Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ILMU KEPERILAKUAN DALAM PERSPEKTIF AKUNTANSI

Mata Kuliah : Akuntansi Keperilakuan


Dosen Pengampu : Wirmie Eka Putra, SE., M.Si.

Disusun oleh :
Weni Febriani (C1C018161)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2020
1
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugerah dari-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Ilmu Keperilakuan dalam Perspektif Akuntansi”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi nilai tugas untuk mata kuliah “Akuntansi
Keperilakuan”. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat membantu kita semua untuk
mengetahui dan mempelajari bagaimana ilmu keperilakuan dalam perspektif akuntansi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.

Jambi, 18 September 2020

2
Daftar isi

Kata Pengantar ................................................................................................................................ 2


Daftar Isi ......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 4
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
A. Ilmu Keperilakuan dalam Perspektif Akuntansi ........................................................................ 6
B. Dimensi Akuntansi Keperilakuan .............................................................................................. 8
C. Akuntansi keperilakuan: Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional ........................... 10
D. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi keperilakuan ........................................................ 11
E. Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan ................................................................ 14
F. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan ........................... 15
G. Pengaruh Organisasi Terhadap Perubahan Perilaku ................................................................. 16
BAB III KESIMPULAN ............................................................................................................ 19
Daftar Pustaka ............................................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu keperilakuan dalam perspektif akuntansi di pertimbangkan sebagai dasar dalam
memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan guna meningkatkan ekonomi
dalam suatu organisasi. Terkait dengan akuntansi adalah tentang manusia dan tindakan, semua
anggota harus memiliki tindakan berdasarkan pemikiran perilaku, manusia, dan faktor sosial guna
mencapai tujuan organisasi. Alasan berikutnya mengapa mempertimbangkan aspek keperilakuan
pada akuntansi adalah didasarkan padaa konsepsi bahwa akuntansi juga terkait dengan ekonomi
dan politik.
Informasi ekonomi tidak hanya melaporkan data keuangan, melainkan juga data non-
keuangan yang terkait dengan proses pengambilan keputusan. Ruang lingkup akuntansi
keperilakuan begitu luas dan dibagi menjadi tiga bidang besar. Sangat banyak keuntungan
ekonomi dan keuntungan manusia yang didapat dari pengenalan aspek keperilakuan dalam
akuntansi. Diperlukan suatu masukan informasi keperilakuan guna melengkapi data keuangan dan
data lain yang dilaporkan. Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, teori-teori akuntansi
keperilakuan dikembangkan dari riset empiris terhadap perilaku manusia dalam organisasi. Yaitu
dari pendekatan normatif ke deskriptif dan dari pendekatan universal ke pendekatan kontinjensi.
Para akuntan menyadari proses akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian
ekonomi makro yang dihasilkan dari perilaku manusia dan akuntansi itu sendiri, serta dari
beberapa faktor yang dapat memengaruhi perilaku, yang pada gilirannya secara bersamaan akan
menentukan semua keberhasilan peristiwa ekonomi.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Ilmu Keperilakuan dalam Perspektif Akuntansi?
2. Apa Dimensi Akuntansi Keperilakuan?
3. Apa itu Akuntansi keperilakuan: Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional?
4. Bagaimana Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi keperilakuan?
5. Apa saja Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan?
6. Apa Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan?
7. Bagaimana Pengaruh Organisasi Terhadap Perubahan Perilaku?

4
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ilmu Keperilakuan dalam Perspektif Akuntansi?
2. Untuk Mengetahui Apa Dimensi Akuntansi Keperilakuan?
3. Untuk Mengetahui Apa itu Akuntansi keperilakuan: Perluasan Logis dari Peran Akuntansi
Tradisional?
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi keperilakuan?
5. Untuk Mengetahui Apa saja Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan?
6. Untuk Mengetahui Apa Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi
Keperilakuan?
7. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Organisasi Terhadap Perubahan Perilaku?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Ilmu Keperilakuan dalam Perspektif Akuntansi

1. Akuntansi adalah Tentang Manusia


Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan faktor sosial didesain secara jelas dalam
aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Belum pernah ada sudut pandang
semacam itu, dan para akuntan belum pernah mengoperasikan perilaku kepada suatu
yang vakum. Para akuntan secara berkelanjutan membuat beberapa asumsi mengenai bagaimana
mereka membuat orang termotivasi, bagaimana mereka menginterprestasikan dan
menggunakan informasi akuntansi, dan bagaimana sistem akuntansi mereka sesuai dengan
kenyataan manusia dan memengaruhi organisasi. Jika akuntan berhubungan dengan
efektifitas dan prosedurperusahaan secara luas, maka mereka juga selayaknya memonitor
ketepatan asumsi yang bersifat kontradiktif terhadap apa yang mereka lihat dan realitas
perusahaan.
2. Akuntansi adalah Tindakan
Dalam organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan
guna mencapai tujuan organisasi. Peran tersebut bergantung pada besarnya porsi tanggung
jawab dan rasa tanggung jawab anggota tersebut terhadap pencapaian tujuan organisasi
tersebut. Rasa tanggug jawab tersebut pada sebagian organisasi dihargai dalam bentuk
penghargaan tertentu. Pencapaian tujuan dalam bentuk kuantitatif juga merupakan salah satu
bentuk tanggung jawab organisasi dalam memenuhi keinginannya untuk mencapai tujuan
dan sasaran organisasi. Peran anggota organisasi sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan.

3. Akuntansi tentang Ekonomi dan Politik (Political economy of accounting-PEA)

Aspek akuntansi dari ekonomi politik bergantung pada hubungan sosial produksi. Teori
ekonomi neoklasik memandang bahwa pelaporan akuntansi dan pengungkapan dipandang sebagai
alat penjaga posisi pihak yang berkuasa terhadap sumber daya (kapital) dan sebaliknya dijadikan
sebagai alat untuk merongrong pihak yang tidak memiliki sumberdaya yang berdampak pada
konflik struktural dalam masyarakat. Sementara itu, dalam teori ekonomi politik, penekanannya
lebih kepada hubungan fundamental antara dorongan ekonomi dan politik dalam masyarakat

6
(Miller, 1994) serta mengakui adanya pengaruh laporan akuntansi terhadap distribusi pendapatan,
kekuasaan, dan kekayaan. Mengingat kuasa (power) yang absolut dapat menciptakan konflik di
masyarakat karena adanya kelompok elit yang di definisikan dengan baik (Well defined elite), pada
gilirannya justru menimbulkan konflik yang berkelanjutan. Meskipun di akui dalam berbagai
konteks, dimensi sosial dari kontrol dan pekerjaan memiliki pola dominasi kekuasaan dan
Perampasan. Namun, fenomena ini semakin nyata dan berkembang.
Cooper dan Sherer (1984) mengatakan bahwa studi akuntansi harus mengenali kekuatan
dan konflik yang ada dalam masyarakat, sehingga dampak pelaporan akuntansi atas distribusi
pendapatan, kekayaan, dan kekuasaan di masyarakat harus menjadi fokus penyelidikan. Akuntansi
dari ekonomi politik berawal dari tulisan Tinker, yang terinspirasi oleh perdebatan modal.
Substansi dari perdebatan ini adalah bahwa kritik ekonomi neoklasik menyarankan bahwa modal
bukan konsep yang bermakna dan, oleh karena itu, keuntungan tidak dapat dipahami sebagai
pengembalian modal dan laba tidak ditentukan dalam sistem Neoklasik. Argumen ini bersifat
teoretis dan memiliki hubungan langsung dengan praktik akuntansi.
Disamping itu, terdapat pula pandangan bahwa ada dua kekuatan yang bertentangan atau
prinsip-prinsip yang menciptakan ketegangan dalam hubungan konstituen dengan pengaturan.
Perusahaan secara proaktif menyediakan informasi dari perspektif mereka untuk mengatur dan
membentuk agenda perdebatan, dan untuk menengahi, menekan, membingungkan, dan mengubah
konflik. Lebih lanjut Muhammad Yamin noch (2013) menyatakan kondisi ini terjadi ketika elit
menggunakan power nya dengan sengaja untuk menjebak masyarakat melalui berfikir akuntansi
yang tidak sejalan dengan keinginan masyarakat. Hal ini menjadikan akuntansi sebagai cara dalam
rangka melakukan penjajahan. Berkaitan dengan laporan akuntansi MCLeod dan Harun
mengemukakan pendapat nya, bahwa: “sangat sedikit warga akan membaca laporan keuangan
pemerintah mereka. Sebagian besar masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk memahami
laporan laporan semacam itu. Sebagian besar warga negara justru akan menilai kinerja pemerintah
nya berdasarkan kualitas pelayanan yang diberikan. Jika mereka peduli dengan korupsi, mereka
cenderung mengandalkan media massa seperti surat kabar, tv, dan radio. Sistem akuntansi terkini
pada sektor publik (bernilai) sebagai salah satu alat pendorong dalam upaya pemberantasan
korupsi”.
MCLeod dan Harun (2009) meyakini kalau masyarakat sebagai stakeholder memiliki
keterbatasan untuk memahami informasi akuntansi. Melalui keterbatasan tersebut elit berusaha

7
memanfaatkan peluang untuk menciptakan laporan akuntansi yang sulit untuk dipahami dan
diakses oleh publik. Disisi lain ketidakpahaman publik justru menjadi konflik karena elit dianggap
dengan sengaja menyembunyikan informasi yang harus diketahui dan bahkan terjadi karena
ketidak jelasan dalam regulasi. Informasi akuntansi digunakan untuk mendukung kelompok
mereka yang berkuasa dalam masyarakat. Kebutuhan terhadap informasi akuntansi juga
dipengaruhi oleh jenis organisasi nya, karena stakeholder di sektor privat dan publik memiliki
kepentingan yang berbeda.

B. Dimensi Akuntansi Keperilakuan


Akuntansi biasanya hanya terpusat pada pelaporan informasi keuangan. Selama beberapa
dekade terakhir, para manajer dan akuntan profesional mulai menyadari kebutuhan akan tambahan
informasi ekonomi yang dihasilkan oleh sistem akuntansi. Oleh karena itu, informasi ekonomi
dapat ditambah dengan tidak hanya melaporkan data keuangan, melainkan juga data non-keuangan
yang terkait dengan proses pengambilan keputusan. Berdasarkan kondisi ini, wajar jika akuntansi
sebaiknya memasukkan dimensi keberlakuan dari berbagai pihak yang terkait dengan informasi
yang dihasilkan oleh sistem Akutansi.

1. lingkup akuntansi keperilakuan


Akuntansi keperilakuan berada di balik peran akuntansi tradisional yang mencakup
pengumpulan, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan informasi keuangan. Dengan demikian,
dimensi akuntansi berkaitan dengan perilaku manusia sekaligus juga dengan desian, konstruksi,
serta penggunaan suatu sistem informasi akuntansi yang efisien. Dengan mempertimbangkan
hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, akuntansi keperilakuan mencerminkan
dimensi sosial dan budaya manusia dalam suatu organisasi. Ruang lingkup akuntansi keperilakuan
sungguh luas, antara lain:
1) Aplikasi dari konsep ilmu keperilakuan terhadap desain dan konstruksi sistem akuntansi,
2) Studi reaksi manusia terhadap format dan isi laporan akuntansi, cara di mana informasi diproses
untuk membantu pengambilan keputusan,
3) Cara di mana informasi diproses untuk membantu pengambilan keputusan,
4) Pengembangan teknik pelaporan yang dapat mengomunikasikan perilaku para pengguna data,
dan

8
5) Pengembangan strategi guna memotivasi dan mempengaruhi perilaku, cita cita, serta tujuan dari
orang-orang yang menjalankan organisasi. Secara umum lingkup dari akuntansi keperilakuan
dapat dibagi menjadi tiga bidang besar sebagai berikut:
a. Pengaruh perilaku manusia berdasarkan desain, konstruksi, dan penggunaan sistem
akuntansi. Bidang akuntansi ke perilaku one ini mempunyai kaitan dengan sikap dan filosofi
manajemen yang memengaruhi sifat dasar pengendalian akuntansi yang digunakan dalam
organisasi.
b. Pengaruh sistem akuntansi terhadap perilaku manusia. Bidang akuntansi ke perilaku one
ini berkenaan dengan bagaimana sistem akuntansi memengaruhi motivasi, produktivitas,
pengambilan keputusan, kepuasan kerja, serta kerjasama.
c. Metode untuk memprediksi dan strategi untuk mengubah perilaku manusia. Bidang ketiga
dari akuntansi ke perilaku one ini mempunyai hubungan dengan cara sistem akuntansi
digunakan sehingga memengaruhi perilaku.

2. Aplikasi dari akuntansi keperilakuan


Sangat banyak keuntungan ekonomi dan keuntungan manusia yang didapat dari pengenalan
aspek keperilakuan dalam akuntansi. seorang akuntan keperilakuan pasti ingin mengetahui
penyebab dari sikap dan perilaku yang sepertinya akan diulangi di masa mendatang. Jika yang
terulang adalah perilaku yang tidak dinginkan maka dapat disimpulkan terdapat proses penyusunan
anggaran yang tidak efisien. Oleh karena itu, akuntan keperilakuan akan mendukung strategi untuk
mengubah keadaan perilaku untuk membuatnya sesuai dengan fungsi organisasi yang dinginkan.
Tugas akuntan keperilakuan dalam situasi ini adalah menyelidiki bagaimana perilaku orang saat
ini dan bagaimana mereka memandang pekerjaan, perusahaan, dan rekan rekan kerja mereka.
Selanjutnya informasi keberlakuan tersebut dapat digunakan untuk membuat penilaian mereka
sendiri tentang bagaimana kemungkinan orang akan berperilaku di masa mendatang dan
bagaimana pola perilaku ini akan mempengaruhi potensi relatif laba masa mendatang dari setiap
perusahaan. Untuk tujuan internal akuntan keperilakuan tidak hanya menyediakan informasi
mengenai sikap karyawan kepada manajemen, melainkan juga alasan alasan mereka bersikap
demikian dan rekomendasi untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.

9
C. Akuntansi keperilakuan: Perluasan Logis dari Peran Akuntansi Tradisional
Pengambilan keputusan dengan menggunakan laporan akuntansi dapat menjadi lebih baik
jika laporan tersebut banyak mengandung informasi yang relevan. Akuntansi mengakui adanya
fakta ini melalui prinsip Akutansi yang dikenal dengan pengungkapan penuh. Prinsip ini
mengharuskan mencantumkannya penjelasan yang tidak hanya berfungsi sebagai pengganti dan
penambah informasi yang mendukung laporan data keuangan perusahaan, melainkan juga sebagai
laporan yang menjelaskan kritik terhadap kejadian kejadian non-keuangan. Informasi tambahan
ini dilaporkan baik dalam satu kerangka laporan keuangan maupun dalam catatan atas laporan
keuangan perusahaan.
Bentuk lanjut dari gambaran ekonomi suatu perusahaan secara logis memerlukan aplikasi
dari prinsip pengungkapan penuh. Untuk itu, diperlukan suatu masukan informasi keperilakuan
guna melengkapi data keuangan dan data lain yang dilaporkan. Sukar dipahami jika dikatakan
bahwa pengambil keputusan tidak tertarik terhadap informasi tambahan yang relevan karena
menganggap informasi tersebut tidak memiliki nilai tambah. Surat kabar bisnis, news letter, dan
majalah bisnis lainnya sering melaporkan filosofi manajerial perusahaan, semangat manajer
tingkat menengah, keberhasilan relatif dari pendekatan inovatif terhadap manajemen operasional,
dan pengaruh dari pandangan serta aktivitas manajerial terhadap masalah operasi, laba, negosisasi
pekerja, serta sikap terhadap kekuatan dalam pekerjaan. Tekanan dalam bidang bisnis juga
memberikan informasi mengenai implikasi dari gejala keperilakuan ini terhadap operasional, dan
pengaruh dari pandangan serta aktivitas manajerial terhadap masalah operasi, laba, negosisasi
pekerja, serta sikap terhadap kekuatan dalam pekerjaan. Tekanan dalam bidang bisnis juga
memberikan informasi mengenai implikasi dari gejala keberlakuan ini terhadap keberhasilan
perusahaan di masa depan.
Beberapa ahli membantah pernyataan bahwa informasi pada dimensi perilaku organisasi
tidaklah berguna bagi para pengambil keputusan internal maupun eksternal. Tekanan yang
bersumber dari laporan keuangan perusahaan juga didasarkan pada implikasi dari fenomena
keperilakuan bagi keberhasilan organisasi di masa depan. Telah di akui bahwa kekuatan para
akuntan terletak pada pengalaman mereka selama ber abad-abad dalam memenuhi kebutuhan
informasi dari pengguna eksternal maupun internal, guna pengambilan keputusan bisnis. Informasi
tersebut biasanya mencakup berbagai data keuangan yang berkaitan dengan berbagai jenis situasi
keputusan. Para akuntan berkualitas akan memperhitungkan gejala keperilakuan dalam melakukan

10
penyelidikan karena mereka mengetahui data keperilakuan sangat berarti untuk melengkapi data
keuangan. Lebih lanjut, para akuntan menjadi satu-satunya kelompok yang secara logis mampu
mengikuti sertakan informasi ke perilaku one ke dalam laporan keuangan bisnis yang ada.
Sejak meningkatnya pengakuan terhadap beberapa aspek perilaku dan sosial dari akuntansi
belakangan ini, terdapat suatu kecenderungan untuk memandang bagian akuntansi yang lebih
substansial secara lebih luas. Perspektif perilaku menurut pandangan ini telah dipenuhi dengan
baik oleh akuntansi sehingga sistem akutansi menjadi lebih dapat dicerna dan bisa diterima oleh
manajer dan karyawan. Layanan akuntansi mungkin juga telah sampai pada puncak permasalahan
yang rumit dan gagasan akuntansi dapat muncul dari berbagai nilai yang ada. Namun,
pertimbangan sosial dan perilaku dalam akuntansi tidak berarti mengubah resep dari tugas
akuntansi secara radikal. Menurut pandangan populer ini, para akuntan perusahaan dan masyarakat
akademis mulai mengembangkan perspektif mereka sendiri dalam mendekati beberapa pengertian
yang mendalam mengenai pemahaman atas perilaku manusia pada organisasi.

D. Landasan Teori dan Pendekatan Akuntansi keperilakuan


Sebagai bagian dari ilmu keperilakuan, teori-teori akuntansi keberlakuan dikembangkan
dari riset empiris terhadap perilaku manusia dalam organisasi. Dengan demikian, peranan riset
dalam pengembangan ilmu itu sendiri sudah tidak diragukan lagi. Ruang lingkup di bidang
akuntansi keperilakuan sangat luas, bukan hanya meliputi bidang akuntansi manajemen, tetapi juga
menyangkut bidang etika, audit, sistem informasi akuntansi, bahkan akuntansi keuangan.

1. Dari Pendekatan Normatif ke Pendekatan Deskriptif


Pada awal perkembangan nya desain riset dalam bidang akutansi manajemen masih sangat
sederhana, yaitu hanya fokus pada masalah perhitungan harga pokok produk. Seiring dengan
perkembangan teknologi produksi, permasalan riset diperluas dengan diangkatnya topik mengenai
penyusunan anggaran, akuntansi pertanggungjawaban, dan masalah harga transfer. Meskipun
demikian, berbagai riset tersebut masih bersifat normatif karena hanya mengangkat permasalahan
mengenai desain pengendalian manajemen dengan berbagai model matematis, seperti arus kas
yang di diskonto atau pemrograman linier guna membantu manajer dalam mengambil keputusan
ekonomi yang optimal, tanpa melibatkan faktor faktor lain yang mempengaruhi efektivitas desain
pengendalian manajemen, seperti perilaku manusia serta kondisi lingkungan organisasi. Pada masa
itu, berbagai faktor tersebut dianggap sebagai kotak hitam yang kurang diperhatikan.

11
Sejak tahun 1950an, tepatnya sejak C.Argyris menerbitkan risetnya pada tahun 1952,
desain riset akuntansi manajemen mengalami perkembangan yang signifikan dengan dimulainya
usaha untuk menghubungkan desain sistem pengendalian manajemen suatu organisasi dengan
perilaku manusia. Sejak saat itu, desain riset lebih bersifat deskriptif dan diharapkan lebih bisa
menggambarkan kondisi nyata yang dihadapi oleh para pelaku organisasi. Sejak riset Argyris yang
berjudul “The impact of budget on people”, suatu studi yang di sponsori oleh The Controllership
foundation Cornell university school of business and public administrative, sejarah penelitian
akuntansi keperilakuan mulai berkembang. Sejak saat itu, tumbuhlah kesadaran untuk
mengintegrasikan ilmu akuntansi dengan ilmu keperilakuan, terutama ilmu pisikologi dalam riset
akuntansi.
Riset Argyris tersebut menguji peranan informasi akuntansi menggunakan “Reliance on
Accounting Performance Measures” (RAPM) sebagai alat untuk mencari jawaban atas dugaan
bahwa informasi akuntansi yang digunakan perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap
karyawannya. Kesimpulan risetnya menyebutkan RAPM dapat menimbulkan dampak negatif
yang menyebabkan munculnya perilaku disfungsional, seperti ketegangan, dendam, curiga,
khawatir, dan kurang percaya diri.
Hasil riset Argyris selama dua dekade tidak ditanggapi oleh para peneliti lain sampai pada
tahun 1972 ketika hopwood membuka kembali topik tersebut dengan mengajukan pertanyaan
“apakah perilaku negatif para manajer tersebut merupakan konsekuensi dari penggunaan informasi
akuntansi dalam penilaian kinerja, atau paling tidak akibat ketidaksempurnaan sistem akutansi,
atau hal tersebut tergantung pada cara yang tepat dalam penggunaan informasi akuntansi
tersebut?” secara lebih spesifik, riset tersebut menguji pengaruh jenis penilaian kinerja yang
meliputi: gaya keterbatasan anggaran (budget constrained style), gaya sadar laba (Profit concious
style), dan gaya non-akuntansi (non-accounting style) terhadap ketegangan terkait kerja (job-
related tensions), tekanan biaya (cost tension), persepsi karyawan terhadap keadilan dari penilaian
kinerja, dan persepsi karyawan terhadap penyelianya. Bahkan sampai saat ini, berbagai variabel
dari riset tersebut banyak digunakan oleh para peneliti lain.

2. Dari Pendekatan Universal ke Pendekatan Kontinjensi


Riset akuntansi keperilakuan pada awalnya dirancang dengan pendekatan universal, seperti
riset Argyris pada tahun 1952. Namun, karena pendekatan ini memiliki banyak kelemahan, maka
segera muncul pendekatan lain yang selanjutnya mendapat perhatian besar dalam bidang riset,

12
yaitu pendekatan kontinjensi. Secara umum, teori ini menyatakan penyusunan dan penggunaan
desain sistem pengendalian manajemen bergantung pada karakteristik organisasi dan kondisi
lingkungan di mana sistem tersebut akan diterapkan. Teori ini menanggapi klaim dari pendekatan
universal yang mencatat yang menyatakan suatu sistem pengendalian bisa diterapkan dalam
karakteristik perusahaan dan kondisi lingkungan apapun pendekatan universal tersebut didasarkan
pada teori manajemen ilmiah.
Berbagai riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi dilakukan dengan tujuan
mengidentifikasi berbagai variabel kontinjensi yang memengaruhi perancangan dan penggunaan
sistem pengendalian manajemen. Secara ringkas, berikut berbagai variabel kontinjensi yang
mempengaruhi desain sistem pengendalian manajemen tersebut.
a. Ketidakpastian, seperti tugas, rutinitas, repetisi, dan faktor faktor eksternal lainnya,
b. Teknologi dan saling ketergantungan, seperti proses produksi, produk massal, batch yang kecil
atau besar, dan sebagainya,
c. Industri, Perusahaan, dan unit variabel, seperti kendala masuk ke dalam industri, rasio
konsentrasi, dan ukuran perusahaan,
d. Strategi kompetitif, seperti penggunaan biaya rendah atau keunikan.
e. Faktor faktor yang diamati, seperti desentralisasi, Sentralisasi, budaya organisasi, dan
sebagainya.
Kompleksitas desain riset yang menggunakan pendekatan kontinjensi bisa dibagi dalam
empat tingkatan. Pertama, desain riset yang menghubungkan satu variabel kontinjensi dengan satu
variabel sistem pengendalian. Kedua, Desain riset sedang menguji interaksi antara satu variabel
kontinjensi dan satu variabel sistem pengendalian terhadap variabel independen tertentu, seperti
kinerja kepuasan kerja. Ketiga, desain riset yang berinteraksi antara satu variabel kontinjensi
dengan lebih dari satu variabel sistem pengendalian manajemen terhadap variabel konsekuensi.
Terakhir, tingkat keempat, adalah desain riset yang memasukkan berbagai variabel kontinjensi
untuk menentukan desain pengendalian yang optimal.
Salah satu riset awal menggunakan teori kontinjensi adalah burns dan Waterhouse. Riset
mereka menemukan bahwa pengendalian melalui anggaran bergantung pada berbermacam-macam
ke aspek, seperti tingkat desentralisasi dan sentralisasi, serta sampai sejauh apa kegiatan yang ada
terstruktur. Merchant menemukan bahwa terdapat hubungan kontijensi antara perusahaan (ukuran
perusahaan, jenis produk dan desain organisasi) dan penggunaan informasi akuntansi.

13
Gordon dan Narayanan meneliti pengaruh lingkungan dan struktur organisasi terhadap
sistem akutansi. Hasil riset mereka menunjukkan bahwa sistem informasi akuntansi dan struktur
organisasi yang diterapkan oleh perusahaan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Sementara itu,
Chenhall dan Morris meneliti tentang hubungan antara variabel kontinjensi ketidakpastian
lingkungan dan ketergantungan organisasi terhadap hubungan antara struktur organisasi dan
persepsi atas manfaat sistem akuntansi.
Sejak tahun 1970an, banyak peneliti mengangkat masalah tentang aspek aspek motivasi
dalam desain akutansi manajemen. Teori perilaku organisasi yang banyak digunakan dalam desain
riset adalah teori motivasi kerja dengan berbagai pendukungnya. Secara garis besar, Ada tiga
golongan besar teori motivasi kerja, yaitu: (1) teori isi, (2) teori proses atau teori harapan yang
lebih fokus pada faktor faktor yang mempengaruhi proses kognitif seseorang untuk bekerja, serta
(3) teori kontemporer, teori isi terdiri atas hierarki kebutuhan Maslow, teori dua faktor Hezberg,
serta teori ERG (ERG Theory) Alderfer. Teori proses adalah teori motivasi dikemukakan oleh
Vroom serta Porter d Dan Lawler, sementara teori kontemporer terdiri atas teori ekuitas dan teori
atribusi. Diantara berbagai teori motivasi tersebut, teori motivasi kerja yang paling dominan
digunakan dalam pengembangan riset akuntansi keperilakuan adalah teori harapan dan teori
atribusi selain kedua teori tersebut, teori motivasi lain yang juga banyak digunakan dalam riset
adalah teori penetapan tujuan yang dikemukakan oleh Edwin A. Locke.

E. Lingkup dan Sasaran Hasil Akuntansi Keperilakuan


Pada masa lalu, para akuntan semata-mata berfokus pada pengukuran pendapatan dan
biaya dalam mempelajari pencapaian kinerja perusahaan di masa lalu guna memprediksi masa
depan. Mereka mengabaikan fakta bahwa kinerja masa lalu adalah hasil masa lalu dari perilaku
manusia dan kinerja masa lalu itu sendiri merupakan suatu faktor yang akan memengaruhi perilaku
di masa depan. Mereka melewatkan fakta bahwa arti pengendalian secara penuh dari suatu
organisasi harus diawali dengan memotivasi dan mengendalikan perilaku, tujuan, serta cita cita
individu yang saling berhubungan dalam organisasi. Para akuntan keperilakuan memusatkan
perhatian mereka pada hubungan antara perilaku dan sistem akuntansi. Mereka menyadari proses
akuntansi melibatkan ringkasan dari sejumlah kejadian ekonomi makro yang dihasilkan dari
perilaku manusia dan akutansi itu sendiri, serta dari beberapa faktor yang dapat memengaruhi
perilaku, yang ada gilirannya secara bersamaan akan menentukan semua keberhasilan peristiwa
ekonomi.
14
Para akuntan melihat keperilakuan kenyataan bahwa perusahaan melakukan penjualan
terlebih dahulu mempertimbangkan perilaku juru tulis yang mencatat pesanan pelanggan melalui
telepon. Para juru tulis tersebut harus menyadari bahwa tujuan mereka melakukan pekerjaan itu
adalah untuk kelangsungan hidup organisasi. Para akuntan keperilakuan juga menyadari bahwa
mereka bebas mendesain sistem informasi untuk memengaruhi motivasi, semangat, dan
produktivitas karyawan. Tanggung jawab mereka menjangkau keluar pengumpulan dan
pengukuran data yang sederhana untuk mencakup persepsi dan penggunaan laporan akutansi oleh
orang lain. Akuntan keperilakuan percaya bahwa tujuan utama laporan akuntansi adalah
memengaruhi perilaku dalam perusahaan dalam merundingkan kerjasama dengan kelompok
organisasi lainnya sangat ditentukan oleh apakah orang orang di organisasi tersebut berjalan ke
arah tujuan sama dengan perusahaan tersebut atau malah ke arah yang berlawanan. Kondisi ini
sangat mungkin terjadi karena bentuk dan isi dari laporan anggaran telah melemahkan
produktivitas karyawan sehingga orang orang pada akhirnya tidak dapat bekerjasama. mereka
mungkin bahkan menciptakan konflik internal dan memprakarsai kepuasan individu. Pengenalan
hubungan timbal balik antara akuntansi dan perilaku telah memunculkan modifikasi atas definisi
akuntansi konvensional. Definisi Akuntansi terbaru dalam lingkaran profesional akademis
menyiratkan komunikasi dan pengukuran data ekonomi untuk berbagai pengambilan keputusan
serta sasaran hasil keperilakuan lainnya.

F. Persamaan dan Perbedaan Ilmu Keperilakuan dan Akuntansi Keperilakuan


Ilmu keperilakuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi keperilakuan
manusia. Akuntansi keperilakuan menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi.
Para akuntan keperilakuan bertanya tanya mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari
menghubungkan antara keperilakuan manusia dengan akuntansi. Para akuntan keperilakuan
bertanya-tanya mengenai pengaruh yang ditimbulkan dari pengerjaan proses akuntansi.
Pengerjaan proses akuntansi ketika individu dan perilaku disatukan, dan pengaruh perilaku
manusia berdasarkan proses akuntansi? Para akuntan keperilakuan juga tertarik untuk melihat
bagaimana keperilakuan dapat memengaruhi perubahan atas sejarah akuntansi dilaksanakan dan
bagaimana prosedur laporan akuntansi dapat digunakan lebih efektif untuk membantu individu
dan organisasi dalam mencapai tujuannya.
Ilmu keperilakuan merupakan bagian dari ilmu sosial, sedangkan akuntansi keperilakuan
merupakan bagian dari ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Oleh karena itu, ilmuwan
15
keperilakuan terlibat dalam riset terhadap aspek-aspek teori motivasi, kepuasan sosial, maupun
bentuk sikap. Sementara itu, para akuntan keperilakuan menerapkan unsur-unsur khusus dari riset
atau teori tersebut untuk menghasilkan hubungan dengan situasi akuntansi yang ada. Namun, para
akuntan keperilakuan tidak akan mempelajari seluruh aspek tersebut karena sebagian berada di
luar batasan akuntansi. Meskipun demikian, temuan studi Antropologi membuktikan relevansi
dalam menjelaskan hubungan antara orang orang dan sistem akuntansi sehingga para akuntan
keperilakuan perlu mempertimbangkan nya dengan saksama.
Perbedaan antara akuntansi keperilakuan dan ilmu keperilakuan terletak di luar persamaan
permukaan mereka. Akuntansi adalah sebuah profesi, dan menjadi akuntan berarti dilatih untuk
berfikir dan bertindak secara profesional. Pelatihan ini berbeda dari pengalaman dengan
seluruhnya diperoleh dari observasi ketika ingin menjadi ilmuwan. Beberapa perbedaan spesifik
antara akuntansi keperilakuan dan ilmuwan keperilakuan terletak pada arus dari penyimpangan
latar belakang pendidikan mereka.

G. Pengaruh Organisasi Terhadap Perubahan Perilaku


Perubahan adalah sesuatu yang wajib terjadi terhadap segala sesuatu di bumi ini. Filosofi
mendasar inilah yang harus diyakini oleh semua pimpinan atas bawahannya. Hal yang perlu
dipahami adalah bahwa segala perubahan terjadi dengan proses, tidak ada perubahan tanpa proses.
Mengelola perubahan organisasi membutuhkan waktu terutama karena menggabungkan
kemampuan dan sumber daya manusia dengan kondisi organisasi yang baru membutuhkan waktu.
Lebih dari itu proses perubahan itu sendiri membutuhkan waktu karena organisasi merupakan
sistem yang kompleks dengan berbagai ketergantungan, dengan mengadakan perubahan berarti
kolaborasi dan kemitraan antar manajer lini profesional sumber daya manusia (SDM) dan semua
karyawan. Idealnya kerjasama ini terjadi selama berlangsungnya semua perubahan, dimulai dari
pengertian terhadap sifat perubahan organisasi itu sendiri dan terus berlanjut pada perencanaan,
pelaksanaan, penilaian kembali dan penyesuaian kembali sumber daya manusia.
Perubahan adalah membuat sesuatu menjadi berbeda. Adapun perubahan terencana
merupakan kegiatan perubahan yang disengaja dan berorientasi tujuan. Tujuan perubahan
terencana tersebut adalah: (1) perubahan itu mengupayakan perbaikan kemampuan organisasi
untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan dan lingkungan, dan (2) perubahan itu
mengupayakan perubahan perilaku karyawan. Robins mengemukakan bahwa yang bertanggung
jawab untuk mengelola kegiatan perubahan adalah agen perubahan, di mana agen perubahan
16
tersebut bisa manajer atau bukan manajer, karyawan atau konsultan luar. Sementara yang dapat
diubah oleh agen perubahan pada hakikatnya dapat dikelompokkan dalam empat kategori:
struktur, teknologi, pengaturan fisik, dan orang. Mengubah struktur mencakup pembuatan
perubahan dalam hubungan wewenang, mekanisme koordinasi dan rancang ulang pekerjaan.
Mengubah teknologi meliputi modifikasi dalam cara kerja yang diproses dan dalam metode serta
peralatan yang digunakan.
Mengubah setting fisik meliputi pengubahan ruang dan pengaturan tata letak dalam tempat
kerja. Mengubah orang pada perubahan dalam sikap, keterampilan, pengharapan, persepsi dan
perilaku karyawan. Kekuatan lingkungan kondisi ekonomi (karakteristik angkatan kerja, kualitas
sosial) menyebabkan perubahan organisasi berubah dari waktu ke waktu dan dari satu bisnis ke
bisnis lainnya, tetapi proses perubahan itu sendiri bersifat konstan. Terdapat tiga contoh perubahan
organisasi memiliki implikasi utama terhadap pengelolaan sumber daya manusia dan sangat
mungkin tetap berlangsung di abad 21:
A. perubahan yang terus berlangsung ke arah strategi yang memfokuskan pada konsumen dan
kualitas menyeluruh,
B. restrukturisasi organisasi dan terus berlangsungnya upaya perampingan perusahaan dan
pemutusan hubungan kerja, dan
C. Inisiatif untuk merespons terhadap tuntutan angkatan kerja yang semakin beragam.
Pengaruh organisasi terhadap perubahan perilaku berkaitan dengan pengembangan
organisasi. Pengembangan organisasi merupakan suatu kumpulan intervensi perubahan terencana,
yang dibangun di atas nilai nilai humanistik demokratis, yang berupaya memperbaiki ke efektifan
organisasi dan kesejahteraan karyawan. Fokus utama teori dan praktik pengembangan organisasi
adalah aspek sumber daya manusia organisasi dan aspek sosial organisasi. Pengembangan
organisasi hampir selalu berfokus pada nilai, sikap, kepemimpinan, iklim organisasi, dan variabel
manusia. Pembangunan organisasi mengonsentrasikan pada perasaan dan emosi, ide dan konsep,
menempatkan pentingnya pertimbangan pada keterlibatan individual dan partisipasi.
Manusia bekerja dengan dibatasi oleh organisasi. Perilaku nya dipengaruhi oleh banyak
faktor, termasuk ukuran organisasi dan struktur: gaya kepemimpinan atau filosofi manajemen,
otoritas atau hubungan pertanggung jawaban, hubungan status, dan norma kelompok juga turut
memengaruhi perilaku dan fungsi organisasi.

17
Orang dalam organisasi saling bertukar jaringan informasi di dalam kantor atau di luar
kantor. Informasi tersebut mungkin saja akurat, disimpangkan, atau palsu. berdasarkan informasi
yang diterima dan kemudian diperas oleh seseorang, keputusan yang diambil dan sikap dibentuk.
Misalnya jaringan informasi karyawan kantor mungkin menyatakan bahwa kerja keras dan kerja
merupakan jaminan untuk memperoleh pekerjaan dan promosi. Jaringan informasi non karyawan
kantor mungkin mengindikasikan sebaliknya. Keputusan yang diambil berdasarkan informasi
yang sudah disimpangkan atau informasi palsu dapat memengaruhi pada terbentuknya sikap
pekerjaan dan sikap organisasi serta kepemimpinan yang tidak kondusif bagi efisiensi operasional.

18
BAB III

KESIMPULAN

Ilmu pengetahuan mempunyai kaitan dengan penjelasan dan prediksi mengenai


keperilakuan manusia. Ilmu keperilakuan dalam perspektif akuntansi di pertimbangkan sebagai
dasar dalam memilih informasi yang relevan terhadap pengambilan keputusan guna meningkatkan
ekonomi dalam suatu organisasi. Berdasarkan pemikiran perilaku, manusia dan faktor sosial
didesain secara jelas dalam aspek operasional utama dari seluruh sistem akuntansi. Dalam
organisasi, semua anggotanya mempunyai peran yang harus dimainkan guna mencapai
tujuan organisasi. Aspek akuntansi dari ekonomi politik bergantung pada hubungan sosial
produksi. Dimensi akuntansi keperilakuan terdiri dari lingkup akuntansi keperilakuan dan aplikasi
dari akuntansi keperilakuan. Landasan teori dan pendekatan akuntansi keperilakuan yaitu dari
pendekatan normatif ke deskriptif dan dari pendekatan universal ke pendekatan kontinjensi.
Ketika ilmu pengetahuan keperilakuan merupakan bagian ilmu sosial, akuntansi
keperilakuan merupakan bagian ilmu akuntansi dan pengetahuan keperilakuan. Oleh karena itu,
ilmuan keperilakuan terlibat dalam riset terhadap aspek-aspek teori motivasi, kepuasan sosial,
maupun bentuk sikap. Akuntansi keperilakuan praktis diterapkan melalui penggunaan riset ilmu
keperilakuan untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

Arfan Ikhsan Lubis, 2017. Akuntansi Keperilakuan, Penerbit Salemba empat.

Cooper dan M. Sherer, 1984. “The Value of Corporate Accounting Reports: Arguments for a
Political Economy of Accounting”. Accounting Organization and Society. 9 (3/4): 207-232.

Muhammad Yamin Noch. 2013. Analisis Political Economy of Accounting atas Dana Otonomi
Khusus Provinsi Papua. Disertasi Universitas Brawijaya. Tidak terpublikasi.

Siegel, Gary, dan Marcony H. R. 1989. Behavioral Accounting. Cincinati, Ohio: South-Western
Publishing Co.

20

Anda mungkin juga menyukai