Anda di halaman 1dari 55

Donat Penjemput Mimpi

Prolog
"selamat ya pak buk atas pembukaan bisnis bapak dan
ibu, kami sangat senang mendengar kabar bahagia ini,
semoga semua nya terus berjalan dengan baik". Itulah
beberapa ucapan serta doa terbaik dari rekan kerja serta
teman ayah dan ibuku saat itu, mereka terlihat sangat
peduli dan baik dikala itu pada kami, namun suatu ketika
hal pahit datang kepada keluargaku dan merebut
semuanya hingga tak tersisa dan merubahnya bak langit
dan bumi. Hatiku layu dan perih saat aku melihat air
mata berharga jatuh dari pipi ibuku yang tak henti-
hentinya menangis ketika melihat ayahku tertutupi kain
putih panjang dengan raga yang tidak lagi bisa berbicara
pada aku dan ibu. Aku sangat sedih hingga tidak dapat
menenangkan hati ku sendiri saat hari itu datang
menjemput kebahagiaan aku dan ibu, dan saat ayahku
pergi umurku masih sepuluh tahun. Semenjak ayah pergi
kehidupan aku dan ibu perlahan mulai berubah, bisnis
ayah dan ibuku mengalami kemunduran dan membuat
ibu memutuskan untuk menutup bisnis usaha itu. Tak
banyak yang dapat aku lakukan waktu itu, yang aku
dapat lakukan hanyalah percaya pada ibu. Beberapa
bulan kemudian, ibu mengajakku untuk pergi dan
bersiap-siap, "sayang, apa kamu sudah selesai beres-
beresnya"tanya ibu padaku. "Iya bu sudah, memangnya
kita mau kemana bu sampai harus membawa semua
pakaian kita ? " tanya ku pada ibu, dan ibuku menjawab "
kita akan pergi dari rumah kita yang sekarang dan pindah
ke rumah baru kita sayang ke di daerah puncak".
Ditengah perjalanan aku dan ibu menaiki sebuah bus,
aku melihat ibu mulai terbiasa dengan kehidupan baru
kami dan akhirnya aku dan ibu sampai di sebuah rumah
sederhana yang nantinya akan kami tempati, "ibu, apa ini
rumah baru kita? ", tanya ku pada ibu dan ibu menjawab
iya bahwa itu adalah rumah kami, rumah tersebut kecil
dan tidak seperti rumahku dahulu tetapi ibu
memberikanku pengertian bahwa kehidupan kami sudah
berbeda dengan kehidupan yang dulu saat ayah masih
ada. "kalau begitu baiklah bu ayo kita masuk, walaupun
ini berbeda dari rumah kita dahulu tapi aku menyukainya
bu", ujarku pada ibu. Dan ibuku tampak tersenyum
mendengar perkataanku. "terima kasih sayang, maafkan
ibu ya dan ibu akan bekerja lebih keras lagi agar kamu
dapat bahagia", ya sudah ayo beresin barang nya". Aku
langsung membantu ibu untuk membersihkan rumah
kami, dan tidak terasa waktu sudah sore saja, ibu pun
mengajakku memasak di dapur seperti biasanya. "sayang
hari ini kita makan tempe dan tahu dulu ya", mendengar
hal itu aku pun bertanya pada ibu " kenapa bu apa disini
tidak ada ayam atau daging ya seperti yang sering kita
makan dulu", dan ibuku hanya mengatakan kata "maaf"
dan meninggalkan ku, ternyata ibu menuju keluar rumah
ku dan menangis, melihat itu aku merasa sangat bersalah
pada ibu karena membuat sedih hati nya, ibu pun
memanggilku dan menjelaskan kepada ku bahwa aku
harus bisa menerima kondisi sekarang dan berhemat
akan segala hal, mendengar hal itu aku akan berusaha
mengerti dan menerima semuanya asalkan ibuku
bahagia, dan aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku
bisa sukses seperti ayah dan membahagiakan ibu
nantinya.
SATU
Musim kemarau telah tiba menyelimuti rumahku, pagi
hari yang cerah saat matahari telah bersinar dan kicauan
burung-burung yang bersuka ria menyambut hari yang
baru. " tok tok tok"suara pintu berbunyi tanda bahwa
ibuku akan membangunkan ku, "Lisa, bangun nak,
memangnya hari ini kamu tidak sekolah? ". Sesuai
dengan dugaan ku bahwa ibu akan membangunkanku
pagi ini, "iya bu ini aku sudah bangun dan akan segera
mandi". Setelah mandi nanti sarapan dulu ya sebelum
kamu berangkat ke sekolah". Baik ibuku tercinta"
jawabku pada ibu. Setelah aku selesai mandi dan bersiap
aku langsung menuju meja makan dan menemui ibu.
"Hari ini ibu ada rencana apa?". "hari ini ibu di rumah
saja dan rencananya besok ibu akan mencoba mencari
pekerjaan di daerah dekat sini Lis".
"ooo begitu baik bu, kalau begitu aku pergi ke sekolah
dulu bu assalamualaikum"tambahku sambil berpamitan
pada ibu. "Iya nak Waalaikumusalam, hati-hati di jalan
dan semoga kamu betah di sekolah baru mu ya". "Ok bu"
sahut ku bersemangat sambil keluar rumah.
Setelah beberapa menit kaki ku melangkah tibalah aku di
sebuah gerbang kecil yang menyambutku untuk memulai
dunia ku yang baru.
Hati kecilku berharap aku bisa menjalani dunia baru ku
ini. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang
yang menyapa ku dengan lembut. "hai, kamu anak baru
ya, aku baru pertama kali melihat mu disini". Dengan
malu-malu aku menjawab " iii.. iya, aku anak baru
disini". "Perkenalkan nama aku Jeni aku kelas enam
disini dan aku lihat kamu sama seperti ku makannya aku
menyapamu". Setelah ia memperkenalkan dirinya, aku
memberanikan diri ku pada nya "hai juga, nama ku Lisa,
aku pindahan dari kota jakarta, dan baru tiba di sini dua
hari yang lalu". Jeni pun bertanya kembali " jadi kamu
pindahan dari kota, mengapa kamu pindah kesini,
bukannya di kota enak? ". Dan aku pun menjawab "iya,
aku pindah kesini bersama ibuku karena kata ibu rumah
kami sudah dijual dan ayahku juga sudah meninggal satu
minggu yang lalu". "Jadi kamu bersama ibumu disini,
lalu dimana rumahmu?" tanya nya lagi pada ku. "aku
tidak tahu pasti rumahku disini tetapi yang aku tahu
rumahku berada di ujung jalan sana" jawabku sambil
menunjuk arah jalan rumah. "oh di ujung jalan sana yang
ada pohon jambu itu kan" tanya Jeni pada ku. "iya benar
sekali, kok kamu tahu?" tanyaku pada Jeni. "Tahu dong
kan rumahku tidak jauh dari sana dan berarti kamu
tetangga baru ku", imbuh Jeni. "kring………. "suara bel
pun berbunyi dan menandakan bahwa dunia baruku akan
benar terjadi. Aku pun bergegas menemui guruku dan
aku dibawa menuju kelas untuk diperkenalkan pada
teman-teman. Suara ramai pun semakin terasa "harap
tenang semuanya, pagi ini kita kedatangan murid baru
pindahan dari kota Jakarta, ayo silahkan masuk nak dan
perkenalkan diri". Akupun melangkahkan kaki ku untuk
masuk sesuai dengan perintah guruku. "hai selamat pagi
semua namaku Lisa dan aku pindahan dari sekolah di
Jakarta, aku berharap kita bisa
menjadi teman baik". Dan ibu guru pun meminta ku
untuk duduk, "baik anak-anak setelah ini Lisa kamu
duduk disana ya sebelah jeni". Perintah ibu guru. Aku
pun berjalan menuju meja dan bangku kosong tersebut
dan ternyata teman sebelahku adalah Jeni yang kutemui
tadi pagi di gerbang sekolah". Hatiku terasa senang dan
bahagia karena mereka menyambutku dengan baik dan
rasanya sama seolah aku masih berada di sekolahku
dahulu.
DUA
Hari-hari ku berlalu dengan suasana yang sama hingga
tak terasa bahwa sudah satu tahun berlalu ayah
meninggalkan aku dan ibu. Suatu hari Jeni yang
merupakan sahabat baruku di desa ini mengajakku untuk
berkunjung ke rumahnya. "Lisa besok aku akan
kerumahmu dan mengundangmu untuk datang ke
rumahku, kita belajar bersama agar bisa masuk ke SMP
yang sama". "Ohh baik Jeni besok aku akan membawa
beberapa buku pedoman dan juga buku-buku soal yang
kupunya agar kita bisa belajar bersama." jawabku.
Esoknya Jeni benar-benar datang dan menjemputku serta
meminta izin kepada ibuku agar diperbolehkan untuk
pergi dan belajar bersama. "assalamualaikum buk, saya
Jeni sahabatnya Lisa, saya ingin mengajak Lisa untuk
belajar bersama di rumah saya, boleh kan buk ?" .
Dengan wajah yang terlihat pucat ibu menjawab" iya nak
tentu saja boleh, tapi pulangnya jangan malam-malam
ya". "baik buk" sahut ku dan jeni serentak. Tidak lama
kami pun tiba dan kami langsung ke dalam rumah. Aku
mencium aroma harum yang ternyata berasal dari
dapurnya Jeni dan tanpa sadar aku langsung mengikuti
aroma itu "wah tante buat apa?" tanyaku pada mama jeni.
"Lagi buat donat Lis, apa kamu mau bantu tante ?"tawar
mama Jeni padaku. "ohh boleh tante, tapi Lisa dan Jeni
ingin belajar dulu tante" jawabku malu-malu "iya baiklah
kalian belajar dengan tekun ya" "hehe baik tante". aku
dan Jeni pun belajar di kamar jeni dengan berdiskusi dan
juga kadang bercanda mengenang masa-masa SD kami.
Tak terasa ternyata semua soal-soal telah selesai kami
kerjakan dan aku bersama Jeni bergegas menuju ke dapur
untuk membantu mama Jeni. "tante aku dan Jeni sudah
selesai belajar, kami boleh bantu?" tanyaku pada mama
Jeni "sini bantu tante masukkan bahan-bahannya setelah
itu diuleni dengan tangan agar adonan lebih kalis ya"
"baik tante" jawabku, sedangkan Jeni membantu
mamanya menggoreng adonan donat yang telah jadi.
Mama Jeni memberitahuku apa saja resep donat aku
mengingat dan melakukan nya dengan baik. Tak terasa
matahari telah tenggelam dan menandakan aku harus
pulang. Saat di di rumah aku melihat ibu terbaring
dengan wajah yang masih terlihat pucat. Seketika hatiku
terketuk dan kembali teringat saat ayah meninggalkan
aku dan ibu, melihat itu aku sangat takut akan terulang
kembali hal yang sama dan aku pun langsung
menghampiri ibu." sudah pulang, bagaimana belajarnya"
tanya ibu, "menyenangkan bu aku bisa belajar banyak hal
di rumah Jeni". " apakah ibu sakit, karena aku
perhatikan ibu terlihat pucat dan lelah" tanya ku pada
ibu. Dan Ibu menjawab " tidak nak hanya ibu lelah saja
seharian bekerja. Mendengar hal itu aku langsung
kepikiran untuk membantu meringankan beban pekerjaan
ibu "tapi apa ya" pikirku sambil kebingungan. Sambil
berpikir tiba-tiba mataku tertuju pada kantong berisikan
donat yang diberikan oleh mama jeni. "ibu bagaimana
jika kita berjualan donat saja ?". Memangnya kamu tahu
bagaimana cara membuatnya ?" tanya ibu pada ku. "iya
bu aku tahu, soalnya tadi di rumah Jeni selain belajar
sekolah aku juga diajarkan mama Jeni untuk membuat
donat, dan aku yakin bu aku bisa dan aku akan
menjadikan ini hobi baruku". "jika kamu yakin begitu ibu
akan mendukungmu, tetapi apakah tidak malu nak jika
harus berjualan donat dan membantu ibu?". Tanya ibu
jelas padaku "tidak bu aku akan menjadi seperti ayah
yang nantinya akan sukses dan membahagiakan ibu
walaupun aku harus bekerja keras menjual donat". Pagi
harinya aku berencana untuk mengajak Jeni untuk pergi
menemaniku ke pasar untuk membeli bahan membuat
donat, tak lama jeni pun datang menyambutku dengan
senyumnya yang cerah. "ada apa nih pagi-pagi udah
dateng rumah?" tanya jeni "kamu bisa menemaniku ke
pasar tidak? Aku ingin membeli bahan-bahan untuk
membuat donat, dan jika berhasil aku akan menjualnya
di sekolah, bagaimana?" "karena hari ini adalah hari
libur, bagaimana aku mau menolaknya hahaha" jawab
Jeni dengan sedikit menggodaku. Aku dan Jenii pun
bergegas menuju pasar dan membeli setiap bahan-bahan
yang dibutuhkan. Tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk membeli semua bahan, dan setelah semua terbeli
aku dan Jeni menuju ke rumahku dan langsung membuat
donat sebagaimana yang telah diajarkan oleh mama Jeni.
Jeni membantuku untuk menggoreng adonan yang aku
buat, kemudian setelah selesai membuat aku meminta
Jeni dan ibuku untuk merasakan donat buatanku "bu,
bagaimana rasanya?"tanya ku pada mereka. "wah enak
sekali rasanya, kamu sepertinya memiliki bakat untuk
membuat kue nak"jawab ibu dengan ekspresi yang
meyakinkanku."menurutmu bagaimana jen?"tanyaku
pada Jeni. "hmm seperti buatan chef besar, aku suka
donatmu Lis" jawab jeni meledekku, tetapi aku senang
mendengar jawaban mereka dengan begitu aku memiliki
keyakinan bahwa aku akan berhasil. Setelah aku
membuat nya aku menikmatinya bersama ibu dan Jeni
tetapi tiba-tiba "dhuuk.. dhukk" suara ibuku terbatuk, aku
pun sangat panik dan meminta Jeni untuk membantuku
membawa ibu ke dalam kamar, sesampainya di kamar
aku meminta pada ibu untuk beristirahat dan untuk
sementara waktu kedepan ibu tidak harus bekerja. "bu,
ibu istirahat dulu ya bu aku tidak ingin ibu sakit", ucapku
khawatir pada ibu. " iya Lisa, ibu tidak apa-apa hanya
sedikit kelelahan saja, besok juga ibu sudah sembuh dan
sudah bisa bekerja lagi". Mendengar hal itu aku ingin
menggantikan ibu bekerja untuk beberapa hari kedepan. "
ibu tidak harus pergi bekerja ya bu besok, biar Lisa saja
yang menggantikan ibu berjualan di pasar setelah pulang
sekolah. " tidak nak, ibu tidak mau melihat kamu
kesusahan bekerja dan kamu pasti lelah jika harus
bekerja setelah pulang sekolah". Aku melihat ibu sangat
tidak ingin aku bekerja tetapi jika ibu sakit dan tidak
bekerja aku dan ibu tidak mendapatkan uang untuk
makan. "ibu tidak perlu khawatir pada ku ya bu, besok
aku akan coba berjualan menggantikan ibu dan menjual
beberapa sisa adonan donat yang tadi sudah aku buat di
pasar untuk menambah dagangan kita". "terima kasih
lisa, ibu bangga sama kamu nak, coba saja ayah masih
ada disini pasti ayah juga akan bangga sama kamu nak".
Ucap ibu sambil meneteskan air matanya. "iya bu aku
berjanji akan sukses dan membuat ibu bangga dan
bahagia suatu saat nanti, amin". "Amin" sahut ibu dan
Jeni.
"Lisa, aku pulang dulu ya, besok setelah pulang sekolah
aku akan membantumu berjualan di pasar". "kamu serius
Jen ?, aku senang sekali mendengar itu terima kasih ya".
Ucapku bahagia pada Jeni. "iya aku serius Lis, kalau
begitu aku pamit pulang dulu ya sampai jumpa besok".
Dan aku pun mengantarkan Jeni hingga ke halaman
depan, setelah itu aku menyiapkan segala perlengkapan
jualan ibu dan adonan donat untuk dijual besok.
Hari pun terus berjalan dan keesokan harinya, aku
bergegas untuk pergi ke sekolah, sesampainya di sekolah
aku bertemu dengan Jeni dan membicarakan tentang
jualan nanti setelah pulang sekolah. Saat pulang sekolah
" Jen, ayo pulang dulu lalu aku akan mengambil
dagangan ibuku dan semua donat yang sudah aku
siapkan". Ajakku pada jeni. " iya Lis, ayo". Saat aku dan
Jeni berjualan di pasar tiba-tiba teman satu kelasku di
SMP melihat aku dan Jeni berjualan di pasar dan
kemudian ia meledekku "wah anak kota jualan donat
nih? Hahaha" ledek mereka padaku dan Jeni. "donat enak
tahu, dan juga banyak kok yang mau sama donat kita,
dan kita ini juga kerja cari uang dengan cara yang halal.
Tidak seperti kalian yang hanya menghabiskan uang
orang tua kalian saja." Sahut jeni dengan kesal. Aku
hanya diam dan berpikir "terserah mereka mau
meledekku apa, aku akan terus berusaha dan bekerja agar
aku nanti bisa sukses dan membantu ibu dan mengurangi
bebannya, jawabku dalam hatiku. Saat itu aku hanya
diam saja dan membiarkan mereka meledekku dan Jeni,
dan ternyata mereka semakin menjadi dan mengambil
secara paksa daganganku dan tidak membayar sedikit
pun jualan ku, dalam hati ku aku ingin sekali marah
tetapi ibu pasti tidak suka jika tahu aku begitu pada orang
lain, dan juga setelah mereka mengambil dagangan ku
tak lama mereka pergi dan aku juga mencegah Jeni untuk
tidak mengejar mereka. Jujur saja aku sangat sedih
karena di hari pertama ku berjualan aku sudah
mengecewakan ibu dan membuat kerugian dagangan ibu.
Namun aku masih punya jeni yang selalu
menyemangatiku, "sudah Lis, tidak apa-apa kita lanjut
saja berjualan sisanya ya, biar saja mereka mengambil
dagangan kita nanti juga mereka akan sakit perut"
katanya pada ku. Aku hanya diam dan mengangguk.
Kami pun lanjut berjualan kembali. "semangat Lis kita
pasti bisa". Seru Jeni saat itu sambil tersenyum kepada
ku.
Sesampainya di rumah aku menceritakan kejadian di
pasar pada ibu. "maaf ya bu jika aku mengecewakan ibu
hari ini".
"sebelumnya ibu kan sudah bilang, kamu yakin mau
berjualan? Kamu jawab iya kamu yakin, ya sudah
sekarang kamu fokus bersekolah saja dulu ya nak,
masalah keuangan ibu akan berusaha dan bekerja lebih
keras lagi"aku kaget dan semakin sedih mendengar ibu
berkata demikian, "tidak bu, aku akan membantu ibu,
aku bisa !" Jawabku semangat. Ibu hanya tersenyum tipis
dan berkata "baiklah sayang jika itu maumu, ibu akan
tetap mendoakanmu dan selalu mendukungmu nak".
Setelah berbicara pada ibu tadi setidaknya aku sedikit
merasa lebih lega. Esok harinya aku mendengar suara
dari arah dapur ternyata ibuku sedang membuat kue yang
akan ibu jual di pasar, melihat itu aku langsung
menghampiri ibu. "selamat pagi bu, ibu kenapa membuat
kue ?"tanya ku pada ibu dengan semangat. "ibu ingin
berjualan hari ini Lis, karena ibu merasa sudah lumayan
membaik". Ucap ibu tersenyum. "bu, kalau ibu lelah
nanti ibu istirahat saja ya bu, dan nanti setelah pulang
sekolah aku akan pergi ke pasar dan membantu ibu
berjualan. "iya ibu pasti mendengarkan perintah kamu
Lis, ya sudah sana pergi ke sekolah nanti kamu
terlambat". "baik bu, aku pergi dulu ya bu", dengan
senyum ceria aku melangkah kan kakiku setapak demi
setapak karena senyuman ibu yang menguatkan aku. Saat
di sekolah aku menceritakan nya pada Jeni dan ia pun
turut bahagia mendengar semua cerita ku tentang ibu, tak
lama bel istirahat berbunyi "tring.. tring…" . Jeni
mengajakku ke kantin "Lis ayo ikut aku ke kantin, aku
sudah lapar", ajak Jeni pada ku. "hmm maaf Jen, aku
tidak bisa ke kantin karena aku harus menghemat dan
tadi pagi aku juga sudah sarapan di rumah". Ucapku lirih.
"tidak usah khawatir hari ini aku akan mentraktirmu lis
karena aku mendapat uang lebih dari mamaku kemarin".
"kamu yakin, terima kasih ya", Ucapku bahagia pada
Jeni. Saat sampai di kantin, kedua temanku yaitu Ina dan
Ira datang menghampiriku dan menghinaku " perhatian
semua nya, kalian tahu ngga lisa ini siapa ternyata dia
adalah anak dari penjual kue di pasar dan terlebih lagi dia
ini bisa dibilang anak orang miskin, bukannya yang bisa
sekolah di SMP ini seharusnya orang yang mampu saja"
ucap Ina dan Ira pada ku saat itu sambil tertawa.
Mendengar perkataan mereka membuat aku tidak kuat
untuk menahannya dan aku memilih pergi dari kantin itu
dan menangis di taman belakang sekolah. "Lisa tunggu,
maaf ya Ina dan Ira, perilaku kalian kali ini sudah sangat
kelewatan batas ke Lisa, Lisa kan sekolah disini karena
Lisa pintar dan mendapat beasiswa, seharusnya kalian
bangga sama Lisa dan mencontoh kerja keras nya, bukan
menghina saja yang bisa kalian lakukan", ucap Jeni
kesal. Tak lama Jeni menghampiriku "sudah lah Lis,
jangan kamu dengar kan ucapan Ina dan Ira itu, mereka
kan anak manja dan memang suka menjatuhkan orang
lain". "kamu benar Jen, harusnya aku tidak perlu takut
dan minder hanya karena ucapan mereka, memang
kenyataannya sekarang aku adalah anak penjual kue di
pasar kan" ucapku pada Jeni. "walaupun begitu aku yakin
Lis kamu pasti akan sukses, oh ya kalau kamu sukses
nanti jangan lupa sama aku ya". "iya Jen nanti aku
belikan permen ya" tambahku pada Jeni. "baiklah
hahaha, benar ya aku tunggu lho ". Aku senang sekali
masih bisa satu sekolah dengan Jeni, tanpa Jeni aku
tidak tahu lagi bagaimana nasib ku jika tidak ada dia.
"sudah jangan sedih lagi kan sudah dihibur, gimana kalau
kita masuk ke kelas aja", ajak Jeni padaku.
Setelah itu aku dan Jeni melanjutkan pembelajaran dan
proses belajar mengajar pun kembali seperti biasa.
Setelah pulang sekolah aku menepati janjiku pada ibu
untuk membantu ibu di pasar. "Lis, maaf ya aku tidak
bisa menemanimu ke pasar karena aku ibuku
mengajakku pergi hari ini". "tidak apa-apa Jen, kalau
begitu aku pergi dulu ya" ucapku pada Jeni. Setelah
beberapa menit aku berjalan menuju pasar aku melihat
banyak orang-orang sedang berkerumun di alun-alun
desa ku dan ternyata sedang ada bazar besar di sana, aku
yang penasaran akan bazar itu akhirnya berhenti dan
masuk ke dalamnya, setelah puas melihat-lihat bazar itu
aku berniat untuk meneruskan jalanku bertemu ibu di
pasar, tetapi aku melihat ibu-ibu yang sedang kesusahan
membawa barang nya "permisi bu, boleh saya membantu
ibu, saya lihat ibu sangat kesusahan membawa barang
ini" tawarku pada ibu yang sedang kesusahan. "boleh
nak, tolong bawakan barang ibu ke motor merah itu ya".
"baik bu". Aku pun membantu ibu itu untuk membawa
barang-barang nya, dan ternyata "nak terima ini ya
sebagai ucapan terima kasih ibu ke kamu karena sudah
mau menolong ibu membawa semua barang-barang
ini"sambil ibu itu memberikan aku sejumlah uang. "maaf
bu saya tidak bisa menerima pemberian dari ibu, dan ini
besar sekali bu nominalnya". "kalau begitu ayo ikut ibu
sebentar, ibu mohon jangan menolak tawaran ibu kali ini
ya". Dan akhirnya aku pun menyetujui ajakan ibu yang
aku bantu itu dan ternyata ibu itu membawaku ke sebuah
warung dan di sana aku dan ibu itu saling bercerita. "ayo
duduk nak, oh iya ibu sampai lupa untuk kenalan, nama
kamu siapa nak? "tanya ibu itu pada ku. "nama saya Lisa
bu, dan saya tinggal di ujung jalan sana di rumah
berwarna coklat" jawabku dengan lancar. "oh jadi kamu
tinggal disana, dan kamu tinggal dengan siapa disana
Lisa?". "saya tinggal dengan ibu saya bu". "kalau begitu
ayo dimakan setelah itu kamu baru boleh pulang". Aku
pun menerima ajakan ibu itu dan setelah selesai aku
melanjutkan perjalan ke pasar untuk membantu ibu
jualan.

Beberapa menit sudah aku berjalan sesampainya aku di


pasar aku langsung bertemu ibu dan aku langsung
bergegas membantu ibu di sana, "assalamualaikum bu
Lisa datang, sini bu aku bantu" tawarku pada ibu. "kok
kamu lama sekali nak, ibu sudah nungguin kamu dari
tadi". "iya bu maaf ya bu aku lama, karena tadi aku
bertemu sama ibu-ibu dan aku ditraktir makan bu",
ucapku pada ibu. "syukurlah kalau begitu, tapi kok
bisa ?", "iya bu karena tadi aku membantu ibu itu dan
tadinya aku mau dikasih uang tapi aku menolak
pemberian ibu itu, dan ternyata aku ditraktir makan
disana". "Oh begitu, semoga kebaikan selalu datang ke
kita ya Lis". Ucap ibu pada ku, "Amin bu, ya sudah bu
apa yang bisa aku bantu lagi". Dan ibu menjawab
"Mmm.. kamu tunggu jualan ibu saja ya, ibu mau ke
kamar mandi sebentar". "Oh baik bu, akan aku jaga
jualan kita sampai ibu kembali kesini lagi". Tiba-tiba
seorang ibu-ibu lagi mendatangi jualan ibu "permisi nak,
ibu mau bertanya". "iya bu silahkan" ucapku pada
pelanggan itu. "kemarin anak ibu cerita katanya dia
membeli donat kamu disini, jadi hari ini dia menitip ke
saya untuk dibelikan lagi" tanya ibu itu padaku. "iya bu,
benar memang kemarin ada anak kecil yang membeli
donat ke sana disini" ucapku sambil tersenyum".
"rencana nya ibu ingin membeli lagi karena rasanya
enak" ucap ibu itu pada ku dan mendengar perkataan ibu
itu aku sangat bahagia dan senang sekali ternyata donat
buatan ku yang aku jual kemarin disukai oleh para
pembeli. "terima kasih bu, saya senang sekali jika donat
yang saya jual kemarin disukai oleh pembeli, maaf ya bu
tetapi hari ini saya tidak menjual donat bu". Dan ibu itu
menjawab "kenapa padahal rasanya enak sekali nak
sampai ibu dan anak ibu makan donat kamu terus" ucap
ibu itu sambil tersenyum kepada ku. "wah, iya bu karena
kemarin ibu saya sedang sakit dan waktu itu kebetulan
juga saya lagi membuat donat jadi saya jual saja untuk
menambah pendapatan bu dan alhamdulillah ada juga
yang beli donat saya bu"jawabku sambil tersenyum. Dan
tiba-tiba ibu itu menjawab dan yang membuat ku sangat
senang kegirangan bahwa ternyata ibu itu ingin memesan
donat buatan ku untuk acara di rumah nya "nak kalau
begitu kamu mau tidak membuatkan ibu donat dan
beberapa kue jualan ibu kamu untuk ibu karena besok
sore ibu ada acara arisan di rumah dan ibu pengen
memesan donat dan kue buatan kamu". Mendengar
permintaan ibu itu tanpa berpikir lama aku langsung
menyetujuinya dan rasanya hatiku senang sekali karena
untuk pertama kalinya donat buatanku dipesan oleh
orang lain. "ibu serius ya, saya masih tidak percaya bu
kalau donat buatan saya dipercaya oleh ibu untuk acara
ibu besok" ucapku sambil meneteskan air mata. "Iya nak
ibu serius, sudah jangan menangis ibu yakin kok kamu
bisa makannya ibu bisa percaya sekarang sama
kamu"ucap ibu itu pada ku dengan yakin "saya sangat
terharu bu, dan semoga ini awal bagi saya untuk
membantu meringankan beban ibu saya, oh iya bu saya
sampai lupa ingin tanya pada ibu, kalau boleh tahu ibu
ingin pesan berapa ya donat dan kue ibu saya" tanyaku
pada ibu itu. "Oh iya saya juga lupa mau kasih tahu
kamu, karena keasyikan ngobrol, kalau begitu saya pesan
donat kamu tiga ratus donat ya dan kue ibu kamu sekitar
seratus saja. "baik bu kalau begitu, saya janji saya akan
membuatkan pesanan ibu dengan baik dan insyaallah
saya tidak akan mengecewakan kepercayaan ibu kepada
saya". "Kalau begitu besok kamu antarkan ke alamat ini
ya, ini adalah kartu nama ibu dan di kertas ini sudah
lengkap alamat rumah ibu nak". "Baik bu, oh iya bu saya
dengan Lisa ya bu, baiklah kalau begitu besok saya
langsung antarkan ke rumah ibu"ucapku. "baik nak ini
juga ada uang awal dari ibu dan sisanya akan ibu beri
besok waktu kamu sudah antar ke rumah ibu"ucap ibu itu
sambil memberikan ku uang. "Iya bu tidak apa-apa saya
terima ya bu". Tak lama selang beberapa menit ibuku
kembali dari kamar mandi "Lis kamu kenapa kok
senyum-senyum sendiri dan kelihatannya senang
banget"tanya ibu pada ku. "Iya bu Lisa senang sekali hari
ini karena tadi ada ibu-ibu baik yang datang dan katanya
ingin memesan donat buatan Lisa dan kue ibu untuk
acara dirumah ibu pembeli tadi bu". "wah alhamdulillah
ya Lis, ibu ikut senang juga mendengarnya", "Iya bu Lisa
juga kaget bisa dapat tawaran sebesar ini, mmm.. dan ibu
harus tahu kalau ibu yang memesan donat Lisa tadi ingin
memesan tiga ratus donat dan seratus biji kue ibu"
ucapku sambil kegirangan memegang tangan ibu yang
terlihat senang karena kabar baik ini. "banyak sekali Lis,
kalau begitu setelah ini ibu bantu kamu ya untuk
membeli bahan-bahan donat dan kue". "baik bu,mmm
yuk siap-siap bu karena hari sudah mulai sore juga, dan
ini ya bu ada sedikit uang untuk belanja bahan donat dan
kue kita yang ibu pembeli itu berikan pada ku sebagai
uang awal pesanan donat" . "Baik nak biar ibu simpan
ya" ucap ibu bahagia. Hari ini aku sangat senang sekali
karena melihat ibu juga bahagia sama sepertiku apalagi
ibu baru saja sembuh dari sakit kemarin dan akhirnya
aku bisa melihat ibu kembali tersenyum lagi, dan
akhirnya aku dan ibu pulang dari pasar saat dijalan
pulang ibu bertanya padaku tentang sekolahku hari ini
"Lis bagaimana tadi di sekolah, kamu baik-baik saja
kan ?". "Iya bu Lisa baik dan pelajaran di sekolah juga
menyenangkan" ucapku pada ibu, sebenarnya aku sudah
berbohong pada ibu tentang kejadian di sekolah yang
sebenarnya tapi jika aku jujur pada ibu pasti ibu akan
khawatir padaku. "Bagus kalau begitu Lis, semoga
teman-teman yang meledek dan mengganggu kamu
kemarin itu tidak berulah lagi ke kamu ya"ucap ibu
padaku, aku pun hanya diam dan meneruskan perjalanan
pulang ke rumah bersama ibu dan sesampainya dirumah
aku dan ibuku langsung beristirahat karena besok aku
akan bangun lebih pagi dan berbelanja bahan-bahan
membuat donat dan kue ibu. Suara ayam dipagi hari pun
telah berkokok dan menandakan bahwa hari sudah pagi
dan tandanya aku harus bangun dengan semangat baru.
"yey.. ternyata sudah pagi, oh iya aku lupa ternyata hari
ini adalah tanggal merah ya berarti aku libur sekolah
dong, mmmm....... atau nanti sore aku ajak jeni saja ya
untuk menemani ku mengantarkan kue". Aku pun bagun
dan bergegas mandi dan menemui ibu, "selamat pagi bu,
aku sudah siap untuk berbelanja dan membuat kue".
Setelah itu ibuku menyambutku juga dengan senyuman
yang membuatku semakin bersemangat menjalani hari
"Iya, ini ibu juga sudah menyiapkan catatan bahan-bahan
donat dan kue yang akan kamu beli, ibu takut karena
kamu sangat semangat nanti kamu lupa apa yang mau
dibeli di pasar" ucap ibuku sambil tertawa. "Hahaha…
iya bu, aku bawa ini ya bu catatan nya dan aku berangkat
takut kesiangan, assalamualaikum bu" ucapku sambil
berpamitan pada ibu. Beberapa menit berjalan aku
sampai juga di pasar dan langsung belanja segala sesuatu
yang aku dan perlukan untuk membuat donat dan kue,
setelah selesai tiba-tiba aku melihat ada Jeni dan mama
nya yang sedang berbelanja juga di pasar dan aku
langsung menghampiri mereka. "Hai Jen kamu disini
juga", "hai Lisa, iya Lis aku juga sedang belanja, wah
banyak sekali barang belanjaan mu Lis" tanya Jeni pada
ku. "Iya Jen aku baru aja mau kasih tau ke kamu kalau
hari ini aku dan ibuku mendapat pesanan donat dan kue
banyak sekali untuk acara di rumah ibu-ibu yang
memesan donat dan kue ku" ucap ku senang. "Wah
selamat Lis, kalau begitu nanti siang aku ke rumahmu ya
aku ingin bantuin kamu Lis dan ibu membuat donat dan
kue !" tawar Jeni dengan semangat "boleh saja Jen, aku
juga mau mengajakmu tadi untuk bantuin aku dan ibu
membuat kue". "Ok Lis aku pasti bantu dan pasti mama
ku juga senang kalau aku membantu sahabat sendiri"
ucap Jeni padaku "Iya Jen, makasih ya kalau begitu aku
pulang duluan ya" imbuh ku pada Jeni dan mama nya,
"Iya Lis" hati-hati. Setelah sampai di rumah aku
menyiapkan semua bahan-bahan membuat donat
bersama ibu dan tak lama pun Jeni datang ke rumahku
dan membantuku membuat pesanan donat. "Lis,
donatnya sudah aku goreng ya dan tinggal kita beri
hiasan saja kan". "Iya Jen benar, sebentar ya aku siapkan
dulu" sambil mengambil beberapa hiasan donat. "Oh iya
Jen, coba deh kamu coba, semoga rasanya enak ya"
ucapkan tidak sabar mendengar pendapat dari Jeni "Lis,
ini donat kamu enak banget, aku boleh nggak makan
lagi" ucap Jeni sambil tersenyum. "Iya Jen boleh ambil
aja lagi". Akhirnya semua pesanan donat dan kue ku
telah selesai dan tinggal mengirimkannya ke rumah ibu
yang memesan donat. "Lis, sudah selesai ya" tanya ibuku
pada ku "sudah bu, sebentar lagi aku dan Jeni akan
mengantarkan nya ke rumah ibu itu" ucapku pada ibu.
"Yasudah kalau begitu kamu dan Jeni hati-hati ya
dijalan" pesan ibu pada ku dan Jeni sebelum kami
berangkat. "Baik bu, dan aku juga sudah punya alamat
ibu yang memesan donat bu". "Kalau begitu kamu
berangkat dulu ya bu, ayo Lis" ucap Jeni pada ibuku dan
aku. "Baiklah ayo Jen, kami berangkat ya bu,
assalamualaikum". Setelah berpamitan pada ibu aku dan
Jeni langsung berjalan menuju rumah ibu yang memesan
donat ku, dan di pertengahan jalan aku dan Jeni bertemu
dengan Ina dan Ira yang juga melewati jalan itu "mmm
ada tukang donat nih, mau kemana sih rapi banget" ucap
Ina sambil meledekku, "Hahaha … palingan mau ke
pasar yang bau itu, ya udah yuk nggak usah kita ladenin
takut deh ketularan nggak mampu, bhay" imbuh Ira pada
ku dan Jeni. "Sudah Lis, ayo jalan lagi jangan
dimasukkan ke hati" ucap Jeni lirih padaku. "Iya jen aku
udah biasa kok" ucapku sambil tersenyum. Beberapa
menit kemudian aku dan Jeni sampai di depan rumah ibu
yang memesan donat dan kue ku dan tak lama ibu itu
keluar dari rumah dan menghampiri ku juga Jeni "nak
Lisa ya, ayo masuk dulu ke rumah ibu" ajak ibu itu pada
ku dan Jeni. "Iya bu saya Lisa yang kemarin dan ini
sahabat saya Jeni, baik bu" kami pun masuk dan
membantu ibu itu untuk menyiapkan hidangan. Setelah
selesai akhirnya kami pun pulang dan ibu itu
memberikan ku uang pelunasan pesanan donat, melihat
itu semua aku sangat bahagia sekali akhirnya aku bisa
membuktikan pada ibu bahwa aku bisa membantu ibuku
dan semoga nantinya akan lebih banyak lagi orang yang
mempercayai dan menyukai donat buatan ku. Aku dan
Jeni pun pulang sesampainya di rumah aku langsung
memberikan uang yang aku dapatkan dari ibu itu dan
melihat senyuman ibu rasanya hati ku turut senang dan
bahagia juga dan aku ingin ibu selalu seperti ini. "Lis dan
ibu, kalau begitu aku pulang dulu ya" ucap Jeni sambil
berpamitan. "Iya Jen terima kasih, sampai ketemu besok
di sekolah ya Jen". Setelah Jeni pulang aku pun
mengajak ibu untuk makan di warung dekat rumah kami
untuk merayakan hari pertama ku mendapat pesanan
donat dan kue yang begitu banyak. "Bu, kita makan
bakso dulu di warung depan sana yuk bu untuk
merayakan hari ini aku mendapat pesanan donat pertama
bu" ajak ku pada ibu. "Kalau kamu mau ya sudah ibu
mau Lis". Setelah ibu setuju aku dan ibu berangkat untuk
makan bakso bersama di warung depan jalan dekat
rumah kami. "Bu ayo dimakan, anggap saja ini sebagai
awal aku kerja ya bu dan kalau suatu saat nanti aku
mendapat uang lebih aku janji akan belikan apapun yang
ibu mau" ucapku pada ibu dan ibu pun ikut tersenyum
mendengar perkataan ku. Hari pun sudah malam, aku dan
ibu pun pulang ke rumah karena besok aku harus
sekolah.
Pagi hari telah tiba dengan sinarnya yang cerah
menandakan aku harus segera pergi ke sekolah, harapan
ku hari ini Ina dan Ira tidak menggangguku lagi di
sekolah setelah bertemu kemarin di jalan saat
mengantarkan pesanan donat dan kue. Dan saat pulang
sekolah ternyata dugaan ku benar bahwa Ina dan Ira
kembali meledekku di depan semua teman-teman ku saat
itu, namun karena sudah terbiasa diperlakukan oleh
mereka begitu aku pun hanya menganggapnya angin lalu
dan tidak membalas apapun pada mereka walaupun
terkadang aku juga sedih karena ternyata salah satu dari
teman-teman ku tidak menyukai ku dan pekerjaan ibuku,
padahal kalau aku pikir aku tidak pernah mencari
masalah ataupun mengganggu mereka, tapi aku tetap
yakin nanti pasti mereka akan baik dengan sendirinya.
Aku sangat bersyukur karena tuhan masih memberiku
teman terbaik yaitu Jeni yang selalu membantuku disaat
aku susah dan senang dan tidak pernah berhenti membela
dan menyemangati ku dalam keadaan seperti ini dan juga
ibu. Pada saat itu aku pun mengabaikan ejekan mereka
dan bergegas pergi ke pasar seperti biasanya untuk
membantu ibuku berjualan. Dan tidak terasa bahwa hari
pun mulai sore, matahari semakin terlihat hendak
menghilang aku dan ibu bersiap-siap untuk kembali,
dengan seragam sekolah yang masih aku kenakan aku
membantu ibu membawa barang dagangan yang tersisa
agar beban ibu sedikit lebih berkurang. Sesampainya
dirumah, aku membersihkan diri dengan mandi dan
berganti pakaian rapi lalu menolong ibu memasak
makanan untuk persiapan makan malam. “Apa yang akan
ibu masak untuk makan malam nanti bu?” . “Ibu akan
memasak sisa dagangan yang tersisa tadi anak, masih ada
bayam tempe, tahu dan ikan bilis, rencananya ibu ingin
membuat sayur bayam tahu, dan tempenya akan ibu
goreng, apa kamu bisa membantu ibu mengiriskan
bawang nak ?”ucap ibu padaku. Dan aku langsung
memebantu ibuku “Bisa bu ” setelah selesai
mempersiapkan makan malam, aku dan ibu pun
beristirahat sejenak untuk melepas lelah karena telah
sibuk seharian, ibu tertidur sore itu dan aku lanjut
menyelesaikan tugas-tugas yang ada. Terbesit
dipikiranku mengingat kejadian tadi siang di sekolah,
ingin rasanya membalas ucapan-ucapan Ina dan Ira,
tetapi aku bukan siapa-siapa yang bisa mengatakan
sesuatu dengan seenak mulutku, jika mengenang kalimat
demi kalimat yang Ina dan Ira ucapkan ingin rasanya
menitiskan air mata, tetapi aku tidak ingin ibu tahu kalau
Ina dan Ira mengejekku, karena beban pikiran ibu sudah
dipenuhi dengan cara menghidupiku dari hari ke hari,
aku tidak ingin menambah beban pikiran ibu dengan
memberi ibu tahu tentang perlakuan teman-teman ku di
sekolah. Malam pun tiba, akhirnya kami pun makan
malam dengan makanan yang telah kami buat tadi sore,
tidak banyak yang aku dan ibu bicarakan, seperti ada
sesuatu yang ibu pikirkan tetapi ibu tidak ingin aku
mengetahuinya.
Pagi pun tiba, aku bersiap berangkat ke sekolah, dan ibu
bersiap untuk berangkat ke pasar, sebelumnya aku dan
ibu telah sarapan terlebih dahulu. Aku pun seperti biasa
berangkat ke sekolah tetapi hari ini aku merasa bahwa
ada yang aneh di sekitarku, aku merasa bahwa ada
seseorang yang sedang mengikuti ku "kok aku merasa
ada yang mengikuti jalan ku ya, atau hanya bayangan
orang lewat saja" ucapku sendiri sambil berjalan menuju
sekolah. Saat itu aku berjalan seperti biasa menuju ke
sekolahku seorang diri karena jeni sudah berangkat
terlebih dahulu karena Jeni harus piket pagi di kelas, tak
lama saat aku sedang berjalan aku tetap merasakan hal
aneh dan menurutku itu bukanlah hanya bayangan
seseorang yang lewat tetapi aku seperti diikuti oleh
seseorang, aku tetap tidak berani untuk berteriak dan
tetap melanjutkan perjalanan ku ke sekolah tetapi tiba-
tiba terdengar suara "srek srek srekk" yaitu suara yang
berasal dari semak-semak yang tak jauh
dibelakangku,sontak aku langsung menoleh dan berteriak
"siapa itu?!" Tak ada suara sahutan dari siapapun dan
saat aku menoleh pun tidak ada satu orang pun di
belakang ku, aku pun langsung berjalan dengan langkah
dipercepat namun lagi-lagi aku merasa bahwa memang
ada yang mengikutiku, aku sedikit melirik ke belakang
dan dugaanku benar. Aku diikuti oleh seorang pria
berbadan kekar mengenakan pakaian serta topi berwarna
hitam dan memakai kacamata hitam juga. Aku sedikit
berlari dan orang itu juga mengikutiku dengan cepat. Tak
lama jarak antara aku dan orang itu semakin dekat dan
akhirnya aku tertangkap olehnya, dia mengeluarkan tisu
yang sebelumnya telah ia beri bius, aku berteriak sekuat-
kuatnya "tolong! Siapapun tolong aku!" Sambil berteriak
aku mencoba melawannya namun karena badannya yang
kekar aku tetap tak berdaya dan tidak bisa melawannya
dan dia segera memberi tisu yang diberi bius itu dan
membuatku akhirnya tak sadarkan diri. Saat itu aku tidak
sadarkan diri dan tidak tahu akan dibawa kemana aku
oleh orang berbaju hitam itu. Saat di sekolah Jeni pun
menunggu Lisa seperti biasa namun sampai bel sekolah
berbunyi lisa pun tak kunjung datang dan saat
pembelajaran dimulai "selamat pagi anak-anak, kalau
begitu kita mulai saja pembelajaran hari ini, lho…
kemana ya Lisa kenapa belum datang" ucap guruku
kepada teman-temanku saat itu. "Maaf bu, saya juga
tidak tahu karena pagi ini saya tidak berangkat ke
sekolah bareng dengan Lisa "ucap jeni saat itu. Setelah
itu pelajaran pun dimulai hingga jam istirahat siang tiba
Lisa tetap tidak datang ke sekolah hari itu dan Jeni sangat
mengkhawatirkan keadaan Lisa karena tidak biasanya
Lisa tidak masuk sekolah tanpa ada alasan yang jelas.
Saat pulang sekolah Jeni mendatangi rumahku dan ingin
mencariku tetapi saat sampai di rumahku tidak ada orang
disana dan Jeni pun menyusul ibuku ke pasar,
sesampainya di pasar Jeni melihat bahwa ibuku hanya
berjualan sendiri dan tidak ada aku disana bersama
ibuku, Jeni pun bingung dan merasa bahwa ada yang
aneh dengan kejadian hari ini, Jeni pun berpikir untuk
tidak bertanya pada ibuku karena Jeni tidak ingin ibuku
khawatir dan sakit jika mendengar kabar tentangku dari
Jeni. Tak lama setelah melihat ibu di pasar Jeni pergi
untuk mencariku saat dipertengahan jalan Jeni bertemu
dengan Iqbal yaitu salah satu teman kelasku yang juga
baik terhadapku dan Jeni tidak seperti Ina dan Ira yang
selalu mengejek dan meledekku. "Jen, kok kamu masih
disini, ada apa?" tanya Iqbal pada Jeni, "iya Iqbal, aku
sedang mencari Lisa karena tadi dia tidak masuk sekolah,
karena tadi aku ke rumahnya tidak ada orang disana jadi
aku ke pasar untuk bertanya pada ibunya". "Oh begitu,
terus Lisa nya gimana sekarang dia ada disana dan
kenapa dia nggak sekolah" tanya Iqbal lagi pada Jeni.
"Lisa tidak ada disana bal, aku juga bingung Lisa dimana
sekarang aku harap lisa baik-baik saja"ucap Jeni pada
Iqbal sambil mengkhawatirkan Lisa. Dan pada akhirnya
Iqbal dan Jeni pun lanjut mencari ku yang saat itu diculik
oleh orang, dan saat perjalan mencari Lisa tiba-tiba Jeni
melihat ada gantungan boneka milik Lisa terjatuh di jalan
yang ternyata tidak jauh dari sekolah. "Iqbal, sebentar
aku melihat sesuatu disini"ucap jeni sambil mengambil
gantungan boneka milikku. "Kamu lihat apa Jen,
gantungan boneka itu?" tanya iqbal pada jeni". "Iya, aku
tahu ini milik Lisa, dan aku yakin pasti Lisa tidak jauh
dari sini". "Yasudah ayo kita cari lisa Jen"ajak Iqbal pada
Jeni saat itu untuk mencari ku. Tiba-tiba Jeni mendengar
suara Ina dan Ira yang berasal dari rumah kosong sambil
tertawa. "Sebentar, Iqbal kamu dengar tidak ada suara
orang tertawa dan rasanya tidak asing ditelinga" ucap
Jeni curiga. "Oh iya ya aku juga dengar, sepertinya dari
arah rumah kosong itu tapi suara siapa ya". "Mmm aku
tau deh rasanya itu suara siapa, itu seperti suara Ina dan
Ira, atau jangan-jangan hilangnya Lisa itu semua karena
ulah mereka berdua lagi". "bisa jadi sih Jen, kalau begitu
kita harus berhati-hati mendekati rumah kosong itu" ucap
Iqbal pada jeni. Setelah mendengar suara yang dicurigai
oleh Jeni adalah suara Ina dan Ira, mereka pun mulai
mendekati rumah kosong itu untuk mencari ku dan
kondisiku saat itu masih belum sadarkan diri akibat
pengaruh pemberian obat bius. Saat Jeni dan Iqbal
sampai di dekat rumah kosong itu Jeni dan Iqbal
mendengar dan mengenali bahwa benar itu adalah suara
Ina dan Ira. "Huh.. akhirnya ya ra, kita bisa nih buat si
Lisa tukang donat ini kapok, siapa suruh kan dia berani
sama kita dan sok cantik lagi di sekolah" ucap Ina pada
Ira saat itu, "iya nih aku juga senang banget akhirnya kita
bisa kasih pelajaran ke Lisa biar dia itu sadar kalau dia
nggak cocok sekolah di sekolahan kita, dia kan miskin
hahaha"tambah Ira pada ina, tak lama aku pun tersadar
dan melihat bahwa di depan ku ada Ina dan Ira, "Jadi
kalian yang melakukan ini sama aku" tanya ku pada Ina
dan Ira. "Iya, karena kami itu benci dan nggak suka
banget sama kamu, karena kamu itu selalu dipuji di
sekolah dan kami iri sama kamu, makannya kami mau
kasih kamu pelajaran sekarang supaya kamu itu nggak
lagi sok kecantikan dan cari perhatian di sekolah"ucap
Ina dan Ira pada ku, mendengar hal itu aku pun
membalas perkataan mereka "Maaf ya Ina dan Ira jika
aku membuat kalian kesal dan marah, tapi aku sama
sekali tidak bermaksud begitu di sekolah dan memang
semua yang aku lakukan di sekolah diterima baik oleh
teman-teman yang lain" ucapkan pada Ina dan Ira sambil
menangis. "Sudahlah tukang donat pokok nya aku dan
Ira itu benci sekali sama kamu", dan Ina pun menjawab
lagi "iya kami sudah sangat puas ngeliat kamu seperti ini
dan semoga nggak ada yang bisa nemuin kamu disini
deh" ucap Ina sambil mengeluarkan lakban hitam yang
akan mereka gunakan untuk menutup mulutku. Setelah
obrolan itu Jeni dan Iqbal yang berada di luar rumah
kosong mendengar pembicaraan ku bersama Ina dan Ira,
akhirnya Jeni dan Iqbal pun mendobrak pintu rumah
kosong itu dan menyelamatkan ku, "Hey.. Ina, hey Ira
sudah ya kalian jahatin Lisa, memangnya kalian nggak
puas apa sudah meledek dan mengejek Lisa terus" ucap
jeni marah. "Mm.. Kok kalian bisa ada disini sih" ucap
Ina dan Ira kebingungan. "Iya benar, kalian kok tega
sekali sih sama Lisa, dia kan tetap teman kita dan
perbuatan kalian ini sudah termasuk tindakan kriminal
dan jika kami laporkan pasti kalian akan terkena
imbasnya" ucap Iqbal pada Ina dan Ira. "sudah Jen, sudah
Iqbal yang penting kan aku juga tidak apa-apa" ucapku
pada mereka, dan untunglah selalu ada Jeni yang
menolongku dan juga ada Iqbal yang ikut membantuku.
"Tidak bisa Lisa, benar kata Iqbal perbuatan Ina dan Ira
ina sudah sangat kelewatan dan mereka harus kita
laporkan dulu ke pak kepala sekolah"ucap Jeni kesal. Ina
dan Ira pun menjawab lagi perkataan Jeni "coba saja
kalau kamu berani, tapi jika kamu berani melaporkan
kami, ibu Lisa yang akan kami jadikan umpan
selanjutnya"ucap Ina dan Ira sambil mengancam ku, Jeni
dan juga Iqbal. "Sudah Jen, aku kan tidak apa-apa aku
juga nggak mau kalau sampai ibu ikut terlibat" ucapku
pada Jeni yang terlihat sangat kesal pada Ina dan Ira.
Pada akhirnya Ina dan Ira pun pergi dari rumah kosong
itu dan hanya tersisa aku, Jeni dan juga Iqba disana. "Ayo
Lis kami bantu" ucap Jeni dan Iqbal sambil menolongku.
Setelah kejadian itu aku selalu tidak ingin berjauhan pada
Jeni dan sahabat baruku yaitu Iqbal, hingga tidak terasa
bahwa sebentar lagi aku akan lulus sekolah, dan
melanjutkan ke jenjang sekolah menengah atas atau
SMA, aku hanya berharap semoga di jenjang yang baru
nanti segala kejadian tidak menyenangkan yang kuterima
saat di smp dulu tidak akan terulang lagi. Beberapa hari
kemudian, hari kelulusan pun tiba, aku sangat senang
karena dapat lulus dengan hasil yang memuaskan, oleh
karena itu aku pun disarankan oleh pihak sekolah untuk
mendaftar di salah satu SMA favorit di daerahku dan
ternyata ibuku pun mendukungku. "Lis,ibu
mendukungmu jika kamu mau masuk ke sekolah itu"
ucap ibuku padaku. "Tapi bu rasanya aku tidak pantas bu
sekolah disana, pasti sekolah seperti itu isinya orang
berada semua, aku takut jika kejadian seperti dulu
terulang lagi bu"ucapku pada ibu, "ibu yakin Lis kejadian
seperti dulu tidak terulang lagi percaya pada ibu"ucap ibu
sambil meyakinkan ku, setelah mendengar semangat dan
dukungan ibu, aku pun memutuskan untuk mencoba
mengikuti tes beasiswa di SMA favorit itu dan akhirnya
nilai tes ku memenuhi persyaratan dan aku diterima
untuk bersekolah di SMA favorit itu, setelah pulang dari
tes itu aku langsung menemui ibu dan tak lama ibu
meminta aku menemui Jeni untuk memberitahukan kabar
bahagia ini pada Jeni aku pun berangkat ke rumah Jeni
sesampainya disana rumah Jeni kosong dan tiba-tiba ada
seorang ibu-ibu datang kepada ku dan mengatakan
bahwa Jeni dan keluarganya telah pindah satu hari yang
lalu, kemudian ibu itu memberikan ku sebuah surat dari
Jeni untukku dan isi dari surat itu adalah ucapan selamat
tinggal dari Jeni untukku. "Hai Lis, ini aku Jeni maafkan
aku ya karena aku pindah tidak memberitahu kamu dan
ibumu, aku hanya tidak ingin saat aku bilang ke kamu
aku akan pindah aku tidak bisa lepas dari kamu, karena
buatku kamu adalah sahabat sekaligus saudara terbaik
yang pernah aku punya, aku yakin Lis suatu saat nanti
kamu pasti bisa mewujudkan impianmu untuk
membahagiakan ibu dan aku saat kamu sukses nanti, aku
juga berjanji tidak akan melupakan semua kenangan kita
dulu dan aku juga selalu berdoa agar kamu bisa
mendapatkan sahabat baru ya yang bisa melindungi dan
menemani hari-harimu, dan kamu juga tidak perlu
mengkhawatirkan ku disini karena aku pasti juga akan
berusaha menggapai mimpiku, aku tunggu ya janji
permen kamu untuk aku kalau kamu sukses nanti, aku
pasti rindu sekali sama kamu dan sudah jangan nangis
haha... tetap tersenyum Lis, selamat tinggal sahabatku
Lisa dan semangat ya". Setelah membaca surat dari Jeni
itu air mataku seakan tidak dapat terbendung dan terus
menetes, seakan hal pahit itu terjadi lagi saat ini
kepadaku, dimana dulu aku harus kehilangan ayah kini
aku juga harus kehilangan sahabat terbaikku Jeni, namun
aku harus bisa bertahan demi impianku dan aku yakin
suatu saat nanti pasti tuhan akan mempertemukan aku
dengan Jeni kembali.
TIGA
Hari demi hari telah aku lalui, dan waktu demi waktu
juga telah aku lewati, namun kini adalah awal baru yang
menjadi tanda dimulainya hidupku selanjutnya.
Dan semua hal yang pernah terjadi padaku dulu akan ku
kenang dan menjadikannya sebagai pelajaran serta
motivasi untuk tetap bertahan dan menggapai impianku,
yaitu membahagiakan orang yang amat sangat aku
sayangi dan cintai ia adalah seorang bidadari tak
bersayap yang selalu mendukung dan mendoakanku
disetiap langkahku siapa lagi jika bukan ibuku.

Masa-masa sekolah adalah hal yang paling kutunggu.


Hingga tak terasa besok adalah hari dimana aku masuk
sekolah dan bertemu orang-orang baru serta lingkungan
yang baru. "Aku harus tidur cepat malam ini, aku tidak
sabar menunggu hari esok, bertemu teman baru, guru
baru, lingkungan baru, dan semua serba baru. Yeahh!"
Ucapku dengan penuh semangat, 5 menit setelahnya aku
tidur.
Suara ayam pun mulai terdengar, dan gemuruh para
petani yang sedang berbincang membahas padi-padinya
saat sebelum matahari datang dari persembunyiannya
membuatku terbangun dari tidurku yang nyenyak.
"Hoam.. Bismillah! Terima kasih tuhan semoga hari ini
adalah hari yang indah dan aku bisa melaluinya."
Ucapku. Setelah itu aku langsung bergegas untuk
berangkat ke sekolah dan tak lupa juga membawa donat
yang akan aku jual di kantin sekolah. Sesampainya aku
di sekolah aku merasa bahwa kehidupan ku terasa sangat
berbeda tetapi bagaimanapun keadaannya aku harus bisa
beradaptasi dengan lingkungan ku yang baru. Tiba-tiba
ada suara seseorang yang memanggilku dan saat aku
menoleh ke arah suara itu ternyata yang memanggil ku
adalah Iqbal teman ku saat SMP dulu, "hai Lis, ternyata
kamu sekolah disini juga,ternyata kita satu sekolah lagi,
dan aku dengar Jeni pindah ya" tanya Iqbal padaku "iya
benar Jeni sudah pindah dan aku juga tidak tahu kemana
Jeni dan keluarganya pindah" jawabku saat itu pada
Iqbal. "Kalau begitu, bolehkah aku jadi sahabatmu Lis,
karena aku tahu kamu anak yang baik dan semoga aku
bisa seperti Jeni"ucap Iqbal padaku, mendengar hal itu
aku pun menerimanya sebagai teman dan sahabat baikku.
Setiap hari aku menjalani hariku bersama ibu dan juga
Iqbal sahabatku, hingga aku tidak sadar bahwa hari yang
telah aku jalani berlalu sangat cepat mulai dari berjualan
donat seperti biasanya, membantu ibu berjualan di pasar
dan bersekolah dan saat ini aku sudah menyelesaikan
sekolahku. Setelah ini aku ingin fokus saja berjualan
donat dan membantu ibuku sambil mengumpulkan dana
untuk keperluan ku dan ibu. Saat aku sedang berjualan
donat dan membantu ibu, tak lama Iqbal datang
menemuiku dan ibu di pasar "assalamualaikum buk, aku
bantu kamu dan ibu kamu jualan ya"ucap Iqbal pada ku
dan ibu "kamu serius, kalau begitu ayo ikut aku jualan
keliling"ucapku pada Iqbal, setelah Iqbal setuju aku dan
Iqbal pun berangkat berjualan keliling dan saat aku
sedang berjualan di depan salah satu toko tiba-tiba
seorang bapak-bapak mendatangi jualan ku dan membeli
beberapa donat. "nak, bapak beli sepuluh ya donat
kamu"ucap bapak itu padaku "baik pak, ini ya pak
silahkan dicoba". Setelah membeli donat bapak itu
memakan donat ku dan yang membuatku tidak
menyangka adalah bapak itu ingin aku bekerja di toko
kue nya. "Nak, setelah bapak coba makan rasa donat
yang kamu jual ini enak sekali, kamu berbakat sekali
nak"ucap bapak itu padaku dan tiba-tiba "Oh iya nak,
jika kamu mau saya akan mengangkat kamu untuk
menjadi karyawan di toko kue saya"ucap bapak itu
kepadaku otomatis mataku langsung terbelalak karena
kaget mendengar ucapan bapak itu aku langsung
menjawab "bapak serius?! Saya mau pak dan semoga
saya tidak mengecewakan kepercayaan dari bapak ya
pak". Dan kemudian bapak itu memberikanku alamat
tokonya dan keesokan harinya aku pun bersemangat
untuk bekerja disana. "Baiklah nak Lisa sekarang kamu
sudah resmi bekerja di toko bapak dan bapak yakin pasti
toko bapak jadi ramai pembeli dan jika benar bapak akan
memberikan bonus tambahan". "Baik pak saya akan
berusaha bekerja dengan baik demi toko bapak dan
membahagiakan ibu saya". Dan mulai dari hari itu aku
pun bekerja di toko kue bapak baik itu, selama aku
bekerja disana alhamdulillah nya aku selalu mendapatkan
bonus tambahan sehingga aku juga dapat menabung
untuk membuka toko kue sendiri. Hari demi hari pun
berlalu sudah tiga tahun aku bekerja di toko kue itu dan
setelah melihat tabungan ternyata sudah mencukupi
targetku untuk membuka sebuah toko kue. "Bu, aku ingin
sekali membuka toko donat, apa ibu setuju" tanyaku pada
ibu. "Ibu hanya bisa mendukung dan mendoakan kamu
saja Lis, karena ibu yakin apapun yang kamu mau pasti
adalah pilihan terbaik", mendengar dukungan ibu aku
semakin yakin untuk membuka usaha toko donat dan dua
hari kemudian aku resmi mengundurkan diri dari
pekerjaan ku dan mulai membuka bisnis toko donat.
Sejatinya kita sebagai manusia tidak mengetahui rencana
tuhan, satu tahun sudah usaha toko donat ku berjalan dan
berkat doa dari ibu dan sahabatku dan akhirnya aku bisa
membelikan ibuku sebuah rumah walaupun hanya
sederhana. Saat aku dan ibu pindah ke rumah baru kami
ternyata tetangga depan rumahku itu adalah Jeni sahabat
lamaku saat aku pindah ke puncak bersama ibu dan yang
selalu membantuku dalam keadaan susah dan senang,
sungguh indah rencana dari tuhan mempertemukan aku
dan Jeni kembali saat kami sudah berhasil mewujudkan
impian kami masa kecil dulu. "Jen, apa ini benar
kamu"ucapku sambil meneteskan air mata bahagia.
"Lisa, iya aku Jeni sahabatmu dulu aku tidak menyangka
kita bisa bertemu disini dan akan jadi tetangga"ucap Jeni
pada ku. Dan semenjak pertemuanku dan Jeni waktu itu,
aku dan Jeni semakin dekat seperti dulu dan bagiku kini
hidupku sudah terasa lengkap karena dikelilingi oleh
orang yang aku sayangi walaupun tanpa kehadiran ayah,
tetapi aku tetap yakin sekali pasti ayah disana bangga
pada pencapaianku saat ini. "Sini deh sebentar
Jen"ucapku tersenyum. "Ada apa Lis ?"ucap Jeni padaku,
aku pun langsung memberikan Jeni sesuatu untuk
memenuhi janjiku dulu "terima ini Jen dan berarti janjiku
dulu sudah lunas ya "ucapku pada Jeni, "ya ampun Lis
kamu masih ingat aja soal janji kita dulu jika kamu
sukses kamu mau kasih aku permen kan "ucap Jeni
sambil tertawa. Bagiku kini tugas utamaku hanyalah
ingin membahagiakan ibu dan menjaganya dengan penuh
kasih sayang hingga maut yang memisahkan kita.

~Selesai~
Karya novel :
1. Ide cerita
- Femi Harici
- Fitri Deviani Putri
- Anissa Hadianti
- Gusti Ayu Audrey
- Daniel Sahatua Sianturi
2. Penulis
- Femi Harici
- Fitri Deviani Putri
- Anissa hadianti
3. Editor
- Daniel Sahatua
- Gusti Ayu Audrey
4. Terima kasih kepada
- Miss Novrianti
Sebagai guru bahasa indonesia
dan juga pembimbing dalam
pembuatan karya novel “DONAT
PENJEMPUT MIMPI”.
- Anggota kelompok
Sebagai penggerak dalam
pembuatan karya novel.

Anda mungkin juga menyukai