak seksual. Apabila
terjadi prostatis, keluhan disertai perasaan tidak enak di perineum dan suprapubic, malaise,
demam, nyeri kencing hingga hematuria, serta retensi urin, dan obstipasi.2
Gejala pada pria dapat muncul 2-7 hari setelah kontak seksual. Maka dari itu, sangat
penting untuk menanyakan riwayat berhubungan seksual.2

Adapun faktor risiko dari penyakit ini adalah :

 Berganti-ganti pasangan seksual2


 Homoseksual dan Pekerja Seks Komersial (PSK)2
 Wanita usia pra-pubertas dan menopause2
 Bayi dengan ibu menderita gonore2
 Hubungan seksual dengan penderita tanpa alat kontrasepsi (kondom) 2

SUMBER :
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2014.

7. Apa makna klinis dari pemeriksaan rectal toucer ( pembesaran prostat dengan konsistensi
kenyal, nyeri tekan dan terdapat abses yang teraba fluktuasi ) ?
8. Apa saja pemeriksaan fisik dan penunjang untuk penyakit Tn A?

Penunjang:

A. Apusan

Kuman Neisseria gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan
endoservik dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila ditemukan adanya
diplokokus gram negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam dan atau diluar sel lekosit
PMN. Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki spesifisitas (>99%) dan
sensitivitas (>95%) lebih tinggi daripada eksudat endoservik dengan spesifisitas (95%)
dan sensitivitas (50%). 1

B. Kultur
Untuk identifikasi dilakukan pembiakan dengan menggunakan media selektif yang
diperkaya yaitu Media Thayer Martin yang mengandung vankomisin, dan nistatin yang
dapat menekan pertumbuhan bakteri Gram positif, Gram negatif dan jamur dikatakan
positif jika ditemukan koloni berwarna putih keabuan, mengkilat dan cembung. Kultur

0 0
diinkubasi pada suhu 35 C – 37 C dan atmosfer yang mengandung CO2 5%.
Pemeriksaan kultur dengan bahan dari duh uretra pria, sensitivitasnya lebih tinggi 94% -
98% daripada duh endoserviks 85 % - 95%, sedangkan spesifisitasnya sama yaitu 99%. 1

C. Tes Oksidase

Tes oksidase merupakan suatu tes untuk mengetahui apakah suatu bakteri memiliki kemampuan untuk
menghasilkan enzim oksidase. Bila ditetesi dengan reagen oksidase akan menghasilkan warna biru
dalam 10-30 detik dan itu berarti positif tes oksidase terhadap Neisseria gonorrhoea. 1

D. Tes Fermentasi

Metode fermentasi merupakan suatu pemeriksaan spesifik mikrobiologi untuk kuman


Neisseria species yang sudah sering digunakan. Tes ini diuji menggunakan media TCA
(Cystine Trypticase Agar) yang mengandung glukosa, maltosa, sukrosa, laktosa, dan
fruktosa serta phenol red sebagai indikatornya. Tidak semua spesies kuman ini dapat
memfermentasi semua kandungan bahan. Hasil dari fermentasi berupa asam. Neisseria
gonorrhoeae hanya dapat memfermentasi glukosa.1

E. Uji Sensitivitas Antibiotik

Kemampuan antibiotik untuk melawan kuman dapat diukur dengan menggunakan 2


metode untuk uji sensitivitas antibiotik yaitu metode dilusi dan difusi. Metode difusi
merupakan cara yang sering digunakan untuk uji sensitivitas antibiotik. Cakram kertas
atau tablet yang mengandung antibiotik diletakan pada media yang sudah ditanami
kuman. Maka akan terbentuk zona jernih disekitar cakram. Ukuran zona tergantung pada
kecepatan difusi antibiotik, derajat sensitivitas kuman, dan kecepatan pertumbuhan
kuman. Sedangkan pada metode dilusi tujuannya adalah penentuan aktivitas antibitotik
secara kuantitatif dengan melihat Minimal Inhibitory Concentration (MIC). 2 kategori
hasil yang sederhana adalah sensitif atau resisten. Hasil sensitif pada antibiotik
levofloksasin dengan uji difusi bila didapatkan diameter ≥31 mm, sedangkan antibiotik
tiamfenikol bila didapatkan diameter ≥18 mm. 1,2

1. Sjaiful F. Standarisasi Diagnostik dan Penatalaksanaan Uretritis Gonore Akuta Komplikasi.


Jakarta: Balai penerbit FK UI, 1990:143-52.
2. M. Stephen, H. King, B. Ronald, The Atlas of Sexually Transmitted Diseases and AIDS, 4th,
Penerbit Saunders, 2010.

9. Apa saja diagnosis banding dari penyakit Tn A?

Urethritis non gonore

10. Apa diagnosis kerja dari penyakit Tn A?

Diagnosis kerja yaitu gonore. Gonore merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh
kuman Neisseria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu manusia dan dapat
menginfeksi pria maupun wanita. Penularannya melalui kontak seksual antar manusia (vaginal, anal,
atau oral). –sumber : eprints.undip.ac.id diakses pada 25 Maret 2020 pukul 07:49

Penegakkan diagnosis kerja melalui pemeriksaan fisik yang terdapat pada skenario dan pemeriksaan
penunjang yang melalui pewarnaaan gram ditemukan kuman gonokokus gram negatif. Gonore
merupakan penyakit infeksi bakteri yang disebablan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae atau gonokok
bersifat gram negatif. –sumber : Afriana Nurhalina. 2012. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Infeksi Gonore pada Wanita Penjaja Sek Komersial di 16 Kabupaten/Kota Indonesia (Analisis
Data Sekunder Survei Terpadu Biologi dan Prilaku 2011). Tesis. Depok :

11. Bagaimana epidemiologi dari penyakit Tn. A ?


12. Bagaimana etiologi dari penyakit Tn A?
13. Bagaimana patofisiologi dari penyakit Tn A?
14. Bagaimana tatalaksana dan edukasi dari penyakit Tn A?
1

Edukasi

Pasien disarankan untuk periksa dan obati pasangan seksual yang kontak dengan pasien 60 hari sebeum
timbul gejala, dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual sampai terbukti sembuh secara
laboratorium, dan bila tidak dapat menahan diri dianjurkan untuk memakai kondom, tidak melakukan
hubungan seksual sebelum menikah dan tidak berganti-ganti pasangan.

Sumber : Harningtyas CD. 2017. Pemberian Terapi Oral untuk Pasien Uretritis Gonore dengan Komplikasi
Lokal pada Pria. Journal of Agromedicene and Medical Science 3(3). Malang : Universitas Brawijaya

15. Bagaimana komplikasi dari penyakit Tn A?

16. Bagaimana prog,


nosis dari penyakit Tn A?
Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa jika pasien cepat berobat ke dokter, namun dapat
menimbulkan gangguan fungsi bila terlambat sehingga sudah terjadi komplikasi. Apabila
faktor risiko tidak dihindari, dapat terjadi kondisi berulang.2

SUMBER :
2. Ikatan Dokter Indonesia. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. Edisi Revisi. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia;
2014.

Anda mungkin juga menyukai