NIM : 181151
Kelas : 3D
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama (inisial) : An. F
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat tgl lahir : Jakarta, 22 November 2006
d. Umur : 14th 2bln 7hr
e. Pengkajian (Tgl/Jam) : 29/01/2021 / 15.15 WIB
f. Masuk RS (Tgl/Jam) : 29/01/2021 / 10.20 WIB
g. Ruangan/Kamar : Lumba-lumba / 1204
h. Nomor RM : 2101290826
i. Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
2. Riwayat Sakit Sekarang
Panas tinggi sudah 5 hari, pusing dan mual. Sudah berobat 4 kali ke puskesmas namun
demam tidak turun
3. Riwayat Sakit Sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah sakit seperti ini saat kelas 6 SD
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran (untuk pasien Bayi/Neonatus)
a. Usia kehamilan saat lahir : 38 minggu
b. Cara persalinan : Normal spontan
c. BB dan TB saat lahir : 3,5 kg dan 52 cm
d. Kelainan : Tidak ada kelainan
5. Keadaan Umum
Pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS 15
6. Tanda Vital
TD: 130/76 RR: 20x/menit HR: 100x/menit SH: 40℃
7. Antropometri
BB: 69,3 kg TB: 170 cm LK : 57 cm LLA : 31 cm
8. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala : rambut tampak bersih ukuran simetris
b. Mata : simetris, anikterik, ananemis, isokor
c. Mulut : mukosa tampak pucat, lidah putih, tidak ada caries
d. Hidung : tampak bersih tidak ada cairan
e. Telinga : tampak bersih tidak ada kotoran
f. Thorax : dada tampak simetris, suara nafas vesikuler, pernafasan dalam, tidak
menggunakan otot bantu nafas
g. Abdomen : abdomen teraba lembek
h. Ekstremitas : reflek normal
i. Kulit : tampak kering dan pucat, tidak ada decubitus
9. Sistem Pernafasan/Kardiovaskuler/Pencernaan/Perkemihan dll.
(Dilengkapi pada salah satu system sesuai dengan kasus pasien)
terdapat bitnik-bintik merah di seluruh tubuh pasien,
10. Pola Kebiasaan Saat ini
a. Pola Pemenuhan Nutrisi
Pasien mendapat diit lunak 3x/hari
b. Pola Pemenuhan Cairan
Pasien minum ±500cc/4jam, pasien mendapat terapi Assering 1500cc/24jam
c. Pola Eliminasi
Pasien BAK ±800cc/4jam, pasien belum BAB
d. Pola Tidur
Pasien tidur malam selama 7-8jam dan tidur siang 1-2 jam
e. Pola Aktifitas dan Bermain
Pasien bersekolah online dan lebih suka bermain games di gadget
11. Perkembangan
a. Motorik kasar : ibu pasien mengatakan pasien suka bermain bola saat bersekolah
sebelum ada pandemic
b. Motorik Halus : pasien mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
c. Berbahasa : pasien lancar berbicara Bahasa Indonesia
d. Adaptasi Sosial : pasien tampak pemalu dan sulit bersosialisasi dengan orang baru,
pasien terlihat menolak untuk disuapi makan oleh ibunya saat perawat datang untuk
mengobservasi, ibu pasien mengatakan pasien hanya berteman dengan orang-orang
yang sama dari SD dan lebih suka bermain gadget dirumah.
e. Kognitif : ibu pasien mengatakan di sekolah pasien jarang mendapat juara
kelas namun pasien sering ikut lomba olahraga, ibu pasien mengatakan sering
mengambil keputusan dengan meminta pendapat pasien, pasien terlihat jarang
bertanya mengenai penyakitnya dan jarang mengeluhkan sakit.
2
Pasien mendapat terapi :
IVFD Assering 1500cc/24jam
PCT drip 500mg
Ceftriaxone 2x1gr
Omeprazole 2x40gr
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d Proses Infeksi Virus
2. Defisit Volume Cairan b.d Peningkatan Permeabilitas Kapiler
3. Ansietas b.d Perubahan Status Kesehatan
C. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
(Dibuat berdasarkan urutan prioritas Diagnosis Keperawatan)
D. IMPLEMENTASI
4
1 - Mengganti pakaian pasien dengan bahan yang tipis dan
07.20 menyerap keringat
Hasil : pasien menggunakan kemeja lengan pendek
08.40 - Menganjurkan pasien untuk tidak menggunakan selimut
08.45 yang tebal
Hasil : pasien menggunakan sarung sebagai selimut
- Memberikan terapi obat antipiretik
08.47 Hasil : pasien mendapat PCT 500mg 4x1tab oral
08.30
3 - Mengkaji tingkat kecemasan NIDYA
09.00 Hasil : tingkat kecemasan pasien berkurang NATASYA
- Menjelaskan prosedur perawatan
Hasil : pasien mengatakan paham dengan prosedur
pengobatan yang diberikan
SABTU, - Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
30/01/202 Hasil : pasien mengatakan paham dan mampu melakukan
1 teknik relaksasi nafas dalam
07.20 - Mengajarkan teknik distraksi untuk mengalihkan
07.35 kecemasan
Hasil : pasien main games online di handphone untuk
mengalihkan kecemasannya.
08.30
09.00
5
E. EVALUASI
2 Sabtu/30 S:
Januari - Ps mengatakan merasa lemas dan mual
2021/12.00 O:
WIB - Mukosa tampak kering
- Balance cairan
intake = 4415 output+IWL = 2950+1008
= 457
A : Defisit volume cairan masih ada
P : intervensi dilanjutkan dengan
- pantau balance cairan
- anjurkan pasien untuk lebih banyak minum
- lanjutkan terapi pemberian IVFD Assering 1500cc/24jam
3 Sabtu/30 S:
Januari - Ps mengatakan masih sedikit gelisah setiap dokter visit
2021/12.00 - Ps mengatakan mampu melakukan teknik relaksasi nafas
WIB dalam
O:
- Ps terlihat gelisah saat dokter visit
- Ps terlihat sedikit takut ketika akan diberikan tindakan
pengobatan
- Ps terlihat mampu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
A : ansietas masih ada
P : intervensi dilanjutkan dengan
- kaji penyebab cemas
- informasikan tindakan pengobatan dengan lebih detail
- motivasi orangtua untuk mendampingi ps ketika sedang
dilakukan tindakan pengobatan
- anjurkan teknik distraksi ketika ps merasa cemas
6
Konsep Penyakit DBD/DHF
Pengertian DBD
Demam dengue /DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik ( Sudoyo,2010)
Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi
fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat.Demam
berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever (DHF),Dengue
Fever(DF),demam dengue, dan dengue shock sindrom (DSS) (Widoyono,2008)
Etiologi DBD
Disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus keluarga
floviviridae. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang semuanya
dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue dapat beraplikasi pada nyamuk genius
Aedes (stegomya) dan toxorhynchites (Sudoyo, 2010).
- Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak
jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretik.
- Manifestasi Perdarahan
- Spontan, yaitu petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.
a. Malaise, mual, muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dan kadang-kadang batuk.
c. Pembesaran hati
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat sampai tak teraba, TD menurun,
disertai kulit yang lembab dan dingin terutama pada ujung jari tangan, kaki dan hidung,
lemah, gelisah sampai menurunnya kesadaran. (Rampengan, 2007 ; 127)
a. Laboratorium
7
1. Leukosit : Lekosit menurun
2. Trombosit : Trombositopenia (< 100.000/mm3)
3. Hematokrit : Meningkat > 20 %
4. Hemostasis : Dilakukan DT, APTT, Fibrinogen,.dicurigai adanya perdarahan/
kelainan pembekuan darah
5. Protein/albumin : Hipoprotemia
6. GGOT/SGPT : Meningkat
7. Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
8. Elektrolit : sebagai parometer pemantauan pemberian cairan
9. Imuno serologi
10. IgM : Terdeteksi pada hari ke 3-5, meningkat pada minggu ke3
menghilang setelah 60-90 hari
11. IgG : Pada infeksi primer IgG mula terdeteksi pada hari ke 14, infeksi
sekunder pada hari ke 2
b. Radiologi
Diberi cairan intra vena yang diguyur, seperti : Nacl, RL yang dipertahankan selama
24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak hasilnya dapat diberikan plasma/
plasma ekspander/ dekstran/ prepat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg BB dan
dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi .Transfusi darah diberikan
pada pasien dengan perdarahan gastro intertinal yang hebat dan pada pemeriksaan Hb
dan Ht menurun (Ratna Dewi.Pudiastuti.2011).
Komplikasi DBD
a. Ensepalopati
8
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
b. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.
c. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
d. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
Klasifikasi DBD
a. Derajat I (Ringan)
Demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.
b. Derajat II (Sedang)
Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan yang lain.
c. Derajat III
Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu denyut nadi cepat, lemah,
tekanan darah menurun disertai dengan kulit yang dingin , lembab, dan gelisah.
d. Derajat IV
Derajad III ditambah syok berat, dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis dan asidosis.
(Suriadi,2010)
Patofisiologi DBD
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin serotinin, trombin,histamin) terjadinya :
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravaskular ke intersisial
yang menyebabkan hipovolemia.Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani,2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
ptekie atau perdarahan mukosa di mulut.Hal ini mekanisme hemostatis secara
normal.Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok.Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari(Soegijanto,2006).
Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty.Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
9
mengalami demam,sakit kepala,mual,nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh,ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit,hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening,pembesaran hati (hepatomegali).
10
PATHWAY
11
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas Klien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan ora Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat demam dengue, kemungkinan klien pernah terpapar
dengan virus dengue yang berbeda.
Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari.
Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar (DR.Nursalam.dkk.2005)
Pemeriksaan Fisik
1) TTV : Biasanya jika sudah terjadi di shock ditemukan TD menurun, Nadi
pertama cepat kemudian menurun. Pada hari ke4 atau ke5 suhu tinggi dan jika shock
tiba-tiba turun. Pernafasan cepat.
2) TB : Biasanya tidak ditemukan peningkatan atau penurunan BB dan Lila : biasanya
ditemukan penurunan
3) Kepala
- Lingkar kepala, ukuran ubun-ubun, bentuk kepala
12
I : Biasanya bentuk dada semetris kiri dan kanan Pergerakan dada sama kiri
dan kanan
P : Biasanya sonor
Jantung
A : Biasanya teratur
Abdomen
I : Biasanya perut asites
Ekstremitas
Biasanya akral teraba dingin, kapilarirefill > 3 detik, sianosis, dan terjadi nyeri otot, sendi
dan tulang.
Integumen
Biasanya ada petekie pad kulit, kulit teraba lembab dan dingin, turgor kulit menurun.
Neurologik
Biasanya kesadaran menurun
Pola Kebiasaan
Nutrisi
Makan : kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan menurun / berkurang.
Minum : Biasanya klien dianjuran banyak minum air putih + 1,5 – 2 liter/hari, minum
susu, syrup dan jus jambu biji.
Eliminasi
Miksi : kaji apakah sering BAK, sedikit/ banyak. Pad DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
Defekasi : biasanya anak mengalami diare/ konstipasi.pada DHF grade III - IV bisa
terjadi melena.
Aktivitas perawatan diri
Biasanya kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang.
13
Biasanya istirahat dan tidur anak terganggu karena mengalami nyeri sendi dan otot.
Data psikososial
Biasanya kien ditemukan cemas karena demamnya naik turun dan sering
bertanya-tanya tentang penyakitnya dan kesembuhannya.
Pemeriksaan laboratorium
a Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20 %,Normal Pria 40-
50%,wanita 35-47 %
b Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif
(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total
leukosit) yang pada fase syok meningkat.
14
2.6.1 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
4. kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dindi
ng plasma.
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien
15
Intervensi Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan :
1. Suhu tubuh normal (36 - 37°C).
Intervensi Rasional
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Observasi tanda vital (suhu, 2. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
nadi, tensi, pernafasan) setia keadaan umum pasien.
p 3 jam. 3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan pengu
3. Anjurkan pasien untuk banya apan tubuh meningkatsehingga perlu diimbangi
k minum (2,5 liter/24 jam. dengan asupan cairan yang banyak.
±7) 4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan pengu
4. Berikan kompres hangat. apan yang mempercepat penurunan suhu
5. Anjurkan untuk tidak memak tubuh.
ai selimut dan pakaian yang t 5. pakaian tipis membantu mengurangi penguapa
ebal n tubuh.
6. Berikan terapi cairan intrave 6. pemberian cairan sangat penting bagi pasien de
na dan obat –obatan sesuai ngan suhu tinggi.
program dokter.
2. Pasien bebas dari demam.
2. Nyeri berhubungan dengan prosespatologis penyakit.
Tujuan :
1. Rasa nyaman pasien terpenuhi.
2. Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 1. untuk mengetahui berapaberat nyeri y
2. Berikan posisi yang nyaman, usahaka ang dialami pasien.
n situasi ruangan yang tenang. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa 3. Dengan melakukan aktivitas lain pasien
nyeri. dapat melupakan perhatiannya
4. Berikan obat-obat analgetik terhadap nyeri yang dialami.
4. Analgetik dapat menekanatau mengura
ngi nyeri pasien
3. Gangguan pemenuhan kebutuhannutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan :
1. nutrisi pasien terpenuhi,
16
2. pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /
dibutuhkan.
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, da 1. Untuk menetapkan cara mengatasinya.
n muntah yang dialami pasien. 2. Cara menghidangkan makanan dapat m
2. Kaji cara / bagaimana makanan dihid empengaruhi nafsu makan pasien.
angkan. 3. Membantu mengurangi kelelahan pasie
3. Berikan makanan yang mudah ditela n dan meningkatkan asupan makanan .
n seperti bubur. 4. Untuk menghindari mual.
4. Berikan makanan dalam porsi 5. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuh
kecil dan frekuensi sering. an nutrisi.
5. Catat jumlah / porsi makanan 6. Antiemetik membantu pasien menguran
yang dihabiskan oleh pasien setiap h gi rasa mual dan muntah dan
ari. diharapkan intake nutrisi pasien
6. Berikan obat-obatan antiemetik sesu meningkat.
ai program dokter. 7. Untuk mengetahui status gizi pasien
7. Ukur berat badan pasien setiap ming
gu.
4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
Tujuan :
1. Volume cairan terpenuhi.
Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, p 1. Menetapkan data dasar pasien untuk m
ucat, takikardi) serta tanda-tanda vit engetahui penyimpangan dari
al. keadaan normalnya.
2. Observasi tanda-tanda syock. 2. Agar dapat segera dilakukan tindakan u
3. Berikan cairan intravena sesuai progr ntuk menangani syok.
am dokter 3. Pemberian cairan IV sangat penting bag
4. Anjurkan pasien untuk banyak minu i pasien yang mengalami kekurangan
m. cairan tubuh karena cairan tubuh
5. Catat intake dan output. karena cairan langsung masuk kedalam
pembuluh darah.
4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk
menambah volume cairan tubuh.
5. Untuk mengetahui keseimbangan caira
n.
17
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
Tujuan :
1. Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
2. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2. Kaji hal hal yang 2. Untuk mengetahui tingkatketergantungan pasien dal
mampu atau yang tidak am memenuhi kebutuhannya
mampu 3. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien
dilakukan oleh pasien. pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai
3. Bantu pasien untuk me tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari
menuhi kebutuhan hari pasien tanpa mengalami ketergantunga pada
aktivitasnya sehari hari perawat.
sesua tingkat 4. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
keterbatasan pasien. nya sendiri tanpa bantuan orang lain
4. Letakkan barang
barang ditempat yang
mudah terjangkau oleh
pasien.
Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum pasi memantau kondisi pasien selama masa
en perawatan terutama pada saat terjadi
2. Observasi tanda-tanda vital ti perdarahan sehingga segera diketahui tanda
ap 2 sampai 3 jam. syok dan dapat segera ditangani.
3. Monitor tanda perdarahan. tanda vital normal menandakan keadaan umum
4. Chek haemoglobin, hematok baik.
rit, trombosit Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi se
5. Berikan transfusi sesuai prog hingga pasien tidak sampa syok hipovolemik.
ram dokter. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
6. Lapor dokter bila tampak syo darah yang dialami pasien sebagai acuan
k hipovolemik. melakukan tindakan lebih lanjut.
Untuk menggantikan volume darah serta kompo
nen darah yang hilang.
18
Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut se
segera mungkin.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).
Tujuan :
1. Tidak terjadi infeksi pada pasien.
Intervensi Rasional
1. Lakukan teknik aseptik saat 1. Tindakan aseptik merupakan tindakan pr
melakukan tindakan pemasa eventif terhadap kemungkinan
ngan infus. terjadi infeksi
2. Observasi tanda-tanda vital.. 2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi p
3. Observasi daerah pemasang eradangan dapat diketahui dari penyimp
an infus. angan nilai tanda vital.
4. Segera cabut infus bila tamp 3. Mengetahui tanda infeksi pada pemasan
ak adanya pembengkakan at gan infus.
au plebitis. 4. Untuk menghindari kondisi yang lebih b
uruk atau penyulit lebih lanjut.
8. Resiko terjadinya perdarahan lebihlanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
1. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
2. Jumlah trombosit meningkat.
Intervensi Rasional
1. Monitor tanda penurunan trombosi 1. Penurunan trombosit merupakan tanda
t yang disertai gejala klinis. kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak istira 2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol da
hat pat menyebabkanperdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera melap 3. Membantu pasien mendapatkan penang
or bila ada tanda perdarahan anan sedini mungkin.
lebih lanjut. 4. Memotivasi pasien untuk mau minum ob
4. Jelaskan obat yang diberikan dan m at sesuai dosis yang diberikan.
anfaatnya.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahanya
ng dialami pasien.
Tujuan :
1. Kecemasan berkurang.
Intervensi Rasional
19
1. Kaji rasa cemas yang dialami pasie 1. Menetapkan tingkat kecemasan ya
n. ng dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percayadeng 2. Pasien bersifat terbuka dengan per
an pasien. awat.
3. Tunjukkan sifat empati 3. Sikap empati akan membuat
4. Beri kesempatan pada pasien untu pasien merasa diperhatikan
k mengungkapkan perasaannya dengan baik.
5. Gunakan komunikasi terapeutik 4. Meringankan beban pikiran pasien
.
5. Agar segala sesuatu yangdisampai
kan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif
Evaluasi keperawatan
TTV pasien dalam batas normal
Pasien tidak mengalami hipertermia
Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai porsinya
Pasien dapat beraktifitas seperti biasanya
Nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan
Keseimbangan cairan pasien tetap terjaga dan kebutuhan cairan pasien terpenuhi
Pasien tidak mengalami tanda dan gejala kekurangan volume cairan
Intake dan output kembali normal/seimbang
Pemenuhan nutrisi yang adekuat
Pendarahan tidak terjadi/teratasi
Pengetahuan keluarga bertambah
20
Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Remaja
Pengertian
struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks dengan pola yang teratur meliputi diferensiasi
sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang kemudian akan berkembang
intelektual dan tingkah laku yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan
dapat diartikan sebagai perubahan yangt dialami individu untuk mencapai tingkat kedewasaan
atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif dan kontinyu (berkesinambungan)
dalam diri individu mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2004: 15).
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan remaja adalah proses perubahan
struktur dan fungsi remaja untuk menuju tingkat kedewasaan dan kematangan secara sistematis,
emosi, intelektual, dan tingkah laku yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan.
Remaja pada usia 12-16 tahun jika dilihat dari segi mental dan intelektual bisa dikatakan
dalam tahap menuju sempurna. Menurut Alfried Binet, kemampuan anak untuk mengerti
mengenai informasi abstrak baru sempurna di usia ke-12 tahun. Dan pada usia ke-14 tahun si
anak sempurna di dalam mengambil kesimpulan dan informasi abstrak. Pada keadaan ini (remaja
awal) mereka cenderung mempercayai apa yang ada dalam pikirannya. Dalam hal ini akan
membuat anak menjadi tidak mau menerima pendapat orang lain dan menyebabkan mereka tidak
takut menentang orang tua ataupun guru sehingga dalam hal ini diperlukan peran orang tua dalam
mengarahkan anaknya agar mampu belajar menghadapi masalah dan mampu mengambil sikap
yang tegas
(Ghozally, 2007).
Pada umumnya yang dikatakan remaja adalah jika seseorang berumur 1018 tahun
untuk wanita dan 12-20 tahun untuk laki-laki. Sedangkan, WHO mengatakan seseorang dikatakan
21
menjadi 3, yaitu:
Tahap perkembangan psikososial pada remaja awal (10-14 tahun) dan remaja pertengahan 15-16
2.1 Tabel tahap perkembangan psikososial pada remaja awal (10-14 tahun)
Dampak Terhadap Efek Terhadap Orang
No Tahap Perkembangan
Remaja Tua
1 Cemas terhadap Kesadaran diri meningkat Orang tua mungkin
penampilan badan (self consciousness) menganggap anak
/fisik terfokus pada dirinya.
22
tapicenderung berkompromi, Mungkin peraturan keluarga.
melihat pula Orang tua harus
sesuatusebagai hitam timbul iri hati terhadap meninjau sikapnya
putih serta dari saudara untuk mengatasi
sisipandang mereka kandung dan seringkali perasaan “ tidak adil “
sendiri rebut ini.
2.2 Tabel tahap perkembangan psikososial pada remaja pertengahan (15-16 tahun)
Tahap Dampak Terhadap Efek Terhadap Orang
No
Perkembangan Remaja Tua
1 Lebih mampu untuk Lebih tenang, sabar dan Orang tua secara
berkompromi lebih toleransi.Dapat bertahap
menerima pendapat orang merasakan semakin
lain,meskipun berbeda mudah
dengan pendapatnya berhubungan
sendiri dengan anaknya
5 Tidak lagi terfokus Lebih bersosialisasi dan Orang tua melihat bahwa
pada diri sendiri tidak lagi pemalu remaja siap untuk
membina hubungan
dekat.
23
berpikir secara debat anaknya
abstrak, mulai
berurusan dengan
hipotesa
Menurut Erikson dalam Yusuf (2004: 71) berpendapat bahwa masa remaja
merupakan berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja.
Erikson memandang pengalaman hidup remaja adalah suatu periode saat remaja diharapkan
mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dan mampu menjawab pertanyaan
siapa saya? Dan apabila remaja mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa identitasnya,
maka akan mengalami kehilangan arah sehingga akan berdampak pada hal yang negatif seperti
perilaku yang menyimpang (delinquent), tindakan criminal atau menutup diri (mengisolasi diri)
dari lingkungan.
b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.
sendiri.
24
e. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanakkanakan.
f. Mampu menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai
g. Perasaan memiliki terhadap sebaya (anak laki-laki: membentuk gang, anak perempuan:
mempunyai sahabat)
h. Menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi
Penjelasan tugas perkembangan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan pada
remaja adalah proses pencarian jati diri untuk menentukan masa depan. Jika pada tahap tersebut
remaja tidak mampu menemukan jati dirinya maka akan terjadi penyimpangan perilaku pada
remaja. Pada hal ini lingkungan juga akan mempengaruhi seorang remaja dalam menemukan jati
dirinya.
25
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn, E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasi,S.Kp. Ni
Made Sumarwati, S.Kp. Jakarta:EGC
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan), Jakarta:
Salemba Medika.
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: PT Indeks.
Rampengan, T. H. (2007). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak (2nd ed.). Jakarta : EGC.
Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.
2006 ; 39,40,45, 63,119
Sudoyo, A.W.Setiyohadi, B.Alwi, I.Simadibrata, M. & Setiati, S. 2010. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-4. Pusat Penerbit Ilmu penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 1218-20.
26