Anda di halaman 1dari 13

STUDI ETNOFARMAKOLOGI, TOKSISITAS AKUT DAN ANALGESIK DAN

ANTIINFLAMASI EKSTRAK ETANOL DAUN EMPEDU (Andrographis paniculata)


TANAMAN ENDEMIK KALIMANTAN BARAT

NASKAH PUBLIKASI

OLEH :

PRATIWI APRIDAMAYANTI, M,Sc, Apt.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
ABSTRAK

Daun Empedu (Andrographis paniculata) digunakan secara empiris untuk mengobati


demam, nyeri, dan peradangan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui studi
etnofarmakologi, uji toksisitas akut, uji aktivitas analgesik dan efek antiinflamasi
pada daun empedu (Andrographis paniculata). Metode penelitian ini yaitu studi
etnofarmakologi secara deskriptif, uji toksisitas akut dengan pedoman OECD 425
menggunakan hewan betina galur Wistar dan uji analgesik menggunakan mencit
jantan galur Swiss dengan metode geliat yang diinduksi asam asetat 0,6% yang terdiri
dari 2 kelompok dosis, kontrol negatif (CMC-Na), kontrol positif (Parasetamol
500mg/kgbb), dosis I (500mg/kgbb) diberikan secara oral dan uji efek antiinflaasi
dilakukan dengan 25 ekor tikus jantan dalam 5 kelompok perlakuan, yaitu kontrol negatif
(Cmc-Na 1 %), kontrol positif (Na.diklofenak 4,5 mg/kgBB), serta dosis I (250 mg/kgBB)
dan dosis II (500 mg/kgBB). Ekstrak tersebut diberikan setengah jam sebelum induksi
karagenan lamda (λ) 1% sebanyak 0,1 mL. Pengujian toksisitas akut dengan limit test
2000 mg/kgbb dan 5000 mg/kgbb, tidak terdapat kematian sehingga diperoleh LD 50
lebih besar 5000 mg/kgbb dan uji analgesik dari hasil persentase proteksi geliat
dengan kelompok kontrol positif (74.18%), Kontrol negative (o%), dan dosis I
(81.37%). Hasil pengujian efek antiinflamasi menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang
sigfinikan antara kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif dan kelompok perlakuan
(dosis I dan dosis II ) pada menit 210 hingga 360, serta terjadi perbedaan yang signifikan
antara kontrol positif dengan kelompok dosis II pada menit 240 sampai 360. Nilai persen
inhibisi radang yang dihasilkan oleh kelompok kontrol positif sebesar 85,33%, dosis I 35,33
%, dosis II 57,33 %, dan dosis III 78 %.l. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 500
mg/kgbb hampir sebanding dengan parasetamol dan natrium diklofenak 4,5 mg/kgBB
yang memiliki efek analgesik dan antiinflamasi. Maka dapat disimpulkan bahwa,
ekstrak etanol daun empedu termasuk dalam kategori relatif tidak toksik dan efektif
sebagai obat nyeri serta peradangan.

Kata Kunci : Analgesik, antiinflamasi, daun empedu, etnofarmakologi, toksisitas akut.


I. Pendahuluan
Penggunaan obat tradisional dalam mempertahankan kesehatan masyarakat telah lama
kita ketahui, bahkan sampai saat ini menurut perkiraan badan kesehatan dunia (WHO), 80%
penduduk dunia masih tergantung pada pengobatan tradisional. Obat tradisional biasa dikenal
sebagai obat herbal yang memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan obat-obat
sintetik sehingga masyarakat beralih ke pengobatan tradisional menggunakan herbal yang
relatif aman dan mudah didapatkan. Berdasarkan hasil penelitian Riset Tumbuhan Obat dan
Jamu tahun 2015 yang dilaksanakan pada 24 provinsi salah satunya di provinsi Kalimantan
Barat khususnya di dusun Sekajang, desa Suruh Tembawang Kecamatan Entikong, terdapat
tumbuhan endemik yang secara empiris digunakan masyarakat sebagai pengobatan penyakit
demam dan obat nyeri dan peradangan menggunakan daun empedu. Tanaman empedu
(Andrographis paniculata) berpotensi dapat menjadi terapi alternatif untuk meminimalisir
efek samping dari penggunaan obat anti nyeri sintetik berupa gangguan pada organ hati yang
bisa mempengaruhi kerja enzim metabolisme hati dan penggunaan obat AINS (Anti
Inflamasi Non-steroid) yang mempunyai efek samping berupa perlukaan pada mukosa
lambung.
Penggunaan daun empedu (Andrographis paniculata) sangat beraneka ragam
didalam masyarakat namun masih belum ada penelitian ilmiah yang memastikan bahwa daun
empedu aman dikonsumsi. Untuk mengetahui tingkat keamanan pada daun empedu maka
diperlukan suatu uji toksisitas akut, sehingga diharapkan daun empedu dapat dimanfaatkan
sebagai obat herbal dalam mengatasi rasa nyeri dan peradangan. Perlu dilakukannya
penelitian ini agar dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat luas khususnya
masyarakat dusun Sekajang, desa Suruh Tembawang Kecamatan Entikong, Kabupaten
Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat.

II. Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah studi etnofarmakologi menggunakan metode
deskriptif dengan teknik mengdeskripsikan data dari hasil wawancara yang dilakukan oleh
tim Riset Tanaman Obat dan Jamu (Ristoja) tahun 2015, sedangkan rancangan penelitian uji
toksisitas akut menggunakan tikus betina galur Wistar(8)dan uji aktivitas analgesik
menggunakan mencit jantan galur Swiss serta uji efek antiinflamasi menggunakan tikus
jantan galur Wistar dengan metode eksperimental sungguhan (true experimental).

B. Alat dan Bahan Penelitian


Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah beaker (Pyrex®),
blender,timbangan analitik (Ohauss®), ayakan 40 mesh, bejana maserasi, timbangan hewan,
batang pengaduk kaca, tabung reaksi (Pyrex®), rak tabung, labu ukur (Pyrex®), gelas ukur
(Pyrex®), penangas air (Memmert®), kain putih, kertas saring,gunting, penjepit tabung, pipet
tetes, cawan penguap, rotary evaporator, oven (Memmert®), Sonde oral, corong kaca,
chamber, lampu UV 365 nm, pipet tetes, sudip, jarum suntik dan peralatan bedah. Sedangkan
bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah simplisia daun empedu, pelarut
ekstraksi yaitu etanol 96%, CMC-Na, reagen skrining fitokimia (Wagner dan Dragendorff)
untuk alkaloid, HCl dan Mg untuk flavonoid, Lieberman-Burchad untuk triterpenoid atau
steroid, FeCl3 untuk polifenol atau fenol dan gelatin untuk tannin), plat KLT, Silika gel GF 254,
pakan hewan uji dan akuades

C. Jalannya Penelitian
Rancangan studi etnofarmakologi menggunakan metode deskriptif dengan teknik
menganalisis data berupa hasil dari wawancara pada masyarakat yang ada di dusun Sekajang,
desa Suruh Tembawang, Kecamatan Entikong, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan
Barat. Terdapat 10 dusun di Desa Suruh Tembawang diantaranya, Dusun Suruh Tembawang,
Dusun Pool, Dusun Gun Jemak, Dusun Badat lama, Dusun Sekajang, Dusun Senutul, Dusun
Badat Baru, Dusun Gun Tembawang, Dusun Kebak Raya dan Dusun Gita Raya. Jarak dari
Desa Suruh Tembawang dengan ibu Kota Kecamatan sejauh 42 Km, dengan Ibu Kota
Kabupaten sejauh 187 Km dan dengan Ibu Kota Provinsi sejauh 359 Km.
Pengolahan bahan dilakukan dengan memisahkan daun dari tangkai lalu dibersihkan
dari sisa-sisa kotoran kemudian dicuci dengan air yang bersih dan mengalir. Bagian
tumbuhan yang diambil adalah daun empedu (Andrographis paniculata) sebelumnya daun
dirajang tipis kemudian ditiriskan. Selanjutnya daun empdu (Andrographis paniculata) yang
telah dirajang kemudiandikeringkan disuhu kamar kurang lebih antara 20-25°C  hingga 3-4
hari, kemudian simplisia kering dibuat serbuk kasar ukuran 40 mesh dengan blender,
kemudian disimpan dalam wadah tertutup. Simplisia serbuk daun kering akan digunakan
untuk membuat ekstrak.
Simplisia daun empedu (Andrographis paniculata) yang telah dihaluskan kemudian
ditimbang beratnya dan dimasukkan ke dalam bejana maserasi. Kemudian diekstraksi
menggunakan metode maserasi dan menggunakan pelarut etanol 96%, pelarut diganti tiap 24
jam. Hasil maserasi kemudian disaring dan ditampung dalam wadah kaca dan kemudian
dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak cair.
Selanjutnya dilakukan uji parameter ekstrak yang meliputi identitas ekstrak, organoleptis,
kadar sari larut air dan etanol, bobot jenis, serta susut pengeringan. Kemudian uji skrining
fitokimia terhadap ekstrak yang diperoleh yang meliputi uji kualitatif terhadap alkaloid,
flavonoid, tanin, saponin, dan steroid/triterpenoid.

D. Analisis Data
Uji Toksisitas terhadap hewan uji dilakukan menggunakan software AOT425
StatPgm untuk menentukan estimasi nilai LD50. (13)Data yang diperoleh pada uji analgesik dan
efek antiinflamasi dianalisis menggunakan program SPSS dengan uji analisis One-Way
ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%(). Persentase proteksi diperoleh dengan
membandingkan rata-rata jumlah geliat kelompok bahan uji terhadap induksi asam asetat
dengan rumus:
rata−rata jumlah geliat (kelompok kontrolnegatif −kelompok bahan uji)
% Proteksi= x 100 %
rata−rata jumlah geliat kelompok kontrol negatif

Sedangkan uji efek antiinflamasi dilakukan dengan mengukur volume radang


kaki setiap tikus, kemudian dihitung persentase volume radang pada telapak kaki tikus
dengan persamaan sebagai berikut(15):
Vt−V 0
% radang = x 100 %
V0
Keterangan : Vt = Volume atau diameter pada waktu t
V0 = Volume atau diameter waktu 0
Setelah didapatkan besar persentase volume dan diameter radang, kemudian dihitung
besar persentase inhibisi radang yang terjadi pada tiap hewan uji dalam beberapa kelompok
pengujian. Persamaan persen inhibisi radang sebagai berikut :
A−B
% Inhibisi = x 100 %
B
Keterangan : A= Persen radang nilai tertinggi dari tiap rentang waktu
B = Persen radang pada waktu terakhir pengamatan
E. Hasil
Hasil studi etnofarmakologi menunjukkan bahwa daun empdu termasuk
dalam salah satu tanaman yang digunakan oleh masyarakat dayak etnis sekajang
untuk meredakan demam, nyeri, dan peradangan.

Tabel 1. Daftar tanaman endemik di Dusun Sekajang yang secara empiris di gunakan
sebagai pereda nyeri, demam, dan peradangan

No. Nama Lokal Nama Ilmiah Famili Bagian yang


digunakan
1. Bambu Bambusa vulgaris Poaceae Daun
2. Cengkodok/ Sak Melastoma Melastomatacceae Daun
malabathricum L.
3. Langsat Lansium domesticum Meliaceae Kulit Batang
4. Sirih Piper betle L. Piperaceae Daun
5. Empedu Andrographis Acanthaceae Daun
paniculata
6. Kuduk Caladium sp Araceae Daun
7. Saoh - - Daun
8. Peten - - Daun

Daun empedu digunakan dengan cara dikonsumsi sebanyak 3 kali sehari dalam
waktu 1 minggu. Cara pembuatan ramuan daun empedu dilakukan dengan cara diambil
sebanyak 2 genggam daun per tanaman, kemudian dimasukkan kedalam satu wadah
kemudian dan ditumbuk seluruh bahan hingga halus, selanjutnya ditambahkan air
secukupnya dan disaring. Air hasil saringan ramuan tumbuhan obat tersebut kemudian
diminum dan ampasnya ditapel pada bagian yang sakit. Air perasan dari ramuan daun
empedu di minum sebanyak 3 kali sehari selama 7 hari.
Secara organoleptis, ekstrak yang digunakan berwarna hijau kehitaman, berbau khas,
dan agak sedikit cair. Rendemen ekstrak yang diperoleh sebesar 10,45%. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa ekstrak yang digunakan lebih banyak terlarut dalam air dibandingkan
terlarut dalam etanol. Hasil pengujian susut pengeringan juga menunjukkan bahwa ekstrak
yang digunakan termasuk jenis ekstrak cair karena mempunyai nilai susut pengeringan yang
dihasilkan lebih dari 30 %. Hasil uji bobot jenis ekstrak juga menunjukkan bahwa ekstrak
yang digunakan mempunyai masaa jenis yang hampir sama dengan massa jenis air dan
mengindikasikan bahwa ekstrak tersebut masih dapat dituang.

Tabel 2. Hasil Uji Organoleptis Ekstrak Etanol Daun Empedu

Parameter Hasil
Rendemen (%b/b) 13,75
Organoleptis Cair,warna hijau kehitaman, bau khas

Kadar Sari Larut Air (%) 18,90


Kadar Sari Larut Etanol (%) 14,76

Susut Pengeringan (%) 33,24


Bobot Jenis ekstrak etanol daun empedu 1% 1,003
(g/ml)

Hasil skrining fitokimia menunjukkan bahwa ekstrak yang digunakan mengandung


senyawa flavonoid, polifenol, saponion, tanin dan triterpenoid.

Tabel 3. Hasil Uji Skrining Fitokimia

Senyawa Hasil
Flavonoid (+)
Polifenol (+)
Triterpenoid (+)
Saponin (+)
Tanin (+)
Alkaloid (-)

Hasil penelitian toksisitas akut ekstrak etanol daun empedu dengan menggunakan
pedoman OECD 425 diperoleh LD50 lebih dari 5000 mg/kgbb. Wujud toksik yang terjadi
berupa perubahan berat indeks organ, sedangkan secara perubahan fisiologi tidak tampak
adanya tanda toksik. Hal ini dapat dilihat pada nilai indeks organ yang dihasilkan oleh tiap
hewan uji, baik pada dosis 2000 mg/kgBB dan pada dosis 5000 mg/kgBB. Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun empedu (Andrographis paniculata) relatif aman
untuk dikembangkan sebagai obat terapi sebagai uji analgesik dan antiinflamasi.
D o s i s 2 0 0 0 mg /kg bb
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
230
220
Berat Badan (g)

210
200
190
180
170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Hari ke

Dosis 5000mg/kgbb
Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Tikus 4 Tikus 5
230
220
Berat Badan (g)

210
200
190
180
170
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Hari ke

Gambar 1. Pengamatan Perubahan BeratBbadan dosis 2000 mg/kgbb

Gambar 2. Pengamatan Perubahan Berat badan dosis 5000 mg/kgbb


Indeks Organ (%)
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
Hati Ginjal Limpa Jantung Paru-paru

Dosis 2000mg/kgBB Dosis 5000mg/kgBB

Gambar 3.
Diagram hasil uji Indeks Organ Uji Toksisitas Akut Dosis 2000 mg/kgbb dan 5000
mg/kgbb

10 Jumlah Geliat
Rata - Rata Jumlah Geliat

9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

Kontrol Negatif Kontrol PositifMenit


Ekstrak Empedu 500 mg

Berdasarkan gambar 5, dapat dilihat bahwa pada jumlah geliat akan semakin
meningkat sampai pada menit ke-15 dan setelah menit ke-25 jumlah geliat akan mengalami
penurunan. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata rata jumlah geliat tertinggi pada menit ke-15
berarti dapat dikatakan bahwa asam asetat akan menimbulkan efek maksimal pada menit ke-
15 Jumlah kumulatif geliat semakin berkurang seiring dengan meningkatnya dosis sediaan
ekstrak etanol daun empedu yang diberikan. Hal tersebut terlihat pada dosis 500 dan control
positif menggunakan parasetamol jumlah geliat mencit sebanding.

Gambar 5. Grafik jumlah geliat mencit


Persentase proteksi geliat diperoleh dengan membandingkan rata-rata jumlah geliat
kelompok bahan uji terhadap kelompok kontrol negatif, hasil persentase proteksi geliat
didapatkan kelompok parasetamol 500 mg/kgbb memiliki persentase proteksi geliat sebesar
15,8%, kontrol negatife menggunakan CMC-Na sebesar 61,2%, diikuti ekstrak daun empedu
dengan dosis 500mg 11,4%.

Persen Proteksi Geliat


70
61.2
60

50
Negatif
Positif
% Inhibisi

40
Ekstrak Empedu 500 mg
30

20 15.8
11.4
10

0
Rata-rata

Gambar 6. Persen Proteksi Geliat

Uji efek antiinflamasi dilakukan melalui pengukuran dengan pletismometer menunjukkan


bahwa terjadi peningkatan persen radang hewan uji pada tiap kelompok mulai menit ke-150
dan terjadi penuruan kembali mulai menit ke-210 hingga menit ke-360. Terjadi perbedaan
yang signifikan antara kelompok kontrol negatif dengan kontrol positif serta kelompok dosis
perlakukan (dosis I dan II) mulai menit ke-210 hingga menit ke-360. Namun, pada menit ke-
270 hingga menit ke-360 tidak terjadi perbedaan yang signifikan antara kontrol positif
dengan kelompok dosis I dan II. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa kelompok
dosis II mempunyai efek penurunan volume radang yang lebih baik jika dibandingkan
dengan dosis I dan dosis II, namun masih belum sebanding dengan kelompok kontrol positif.
Data besar persen inhbisi volume radang menunjukkan bahwa dosis III mempunyai nilai
persen inhibisi sebesar 78 %, dosis II 57 %, dan dosis III 39,33%, dan kontrol positif 85 %.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa dosis III mempunyai antiinflamasi yang lebih baik
dibandingkan dengan dosis I dan II, namun masih belum sebanding dengan kontrol positif.
Grafik Volume Radang
0.16
Volume Radang (mL) 0.14
0.12
0.1 Kontrol Positif
0.08 Kontrol Negatif
0.06 Dosis 250 mg
0.04 Dosis 500 mg
0.02
0
0 30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Menit

Gambar 7. Grafik Volume Radang

Grafik Persen Radang


120
Persen Radang (%)

100
80 Kontrol Positif
60 Kontrol Negatif
40 Dosis 250 mg
Dosis 500 mg
20
0
30 60 90 120 150 180 210 240 270 300 330 360
Menit

Gambar 8. Grafik Persen Radang


Persen Inhibisi Radang

100 91.67
73.83 Kontrol Positif
80
Dosis 250 mg
60 48.07 Dosis 500 mg
40
20
0
Kelompok
Gambar 9. Grafik Persen Inhibisi Radang

Aktivitas antiinflamasi dan analgesik yang dihasilkan tersebut diduga karena terdapat
senyawa golongan flavonoid seperti tricin dan 7-O-methyltricin yang terdapat pada ekstrak
etanol daun empedu. Senyawa ini bersifat menghambat kerja sitokin seperti IL-6 dan MCP-1
sehingga dapat menghambat enzim CA2+ATPase,fosfodiesterase, lipooksigenase dan
siklooksigenase. Selain itu, aktivitas antiinflamasi dan analgesik tersebut juga diduga dapat
terjadi karena terdapat senyawa flavonoid C-glikosida, seperti orientin, homoorientin, vitexin
dan isovitexin yang juga bekerja menghambat terjadinya pembentukan prostaglandin yang
dapat memicu terjadi respon inflamasi dan respon nyeri secara berlebihan. (19)

KESIMPULAN
1. Pemanfaatan daun empedu (Andrographis paniculata) berdasarkan studi
etnofarmakologi menunjukkan bahwa masyarakat di dusun Sekajang menggunakan
daun empedu secara empiris dikonsumsi sebagai obat analgesik dan antiinflamasi.
2. Ekstrak etanol daun empedu (Andrographis paniculata) memiliki LD50 lebih besar
dari 5000 mg/kgbb yang termasuk dalam kategori praktis tidak toksik. Pada
pemberian ekstrak etanol daun empedu dosis 2000 mg/kgbb dan 5000mg/kgbb tidak
memberikan perubahan perilaku, berat badan dan indeks organ pada tikus sehingga
tidak memberikan pengaruh terhadap parameter toksisitas akut.
3. Dosis efektif pada ekstrak etanol daun empedu (Andrographis paniculata) yaitu dosis
500 mg/kgbb pada uji efek analgesik dan efek antiinflamasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Noorcahyati, Arifin. Z, Ningsih, M.K. Potensi Etnobotani Kalimantan Sebagai


Sumber Penghasil Tumbuhan Berkhasiat Obat. Peneliti Balai Penelitian Konservasi
Sumber daya Alam. Balikpapapan. 2011.
2. Wardani, M., Keragaman Tumbuhan Berguna di Cagar Alam Mandor, Kalimantan
Barat, Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam. 2008;5(3): 251-266.
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).Pedoman Pewawancara Petugas Pengumpul Data.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
4. Muniappan M., Sundararaj T. Antiinflammatory and Antiulcer Activities of
Bambusaa arundinacae. Journal of Etnhopharmacology. India : University of Madras;
2003. Vol. 88. Hal. 161-167.
5. Iwuanyanwu K.C.P., Amadi, U., Charles, I.A., dan Ayalogu, E.O. Evaluation of
Acute and Subchronic Oral Toxicity Studi of Baker Cleanser Bitters A Polyherbal
Drug On Experimental Rat. EXCLI Journal.2011(1): 632-640.
6. Syamsul ES. Lestiani WA. Sukawaty Y. Supomo. Uji Daya Analgetik Ekstrak
Etanolik Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis) Pada Mencit Putih
(Mus MusculusL.) Jantan. Prosiding Seminar Nasional Kimia. 2014: 1-5.
7. Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung:
Penerbit Alfadabeta; 2011.
8. Organization for Economic Co-operation and Development. OECD Guidline for
Testing of Chemicals, Acute Toxic Class Method, 423. 2001c.
9. Federer, W.,. Experimental design, theory and application. New York: Mac Millan;
1963.
10. Syaifudin, Aziz, Viesa Rahayu, dan Hilwan Yuda Teruna. Standarisasi Bahan Obat
Alam. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu. 2011.
11. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika. Jilid III. Jakarta:
Departemen Kesehatan Rebublik Indonesia; 1979. Hal. 158-159, 167, 171, 170.
12. Kainsa, S dan Bhoria, R. Medicinal Plants As A Source Of Anti-Inflammatory
Agent: A Review. IJOAHM. 2012; 2(3): 499-509.
13. Westat. Acute oral toxicity software program, AOT425StatPgm; AOT425 Stat pgm
Program User’s Manual and simulation Result fir the AOT425StatPgm Program. 12
Ferbruari 2012. 2001.
14. Safitri, I.A. dan Hastuti, A. Aktivitas Analgesik Ekstrak Etanol Daun Sligi
(Phyllanthus Buxifolius Muell .Arg )terhadap Mencit Galur Balb/C. IJMS. Jakarta.
2015: 2(1) : 1-5.
15. Safrina, N.,. Uji Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Jeringau Merah (Acorus sp.) pada
Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus novergioicus) yang Diinduksi Karragenan.
[Skripsi]. Ponttianak : FK UNTAN; 2016.

16. Oktiwilianti, W. Yurniarni U., Choesrina, R. Kusumawati, N.,. Uji Antiinflamasi


Ekstark Etanol Daun Asam Jawa (Tamarindus indica L). Prosiding Penelitian
Farmasi dan Kesehatan UNISBA. Bandung : Fakultas MIPA UNISBA; 2015: Hal.1-
7.
17. Sagita, A. Pengaruh Ekstrak Andrographis Paniculata (Sambiloto) Terhadap
Kadar Serum Glutamat Oksaloasetat Transaminase Pada Tikus Wistar yang
Diberi Parasetamol. Artikel Karya Tulis Ilmiah.Semarang: Fakultas
Kedokteran Universitas di Ponegoro; 2006: 1-21.

18. Narayana, K. R., Reddy, M.R, Chaluvadi, M. R.,. Bioflavonoids Classification, ;


Biochemical Effects and Therapeutic Potential. Indian Journal Pharmacology; 2001.
Hal 2-16.

19. Nurhafiza. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis
paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma pada Tikus jantan Galur
Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro. Skripsi.
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Farmasi. Jakarta : 2015.

Anda mungkin juga menyukai