Anda di halaman 1dari 25

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga yang sehat dan sejahtera dengan kualitas hidup yang baik,

diantaranya dapat dipertimbangkan dari segi kesehatan ibu dan anak.

Program pembangunan kesehatan di Indonesia masih diprioritaskan pada

upaya peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak (KIA) terutama pada

kelompok yang paling rentan yaitu kesehatan pada ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas dan bayi baru lahir. Kehamilan adalah pertumbuhan dan

perkembangan janin intrauterin mulai sejak konsepsi sampai permulaan

persalinan. Persalinan merupakan proses pergerakan keluarnya janin,

plasenta dan membrane dari dalam rahim melalui jalan lahir. Bayi sampai

dengan usia 28 hari disebut neonatus, pada neonatus terjadi perubahan yang

sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi diluar rahim. Setelah

lahirnya bayi maka ibu memasuki masa nifas, pada umumnya pemulihan

masa nifas berlangsung selama 42 hari. Keluarga berencana adalah suatu

usaha yang mengatur banyaknya jumlah kelahiran sedemikian rupa

sehingga bagi ibu maupun bayi dan bagi ayah serta keluarganya atau

masyarakat yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai

akibat langsung dari kelahiran tersebut.Kehamilan, persalinan, nifas dan

bayi baru lahir merupakan suatu keadaan yang fisiologis namun dalam

prosesnya terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa

1
2

ibu dan bayi bahkan dapat menyebabkan masalah atau komplikasi dan dapat

menyebabkan kematian. Apabila dalam kehamilan, persalinan, saat bayi

baru lahir, masa nifas hingga keputusan untuk menggunakan alat

kontrasepsi tidak diberikan asuhan secara komprehensif, maka akan terjadi

komplikasi pada ibu dan bayinya yang akan berdampak terhadap AKI dan

AKB.[1]

Angka kematian ibu dan bayi masih jauh dari target MDGs sehingga

masih diperbaiki dengan SDGs (Sustainable Development Goals) mulai

2016 sampai dengan 2030. Angka Kematian Bayi berdasarkan data Survey

Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2017 mengalami penurunan

dari 68 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup dari tahun 1995,sedangkan

Angka Kematian Bayi menurut profil kesehatan provinsi Jawa Tengah pada

tahun 2017 sebesar 8.9 per 1.000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan

menjadi 8.4 per 1.000 kelahiran hidup. AKABA Jawa Tengah tahun 2017

adalah 10,5 per 1000 kelahiran Hidup dan tahun 2018 menurun menjadi 9,5

per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di Kabupaten Semarang

tahun 2018 sebanyak 11,5 per 1000 kelahiran hidupdan pada tahun 2019

sebanyak 15,3 per 1000 kelahiran hidup.[2]

Angka Kematian Bayi di Kabupaten Semarang tahun 2018

sebanyak 11,5 per 1000 kelahiran hidupdan pada tahun 2019 sebanyak 15,3

per 1000 kelahiran hidup.[3]


3

Berdasrkan Profil Kesehatan Kota Semarang laporan Puskesmas

jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2019sebanyak

18kasus dari 23.544kelahiran hidup atau sekitar 75,8 per 100.000 KH.

Sedangkan Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan,

pada tahun 2019 jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang

sebanyak 146 dari 23.544 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka

Kematian Bayi (AKB) sebesar 6,2 per 1.000 KH. Jumlah kematian bayi di

Kota Semarang cenderung terjadi penurunan dalam lima tahun terakhir.[3]

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan yang

menekankan pada aspek-aspek psikososial budaya yang ada di komunitas

(masyarakat sekitar). Seorang bidan dituntut mampu memberikan pelayanan

yang bersifat individual maupun kelompok. Pelayanan Kebidanan

komunitas merupakan bentuk pelayanan kebidanan yang diharapkan dapat

mengatasi permasalahan kesehatan perempuan dengan lebih komprehensif.

Seorang bidan komunitas diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan

masyarakat, khusunya kesehatan perempuan di wilayah kerjanya, sehingga

masyarakat mampu mengenali masalah dan kebutuhan serta mampu

memecahkan masalahnya secara mandiri.[4]

Tanggung jawab bidan pada pelayanan kebidanan komunitas

meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan individu,

keluarga, dan masyarakat. Ruang lingkup pelayanan kebidanan di

komunitas meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan (preventif), deteksi

dini komplikasi dan pertolongan kegawatdaruratan, meminimalkan


4

kecacatan, memulihan kesehatan (rehabilitasi), serta kemitraan dengan LSM

setempat, organisasi masyarakat, organisasi sosial, kelompok masyarakat

yang 10 Asuhan Kebidanan Komunitas melakukan upaya untuk

mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat.[4]

Banyak faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat

tidak hanya berasal dari sektor kesehatan seperti pelayanan kesehatan dan

ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan tetapi melainkan juga

dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan dan

faktor lainnya.[4]

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan komunitas pada ibu

hamil, bersalin, nifas dan bayi balita di wilayah kelurahan Sambiroto.

2. Tujuan Khusus

a) Memberikan asukan kebidanan komunitas kepada sasaran ibu

hamil

b) Memberikan asuhan kebidanan komunitas kepada sasaran ibu

bersalin

c) Memberikan asuhan kebidanan komunitas kepada sasaran ibu nifas

d) Memberikan asuhan kebidanan komunitas kepada sasaran bayi

balita
5

e) Memberikan asuhan kebidanan komunitas kepada sasaran Kb dana

Kesehatan reproduksi

BAB II

PELAKSANAAN PRAKTIK KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Pengelolaan Pelayanan Kebidanan Komunitas di Kabupaten/Kota/Desa

1. Analisa Situasi

Secara geografis kelurahan Sambiroto terletak di kecematan

Tembalang Kota Semarang dengan luas wilayah ±318.33 Ha, Jumlah

Penduduk keseluruhan sebanyak 15.113 jiwa terbagi menjadi 11 Rw

dan 96 Rt, Jumlah KK sebanyak 4.461 KK.

Batas wilayah kelurahan Sambiroto sebagai berikut:

Sebelah utara : kelurahan kedungmundu

Sebelah timur : kelurahan sendangmulyo

Sebelah selatan : kelurahan mangunharjo

Sebelah barat : kelurahan tandang

Jumlah ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi balita dalam 3 bulan

terakhir sebanyak 29 orang. Warga kelurahan Sambiroto mayoritas

bertempat tinggal di perumahan, akses fasilitas kesehatan dapat

dijangkau oleh masyarakat sekitar dan masyarakat aktif mengikuti

program kegiatan yang diadakan oleh pihak puskesmas seperti kelas ibu

hamil.
6

2. Masalah, Penyelesaian dan Evaluasi

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di wilayah

kelurahan Sambiroto didapatkan masalah yang terjadi di masyarakat

yang berkaitan dengan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yaitu ibu hamil
5
dengan anemia, Pre eklamsi, hamil usia >35 tahun, infertil, bayi balita

dengan gagal nafas dan dehidrasi, dan ISPA.

Berdasarkan hasil pengkajian masalah yang didapatkan dapat

diselesaikan dengan memberikan asuhan kebidanan yakni mengadakan


5
kelas ibu hamil dengan memberikan edukasi tentang anemia pada

kehamilan, pre-eklamsi pada kehamilan, hamil dengan usia >35 tahun,

perawatan bayi balita dalam pencegahan gagal nafas dan dehidrasi.

Masalah yang terjadi pada masyarakat diharapkan dapat

dipecahkan secara bersama dengan petugas kesehatan di tempat, untuk

mencari solusi dan penanganan yang tepat sehingga tidak terjadi

masalah yang lebih serius.

B. Asuhan Kebidanan Komunitas

1. PENGKAJIAN KOMUNITAS:

a) Core (inti) Komunitas:

Jenis Kelamin Pendidikan Total


Lk Pr Blm/ Blm SD SMP SMA D I/II D III S 1/D S2 S3
tdk skl tamat
SD IV
7.454 7.659 3.571 2.437 717 1.630 3.809 53 651 1.977 252 16 15.11

3
7

Data yang di dapatkan dari kelurahan Sambiroto terdiri dari

15.113 jiwa terdiri dari 7.454 laki-laki dan 7.659 perempuan.

Dengan riwayat pendidikan belum/tidak sekolah sebanyak 3.571

jiwa, belum tamat SD sebanyak 2.437 jiwa, tamat SD sebanyak

717 jiwa, SLTP sebanyak 1.630 jiwa, SLTA sebanyak 3.809

jiwa, D I/II sebanyak 53 jiwa, D III sebanyak 651 jiwa, S1/D IV

sebanyak 1.977 jiwa, S2 sebanyak 252 jiwa, S3 sebanyak 16

jiwa.

b) Dimensi biologis

1) Angka kesakitan dan kematian (Overall, age specific, cause

specific):

Jumlah kematian ibu maternal di wilayah kerja

puskesmas kedungmundu selama 4 tahun terakhir yaitu dari

tahun 2016-2019 adalah 8 kasus, yaitu pada tahun 2016

sebanyak 3 kasus, tahun 2017 terdapat 1 kasus, tahun 2018

terdapat 2 kasus (nifas) dan tahun 2019 terdapat 2 kasus.

Jumlah kematian bayi di wilayah kerja puskesmas

Kedungmundu mengalami peningkatan. Pada tahun 2016

sebanyak 12 kasus dan menurun pada tahun 2017 sebanyak 3

kasus. Mengalami pengingkatan pada tahun 2018 sebanyak 17

kasus dan tahun 2019 sebanyak 34 kasus.


8

2) Masalah kesehatan/penyakit (dalam 3 bulan terakhir):

Masalah kesehatan ibu dan bayi yang ditemukan di

wilayah kelurahan sambiroto dalam 3 bulan terakhir yaitu ibu

hamil anemia sebanyak 8 kasus, ibu hamil Pre-eklamsia 1

kasus, ibu hamil >35 tahun 5 kasus, gagal nafas pada bayi 1

kasus, dehidrasi pada bayi 1 kasus, infertilitas 1, dan ISPA 7

kasus.

3) Bagaimana angka kematian dan kesakitan dibandingkan

dengan tahun sebelumnya (bandingkan dengan angka

kabupaten/kota):

Jumlah kematian ibu maternal di wilayah kerja

Puskesmas Kedungmundu selama 4 tahun terakhir yaitu dari

tahun 2016-2019 adalah 8, yaitu pada tahun 2016 sebanyak 3

kasus, tahun 2017 sebanyak 1 kasus, tahun 2018 sebanyak 2

kasus dan tahun 2019 sebanyak 2 kasus.

Sedangkan, jumlah kematian bayi balita tahun 2016

sebanyak 12 kasus, tahun 2017 sebanyak 3 kasus, tahun 2018

sebanyak 17 kasus dan tahun 2019 sebanyak 34 kasus.

4) Imunisasi komunitas (termasuk imunisasi dasar dan ulangan):

cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja puskesmas

kedungmundu sudah mencapai 100%. Semua keseluruhan

sudah UCI semua.


9

c) Dimensi Psikologis:

1) Nilai, keyakinan dan Agama yang dianut:

Mayoritas masyarakat di wilayah Kelurahan Sambiroto

menganut agama islam. Namun sebagian ada yang menganut

agama kristen protestan, budha, kristen katholik dan hindu

Masyarakat sangat mengamalkan nilai dan norma dalam

kehidupan sehari-hari sesuai dengan keyakinan masing-

masing.

2) Gambaran komunitas ke depan

Masyarakat mengharapkan kedepannya mampu mencapai

tujuan bersama untuk meningkatkan kualitas hidup mereka,

dengan cara mengatasi bersama masalah yang ada dikomunitas

semisalnya yang berkaitan dengan kesehatan ataupun masalah

lainnya.

3) Kejadian penting di komunitas:

10 Besar penyakit yang ada di puskesmas kedungmundu pada

tahun 2019 yaitu :

No Penyakit Jumlah Kasus


1 Hypertensi esensial 7.700
2 Batuk 7.244
3 Kebutuhan akan vaksinasi 5.640
4 ISPA 5.026
5 Penelitian dan pemeriksaan umum 4.648
6 Gangguan jaringan lunak lainnya 3.590
7 DM 3.559
8 Demam yang tidak diketahui sebabnya 3.498
9 Faringitis akut 2.601
10

10 pengawasan kehamilan dengan resiko 2.040


tinggi

Berdasarkan data dari puskesmas Kedungmundu didapatkan 10

besar penyakit dengan kasus terbanyak adalah hypertensi

esensial sebanyak 7.700 dan yang terendah adalah pengawasan

kehamilan dengan resiko tinggi sebanyak 2.040.

Masalah kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang ditemui :

No Kasus Jumlah
1 Ibu hamil anemia 8
2 Ibu hamil PEB 1
3 Ibu hamil >35 tahun 5
4 Infertilitas 1
5 Gagal nafas pada bayi 1
6 Dehidrasi 1
7 ISPA 7

Kejadian yang berkaitan dengan masalah KIA yaitu ibu

hamil anemia sebanyak 8 kasus, ibu hamil Pre-eklamsia 1

kasus, ibu hamil >35 tahun 5 kasus, infertilitas sebanyak 1

kasus, gagal nafas pada bayi sebanyak 1 kasus, dehidrasi pada

bayi sebanyak 1 kasus dan ISPA sebanyak 7 kasus.

4) Interaksi/komunikasi antar anggota komunitas

Interaksi/komunikasi antar anggota komunitas: Masyarakat

sekitar aktif berinteraksi dengan yang lainnya, dilihat dari cara

masyarakat dalam memecahkan masalah yang terjadi secara

bersama dan mengikuti berbagai kegiatan di masyarakat salah


11

satunya kegiatan PKK, arisan kelompok, bakti sosial dan

karang taruna.

5) Jaringan komunikasi (radio, TV, telepon, internet, dll):

Jaringan komunikasi yang sering digunakan oleh masyarakat

setempat untuk mendapatkan informasi adalah Televisi,

telepon dan internet.

6) Sumber-sumber stress di komunitas:

Masyarakat tidak merasakan adanya sumber-sumber stress

dalam hidup berkomunitas. Seperti adanya masalah ekonomi,

beban pekerjaan, tata kota yang buruk, faktor lingkungan

(lingkungan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan

hidup), hubungan dengan masyarakat yang buruk dan penyakit

kronis.

7) Risiko gangguan jiwa di komunitas:

Masyarakat tidak ada yang mengalami resiko gangguan jiwa.

Seperti gangguan kecemasan (fobia, panik), gangguan

kepribadian, gangguan psikotik (penyakit skizofrenia),

gangguan suasana hati (depresi, bipolar, siklotimik), gangguan

makan (anoreksia nervosa, bulimia nervosa, binge-

eating/makan berlebihan), gangguan pengendalian impuls dan

kecanduan (berjudi, mencuri, pyromania, kecanduan alkohol

dan obat-obat terlarang, dan aktivitas seks), gangguan obsesif

kompulsif/OCD (ketakutan akan sesuatu yang tidak masuk


12

akal), dan gangguan stres pasca trauma (trauma akibat

pelecehan seksual, dll).

d) Dimensi Fisik:

1) Lokasi komunitas (batas wilayah, urban/rural):

-Sebelah Utara : Kelurahan Kedungmundu

-Sebelah Selatan : Kelurahan Mangunharjo

-Sebelah Barat : Kelurahan Tandang

-Sebelah Timur : Kelurahan Sendangmulyo

2) Luas wilayah dan kepadatan penduduk:

-Luas wilayah : ±318.33 Ha

-Jumlah Penduduk : 15.113 jiwa

-Jumlah KK : 4.461 KK

3) Iklim atau cuaca:

Wilayah kelurahan Sambiroto kecamatan Tembalang kota

semarang terletak di wilayah dataran tinggi/perbukitan dengan

beriklim tropis dan cuaca yang panas.

4) Perumahan (tipe, kondisi, jumlah anggota per-luas rumah,

sanitasi):

Rata-rata tipe rumah yaitu bersifat permanen, kondisi

bangunan baik dan layak dijadikan sebagai hunian, rata-rata

jumlah anggota tiap rumah 3-4 orang, sanitasi rumah baik


13

dikarenakan tinggal dikawasan perumahan sehingga selalu

dijaga kebersihannya.

5) Safety hazards di lingkungan:

Keamanan di wilayah kelurahan Sambiroto dijaga dan

dipantau oleh satpam dan setiap malam diberlakukan jadwal

ronda.

6) Sumber air (kuantitas dan kualitas):

Masyarakat di wilayah kelurahan Sambiroto 100% dapat

mengakses sumber air bersih.

7) Pembuangan limbah:

Masyarakat menggunakan jasa pembuangan sampah yang

dibayar setiap bulannya, yang dimana nantinya akan digunakan

oleh petugas untuk di olah kembali.

8) Kebisingan:

Wilayah kelurahan Sambiroto lebih banyak area perumahan

dan jauh dari keramaian sehingga tidak mengalami kebisingan.

e) Dimensi Sosial:

1) Pemerintahan (tipe, efektifitas, dll):

Masyarakat lebih mengutamakan tipe pemerintahan

demokratis yang dimana keputusan yang akan di ambil selalu

dimusyawarahkan dengan masyarakat sekitar terlebih dahulu.

2) Pemuka komunitas (Toga, Toma, dll):


14

Di kelurahan Sambiroto memiliki tokoh agama dan tokoh

masyarakat yang berperan penting dalam memberikan arahan

serta memutuskan suatu hal yang berkaitan dengan kehidupan

bermasyarakat.

3) Politik dan afiliasinya:

Masyarakat sekitar hidup berpolitik yang dapat dilihat dengan

cara mereka mengikuti peraturan yang diberlakukan oleh

pemerintah dan keputusan dari tokoh masyarakat, serta

mengikuti proses pemilihan yang ditentukan pemerintah.

4) Status kelompok minoritas:

Di kelurahan Sambiroto tidak memiliki status kelompok

minoritas maupun mayoritas tertentu.

5) Bahasa yang digunakan komunitas:

Bahasa masyarakat di sekitar kelurahan Sambiroto yaitu

menggunakan bahasa jawa dan bahasa indonesia.

6) Status Sosial Ekonomi:

Di wilayah kelurahan Sambiroto sebagian besar mempunyai

kehidupan ekonomi menengah, cukup untuk memenuhi

kebutuhan masing-masing anggota keluarga, namun masih ada

keluarga yang tingkat ekonomi rendah dan kebanyakan

masyarakat bekerja.
15

7) Pekerjaan:

Di wilayah kelurahan Sambirotomasyarakat bekerja sebagai

ibu rumah tangga, pekerja pabrik, pegawai swasta dan

wiraswasta.

8) Transportasi:

Transportasi yang digunakan oleh masyarakat yaitu umumnya

terdiri dari sepeda, motor pribadi dan mobil pribadi.

9) Pelayanan social:

Pelayanan sosial yang aktif dikelurahan Sambiroto adalah

seperti program bantuan bagi orang yang tidak mampu.

Puskesmas Kedungmundu juga memiliki kegiatan rutin setiap

hari jumat untuk membagikan sembako dan masker yang di

rolling setiap minggunya di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu.

10) Fasilitas pertokoan:

Beberapa tempat tinggal warga terletak di dekat pertokoan

(indomaret, alfamart) dan pedagang kecil (warung sayur, atau

warung makanan ringan) sehingga akses perbelanjaan sangat

mudah dicapai.

f) Dimensi perilaku:

1) Pola konsumsi:

I. Nutrisi:
16

Masyarakat mampu memenuhi kebutuhan pangan,

sandang dan papan, serta mampu memenuhi kebutuhan

nutrisi setiap harinya dengan frekuensi 3 kali sehari,

dikarenakan masyarakat di wilayah keluarahan Sambiroto

mayoritas status ekonominya menengah dan sudah banyak

yang sadar untuk mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-

buahan, susu di tambah selingan berupa makanan kecil.

II. Alkohol:

Di wilayah kelurahan Sambiroto masih ada yang

mengkonsumsi alkohol meskipun hanya sebagian kecil.

III. Merokok:

Di wilayah kelurahan Sambiroto ditemukan masih banyak

masyarakat yang merokok. Hal ini sesuai dengan data

profil Puskesmas Sambiroto dimana penyakit batuk dan

ISPA masuk dalam kategori 10 penyakit tertinggi.

IV. Penggunaan obat/zat adiktif (NAZA):

Masyarakat tidak ada yang mengonsumsi narkoba dan zat

adiktif lainnya. Dikarenakan masyarakat taat akan aturan

dari pemerintah dan takut terhadap hukuman yang berlaku.

2) Aktifitas Gerak dan rekreasi:

I. Gerak badan/olah raga:


17

Masyarakat sering melakukan aktivitas gerak badan atau

olahraga di tempat-tempat olahraga umum seperti citra

grand dan kawasan simpang lima.

II. Fasilitas rekreasi:

Di wilayah Kelurahan Sambiroto terdapat beberapa

fasilitas untuk rekreasi diantaranya kolam berenang, Mall,

taman, pegunungan dan tempat rekreasi lainnya.

3) Perilaku lain-lain:

I. Penggunaan alat pengaman: masyarakat di wilayah

kelurahan Sambiroto selalu menggunakan alat pengaman

diri pada saat berpergian maupun bekerja seperti selalu

menggunakan helm pada saat berkendara sepeda motor,

sabuk pengaman ketika berkendara dengan mobil dan alat

pengaman seperti masker, sarung tangan, dll.

II. Penggunaan alat kontrasepsi:

Tahun Pus Iud Mop Mow Implant Suntik Pil Kondom


2020 2.259 248 13 193 81 720 548 92

Data yang tercantum dalam table tersebut merupakan data

pengguna KB di wilayah kelurahan Sambiroto. Mayoritas

PUS lebih sering menggunakan kontrasepsi suntik

sebanyak 720 dan terendah pada penggunaan kontrasepsi

MOP sebanyak 13.


18

g) Dimensi Kesehatan (terkait tiga garis pertahanan flexible, normal

and resistant line):

1) Sikap komunitas terhadap kesehatan: Masyarakat sekitar

mengerti dan peduli dengan masalah kesehatan dibuktikan

dengan antusiasme masyarakat mengikuti kegiatan-kegiatan

kesehatan seperti posyandu, kelas ibu hamil, penyuluhan

tentang kesehatan.

2) Pelayanan kesehatan dan sumber-sumber (tipe, ketersediaan,

harga, adekuat, penggunaan): Pelayanan kesehatan yang sering

digunakan adalah puskesmas dan bidan dengan ketersediaan

pelayanan memadai dengan harga yang terjangkau oleh

masyarakat dan masyarakat sudah memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang tersedia jika memngalami masalah kesehatan

3) Pelayanan antenatal: Kelas bumil, penyuluhan / konseling,

home caredilakukan ada yang secara langsung maupun dengan

mengumpulkan masyarakat.

4) Pelayanan gawat darurat: Tersedia ambulance di puskesmas

untuk pelayanan kegawatdaruratan

5) Program promosi kesehatan:

Promosi kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas dengan

berbagai kegiatan yaitu penyuluhan tentang Pentingnya ASI

Eksklusif, KB, dan PHBS.

6) Jaminan pemeliharaan kesehatan komunitas:


19

Di wilayah Bangetayu Wetan biasanya menggunakan kartu

Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS) dan UHC

(Unniversal Health Confferens) yang merupakan program

kesehatan dari kota semarang.

2. PENGKAJIAN KELOMPOK:

Target group:

a. Dimensi Biologis:

1) Usia, jenis kelamin, suku:

Jenis kelamin Suku


Usia Jumlah
L P Jawa Padang
0-24 bulan 4 3 6 1 7
2-12 tahun 4 4 8 - 8
13-20 tahun 2 8 10 - 10
21-30 Tahun 14 15 27 2 29
31-50 Tahun 15 12 27 - 27
>50 tahun 3 4 7 - 7
Data yang didapatkan di kelurahan Sambiroto dalam 3

bulan terakhir yaitu dari bulan oktober-desember terdapat 88

orang dengan usia 0-24 bulan sebanyak 7 orang, usia 2-12

tahun sebanyak 8 orang, usia 13-20 tahun sebanyak 10 orang,

usia 21-30 tahun sebanyak 29 orang, usia 31-50 tahun

sebanyak 27 orang dan usia >50 tahun sebanyak 7 orang.

2) Tingkat tumbuh kembang/maturasi kelompok:

Sebagian besar masyarakat selalu memperhatikan masalah

kesehatan keluarga dan kelompok tinggal dirumah dan


20

lingkungan yang sehat, serta cepat meminta bantuan tenaga

kesehatan atau unit pelayanan kesehatan bila timbul masalah

kesehatan pada salah satu anggota keluarga.

3) Masalah kesehatan utama yang lazim:

Masalah kesehatan yang lazim terjadi seperti ibu hamil

anemia, PE dalam kehamilan, hamil dengan usia >35 tahun,

gagal nafas dan dehidrasi.

b. Dimensi Psikologis:

1) Gambaran diri kelompok: Masyarakat sekitar mempunyai

tujuan kesehatan yang ingin dicapai dengan meningkatkan

hubungan yang baik terhadap petugas kesehatan yang ada

2) Ketrampilan koping: Masyarakat dalam memecahkan masalah

selalu melibatkan petugas kesehatan sehingga masyarakat

terbiasa untuk melaporkan secara cepat jika timbulnya

masalah.

3) Insiden dan prevalen masalah psikologis: di wilayah kelurahan

Sambiroto tidak ditemukan masalah yang berkaitan dengan

psikologis.

4) Stresor psikologis di dalam masyarakat: Masyarakat di wilayah

kelurahan Sambiroto tidak terdapat situasi dan keadaan yang

dapat menimbulkan stres psikologis.

c. Dimensi Fisik:

1) tempat target grup


21

Lokasi pengambilan data komunitas berada di kelurahan

Sambiroto, yang sebagian besar bertempat tinggal di

perkampungan dan terdapat juga di perumahan.

2) Kondisi lingkungan yang dapat membahayakan (polusi,

pertukaran cuaca, risiko penyakit)

Kondisi lingkungan di sekitar kelurahan Sambiroto tidak dekat

dengan pabrik dan masuk dalam kawasan perkampungan

sehingga tidak ada polusi udara dan jauh dari resiko penyakit.

3) Perumahan:

Sebagian besar masyarakat dengan type rumah permanen,

setiap rumah terdiri dari 2-3 kamar dengan diberikan ventilasi

di setiap rumah, setiap rumah juga memiliki jamban sehat,

serta kualitas air yang baik.

d. Dimensi Lingkungan Sosial:

1) Sikap komunitas terhadap target grup: Sikap masyarakat yang

ada di wilayah kelurahan Sambiroto yaitu turut aktif dalam

meningkatkan kesehatan dengan cara mendukung dalam

mengikuti kegiatan yang diadakan oleh tenaga kesehatan.

2) Status social & ekonomi target grup: Status sosial dan ekonomi

masyarakat di kelurahan Sambiroto yaitu menengah ke atas

dengan penghasilan perbulan sebesar Rp.2.300.000-

Rp.4.500.000.
22

3) Pendidikan: di wilayah kelurahan Sambiroto berpendidikan

SD, SMP, dan SMA dan sarjana.

4) Pekerjaan: masyarakat di wilayah kelurahan Sambiroto

memiliki beragam pekerjaan yaitu sebagai karyawan swasta

dan ibu rumah tangga.

5) Pelayanan kesehatan yang bersifat proteksi: Tersedianya

fasilitas kesehatan yang memadai seperti adanya puskesmas

sebagai sarana kesehatan dan diberlakukannya penggunaan

asuransi kesehatan seperti BPJS dan UHC.

6) Transportasi (termasuk khusus): di wilayah kelurahan

Sambiroto menggunakan transportasi seperti motor pribadi,

sepeda, dan mobil.

e. Dimensi Perilaku

1) Kebutuhan nutrisi:

Sebagaian besar makan dengan gizi seimbang, frekuensi 3x

sehari dan tidak terdapat pantang makanan.

2) Merokok:

Masih banyak ditemukan masyarakat di kelurahan Sambiroto

yang merokok.

3) Gerak badan:
23

Gerak badan yang biasanya dilakukan yaitu berjalan di pagi

hari, melakukan pekerjaan rumah tangga (menyapu, memasak,

mencuci baju dll) atau sesekali berolah raga di tempat umum.

4) Aktifitas rekreasi:

Umumnya rekreasi dengan melihat TV, dan memanfaatkan

wahana wisata yang ada di semarang seperti belanja di pusat

kota, wahana bermain anak (kolam renang, dll).

5) Perlindungan khusus yang digunakan:

sebagian besar masyarakat menggunakan alat perlindungan diri

saat berpergian maupun saat bekerja seperti menggunakan

helm, sarung tangan ataupun masker.

6) Kontrasepsi:

Di Kelurahan Sambiroto terdapat ibu nifas sebanyak 5 orang

dalam 3 bulan terakhir. Ibu nifas tersebut belum menggunakan

alat kontrasepsi namun berencana untuk menggunakan alat

kontrasepsi suntik 3 bulan dan kb kalender.

f. Dimensi Kesehatan

1) Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan:

Pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat adalah

pelayanan puskesmas yang dapat memberikan pelayanan

secara menyeluruh terutama pada rawat inap.

2) Sikap terhadap kesehatan dan pelayanan kesehatan:


24

Sikap kelompok masyarakat terhadap kesehatan adalah sangat

memperhatikan kesehatan, jika terjadi perubahan atau

penurunan kesehatan segera datang ke fasilitas kesehatan yang

dipilihnya. Kelompok dapat memanfaatkan pelayanan

kesehatan secara optimal.

3) Jaminan pemeliharaan kesehatan:

Jaminan pemeliharaan kesehatan komunitas di wilayah kerja

Puskesmas Kedungmundu menggunakan jaminan kesehatan

BPJS (Jaminan Peyelenggara Jaminan Sosial) dan UHC

(universal health Conferens)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hirfa Turrahmi. 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta :

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta

2. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2019

3. Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang tahun 2019

4. Elly Dwi Wahyuni.2018.Bahan Ajar Asuhan Kebidanan Komunitas


25

Anda mungkin juga menyukai