Jelaskan hubungan antara tiga kekuatan utama, presiden, TNI, dan PKI pada masa
Demokrasi
Terpimpin.
Demokrasi terpimpin adalah sebuah titik balik yang menunjukkan betapa tingginya
tanggung jawab dan kepemimpinan seorang Presiden dalam memimpin Negara,
Presiden Soekarno yang saat itu memimpin bahkan dapat kita katakan mengontrol
semua institusi penting, termasuk militer dan institusi lainnya. Presiden Soekarno saat
itu juga menyadari bahwa idealismenya untuk memimpin NKRI cukup riskan
mengingat adanya ‘kuasa’ dari pihak militer (TNI) untuk memobilisasi senjata,
ditambah lagi latar belakang demokrasi terpimpin yang sebenarnya diinisiasi oleh
seorang Kolonel TNI AD, A.H Nasution. Hal ini yang kemudian menjadi motif
Soekarno untuk menggandeng baik TNI terkhusus TNI AD untuk mengawasi
jalannya pemerintahan yang ia pimpin. Kekuatan lain yang juga menjadi perhatian
special bagi Soekarno adalah PKI, Soekarno menggandeng ide Nasakom dalam
pemerintahan Indonesia saat itu, poros luar negeri Indonesia juga lebih condong
kepada blok Timur, dan Soekarno sangat anti dengan bentuk nekolim barat yang
dibuktikan dengan tindakan atas kemerdekaan Malaysia. Paham sosialis-komunisme
yang dijunjung PKI juga kuat untuk menarik perhatian masyarakat menengah
kebawah. Presiden Soekarno menggandeng baik TNI AD dan PKI, karena
menurutnya dua kekuatan ini mampu menetralkan keadaan yang ada dan
memungkinkan jalan untuk kekuasaan selamanya oleh Soekarno.
12. Menurut pendapatmu, apa tujuan Presiden Sukarno menyatukan TNI dan kepolisian ke
dalam ABRI?
14. Jelaskan mengenai proyek mercusuar yang dilakukan oleh Presiden Sukarno pada masa
Politik Mercusuar adalah sebuah kebijakan politik luar negeri yang ditempuh pada
periode Indonesia era demokrasi terpimpin. Kebijakan ini ditandai dengan
pelaksanaan pesta olahraga besar-besaran bernama Games of New Emerging Forces
(GANEFO) yang berlangsung antara tahun 1962 hingga tahun 1967.
Gagasan utama dari Politik Mercusuar adalah menjadikan Indonesia sebagai layaknya
‘Mercusuar’ bagi negara-negara eks-koloni bangsa Eropa dalam mengarungi lautan
masyarakat mancanegara. Indonesia harus menjadi simbol percontohan dalam bentuk
pembangunan dan juga menjadi pemimpin dalam mengarahkan para negara-negara
yang disebut sebagai New Emerging Forces (NEFO) itu untuk dapat hidup dalam
komunitas internasional. Salah satu bentuk nyata bahwa Indonesia merupakan negara
yang pantas memandu para negara NEFO tersebut adalah dengan pengadaan pesta
olahraga bagi para negara NEFO di Indonesia. Latar belakang lain dari gagasan
Politik Mercusuar adalah karena protes Indonesia atas penyelenggaraan Olimpiade
yang terkesan memihak kepentingan negara-negara Eropa atau negara-negara
penjajah lama yang disebut sebagai Old-Established Forces (OLDEFO).
15. Mengapa Indonesia keluar dari keanggotaan PBB pada 7 Januari 1965?
16. Mengapa politik luar negeri Indonesia lebih condong ke Blok Timur pada masa
Demokrasi Terpimpin? Jelaskan.
Hal ini dikarenakan adanya ketidaksukaan Soekarno dengan bentuk kolonialisme dan
imperialisme Barat dengan ideology yang mereka bawa, dan untuk menahan ini jelas
Soekarno perlu backingan kuat yakni dengan condong ke Blok Timur yang saat itu
menjadi kekuatan besar melawan blok barat. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya
kolaborasi politik antara Indonesia dengan China dan bagaimana Presiden Soekarno
mengijinkan berkembangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia. Alasan
Soekarno mengijinkan perluasan PKI itu sendiri adalah agar komunis mampu
berasimilasi dengan revolusi Indonesia dan tidak merasa dianggap sebagai kelompok
luar. Dibentuknya Poros Jakarta Peking. Faktor dibentuknya poros ini antara lain,
pertama, karena konfrontasi dengan Malaysia menyebabkan Indonesia membutuhkan
bantuan militer dan logistik, mengingat Malaysia mendapat dukungan penuh dari
Inggris, Indonesia pun harus mencari kawan negara besar yang mau mendukungnya
dan bukan sekutu Inggris, salah satunya adalah China. Kedua, Indonesia perlu untuk
mencari negara yang mau membantunya dalam masalah dana dengan persyaratan
yang mudah, yakni negara China dan Uni Soviet.
Berikut upaya diplomasi bilateral antara Indonesia dan Belanda untuk menyelesaikan
sengketa diantaranya:
- Konferensi Meja Bundar (KMB) Permasalahan sengketa Irian Barat menjadi agenda
penting dalam KMB di Den Haag pada tahun 1949. Mohammad Hatta sebagai perwakilan
Indonesia dalam KMB mengalami kesulitan dalam negosiasi sengketa Irian Barat dengan
Belanda.
- Hal tersebut membuat Indonesia harus menerima keputusan untuk menunda penyelesaian
sengketa Irian Barat. Permasalahan Irian Barat akan diselesaikan satu tahun setelah
pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Diplomasi Indonesia dan Belanda di Jakarta
Perundingan sengketa Irian Barat antara Indonesia dan Belanda kembali dilakukan pada
bulan Maret 1950 di Jakarta. Dalam perundingan kedua ini Belanda bersikukuh untuk
menolak menyerahkan Irian Barat ke Indonesia sehingga perundingan menemui jalan buntu.
- Diplomasi Indonesia dan Belanda di Den Haag Dalam rangka melanjutkan perundingan di
Jakarta, Indonesia dan Belanda menyelenggarakan konferensi khusus di Den Haag pada
Desember 1950. Dalam jurnal Diplomasi Belanda dan Indonesia dalam Sengketa Irian Barat
(1949-1950) : Sebuah Kajian Historis (2016) karya Siswanto, perundingan ini mengalami
kegagalan karena Belanda menawarkan proposal yang menunjukan sikap yang tidak serius
dalam masalah sengketa Irian Barat.
- Diplomasi PBB (1954) Indonesia mengajukan permasalahan sengketa Irian Barat dalam
sidang umum PBB tahun 1954. Dalam sidang tersebut Indonesia mengharapkan bantuan dari
negara anggota PBB untuk membantu penyelesaian masalah Irian Barat, namun usulan
tersebut tidak mendapatkan tanggapan yang berarti dalam forum tersebut.
- Konferensi Asia Afrika (1955) Dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun
1955, Soekarno meminta dukungan dari 29 negara peserta KAA dalam penyelesaian sengketa
Irian Barat. Soekarno menyebutkan bahwa perebutan kembali Irian Barat adalah sebuah
upaya untuk meruntuhkan penjajahan di Indonesia secara menyeluruh.
18. Jelaskan upaya konfrontasi ekonomi Indonesia dalam upaya pengembalian Irian Barat
19. Jelaskan kebijakan Trikora dan Komando Mandala dalam upaya pengembalian Irian
Barat.
Operasi Militer ini direncanakan dalam dalam beberapa tahap, di mana tahap pertama
adalah tahap Inflitrasi, yaitu tahapan pendaratan pasukan dari udara dan laut dengan
tujuan untuk penguasaan wilayah dan membawa serta rakyat Irian Barat untuk
membebaskan wilayahnya. Tahap kedua, adalah tahap Eksploitasi dengan
mengadakan serangan terbuka kepada pusat militer Belanda dan semua pos militer
pentingnya. Lalu tahap ketiga adalah tahap Konsolidasi, yaitu menegakkan kekuasaan
Republik Indonesia secara mutlak di seluruh wilayah Irian Barat.
Konflik pertama antara kekuatan komunis dan TNI AD meletus saat 'Madiun Affair'.
Musso dan didukung laskar merah memproklamasikan berdirinya Negara Soviet
Madiun pada tanggal 18 September 1948. Presiden Soekarno menjawabnya dengan
pidato keras. "Pilih Republik Indonesia Soekarno-Hatta atau Musso!" TNI AD
mengerahkan kekuatan Divisi Siliwangi untuk melibas gerakan tersebut. TNI merasa
ditusuk dari belakang karena saat itu mereka sedang bersiap untuk melawan Agresi
Militer Belanda di depan mata. Namun malah pecah Madiun Affair. Musso ditembak
mati dalam pengejaran. Gerakan Madiun ditumpas dalam waktu singkat. Konflik
kedua memanas jelang tahun 1965. TNI AD dan PKI bersaing. Satu-satunya yang
menghalangi pecahnya konflik di antara mereka adalah Presiden Soekarno. TNI AD
menolak mentah-mentah adanya komisariat politik dalam tubuh tentara. Hal semacam
ini biasa diterapkan dalam negara komunis. Selain pimpinan militer, ada wakil partai
politik dalam organisasi tentara. Lalu rencana PKI membentuk angkatan kelima juga
digagalkan TNI AD. Saat itu, PKI meminta buruh tani dipersenjatai untuk
kepentingan bela negara. Berkaca dari tahun 1945, TNI AD menolak karena punya
pengalaman sulitnya mengatur laskar-laskar bersenjata. Aksi PKI menunggangi buruh
dan petani merampas negara berbenturan juga dengan TNI AD. Puncaknya adalah
peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatera Utara. Ribuan petani menyerobot
tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN). Seorang anggota TNI, Pelda
Soedjono tewas dicangkul. Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani marah
besar mendengar hal itu. Yani meminta kasus itu diusut tuntas. Pelda Soedjono
sedang menjalankan tugas negara ketika tewas dikeroyok. Sampai hari ini TNI AD
masih mewaspadai gerakan komunis yang disebut mereka sebagai bahaya laten.