BAB V Prigram Pemnfaatan Aset
BAB V Prigram Pemnfaatan Aset
BAB V
PROGRAM PEMANFAATAN ASET
Terdapat aset yang sudah digunakan tetapi kondisinya tidak terawat, contohnya irigasi
yang masih digunakan namun tidak dipelihara dengan baik
Terdapat aset yang sudah digunakan dan dalam kondisi yang terawat, contoh tanah
yang digunakan untuk perkantoran
Sementara itu, dari aspek potensi dapat dijabarkan menjadi beberapa kelompok
karakteristik permasalahan sebagai berikut:
Masih banyaknya aset yang belum terdata potensinya
Terdapat aset yang tidak berpotensi karena berada pada lingkungan yang tidak
memiliki aksesibilitas baik, contohnya perumahan atau perkantoran yang tidak
didukung oleh aksesibilitas jalan yang baik
Terdapat aset yang berpotensi, karena berada di lingkungan yang memiliki
aksesibilitas baik. Misalnya perumahan dinas yang berada di lingkungan perdagangan
dan oleh rencana tata ruang diperuntukkan untuk perdagangan.
Berdasarkan dua kelompok karakteristik permasalahan yang telah dijabarkan
tersebut, maka dapat dirumuskan tipologi permasalahan pemanfaatan aset di Jawa Timur
sebagai berikut:
Tabel 5.1 Tipologi Permasalahan Pemanfaatan Aset
Potensi Aset
Kondisi Aset
Belum terdata Tidak Berpotensi Berpotensi
Belum terdata Tipologi 1 Tipologi 1
Tidak digunakan Tipologi 1 Tipologi 2 Tipologi 3
Digunakan Tipologi 4 Tipologi 5
Dari Tabel 5.1 di atas, terlihat bahwa terbentu lima tipologi permasalahan pemanfaatan
aset di Propinsi Jawa Timur, yiatu:
5. Tipologi 1: kelompok aset yang belum terdata kondisi dan
potensinya
6. Tipologi 2: kelompok aset yang tidak digunakan dan tidak
berpotensi
7. Tipologi 3: kelompok aset yang tidak digunakan tetapi
berpotensi
8. Tipologi 4: kelompok aset yang digunakan tetapi tidak
berpotensi
9. Tipologi 5: kelompok aset yang digunakan dan berpotensi
Sementara itu, merujuk lagi pada instrumen yang dapat dilakukan dalam
pemanfaatan aset, yiatu sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan Bangun Guna
Serah atau Bangun Serah Guna (BGS/BSG), maka keempat instrumen tersebut dapat
dikaitkan dengan empat lingkup aset yang dibahas dalam kajian ini, yaitu aset tanah,
bangunan, irigasi, dan alat berat. Keterkaitan antara isntrumen pemanfaatan aset dengan
lingkup aset yang dikaji dijelaskan pada berikut ini.
Tabel 5.2 Keterkaitan Antara Jenis Aset dan Instrumen Pemanfaatannya
No Aset Pemanfaatan
Sewa Pinjam Kerjasama BGS /
Pakai Pemanfaata BSG
n (KSP)
1 Tanah V V V V
2 Bangunan V V V
3 Irigasi V V V
4 Alat Berat V V
Dari Tabel 5.1 terlihat bahwa aset tanah yang paling dapat dimanfaatkan dengan
semua instrumen, yiatu sewa, pinjam pakai, kerjasama, dan BGS/BSG. Sementara itu, aset
alat berat relatif terbatas pemanfaatannya. Alat berat hanya dapat dimanfaatkan dengan
sewa dan pinjam pakai. Sementara itu, irigasi dan bangunan dapat dimanfaatkan melalui
sewa, pinjam pakai, dan kerjasama.
Instrumen pemanfaatan yang telah dirumuskan juga dapat dikaitkan dengan
tipologi permasalahan pemanfaatan aset. Untuk melihat lebih detail, akan dijabarkan
tipologi permasalahan aset berdasarkan kelompok asetnya yang dikaitkan dengan
instrumen pemanfaatannya. Tabel berikut menjelaskan bahwa untuk aset tanah,
pemanfaatannya dapat dilakukan dengan berbagai instrumen sesuai dengan tipologi
permasalahannya.
Tabel 5.3 Konsep Pemanfaatan Aset Tanah
Pemanfaatan
No Tipologi Aset Tanah Pinjam BGS/ Keterangan
Sewa KSP
Pakai BSG
1 Aset tanah yang tidak Perlu ada pendataan
terdata terlebih dahulu
2 Aset tanah yang tidak V V V Perlu pengembangan
digunakan dan tidak aksesibilitas dan
berpotensi promosi terlebih
dahulu
3 Aset tanah yang tidak V V V Pemafaatan terbaik
digunakan dan berpotensi perlu dikaji terlebih
dahulu
Pemanfaatan
No Tipologi Aset Tanah Pinjam BGS/ Keterangan
Sewa KSP
Pakai BSG
4 Aset tanah yang V V V Dipertahankan
digunakan tapi tidak pemanfaatannya
berpotensi dengan pemeliharaan
yang lebih baik.
Apabila ingin
dikembangkan
sebaiknya dengan
perbaikan lingkungan
terlebih dahulu melalui
kerjasama dengan
instansi terkait.
5 Aset tanah yang V V Dengan catatan
digunakan tapi berpotensi prioritasnya harus tetap
digunakan sesuai
dengan fungsinya.
Namun jika akan dialih
fungsikan harus dengan
persetujuan pengguna
dan pengelola
Seperti halnya dengan aset tanah, pemanfaatan aset bangunan juga dapat dilakukan
berdasarkan tipologi permasalahannya. Berdasarkan tipologi tersebut kemudian dapat
dirumuskan alternatif instrumen pemanfaatannya. Yang membedakan pemanfaatan aset
tanah dengan bangunan adalah tidak adanya instrumen BGS/BSG dalam pemanfaatannya.
Hal ini karena pada aset bangunan sudah tidak perlu pembangunan lagi sehingga
instrumen tersebut tidak perlu digunakan. Konsep pemanfaatan aset bangunan
diperlihatkan pada Tabel berikut ini.
Tabel 5.4 Konsep Pemanfaatan Aset Bangunan
Pemanfaatan
No Tipologi Aset Bangunan Pinjam BGS/ Keterangan
Sewa KSP
Pakai BSG
1 Aset bangunan yang Perlu ada pendataan
tidak terdata terlebih dahulu
2 Aset bangunan yang V V Perlu pengembangan
tidak digunakan dan aksesibilitas dan
tidak berpotensi promosi terlebih
dahulu
3 Aset bangunan yang V V Pemafaatan terbaik
tidak digunakan dan perlu dikaji terlebih
berpotensi dahulu
4 Aset bangunan yang V V V Dipertahankan
digunakan tapi tidak pemanfaatannya
berpotensi dengan pemeliharaan
yang lebih baik.
Apabila ingin
Pemanfaatan
No Tipologi Aset Bangunan Pinjam BGS/ Keterangan
Sewa KSP
Pakai BSG
dikembangkan
sebaiknya dengan
perbaikan lingkungan
terlebih dahulu melalui
kerjasama dengan
instansi terkait
Berdasarkan Tabel 5.4, pemanfaatan aset bangunan pada dasarnya dapat dijabarkan
secara rinci sebagai berikut:
1. Pemanfaatan kelompok aset bangunan yang belum terdata
kondisi dan potensinya (tipologi 1)
Sama halnya dengan aset tanah, kelompok aset bangunan yang tergolong tipologi ini
belum dapat dimanfaatkan segera. Hal penting yang harus dilakukan adalah pendataan
aset terutama karakteristik kondisi dan potensinya. Berdasarkan hasil pendataan
tersebutlah baru bisa dikaji pemanfaatan selanjutnya sesuai dengan kelompok
tipologinya.
Aset irigasi memiliki sedikit perbedaan dengan tanah dan bangunan. Perbedaan
yang paling menonjol adalah nilai ekonomisnya yang jauh lebih rendah dibandingkan
kedua aset sebelumnya. Namun demikian, pemanfaatan aset irigasi ini masih dapat
dioptimalkan. Pemanfaatan aset ini juga harus mempertimbangkan tipologi
permasalahannya. Adapun bentuk-bentuk pemanfaatannya diperlihatkan pada Tabel 5.5
berikut ini.
Sama halnya dengan pemanfaatan aset bangunan, aset irigasi ini dapat
dimanfaatkan dengan sistem sewa, pinjam pakai, dan kerjasama pemanfaatan. Secara lebih
rinci, pemanfaatan dari aset ini adalah sebagai berikut:
1. Pemanfaatan kelompok aset irigasi yang belum terdata
kondisi dan potensinya (tipologi 1)
Aset irigasi yang tergolong tipologi ini belum dapat dimanfaatkan segera. Hal penting
yang harus dilakukan adalah pendataan aset terutama karakteristik kondisi dan
potensinya. Berdasarkan hasil pendataan tersebutlah baru bisa dikaji pemanfaatan
selanjutnya sesuai dengan kelompok tipologinya.
menguntungkan tatapi harus tetap sesuai dengan rencana tata ruang di kawasannya
masing-masing. Bentuk-bentuk pemanfaatannya hampir sama dengan tipologi 2.
Sementara itu, karena potensinya yang baik, maka instrumen sewa dapat diterapkan,
tetapi instrumen pinjam pakai tidak akan ekonomis apabila digunakan. Adapun bentuk-
bentuk pemanfaatannya adalah:
Difungsikan sebagai kolam ikan (usaha perikanan) dengan sistem sewa dan
kerjasama pemanfaatan dengan masyarakat atau swasta
Difungsikan sebagai sarana rekreasi pemancingan dengan sistem sewa dan
kerjasama pemanfaatan dengan swasta atau masyarakat.
Pemanfaatan aset alat berat memiliki karakteristik yang berbeda dengan aset
sebelumnya. Jika aset sebelumnya tidak bergerak, maka aset ini bersifat mobile dan
memiliki masa operasional yang terbatas. Sesuai dengan karakteristiknya tersebut, maka
konsep pemanfaatannya juga bersifat jangka pendek. Dengan demikian, instrumen
pemanfaatan yang tepat diterapkan adalah sewa dan pinjam pakai. Namun demikian,
bentuk pemanfaatannya akan disesuaikan dengan tipologi permasalahannya seperti yang
terlihat pada Tabel berikut.
Tabel 5.6 Tipologi Pemanfaatan Aset Alat Berat
Pemanfaatan
Tipologi Aset Alat
No Pinjam BGS/ Keterangan
Berat Sewa KSP
Pakai BSG
1 Aset alat berat yang tidak Perlu ada pendataan
terdata terlebih dahulu
2 Aset alat berat yang tidak V Perlu pengembangan
digunakan dan tidak aksesibilitas dan
berpotensi promosi terlebih
dahulu
3 Aset alat berat yang tidak V V Pemafaatan terbaik
digunakan dan berpotensi perlu dikaji terlebih
dahulu
4 Aset alat berat yang Dipertahankan
digunakan tapi tidak pemanfaatannya
berpotensi dengan pemeliharaan
yang lebih baik.
5 Aset alat berat yang V Tetap harus digunakan
digunakan tapi berpotensi sesuai dengan
peraturan perundangan
yang berlaku
Adapun penjelasan dari pemanfaatan aset alat berat dijabarkan sebagai berikut:
1. Pemanfaatan kelompok aset alat berat yang belum
terdata kondisi dan potensinya (tipologi 1)
Pada dasarnya, aset alat berat yang tergolong tipologi ini belum dapat dimanfaatkan
segera. Hal penting yang harus dilakukan adalah pendataan aset terutama karakteristik
kondisi dan potensinya. Berdasarkan hasil pendataan tersebutlah baru bisa dikaji
pemanfaatan selanjutnya sesuai dengan kelompok tipologinya.
Sesuai dengan regulasi pengelolaan aset, aset alat berat yang termasuk tipologi ini
harus segera dimanfaatkan. Namun, karena potensinya kurang, misalnya kondisi
lingkungan tidak membutuhkan alat ini, maka perlu dilakukan promosi atau sosialisasi
terlebih dahulu. Instrumen pemanfaatan yang dapat digunakan dalam pemanfaatannya
adalah pinjam pakai, misalnya dipinjamkan kepada instansi pemerintah yang
membutuhkan alat berat ini.
3. Pemanfaatan kelompok aset alat berat yang tidak
digunakan tetapi berpotensi (tipologi 3)
Kelompok aset alat berat yang tergolong tipologi 3 ini sebetulnya hampir sama
permasalahannya dengan aset tanah yang tergolong tipologi 2. Namun demikian, aset
yang tergolong tipologi 3 ini lebih memiliki prospek pengembangan karena
lingkungannya cukup berpotensi atau sangat mendukung, misalnya ada permintaan
terhadap alat ini. Dengan demikian, pemanfaatannya ke depan hanya perlu dikaji
optimasi kegiatan yang paling menguntungkan tatapi harus tetap sesuai dengan
fungsinya. Bentuk-bentuk pemanfaatannya hampir sama dengan tipologi 2, tetapi
untuk tipologi ini disamping dapat dipinjam pakai, juga dapat disewakan kepada
pihak swasta yang membutuhkan.
Tabel 5.7 Potensi dan Permasalahan Aset Tanah Propinsi Jawa Timur
No Aspek Kondisi Potensi Permasalahan
1 Kepemilikan Kepemilikan aset tanah sebagian besar Besarnya jumlah aset tanah yang
(90%) dikuasai oleh Pemerintah Propinsi dimiliki Pemerintah Propinsi
Jawa Timur Jawa Timur
2 Lokasi aset Sebagian besar (27%) aset Pemerintah Terdapat aset tanah yang Namun demikian terdapat juga
Jawa Timur berlokasi di Kota Surabaya. berlokasi strategis karena sejumlah besar aset yang berlokasi
Namun demikian, aset yang belum terdata terkonsentrasi di Kota Surabaya kurang strategis. Di samping itu,
lokasinya juga masih banyak (21%) masih banyak aset yang belum
terdata
3 Perolehan aset Sebagian besar aset diperoleh dari Perolehan aset tanah relatif jelas
pembelian (72%)
4 Status aset Status aset tanah didominasi oleh hak Status aset tanah umumnya Masih banyak aset yang belum
Pakai (56%) dan tanah negara (19%). sudah jelas terdata
Namun masih juga terdapat aset yang
belum terdata (18%)
5 Sifat tanah Aset tanah sebagian besar berupa tanah di Aset tanah umumnya berlokasi Masih banyak aset yang belum
daratan atau permukiman, dalam arti di permukiman yang bernilai terdata
bukan di hutan, sawah dan lain-lain. Di strategis
samping itu, masih banyak juga aset yang
belum terdata sifat tanahnya (56%)
6 Peruntukan Aset tanah di Pemerintah Propinsi Jawa Sebagian besar aset umumnya Masih banyak aset yang belum
Timur lebih banyak digunakan sebagai sudah digunakan terdata
perumahan (18%) dan perkantoran (11%).
Akan tetapi masih banyak aset yang
belum terdata peruntukkannya (56%)
7 Efisiensi Sebagain besar aset Pemerintah Propinsi Aset tanah umumnya telah Masih banyak aset yang belum
pemanfaatan Jawa Timur sedah terpakai (38%), tetapi dimanfaatkan terdata
masih banyak yang belum terdata (55%)
Tabel 5.8 Potensi dan Permasalahan Aset Bangunan Propinsi Jawa Timur
No Aspek Kondisi Potensi Permasalahan
1 Jenis bangunan Aset bangunan Pemerintah Propinsi Jawa Aset bangunan umumnya telah
Timur umumnya digunakan sebagai dimanfaatkan
gedung (30%), kantor (24%), dan rumah
(12%)
2 Lokasi bangunan Lokasi sebaran aset bangunan Propinsi Lokasi Bangunan umumnya Masih banyak aset yang belum
Jawa Timur umumnya tersebar merata, strategis terdata
konsentrasi terbesar ada di Kota Surabaya.
Namun demikian, bangunan yang belum
terdata juga relatif banyak (21%)
3 Kondisi bangunan Kondisi aset bangunan pemerintah Kondisi bangunan umumnya
Propinsi Jawa Timur umumnya baik relatif baik
(85%)
4 Anggaran Anggaran pengelolaan aset bangunan Pengelolaan aset bangunan masih
Pemerintah Propinsi Jawa Timur mengandalkan dana pemerintah
umumnya bersumber dari anggaran
pemerintah rutin (36%) dan pembangunan
(48%)
5 Cara perolehan Perolehan aset bangunan sebagian besar Perolehan data umumnya sah Masih banyak aset yang belum
berasal dari pembelian (46%), tetapi terdata
masih banyak juga yang belum terdata
(25%)
6 Penggunaan Aset bangunan Propinsi Jawa Timur Sebagian besar aset umumnya
umumnya terpakai (68%), namun yang telah terpakai
tidak terdata juga masih banyak (31%)
Tabel 5.9 Potensi dan Permasalahan Aset Irigasi Propinsi Jawa Timur
No Aspek Kondisi Potensi Permasalahan
1 Jenis irigasi Aset irigasi Pemerintah Propinsi Jawa Aset irigasi umumnya sudah
Timur umumnya berupa Bangunan air dimanfaatkan
(26%), pelengkap (22%), irigasi (15%),
dan pembawa (17%)
2 Lokasi Lokasi aset irigasi terkonsentrasi di Lokasi aset irigasi umumnya berada
Kabupaten Malang (16%). Namun pada daerah pertanian yang kurang
demikian sekitar 59% belum terdata strategis
lokasinya Masih banyak aset yang belum
terdata
3 Kondisi Kondisi aset irigasi umumnya masih Aset irigasi umumnya dalam
tergolong baik (97%) kondisi baik
4 Anggaran Pengelolaan aset irigasi umumnya berasal Pengelolaan aset masih sangat
dari anggaran pembangunan (78%) tergantung dari pemerintah
5 Cara perolehan Aset irigasi umumnya diperoleh dari Perolehan aset umumnya berasal
bantuan (67%) dan pembelian (24%) dari pihak lain
Tabel 5.10 Potensi dan Permasalahan Aset Alat Berat Propinsi Jawa Timur
No Aspek Kondisi Potensi Permasalahan
1 Kondisi Hampir semua aset alat berat dalam Kondisi aset alat berat umumnya
kondisi baik (95%) masih baik
2 Anggaran Anggaran pengelolaan aset alat berat Pengelolaan aset masih sangat
berasal dari anggaran pembangunan tergantung dari pemerintah
(51%) dan anggaran rutin (40%)
Berdasarkan analisis potensi dan permasalahan aset yang telah dikemukakan pada
bagian sebelumnya, dapat disimpulkan kekuatan, kelemahan, potensi, dan peluang dalam
pemanfaatan aset di Jawa Timur. Keempat hal tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Kekuatan (strength)
Banyaknya jumlah aset yang dimiliki oleh Pemerintah (S1)
Sudah tersedianya sistem data base aset (S2)
Terdapat beberapa aset yang bernilai ekonomis dan strategis (S3)
2. Kelemahan (Weakness)
Terdapat beberapa aset yang ekonomis tapi belum dimanfaatkan (W1)
Masih minimnya kontribusi pemanfaatan aset terhadap PAD (W2)
Belum lengkapnya karakteristik aset dalam data base (W3)
Terdapat beberapa aset yang rusak akibat tidak dimanfaatkan (W4)
Semakin banyaknya aset daerah yang hilang (W5)
Beberapa aset telah dimiliki oleh masyarakat (W6)
3. Peluang (Opportunity)
Adanya keleluasaan pemerintah daerah dalam mengelolan aset (O1)
Semakin meningkatnya minat investasi swasta di daerah (O2)
Semakin meningkatnya pendapatan masyarakat (O3)
4. Tantangan (Threat)
Masih belum harmonisnya koordinasi pengelolaan aset antar SKPD (T1)
Masih belum harmonisnya koordinasi pengelolaan aset antar daerah propinsi
dengan kabupaten/kota (T2)
Belum optimalnya regulasi daerah dalam pengelolaan aset (T3)
Rumusan kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan dalam pemanfaatan aset
tersebut dapat dijadikan sebagai landasan dalam perumusan strategi pengelolaan aset di
Propinsi Jawa Timur. Perumusan strategi dapat dilakukan melalui analisis SWOT yang
dirumuskan pada tabel berikut ini.
Sementara itu, berdasarkan berbagai literatur dan regulasi dalam pengelolaan aset
daerah, pada dasarnya pemanfaatan aset daerah bertujuan untuk:
1. Meningkatnya pemanfaatan aset daerah untuk menunjang tugas pemerintah
2. Terwujudnya pelayanan aset daerah yang transparan dan berkepastian hukum baik bagi
pemerintah, masyarakat, dan swasta
3. Meningkatnya penerimaan pemerintah dari pemanfaatan aset daerah
Berdasarkan hasil analisis matrik SWOT yang telah dihasilkan pada bagian
sebelumnya, terdapat empat kelompok strategi yang dihasilkan dalam pemanfaatan aset
daerah yang optimal. Keempat kelompok strategi tersebut yaitu pertama S-O strategi, yaitu
strategi bersifat agresif dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengambil peluang yang
ada. Kedua W-O strategi yang merupakan strategi untuk mengatasi kelemahan dengan
memanfaatkan peluang yang ada. Ke tiga adalah S-T strategi yang merupakan strategi
bertahan dengan memanfaatkan kekuatan untuk mengantisipasi tantangan yang dihadapi.
Pada bagian akhir adalah W-T strategi yang merupakan strategi paling bertahan dengan
mengubah kelemahan untuk menghadapi tantangan yang ada.
Setiap kelompok strategi menghasilkan beberapa strategi dan masing-masing
strategi diantaranya ada yang serupa. Dari hal tersebut, rumusan strategi yang telah
dihasilkan pada matrik SWOT dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Kelompok strategi pertama, yaitu strategi mengadakan kerjasama untuk mengelola aset
yang ekonomis dan strategis
2. Kelompok strategi kedua, yiatu strategi merevitalisasi aset-aset yang rusak dan
terbengkalai, meningkatkan kualitas sistem data base aset daerah, dan
meningkatkan teknik promosi aset daerah
3. Kelompok ketiga, yiatu strategi meningkatkan sumberdaya manusia dalam pengelolaan
aset dan menegakkan kepastian hukum dalam pengelolaan aset daerah
Jika dikaitkan dengan tujuan pemanfaatan aset yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, maka strategi tersebut dapat dikaitkan sebagai berikut:
1. Tujuan meningkatnya pemanfaatan aset daerah untuk menunjang tugas pemerintah
dapat dicapai dengan kelompok strategi ke dua
2. Tujuan terwujudnya pelayanan aset daerah yang transparan dan berkepastian hukum
baik bagi pemerintah, masyarakat, dan swasta dapat dicapai dengan kelompok
strategi yang ketiga
3. Tujuan meningkatnya penerimaan pemerintah dari pemanfaatan aset daerah dapat
dicapai dengan kelompok strategi yang pertama.
Dengan demikian, inti dari pemanfaatan aset daerah ini ada pada tujuan ketiga yang
kemudian ditunjang dengan kelompok strategi yang pertama. Dengan demikian, strategi
ini disebut dengan strategi inti. Kemudian tujuan ke dua ditunjang oleh strategi ketiga yang
kemudian disebut dengan strategi budaya. Sementara itu tujuan pertama dilakukan dengan
strategi ke dua yang kemudian disebut strategi pendukung.