Prolog
"selamat ya pak buk atas pembukaan bisnis bapak dan
ibu, kami sangat senang mendengar kabar bahagia ini,
semoga semua nya terus berjalan dengan baik". Itulah
beberapa ucapan serta doa terbaik dari rekan kerja serta
teman ayah dan ibuku saat itu, mereka terlihat sangat
peduli dan baik dikala itu pada kami, namun suatu ketika
hal pahit datang kepada keluargaku dan merebut
semuanya hingga tak tersisa dan merubahnya bak langit
dan bumi. Hatiku layu dan perih saat aku melihat air
mata berharga jatuh dari pipi ibuku yang tak henti-
hentinya menangis ketika melihat ayahku tertutupi kain
putih panjang dengan raga yang tidak lagi bisa berbicara
pada aku dan ibu. Aku sangat sedih hingga tidak dapat
menenangkan hati ku sendiri saat hari itu datang
menjemput kebahagiaan aku dan ibu, dan saat ayahku
pergi umurku masih sepuluh tahun. Semenjak ayah pergi
kehidupan aku dan ibu perlahan mulai berubah, bisnis
ayah dan ibuku mengalami kemunduran dan membuat
ibu memutuskan untuk menutup bisnis usaha itu. Tak
banyak yang dapat aku lakukan waktu itu, yang aku
dapat lakukan hanyalah percaya pada ibu. Beberapa
bulan kemudian, ibu mengajakku untuk pergi dan
bersiap-siap, "sayang, apa kamu sudah selesai beres-
beresnya"tanya ibu padaku. "Iya bu sudah, memangnya
kita mau kemana bu sampai harus membawa semua
pakaian kita ? " tanya ku pada ibu, dan ibuku menjawab "
kita akan pergi dari rumah kita yang sekarang dan pindah
ke rumah baru kita sayang ke di daerah puncak".
Ditengah perjalanan aku dan ibu menaiki sebuah bus,
aku melihat ibu mulai terbiasa dengan kehidupan baru
kami dan akhirnya aku dan ibu sampai di sebuah rumah
sederhana yang nantinya akan kami tempati, "ibu, apa ini
rumah baru kita? ", tanya ku pada ibu dan ibu menjawab
iya bahwa itu adalah rumah kami, rumah tersebut kecil
dan tidak seperti rumahku dahulu tetapi ibu
memberikanku pengertian bahwa kehidupan kami sudah
berbeda dengan kehidupan yang dulu saat ayah masih
ada. "kalau begitu baiklah bu ayo kita masuk, walaupun
ini berbeda dari rumah kita dahulu tapi aku menyukainya
bu", ujarku pada ibu. Dan ibuku tampak tersenyum
mendengar perkataanku. "terima kasih sayang, maafkan
ibu ya dan ibu akan bekerja lebih keras lagi agar kamu
dapat bahagia", ya sudah ayo beresin barang nya". Aku
langsung membantu ibu untuk membersihkan rumah
kami, dan tidak terasa waktu sudah sore saja, ibu pun
mengajakku memasak di dapur seperti biasanya. "sayang
hari ini kita makan tempe dan tahu dulu ya", mendengar
hal itu aku pun bertanya pada ibu " kenapa bu apa disini
tidak ada ayam atau daging ya seperti yang sering kita
makan dulu", dan ibuku hanya mengatakan kata "maaf"
dan meninggalkan ku, ternyata ibu menuju keluar rumah
ku dan menangis, melihat itu aku merasa sangat bersalah
pada ibu karena membuat sedih hati nya, ibu pun
memanggilku dan menjelaskan kepada ku bahwa aku
harus bisa menerima kondisi sekarang dan berhemat
akan segala hal, mendengar hal itu aku akan berusaha
mengerti dan menerima semuanya asalkan ibuku
bahagia, dan aku berjanji pada diriku sendiri bahwa aku
bisa sukses seperti ayah dan membahagiakan ibu
nantinya.
SATU
Musim kemarau telah tiba menyelimuti rumahku, pagi
hari yang cerah saat matahari telah bersinar dan kicauan
burung-burung yang bersuka ria menyambut hari yang
baru. " tok tok tok"suara pintu berbunyi tanda bahwa
ibuku akan membangunkan ku, "Lisa, bangun nak,
memangnya hari ini kamu tidak sekolah? ". Sesuai
dengan dugaan ku bahwa ibu akan membangunkanku
pagi ini, "iya bu ini aku sudah bangun dan akan segera
mandi". Setelah mandi nanti sarapan dulu ya sebelum
kamu berangkat ke sekolah". Baik ibuku tercinta"
jawabku pada ibu. Setelah aku selesai mandi dan bersiap
aku langsung menuju meja makan dan menemui ibu.
"Hari ini ibu ada rencana apa?". "hari ini ibu di rumah
saja dan rencananya besok ibu akan mencoba mencari
pekerjaan di daerah dekat sini Lis".
"ooo begitu baik bu, kalau begitu aku pergi ke sekolah
dulu bu assalamualaikum"tambahku sambil berpamitan
pada ibu. "Iya nak Waalaikumusalam, hati-hati di jalan
dan semoga kamu betah di sekolah baru mu ya". "Ok bu"
sahut ku bersemangat sambil keluar rumah.
Setelah beberapa menit kaki ku melangkah tibalah aku di
sebuah gerbang kecil yang menyambutku untuk memulai
dunia ku yang baru.
Hati kecilku berharap aku bisa menjalani dunia baru ku
ini. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan suara seseorang
yang menyapa ku dengan lembut. "hai, kamu anak baru
ya, aku baru pertama kali melihat mu disini". Dengan
malu-malu aku menjawab " iii.. iya, aku anak baru
disini". "Perkenalkan nama aku Jeni aku kelas enam
disini dan aku lihat kamu sama seperti ku makannya aku
menyapamu". Setelah ia memperkenalkan dirinya, aku
memberanikan diri ku pada nya "hai juga, nama ku Lisa,
aku pindahan dari kota jakarta, dan baru tiba di sini dua
hari yang lalu". Jeni pun bertanya kembali " jadi kamu
pindahan dari kota, mengapa kamu pindah kesini,
bukannya di kota enak? ". Dan aku pun menjawab "iya,
aku pindah kesini bersama ibuku karena kata ibu rumah
kami sudah dijual dan ayahku juga sudah meninggal satu
minggu yang lalu". "Jadi kamu bersama ibumu disini,
lalu dimana rumahmu?" tanya nya lagi pada ku. "aku
tidak tahu pasti rumahku disini tetapi yang aku tahu
rumahku berada di ujung jalan sana" jawabku sambil
menunjuk arah jalan rumah. "oh di ujung jalan sana yang
ada pohon jambu itu kan" tanya Jeni pada ku. "iya benar
sekali, kok kamu tahu?" tanyaku pada Jeni. "Tahu dong
kan rumahku tidak jauh dari sana dan berarti kamu
tetangga baru ku", imbuh Jeni. "kring………. "suara bel
pun berbunyi dan menandakan bahwa dunia baruku akan
benar terjadi. Aku pun bergegas menemui guruku dan
aku dibawa menuju kelas untuk diperkenalkan pada
teman-teman. Suara ramai pun semakin terasa "harap
tenang semuanya, pagi ini kita kedatangan murid baru
pindahan dari kota Jakarta, ayo silahkan masuk nak dan
perkenalkan diri". Akupun melangkahkan kaki ku untuk
masuk sesuai dengan perintah guruku. "hai selamat pagi
semua namaku Lisa dan aku pindahan dari sekolah di
Jakarta, aku berharap kita bisa
menjadi teman baik". Dan ibu guru pun meminta ku
untuk duduk, "baik anak-anak setelah ini Lisa kamu
duduk disana ya sebelah jeni". Perintah ibu guru. Aku
pun berjalan menuju meja dan bangku kosong tersebut
dan ternyata teman sebelahku adalah Jeni yang kutemui
tadi pagi di gerbang sekolah". Hatiku terasa senang dan
bahagia karena mereka menyambutku dengan baik dan
rasanya sama seolah aku masih berada di sekolahku
dahulu.
DUA
Hari-hari ku berlalu dengan suasana yang sama hingga
tak terasa bahwa sudah satu tahun berlalu ayah
meninggalkan aku dan ibu. Suatu hari Jeni yang
merupakan sahabat baruku di desa ini mengajakku untuk
berkunjung ke rumahnya. "Lisa besok aku akan
kerumahmu dan mengundangmu untuk datang ke
rumahku, kita belajar bersama agar bisa masuk ke SMP
yang sama". "Ohh baik Jeni besok aku akan membawa
beberapa buku pedoman dan juga buku-buku soal yang
kupunya agar kita bisa belajar bersama." jawabku.
Esoknya Jeni benar-benar datang dan menjemputku serta
meminta izin kepada ibuku agar diperbolehkan untuk
pergi dan belajar bersama. "assalamualaikum buk, saya
Jeni sahabatnya Lisa, saya ingin mengajak Lisa untuk
belajar bersama di rumah saya, boleh kan buk ?" .
Dengan wajah yang terlihat pucat ibu menjawab" iya nak
tentu saja boleh, tapi pulangnya jangan malam-malam
ya". "baik buk" sahut ku dan jeni serentak. Tidak lama
kami pun tiba dan kami langsung ke dalam rumah. Aku
mencium aroma harum yang ternyata berasal dari
dapurnya Jeni dan tanpa sadar aku langsung mengikuti
aroma itu "wah tante buat apa?" tanyaku pada mama jeni.
"Lagi buat donat Lis, apa kamu mau bantu tante ?"tawar
mama Jeni padaku. "ohh boleh tante, tapi Lisa dan Jeni
ingin belajar dulu tante" jawabku malu-malu "iya baiklah
kalian belajar dengan tekun ya" "hehe baik tante". aku
dan Jeni pun belajar di kamar jeni dengan berdiskusi dan
juga kadang bercanda mengenang masa-masa SD kami.
Tak terasa ternyata semua soal-soal telah selesai kami
kerjakan dan aku bersama Jeni bergegas menuju ke dapur
untuk membantu mama Jeni. "tante aku dan Jeni sudah
selesai belajar, kami boleh bantu?" tanyaku pada mama
Jeni "sini bantu tante masukkan bahan-bahannya setelah
itu diuleni dengan tangan agar adonan lebih kalis ya"
"baik tante" jawabku, sedangkan Jeni membantu
mamanya menggoreng adonan donat yang telah jadi.
Mama Jeni memberitahuku apa saja resep donat aku
mengingat dan melakukan nya dengan baik. Tak terasa
matahari telah tenggelam dan menandakan aku harus
pulang. Saat di di rumah aku melihat ibu terbaring
dengan wajah yang masih terlihat pucat. Seketika hatiku
terketuk dan kembali teringat saat ayah meninggalkan
aku dan ibu, melihat itu aku sangat takut akan terulang
kembali hal yang sama dan aku pun langsung
menghampiri ibu." sudah pulang, bagaimana belajarnya"
tanya ibu, "menyenangkan bu aku bisa belajar banyak hal
di rumah Jeni". " apakah ibu sakit, karena aku
perhatikan ibu terlihat pucat dan lelah" tanya ku pada
ibu. Dan Ibu menjawab " tidak nak hanya ibu lelah saja
seharian bekerja. Mendengar hal itu aku langsung
kepikiran untuk membantu meringankan beban pekerjaan
ibu "tapi apa ya" pikirku sambil kebingungan. Sambil
berpikir tiba-tiba mataku tertuju pada kantong berisikan
donat yang diberikan oleh mama jeni. "ibu bagaimana
jika kita berjualan donat saja ?". Memangnya kamu tahu
bagaimana cara membuatnya ?" tanya ibu pada ku. "iya
bu aku tahu, soalnya tadi di rumah Jeni selain belajar
sekolah aku juga diajarkan mama Jeni untuk membuat
donat, dan aku yakin bu aku bisa dan aku akan
menjadikan ini hobi baruku". "jika kamu yakin begitu ibu
akan mendukungmu, tetapi apakah tidak malu nak jika
harus berjualan donat dan membantu ibu?". Tanya ibu
jelas padaku "tidak bu aku akan menjadi seperti ayah
yang nantinya akan sukses dan membahagiakan ibu
walaupun aku harus bekerja keras menjual donat". Pagi
harinya aku berencana untuk mengajak Jeni untuk pergi
menemaniku ke pasar untuk membeli bahan membuat
donat, tak lama jeni pun datang menyambutku dengan
senyumnya yang cerah. "ada apa nih pagi-pagi udah
dateng rumah?" tanya jeni "kamu bisa menemaniku ke
pasar tidak? Aku ingin membeli bahan-bahan untuk
membuat donat, dan jika berhasil aku akan menjualnya
di sekolah, bagaimana?" "karena hari ini adalah hari
libur, bagaimana aku mau menolaknya hahaha" jawab
Jeni dengan sedikit menggodaku. Aku dan Jenii pun
bergegas menuju pasar dan membeli setiap bahan-bahan
yang dibutuhkan. Tidak membutuhkan waktu yang lama
untuk membeli semua bahan, dan setelah semua terbeli
aku dan Jeni menuju ke rumahku dan langsung membuat
donat sebagaimana yang telah diajarkan oleh mama Jeni.
Jeni membantuku untuk menggoreng adonan yang aku
buat, kemudian setelah selesai membuat aku meminta
Jeni dan ibuku untuk merasakan donat buatanku "bu,
bagaimana rasanya?"tanya ku pada mereka. "wah enak
sekali rasanya, kamu sepertinya memiliki bakat untuk
membuat kue nak"jawab ibu dengan ekspresi yang
meyakinkanku."menurutmu bagaimana jen?"tanyaku
pada Jeni. "hmm seperti buatan chef besar, aku suka
donatmu Lis" jawab jeni meledekku, tetapi aku senang
mendengar jawaban mereka dengan begitu aku memiliki
keyakinan bahwa aku akan berhasil. Setelah aku
membuat nya aku menikmatinya bersama ibu dan Jeni
tetapi tiba-tiba "dhuuk.. dhukk" suara ibuku terbatuk, aku
pun sangat panik dan meminta Jeni untuk membantuku
membawa ibu ke dalam kamar, sesampainya di kamar
aku meminta pada ibu untuk beristirahat dan untuk
sementara waktu kedepan ibu tidak harus bekerja. "bu,
ibu istirahat dulu ya bu aku tidak ingin ibu sakit", ucapku
khawatir pada ibu. " iya Lisa, ibu tidak apa-apa hanya
sedikit kelelahan saja, besok juga ibu sudah sembuh dan
sudah bisa bekerja lagi". Mendengar hal itu aku ingin
menggantikan ibu bekerja untuk beberapa hari kedepan. "
ibu tidak harus pergi bekerja ya bu besok, biar Lisa saja
yang menggantikan ibu berjualan di pasar setelah pulang
sekolah. " tidak nak, ibu tidak mau melihat kamu
kesusahan bekerja dan kamu pasti lelah jika harus
bekerja setelah pulang sekolah". Aku melihat ibu sangat
tidak ingin aku bekerja tetapi jika ibu sakit dan tidak
bekerja aku dan ibu tidak mendapatkan uang untuk
makan. "ibu tidak perlu khawatir pada ku ya bu, besok
aku akan coba berjualan menggantikan ibu dan menjual
beberapa sisa adonan donat yang tadi sudah aku buat di
pasar untuk menambah dagangan kita". "terima kasih
lisa, ibu bangga sama kamu nak, coba saja ayah masih
ada disini pasti ayah juga akan bangga sama kamu nak".
Ucap ibu sambil meneteskan air matanya. "iya bu aku
berjanji akan sukses dan membuat ibu bangga dan
bahagia suatu saat nanti, amin". "Amin" sahut ibu dan
Jeni.
"Lisa, aku pulang dulu ya, besok setelah pulang sekolah
aku akan membantumu berjualan di pasar". "kamu serius
Jen ?, aku senang sekali mendengar itu terima kasih ya".
Ucapku bahagia pada Jeni. "iya aku serius Lis, kalau
begitu aku pamit pulang dulu ya sampai jumpa besok".
Dan aku pun mengantarkan Jeni hingga ke halaman
depan, setelah itu aku menyiapkan segala perlengkapan
jualan ibu dan adonan donat untuk dijual besok.
Hari pun terus berjalan dan keesokan harinya, aku
bergegas untuk pergi ke sekolah, sesampainya di sekolah
aku bertemu dengan Jeni dan membicarakan tentang
jualan nanti setelah pulang sekolah. Saat pulang sekolah
" Jen, ayo pulang dulu lalu aku akan mengambil
dagangan ibuku dan semua donat yang sudah aku
siapkan". Ajakku pada jeni. " iya Lis, ayo". Saat aku dan
Jeni berjualan di pasar tiba-tiba teman satu kelasku di
SMP melihat aku dan Jeni berjualan di pasar dan
kemudian ia meledekku "wah anak kota jualan donat
nih? Hahaha" ledek mereka padaku dan Jeni. "donat enak
tahu, dan juga banyak kok yang mau sama donat kita,
dan kita ini juga kerja cari uang dengan cara yang halal.
Tidak seperti kalian yang hanya menghabiskan uang
orang tua kalian saja." Sahut jeni dengan kesal. Aku
hanya diam dan berpikir "terserah mereka mau
meledekku apa, aku akan terus berusaha dan bekerja agar
aku nanti bisa sukses dan membantu ibu dan mengurangi
bebannya, jawabku dalam hatiku. Saat itu aku hanya
diam saja dan membiarkan mereka meledekku dan Jeni,
dan ternyata mereka semakin menjadi dan mengambil
secara paksa daganganku dan tidak membayar sedikit
pun jualan ku, dalam hati ku aku ingin sekali marah
tetapi ibu pasti tidak suka jika tahu aku begitu pada orang
lain, dan juga setelah mereka mengambil dagangan ku
tak lama mereka pergi dan aku juga mencegah Jeni untuk
tidak mengejar mereka. Jujur saja aku sangat sedih
karena di hari pertama ku berjualan aku sudah
mengecewakan ibu dan membuat kerugian dagangan ibu.
Namun aku masih punya jeni yang selalu
menyemangatiku, "sudah Lis, tidak apa-apa kita lanjut
saja berjualan sisanya ya, biar saja mereka mengambil
dagangan kita nanti juga mereka akan sakit perut"
katanya pada ku. Aku hanya diam dan mengangguk.
Kami pun lanjut berjualan kembali. "semangat Lis kita
pasti bisa". Seru Jeni saat itu sambil tersenyum kepada
ku.
Sesampainya di rumah aku menceritakan kejadian di
pasar pada ibu. "maaf ya bu jika aku mengecewakan ibu
hari ini".
"sebelumnya ibu kan sudah bilang, kamu yakin mau
berjualan? Kamu jawab iya kamu yakin, ya sudah
sekarang kamu fokus bersekolah saja dulu ya nak,
masalah keuangan ibu akan berusaha dan bekerja lebih
keras lagi"aku kaget dan semakin sedih mendengar ibu
berkata demikian, "tidak bu, aku akan membantu ibu,
aku bisa !" Jawabku semangat. Ibu hanya tersenyum tipis
dan berkata "baiklah sayang jika itu maumu, ibu akan
tetap mendoakanmu dan selalu mendukungmu nak".
Setelah berbicara pada ibu tadi setidaknya aku sedikit
merasa lebih lega. Esok harinya aku mendengar suara
dari arah dapur ternyata ibuku sedang membuat kue yang
akan ibu jual di pasar, melihat itu aku langsung
menghampiri ibu. "selamat pagi bu, ibu kenapa membuat
kue ?"tanya ku pada ibu dengan semangat. "ibu ingin
berjualan hari ini Lis, karena ibu merasa sudah lumayan
membaik". Ucap ibu tersenyum. "bu, kalau ibu lelah
nanti ibu istirahat saja ya bu, dan nanti setelah pulang
sekolah aku akan pergi ke pasar dan membantu ibu
berjualan. "iya ibu pasti mendengarkan perintah kamu
Lis, ya sudah sana pergi ke sekolah nanti kamu
terlambat". "baik bu, aku pergi dulu ya bu", dengan
senyum ceria aku melangkah kan kakiku setapak demi
setapak karena senyuman ibu yang menguatkan aku. Saat
di sekolah aku menceritakan nya pada Jeni dan ia pun
turut bahagia mendengar semua cerita ku tentang ibu, tak
lama bel istirahat berbunyi "tring.. tring…" . Jeni
mengajakku ke kantin "Lis ayo ikut aku ke kantin, aku
sudah lapar", ajak Jeni pada ku. "hmm maaf Jen, aku
tidak bisa ke kantin karena aku harus menghemat dan
tadi pagi aku juga sudah sarapan di rumah". Ucapku lirih.
"tidak usah khawatir hari ini aku akan mentraktirmu lis
karena aku mendapat uang lebih dari mamaku kemarin".
"kamu yakin, terima kasih ya", Ucapku bahagia pada
Jeni. Saat sampai di kantin, kedua temanku yaitu Ina dan
Ira datang menghampiriku dan menghinaku " perhatian
semua nya, kalian tahu ngga lisa ini siapa ternyata dia
adalah anak dari penjual kue di pasar dan terlebih lagi dia
ini bisa dibilang anak orang miskin, bukannya yang bisa
sekolah di SMP ini seharusnya orang yang mampu saja"
ucap Ina dan Ira pada ku saat itu sambil tertawa.
Mendengar perkataan mereka membuat aku tidak kuat
untuk menahannya dan aku memilih pergi dari kantin itu
dan menangis di taman belakang sekolah. "Lisa tunggu,
maaf ya Ina dan Ira, perilaku kalian kali ini sudah sangat
kelewatan batas ke Lisa, Lisa kan sekolah disini karena
Lisa pintar dan mendapat beasiswa, seharusnya kalian
bangga sama Lisa dan mencontoh kerja keras nya, bukan
menghina saja yang bisa kalian lakukan", ucap Jeni
kesal. Tak lama Jeni menghampiriku "sudah lah Lis,
jangan kamu dengar kan ucapan Ina dan Ira itu, mereka
kan anak manja dan memang suka menjatuhkan orang
lain". "kamu benar Jen, harusnya aku tidak perlu takut
dan minder hanya karena ucapan mereka, memang
kenyataannya sekarang aku adalah anak penjual kue di
pasar kan" ucapku pada Jeni. "walaupun begitu aku yakin
Lis kamu pasti akan sukses, oh ya kalau kamu sukses
nanti jangan lupa sama aku ya". "iya Jen nanti aku
belikan permen ya" tambahku pada Jeni. "baiklah
hahaha, benar ya aku tunggu lho ". Aku senang sekali
masih bisa satu sekolah dengan Jeni, tanpa Jeni aku
tidak tahu lagi bagaimana nasib ku jika tidak ada dia.
"sudah jangan sedih lagi kan sudah dihibur, gimana kalau
kita masuk ke kelas aja", ajak Jeni padaku.
Setelah itu aku dan Jeni melanjutkan pembelajaran dan
proses belajar mengajar pun kembali seperti biasa.
Setelah pulang sekolah aku menepati janjiku pada ibu
untuk membantu ibu di pasar. "Lis, maaf ya aku tidak
bisa menemanimu ke pasar karena aku ibuku
mengajakku pergi hari ini". "tidak apa-apa Jen, kalau
begitu aku pergi dulu ya" ucapku pada Jeni. Setelah
beberapa menit aku berjalan menuju pasar aku melihat
banyak orang-orang sedang berkerumun di alun-alun
desa ku dan ternyata sedang ada bazar besar di sana, aku
yang penasaran akan bazar itu akhirnya berhenti dan
masuk ke dalamnya, setelah puas melihat-lihat bazar itu
aku berniat untuk meneruskan jalanku bertemu ibu di
pasar, tetapi aku melihat ibu-ibu yang sedang kesusahan
membawa barang nya "permisi bu, boleh saya membantu
ibu, saya lihat ibu sangat kesusahan membawa barang
ini" tawarku pada ibu yang sedang kesusahan. "boleh
nak, tolong bawakan barang ibu ke motor merah itu ya".
"baik bu". Aku pun membantu ibu itu untuk membawa
barang-barang nya, dan ternyata "nak terima ini ya
sebagai ucapan terima kasih ibu ke kamu karena sudah
mau menolong ibu membawa semua barang-barang
ini"sambil ibu itu memberikan aku sejumlah uang. "maaf
bu saya tidak bisa menerima pemberian dari ibu, dan ini
besar sekali bu nominalnya". "kalau begitu ayo ikut ibu
sebentar, ibu mohon jangan menolak tawaran ibu kali ini
ya". Dan akhirnya aku pun menyetujui ajakan ibu yang
aku bantu itu dan ternyata ibu itu membawaku ke sebuah
warung dan di sana aku dan ibu itu saling bercerita. "ayo
duduk nak, oh iya ibu sampai lupa untuk kenalan, nama
kamu siapa nak? "tanya ibu itu pada ku. "nama saya Lisa
bu, dan saya tinggal di ujung jalan sana di rumah
berwarna coklat" jawabku dengan lancar. "oh jadi kamu
tinggal disana, dan kamu tinggal dengan siapa disana
Lisa?". "saya tinggal dengan ibu saya bu". "kalau begitu
ayo dimakan setelah itu kamu baru boleh pulang". Aku
pun menerima ajakan ibu itu dan setelah selesai aku
melanjutkan perjalan ke pasar untuk membantu ibu
jualan.
~Selesai~
Karya novel :
1. Ide cerita
- Femi Harici
- Fitri Deviani Putri
- Anissa Hadianti
- Gusti Ayu Audrey
- Daniel Sahatua Sianturi
2. Penulis
- Femi Harici
- Fitri Deviani Putri
- Anissa hadianti
3. Editor
- Daniel Sahatua
- Gusti Ayu Audrey
4. Terima kasih kepada
- Miss Novrianti
Sebagai guru bahasa indonesia
dan juga pembimbing dalam
pembuatan karya novel “DONAT
PENJEMPUT MIMPI”.
- Anggota kelompok
Sebagai penggerak dalam
pembuatan karya novel.