NASKAH PUBLIKASI
OLEH :
A. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah studi etnofarmakologi menggunakan metode
deskriptif dengan teknik mengdeskripsikan data dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
tim Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja) tahun 2015, sedangkan rancangan penelitian uji
toksisitas akut menggunakan tikus betina galur Wistar(8)dan uji aktivitas analgesik
menggunakan mencit jantan galur Swiss serta uji efek antiinflamasi menggunakan tikus
jantan galur Wistar dengan metode eksperimental sungguhan (true experimental).
C. Jalannya Penelitian
Rancangan studi etnofarmakologi menggunakan metode deskriptif dengan teknik
menganalisis data berupa hasil dari wawancara pada masyarakat yang ada di dusun Sekajang,
desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan
Barat. Terdapat 10 dusun di Desa Suruh Tembawang diantaranya, Dusun Suruh Tembawang,
Dusun Pool, Dusun Gun Jemak, Dusun Badat lama, Dusun Sekajang, Dusun Senutul, Dusun
Badat Baru, Dusun Gun Tembawang, Dusun Kebak Raya dan Dusun Gita Raya. Jarak dari
Desa Suruh Tembawang dengan ibu Kota Kecamatan sejauh 42 Km, dengan Ibu Kota
Kabupaten sejauh 187 Km dan dengan Ibu Kota Provinsi sejauh 359 Km.
Pengolahan bahan dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkai lalu dibersihkan
dari sisa-sisa kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir. Bagian
tumbuhan yang diambil adalah daun empedu (Andrographis paniculata) sebelumnya daun
dirajang tipis kemudian ditiriskan. Selanjutnya daun empdu (Andrographis paniculata) yang
telah dirajang kemudiandikeringkan disuhu kamar kurang lebih antara 20-25°C hingga 3-4
hari, kemudian simplisia kering dibuat serbuk kasar ukuran 40 mesh dengan blender,
kemudian disimpan dalam wadah tertutup. Simplisia serbuk daun kering akan digunakan
untuk membuat ekstrak.
Simplisia daun empedu (Andrographis paniculata) yang telah dihaluskan kemudian
ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi. Kemudian diekstraksi
menggunakan metode maserasi dan menggunakan pelarut etanol 96%, pelarut diganti tiap 24
jam. Hasil maserasi kemudian disaring dan ditampung dalam wadah kaca dan kemudian
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak cair.
Selanjutnya dilakukan uji parameter ekstrak yang meliputi identitas ekstrak, organoleptis,
kadar sari larut air dan etanol, bobot jenis, serta susut pengeringan. Kemudian uji skrining
fitokimia terhadap ekstrak yang diperoleh yang meliputi uji kualitatif terhadap alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, dan steroid/triterpenoid.
D. Analisis Data
Uji Toksisitas terhadap hewan uji dilakukan menggunakan software AOT425
StatPgm untuk menentukan estimasi nilai LD50. (13)Data yang diperoleh pada uji analgesik dan
efek antiinflamasi dianalisis menggunakan program SPSS dengan uji analisis One-Way
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%(). Persentase proteksi diperoleh dengan
membandingkan rata-rata jumlah geliat kelompok bahan uji terhadap induksi asam asetat
dengan rumus:
rata−rata jumlah geliat (kelompok kontrolnegatif −kelompok bahan uji)
% Proteksi= x 100 %
rata−rata jumlah geliat kelompok kontrol negatif
Tabel 1. Daftar tanaman endemik di Dusun Sekajang yang secara empiris di gunakan
sebagai pereda nyeri, demam, dan peradangan
Daun empedu digunakan dengan cara dikonsumsi sebanyak 3 kali sehari dalam
waktu 1 minggu. Cara pembuatan ramuan daun empedu dilakukan dengan cara diambil
sebanyak 2 genggam daun per tanaman, kemudian dimasukkan kedalam satu wadah
kemudian dan ditumbuk seluruh bahan hingga halus, selanjutnya ditambahkan air
secukupnya dan disaring. Air hasil saringan ramuan tumbuhan obat tersebut kemudian
diminum dan ampasnya ditapel pada bagian yang sakit. Air perasan dari ramuan daun
empedu di minum sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari.
Secara organoleptis, ekstrak yang digunakan berwarna hijau kehitaman, berbau khas,
dan agak sedikit cair. Rendemen ekstrak yang diperoleh sebesar 10,45%. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa ekstrak yang digunakan lebih banyak terlarut dalam air dibandingkan
terlarut dalam etanol. Hasil pengujian susut pengeringan juga menunjukkan bahwa ekstrak
yang digunakan termasuk jenis ekstrak cair karena mempunyai nilai susut pengeringan yang
dihasilkan lebih dari 30 %. Hasil uji bobot jenis ekstrak juga menunjukkan bahwa ekstrak
yang digunakan mempunyai masaa jenis yang hampir sama dengan massa jenis air dan
mengindikasikan bahwa ekstrak tersebut masih dapat dituang.
Parameter Hasil
Rendemen (%b/b) 13,75
Organoleptis Cair,warna hijau kehitaman, bau khas
Senyawa Hasil
Flavonoid (+)
Polifenol (+)
Triterpenoid (+)
Saponin (+)
Tanin (+)
Alkaloid (-)
Hasil penelitian toksisitas akut ekstrak etanol daun empedu dengan menggunakan
pedoman OECD 425 diperoleh LD50 lebih dari 5000 mg/kgbb. Wujud toksik yang terjadi
berupa perubahan berat indeks organ, sedangkan secara perubahan fisiologi tidak tampak
adanya tanda toksik. Hal ini dapat dilihat pada nilai indeks organ yang dihasilkan oleh tiap
hewan uji, baik pada dosis 2000 mg/kgBB dan pada dosis 5000 mg/kgBB. Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun empedu (Andrographis paniculata) relatif aman
untuk dikembangkan sebagai obat terapi sebagai uji analgesik dan antiinflamasi.
D o s i s 2 0 0 0 mg /kg bb
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
230
220
Berat Badan (g)
210
200
190
180
170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke
Dosis 5000mg/kgbb
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
230
220
Berat Badan (g)
210
200
190
180
170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke
Gambar 3.
Diagram hasil uji Indeks Organ Uji Toksisitas Akut Dosis 2000 mg/kgbb dan 5000
mg/kgbb
10 Jumlah Geliat
Rata - Rata Jumlah Geliat
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Berdasarkan gambar 5, dapat dilihat bahwa pada jumlah geliat akan semakin
meningkat sampai pada menit ke-15 dan setelah menit ke-25 jumlah geliat akan mengalami
penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata rata jumlah geliat tertinggi pada menit ke-15
berarti dapat dikatakan bahwa asam asetat akan menimbulkan efek maksimal pada menit ke-
15 Jumlah kumulatif geliat semakin berkurang seiring dengan meningkatnya dosis sediaan
ekstrak etanol daun empedu yang diberikan. Hal tersebut terlihat pada dosis 500 dan control
positif menggunakan parasetamol jumlah geliat mencit sebanding.
50
Negatif
Positif
% Inhibisi
40
Ekstrak Empedu 500 mg
30
20 15.8
11.4
10
0
Rata-rata
100
80 Kontrol Positif
60 Kontrol Negatif
40 Dosis 250 mg
Dosis 500 mg
20
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Menit
100 91.67
73.83 Kontrol Positif
80
Dosis 250 mg
60 48.07 Dosis 500 mg
40
20
0
Kelompok
Gambar 9. Grafik Persen Inhibisi Radang
Aktivitas antiinflamasi dan analgesik yang dihasilkan tersebut diduga karena terdapat
senyawa golongan flavonoid seperti tricin dan 7-O-methyltricin yang terdapat pada ekstrak
etanol daun empedu. Senyawa ini bersifat menghambat kerja sitokin seperti IL-6 dan MCP-1
sehingga dapat menghambat enzim CA2+ATPase,fosfodiesterase, lipooksigenase dan
siklooksigenase. Selain itu, aktivitas antiinflamasi dan analgesik tersebut juga diduga dapat
terjadi karena terdapat senyawa flavonoid C-glikosida, seperti orientin, homoorientin, vitexin
dan isovitexin yang juga bekerja menghambat terjadinya pembentukan prostaglandin yang
dapat memicu terjadi respon inflamasi dan respon nyeri secara berlebihan. (19)
KESIMPULAN
1. Pemanfaatan daun empedu (Andrographis paniculata) berdasarkan studi
etnofarmakologi menunjukkan bahwa masyarakat di dusun Sekajang menggunakan
daun empedu secara empiris dikonsumsi sebagai obat analgesik dan antiinflamasi.
2. Ekstrak etanol daun empedu (Andrographis paniculata) memiliki LD50 lebih besar
dari 5000 mg/kgbb yang termasuk dalam kategori praktis tidak toksik. Pada
pemberian ekstrak etanol daun empedu dosis 2000 mg/kgbb dan 5000mg/kgbb tidak
memberikan perubahan perilaku, berat badan dan indeks organ pada tikus sehingga
tidak memberikan pengaruh terhadap parameter toksisitas akut.
3. Dosis efektif pada ekstrak etanol daun empedu (Andrographis paniculata) yaitu dosis
500 mg/kgbb pada uji efek analgesik dan efek antiinflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
19. Nurhafiza. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma pada Tikus jantan Galur
Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Farmasi. Jakarta : 2015.