Anda di halaman 1dari 26

Nama : Nidya Natasya

NIM : 181151
Kelas : 3D

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


( LAPORAN RESUME )

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
a. Nama (inisial) : An. F
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Tempat tgl lahir : Jakarta, 22 November 2006
d. Umur : 14th 2bln 7hr
e. Pengkajian (Tgl/Jam) : 29/01/2021 / 15.15 WIB
f. Masuk RS (Tgl/Jam) : 29/01/2021 / 10.20 WIB
g. Ruangan/Kamar : Lumba-lumba / 1204
h. Nomor RM : 2101290826
i. Diagnosa Medis : Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
2. Riwayat Sakit Sekarang
Panas tinggi sudah 5 hari, pusing dan mual. Sudah berobat 4 kali ke puskesmas namun
demam tidak turun
3. Riwayat Sakit Sebelumnya
Keluarga pasien mengatakan pasien pernah sakit seperti ini saat kelas 6 SD
4. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran (untuk pasien Bayi/Neonatus)
a. Usia kehamilan saat lahir : 38 minggu
b. Cara persalinan : Normal spontan
c. BB dan TB saat lahir : 3,5 kg dan 52 cm
d. Kelainan : Tidak ada kelainan
5. Keadaan Umum
Pasien sakit sedang, kesadaran compos mentis, GCS 15
6. Tanda Vital
TD: 130/76 RR: 20x/menit HR: 100x/menit SH: 40℃
7. Antropometri
BB: 69,3 kg TB: 170 cm LK : 57 cm LLA : 31 cm
8. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Kepala : rambut tampak bersih ukuran simetris
b. Mata : simetris, anikterik, ananemis, isokor
c. Mulut : mukosa tampak pucat, lidah putih, tidak ada caries
d. Hidung : tampak bersih tidak ada cairan
e. Telinga : tampak bersih tidak ada kotoran
f. Thorax : dada tampak simetris, suara nafas vesikuler, pernafasan dalam, tidak
menggunakan otot bantu nafas
g. Abdomen : abdomen teraba lembek
h. Ekstremitas : reflek normal
i. Kulit : tampak kering dan pucat, tidak ada decubitus
9. Sistem Pernafasan/Kardiovaskuler/Pencernaan/Perkemihan dll.
(Dilengkapi pada salah satu system sesuai dengan kasus pasien)
terdapat bitnik-bintik merah di seluruh tubuh pasien,
10. Pola Kebiasaan Saat ini
a. Pola Pemenuhan Nutrisi
Pasien mendapat diit lunak 3x/hari
b. Pola Pemenuhan Cairan
Pasien minum ±500cc/4jam, pasien mendapat terapi Assering 1500cc/24jam
c. Pola Eliminasi
Pasien BAK ±800cc/4jam, pasien belum BAB
d. Pola Tidur
Pasien tidur malam selama 7-8jam dan tidur siang 1-2 jam
e. Pola Aktifitas dan Bermain
Pasien bersekolah online dan lebih suka bermain games di gadget
11. Perkembangan
a. Motorik kasar : ibu pasien mengatakan pasien suka bermain bola saat bersekolah
sebelum ada pandemic
b. Motorik Halus : pasien mampu melakukan aktivitas dengan mandiri
c. Berbahasa : pasien lancar berbicara Bahasa Indonesia
d. Adaptasi Sosial : pasien tampak pemalu dan sulit bersosialisasi dengan orang baru,
pasien terlihat menolak untuk disuapi makan oleh ibunya saat perawat datang untuk
mengobservasi, ibu pasien mengatakan pasien hanya berteman dengan orang-orang
yang sama dari SD dan lebih suka bermain gadget dirumah.
e. Kognitif : ibu pasien mengatakan di sekolah pasien jarang mendapat juara
kelas namun pasien sering ikut lomba olahraga, ibu pasien mengatakan sering
mengambil keputusan dengan meminta pendapat pasien, pasien terlihat jarang
bertanya mengenai penyakitnya dan jarang mengeluhkan sakit.

12. Reaksi Hospitalisasi


Pasien mengatakan merasa tidak nyaman di infus karna menjadi sulit untuk beraktifitas
seperti biasa
13. Score Risiko Jatuh
Score risiko jatuh pasien 7(risiko rendah)
14. Status Imunisasi
Ibu pasien mengatakan pasien sudah melakukan imunisasi lengkap
15. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Hematologi : - CRP Kuantitatif 12.68nmg/dL
- Trombosit 110 10ˆ3/Μl
- Eosinofil 0.0%
- Monosit 5.1%
- Natrium 129 mEq/L
16. Penatalaksanaan /Terapi

2
Pasien mendapat terapi :
IVFD Assering 1500cc/24jam
PCT drip 500mg
Ceftriaxone 2x1gr
Omeprazole 2x40gr
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d Proses Infeksi Virus
2. Defisit Volume Cairan b.d Peningkatan Permeabilitas Kapiler
3. Ansietas b.d Perubahan Status Kesehatan
C. RENCANA KEPERAWATAN/INTERVENSI
(Dibuat berdasarkan urutan prioritas Diagnosis Keperawatan)

No. Diagnosis Tujuan dan Rencana Tindakan/Intervensi Paraf dan


Keperawatan Kriteria Hasil nama jelas
(PES)
1. Hipertermi b.d Proses Setelah dilakukan - Observasi TTV per 4 jam NIDYA
Infeksi Virus asuhan - Beri kompres hangat NATASYA
DS : keperawatan - Ganti pakaian pasien dengan
- Pasien mengatakan selama 1x24 jam bahan yang tipis dan
panas sejak 5 hari diharapkan suhu menyerap keringat
DO : tubuh menurun - Anjurkan pasien untuk tidak
- Akral teraba hangat dengan kriteria menggunakan selimut yang
- Suhu 40℃ hasil: tebal
- Hasil lab: - Suhu tubuh - Berikan terapi PCT 500mg
CRP Kuantitatif menurun sampai 4x1tab
12.68nmg/dL, dengan 37,0℃
Trombosit 110 - Akral tidak
10ˆ3/Μl, Eosinofil teraba hangat
0.0%, Monosit 5.1%,
Natrium 129 mEq/L

2. Defisit Volume Setelah dilakukan - Pantau keadaan umum


Cairan b.d asuhan pasien
Peningkatan keperawatan - Pantau balance cairan pasien
Permeabilitas Kapiler selama 1x24 jam - Pantau intake dan output
DS : diharapkan - Anjurkan klien untuk minum
- Ps mengatakan kebutuhan cairan minimal 500cc/4jam
merasa lemas terpenuhi dengan - Berikan terapi cairan per IV
DO : kriteria hasil : assering 1500cc/24jam
- Ps tampak pucat - mukosa lembab
- mukosa tampak - turgor kulit baik
kering - hasil lab
- Hasil lab : HB elektrolit dalam
14,2g/dL HT 39,5% batas normal (Na
Eosinofil 0.0%, 135-147 mEq/L)
Monosit 5.1%,
Natrium 129 mEq/L

3. Ansietas b.d Setelah dilakukan - Kaji tingkat kecemasan


Perubahan Status asuhan - Jelaskan prosedur perawatan
Kesehatan keperawatan - Beri kesempatan pada
DS : selama 1x24 jam orangtua untuk bertanya
- Ps mengatakan takut diharapkan cemas tentang prosedur pengobatan
ketika akan dilakukan menghilang - Ajarkan teknik relaksasi
tindakan seperti dengan kriteria nafas dalam
pemberian obat hasil : - Ajarkan teknik distraksi
- Ps mengatakan tidak - pasien mampu untuk mengalihkan
nyaman di infus dan mengungkapkan kecemasan
berkemih di tempat gejala cemas
tidur - mampu
3
DO : melakukan salah
- Ps tampak gelisah satu teknik untuk
- Ps tampak pemalu mengontrol
- Ps menunjukan cemas
reaksi defensive
ketika akan dilakukan
tindakan pengobatan

D. IMPLEMENTASI

Hari, No. Tindakan Keperawatan dan Hasil Paraf dan


Tanggal Dx. Nama jelas
Waktu
JUMAT, 1 - Mengobservasi TTV NIDYA
29/01/202 Hasil : TD: 135/85 RR: 20x/menit HR: 93x/menit SH: NATASYA
1 39,8℃
15.20 - Memberi kompres hangat
16.20 Hasil : suhu pasien turun menjadi 39,5℃ setelah di kompres
- Mengganti pakaian pasien dengan bahan yang tipis dan
15.45 menyerap keringat
Hasil : pasien menggunakan t-shirt lengan pendek
- Menganjurkan pasien untuk tidak menggunakan selimut
16.00 yang tebal
Hasil : pasien mengatakan kedinginan karena suhu ruangan
sehingga menggunakan selimut tebal
- Memberikan terapi obat antipiretik
17.00 Hasil : pasien mendapat PCT 500mg 4x1tab oral

2 - Memantau keadaan umum pasien NIDYA


JUMAT, Hasil : keadaan umum pasien lemah NATASYA
29/01/202 - Memantau balance cairan pasien
1 Hasil : balance cairan pasien = 275
15.20 - Memantau intake dan output
15.25 Hasil : intake = 4215 output+IWL = 2850+1090
- Menganjurkan klien untuk minum minimal 500cc/4jam
15.45 Hasil : pasien mengatakan minum sebanyak setengah botol
16.00 setiap 4 jam ±400cc air mineral
- Mengobservasi terapi cairan
Hasil : pasien mendapat terapi Assering 1500cc/24jam
16.15 Sudah masuk 500cc sejak dipindahkan dari IGD

3 - Mengkaji tingkat kecemasan NIDYA


Hasil : tingkat kecemasan pasien sedang NATASYA
JUMAT, - Menjelaskan prosedur perawatan
29/01/202 Hasil : pasien mengatakan paham dengan prosedur
1 pengobatan yang diberikan
15.20 - Memberi kesempatan pada orangtua untuk bertanya tentang
15.30 prosedur pengobatan
Hasil : orangtua pasien sangat kooperatif dalam membantu
15.45 perawat memberikan penjelasan kepada anaknya
- Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Hasil : pasien mengatakan paham dan mampu melakukan
teknik relaksasi nafas dalam
16.10 - Mengajarkan teknik distraksi untuk mengalihkan
kecemasan
Hasil : pasien main games online di handphone untuk
16.15 mengalihkan kecemasannya.

1 - Mengobservasi TTV NIDYA


Hasil : TD: 126/75 RR: 18x/menit HR: 83x/menit SH: NATASYA
37,7℃
SABTU, - Memberi kompres hangat
30/01/202 Hasil : suhu pasien turun menjadi 37,3℃ setelah di kompres

4
1 - Mengganti pakaian pasien dengan bahan yang tipis dan
07.20 menyerap keringat
Hasil : pasien menggunakan kemeja lengan pendek
08.40 - Menganjurkan pasien untuk tidak menggunakan selimut
08.45 yang tebal
Hasil : pasien menggunakan sarung sebagai selimut
- Memberikan terapi obat antipiretik
08.47 Hasil : pasien mendapat PCT 500mg 4x1tab oral

2 - Memantau keadaan umum pasien NIDYA


09.00 Hasil : keadaan umum pasien lemah NATASYA
- Memantau balance cairan pasien
Hasil : balance cairan pasien = 457
SABTU, - Memantau intake dan output
30/01/202 Hasil : intake = 4415 output+IWL = 2950+1008
1 - Menganjurkan klien untuk minum minimal 500cc/4jam
07.20 Hasil : pasien mengatakan minum sebanyak setengah botol
07.35 setiap 4 jam ±500cc air mineral
- Mengobservasi pemberian terapi cairan per IV
08.00 Hasil : sudah masuk cairan 250cc sejak pukul 06.00

08.30
3 - Mengkaji tingkat kecemasan NIDYA
09.00 Hasil : tingkat kecemasan pasien berkurang NATASYA
- Menjelaskan prosedur perawatan
Hasil : pasien mengatakan paham dengan prosedur
pengobatan yang diberikan
SABTU, - Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam
30/01/202 Hasil : pasien mengatakan paham dan mampu melakukan
1 teknik relaksasi nafas dalam
07.20 - Mengajarkan teknik distraksi untuk mengalihkan
07.35 kecemasan
Hasil : pasien main games online di handphone untuk
mengalihkan kecemasannya.
08.30

09.00

5
E. EVALUASI

No Hari/Tanggal/ Evaluasi Hasil (SOAP) Paraf dan


. Jam (Mengacu pada tujuan) Nama jelas
Dx
.
1 Sabtu/30 S: NIDYA
Januari - Ps mengatakan masih merasa lemas dan pusing NATASYA
2021/12.00 O:
WIB - Akral teraba hangat
- TTV pasien: TD: 126/75 RR: 18x/menit HR: 83x/menit
SH: 37,3℃
A : Hipertemi masih ada
P : intervensi dilanjutkan dengan
- Beri kompres hangat
- Cek H2TL rutin
- Anjurkan untuk tidak banyak melakukan aktivitas
- lanjutkan terapi kolaborasi pemberian antipiretik PCT
4x1 rab

2 Sabtu/30 S:
Januari - Ps mengatakan merasa lemas dan mual
2021/12.00 O:
WIB - Mukosa tampak kering
- Balance cairan
intake = 4415 output+IWL = 2950+1008
= 457
A : Defisit volume cairan masih ada
P : intervensi dilanjutkan dengan
- pantau balance cairan
- anjurkan pasien untuk lebih banyak minum
- lanjutkan terapi pemberian IVFD Assering 1500cc/24jam

3 Sabtu/30 S:
Januari - Ps mengatakan masih sedikit gelisah setiap dokter visit
2021/12.00 - Ps mengatakan mampu melakukan teknik relaksasi nafas
WIB dalam
O:
- Ps terlihat gelisah saat dokter visit
- Ps terlihat sedikit takut ketika akan diberikan tindakan
pengobatan
- Ps terlihat mampu melakukan teknik relaksasi nafas
dalam
A : ansietas masih ada
P : intervensi dilanjutkan dengan
- kaji penyebab cemas
- informasikan tindakan pengobatan dengan lebih detail
- motivasi orangtua untuk mendampingi ps ketika sedang
dilakukan tindakan pengobatan
- anjurkan teknik distraksi ketika ps merasa cemas

6
Konsep Penyakit DBD/DHF

Pengertian DBD
Demam dengue /DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai
lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik ( Sudoyo,2010)

Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering menjadi
fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat.Demam
berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever (DHF),Dengue
Fever(DF),demam dengue, dan dengue shock sindrom (DSS) (Widoyono,2008)

Etiologi DBD

Disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus keluarga
floviviridae. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4, yang semuanya
dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue dapat beraplikasi pada nyamuk genius
Aedes (stegomya) dan toxorhynchites (Sudoyo, 2010).

Tanda dan Gejala DBD

- Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari dengan sebab yang tidak
jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh antipiretik.

- Manifestasi Perdarahan

- Dengan manipulasi, yaitu uji torniquet positif

Kriteria : (+) bila jumlah petekie ≥ 20

(±) bila jumlah petekie 10 – 20

(-) bila jumlah petekie < 10

- Spontan, yaitu petekie, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis atau melena.

a. Malaise, mual, muntah, sakit kepala, tidak nafsu makan dan kadang-kadang batuk.

b. Nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi

c. Pembesaran hati

d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat sampai tak teraba, TD menurun,
disertai kulit yang lembab dan dingin terutama pada ujung jari tangan, kaki dan hidung,
lemah, gelisah sampai menurunnya kesadaran. (Rampengan, 2007 ; 127)

Pemeriksaan Penunjang DBD

a. Laboratorium
7
1. Leukosit : Lekosit menurun
2. Trombosit : Trombositopenia (< 100.000/mm3)
3. Hematokrit : Meningkat > 20 %
4. Hemostasis : Dilakukan DT, APTT, Fibrinogen,.dicurigai adanya perdarahan/
kelainan pembekuan darah
5. Protein/albumin : Hipoprotemia
6. GGOT/SGPT : Meningkat
7. Ureum, kreatinin : bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
8. Elektrolit : sebagai parometer pemantauan pemberian cairan
9. Imuno serologi
10. IgM : Terdeteksi pada hari ke 3-5, meningkat pada minggu ke3
menghilang setelah 60-90 hari
11. IgG : Pada infeksi primer IgG mula terdeteksi pada hari ke 14, infeksi
sekunder pada hari ke 2
b. Radiologi

Pada foto dada didapatkan efusi pleura ( Sudoyo, 2010)

Penatalaksanaan Medis Keperawatan

a. Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit


1. Tirah baring
a. Makanan lunak dan bila belum nafsu makan berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24
jam (susu, air dengan gula/sirup),air tawar ditambah garam
b. Medikomentosa yang bersifat simtomatis untuk hiperpireksia dapat diberi
kompres, anti piretik golongan asitaminofen.
b. Klien dengan tanda renjatan
1. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan diatasi
2. Observasi keadaan umum, nadi, suhu dan pernafasan tiap jam, serta Hb dan Ht 4-6
jam pada hari pertama, selanjutnya tiap 24jam
c. Klien DSS (Dengue Shock Syndrome)

Diberi cairan intra vena yang diguyur, seperti : Nacl, RL yang dipertahankan selama
24-48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak tampak hasilnya dapat diberikan plasma/
plasma ekspander/ dekstran/ prepat hemasel sejumlah 15-29 ml/kg BB dan
dipertahankan selama 24-48 jam setelah renjatan teratasi .Transfusi darah diberikan
pada pasien dengan perdarahan gastro intertinal yang hebat dan pada pemeriksaan Hb
dan Ht menurun (Ratna Dewi.Pudiastuti.2011).

Komplikasi DBD

Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut

( Hidayat Alimul , 2010) diantaranya:

a. Ensepalopati

8
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke otak.
b. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi syok
hipovolemik.

c. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan tanda pasien
akan mengalami distress pernafasan.
d. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.

Klasifikasi DBD

a. Derajat I (Ringan)

Demam mendadak selama 2-7 hari disertai gejala tidak khas, dan satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah uji torniquet positif.

b. Derajat II (Sedang)

Derajat I disertai dengan perdarahan spontan dikulit atau perdarahan yang lain.

c. Derajat III
Derajat II ditambah kegagalan sirkulasi ringan yaitu denyut nadi cepat, lemah,
tekanan darah menurun disertai dengan kulit yang dingin , lembab, dan gelisah.
d. Derajat IV
Derajad III ditambah syok berat, dengan nadi yang tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur disertai dengan penurunan kesadaran, sianosis dan asidosis.
(Suriadi,2010)

Patofisiologi DBD

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin serotinin, trombin,histamin) terjadinya :
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravaskular ke intersisial
yang menyebabkan hipovolemia.Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani,2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
ptekie atau perdarahan mukosa di mulut.Hal ini mekanisme hemostatis secara
normal.Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan
menimbulkan syok.Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8
hari(Soegijanto,2006).

Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes
aegypty.Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita
9
mengalami demam,sakit kepala,mual,nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh,ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit,hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening,pembesaran hati (hepatomegali).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus


antibodi.Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma,terjadi hipotensi,hemokonsentrasi (peningkatkan hemotokrit > 20 %)
menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai
hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,2005).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukan


cairan yang tertimbun dalam rongga yaitu rongga peritonium,pleura, dan pericardium
yang ada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena,peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung,sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup,penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan
mengakibatkaan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan,metabolik asidosis
dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.(Murwani.2011)

10
PATHWAY

11
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian

Identitas Klien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan ora Riwayat Kesehatan
Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien mempunyai riwayat demam dengue, kemungkinan klien pernah terpapar
dengan virus dengue yang berbeda.

Riwayat Kesehatan Sekarang


Biasanya klien mengeluh sakit perut, demam tinggi mmendadak dan terus-menerus,
nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, perdarahan pada gusi, hidung,
hematemesis atau melena, ptekie, kulit teraba lembab dan dingin terutama pada ujung
jari tangan ,kaki dan hidung.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Biasanya penyakit DHF bukan penyakit keturunan, tapi ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti.

Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan tubuh yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindari.

Kondisi lingkungan
Sering terjadi didaerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
seperti air yang menggenang dan gantungan baju dikamar (DR.Nursalam.dkk.2005)

Pemeriksaan Fisik
1) TTV : Biasanya jika sudah terjadi di shock ditemukan TD menurun, Nadi
pertama cepat kemudian menurun. Pada hari ke4 atau ke5 suhu tinggi dan jika shock
tiba-tiba turun. Pernafasan cepat.
2) TB : Biasanya tidak ditemukan peningkatan atau penurunan BB dan Lila : biasanya
ditemukan penurunan
3) Kepala
- Lingkar kepala, ukuran ubun-ubun, bentuk kepala

- Rambut : Biasanya tidak ditemukan kelainan

- Mata : Biasanya konjungtiva anemis

- Hidung : Biasanya hidung kadang mengalami perdarahan,

- Mulut : Biasanya membran mukosa kering, dan ditemukan perdarahan


pada gusi

4) Leher : Biasanya tidak ditemukan kelainan


5) Thoraks

12
I : Biasanya bentuk dada semetris kiri dan kanan Pergerakan dada sama kiri
dan kanan

P : Biasanya fremitus kiri kanan

P : Biasanya sonor

A : Biasanya bunyi nafas vesikuler

Jantung

I : Biasanya ictus tidak terlihat

P : Biasanya ictus teraba di LMCS RIC V

P : Biasanya batas jantung normal

A : Biasanya teratur

Abdomen
I : Biasanya perut asites

A : Biasanya bising usus (+)

P : Biasanya nyeri tekan dan hepar teraba

P : Biasanya nyeri tekan

Ekstremitas
Biasanya akral teraba dingin, kapilarirefill > 3 detik, sianosis, dan terjadi nyeri otot, sendi
dan tulang.

Integumen
Biasanya ada petekie pad kulit, kulit teraba lembab dan dingin, turgor kulit menurun.

Neurologik
Biasanya kesadaran menurun

Pola Kebiasaan

Nutrisi
Makan : kaji frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan menurun / berkurang.
Minum : Biasanya klien dianjuran banyak minum air putih + 1,5 – 2 liter/hari, minum
susu, syrup dan jus jambu biji.
Eliminasi
Miksi : kaji apakah sering BAK, sedikit/ banyak. Pad DHF grade IV sering terjadi
hematuria.
Defekasi : biasanya anak mengalami diare/ konstipasi.pada DHF grade III - IV bisa
terjadi melena.
Aktivitas perawatan diri
Biasanya kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang.

Istirahat dan tidur

13
Biasanya istirahat dan tidur anak terganggu karena mengalami nyeri sendi dan otot.

Data Sosial ekonomi


Biasanya penyakit ini biasa terjadi pada semua golongan, baik ekonomi atas, menengah
dan bawah, serta bias juga terjadi pada kalangan semua usia

Data psikososial
Biasanya kien ditemukan cemas karena demamnya naik turun dan sering
bertanya-tanya tentang penyakitnya dan kesembuhannya.

Pemeriksaan laboratorium
a Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20 %,Normal Pria 40-
50%,wanita 35-47 %
b Leukosit : Dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui limfositosis relatif
(>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit plasma biru (>15% dari jumlah total
leukosit) yang pada fase syok meningkat.

14
2.6.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses  (viremia).
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
4. kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dindi
ng plasma.
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah.
6. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus).
8. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien

15
Intervensi Keperawatan

1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Tujuan :
1. Suhu tubuh normal (36 - 37°C).

Intervensi Rasional
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Observasi tanda vital (suhu,  2. tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui 
nadi, tensi, pernafasan) setia keadaan umum pasien.
p 3 jam. 3. Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan pengu
3. Anjurkan pasien untuk banya apan tubuh meningkatsehingga perlu diimbangi 
k minum (2,5 liter/24 jam. dengan asupan cairan yang banyak.
±7) 4. Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan pengu
4. Berikan kompres hangat. apan yang mempercepat penurunan suhu
5. Anjurkan untuk tidak memak tubuh.
ai selimut dan pakaian yang t 5. pakaian tipis membantu mengurangi penguapa
ebal n tubuh.
6. Berikan terapi cairan intrave 6. pemberian cairan sangat penting bagi pasien de
na dan obat –obatan sesuai ngan suhu tinggi.
program dokter.
2. Pasien bebas dari demam.
2. Nyeri berhubungan dengan prosespatologis penyakit.
Tujuan :
1. Rasa nyaman pasien terpenuhi. 
2. Nyeri berkurang atau hilang.

Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien 1. untuk mengetahui berapaberat nyeri y
2. Berikan posisi yang nyaman, usahaka ang dialami pasien.
n situasi ruangan yang tenang. 2. Untuk mengurangi rasa nyeri
3. Alihkan perhatian pasien dari rasa 3. Dengan melakukan aktivitas lain pasien 
nyeri. dapat melupakan perhatiannya
4. Berikan obat-obat analgetik  terhadap nyeri yang dialami.
4. Analgetik dapat menekanatau mengura
ngi nyeri pasien

3. Gangguan pemenuhan kebutuhannutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan :
1. nutrisi pasien terpenuhi, 

16
2. pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /
dibutuhkan.

Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan mual, sakit menelan, da 1. Untuk menetapkan cara mengatasinya.
n muntah yang dialami pasien. 2. Cara menghidangkan makanan dapat m
2. Kaji cara / bagaimana makanan dihid empengaruhi nafsu makan pasien.
angkan. 3. Membantu mengurangi kelelahan pasie
3. Berikan makanan yang mudah ditela n dan meningkatkan asupan makanan .
n seperti bubur. 4. Untuk menghindari mual.
4. Berikan makanan dalam porsi 5. Untuk mengetahui pemenuhan kebutuh
kecil dan frekuensi sering. an nutrisi.
5. Catat jumlah / porsi makanan 6. Antiemetik membantu pasien menguran
yang dihabiskan oleh pasien setiap h gi rasa mual dan muntah dan
ari. diharapkan intake nutrisi pasien 
6. Berikan obat-obatan antiemetik sesu meningkat.
ai program dokter. 7. Untuk mengetahui status gizi pasien
7. Ukur berat badan pasien setiap ming
gu.

4. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas
dinding plasma.
Tujuan :
1. Volume cairan terpenuhi.

Intervensi Rasional
1. Kaji keadaan umum pasien (lemah, p 1. Menetapkan data dasar pasien untuk m
ucat, takikardi) serta tanda-tanda vit engetahui penyimpangan dari
al. keadaan normalnya.
2.  Observasi tanda-tanda syock. 2. Agar dapat segera dilakukan tindakan u
3. Berikan cairan intravena sesuai progr ntuk menangani syok.
am dokter  3. Pemberian cairan IV sangat penting bag
4. Anjurkan pasien untuk banyak minu i pasien yang mengalami kekurangan
m. cairan tubuh karena cairan tubuh
5. Catat intake dan output. karena cairan langsung masuk kedalam
pembuluh darah.
4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk 
menambah volume cairan tubuh.
5. Untuk mengetahui keseimbangan caira
n.

17
5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi  tubuh yang lemah.
Tujuan :
1. Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.
2. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.

Intervensi Rasional
1. Kaji keluhan pasien. 1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2. Kaji hal hal yang 2. Untuk mengetahui tingkatketergantungan pasien dal
mampu atau yang tidak am memenuhi kebutuhannya
mampu 3. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien
dilakukan oleh pasien. pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai
3. Bantu pasien untuk me tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari
menuhi kebutuhan hari pasien tanpa mengalami ketergantunga pada
aktivitasnya sehari hari perawat.
sesua  tingkat 4. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan
keterbatasan pasien. nya sendiri tanpa bantuan orang lain
4. Letakkan barang
barang ditempat yang
mudah terjangkau oleh
pasien.

6. Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan


tubuh.
Tujuan :
1. Tidak terjadi syok  hipovolemik.
2. Tanda-tanda vital dalam batas normal Keadaan umum baik.

Intervensi Rasional
1. Monitor keadaan umum pasi  memantau kondisi pasien selama masa
en perawatan terutama pada saat terjadi
2. Observasi tanda-tanda vital ti perdarahan sehingga segera diketahui tanda
ap 2 sampai 3 jam. syok dan dapat segera ditangani.
3. Monitor tanda perdarahan.  tanda vital normal menandakan keadaan umum 
4. Chek haemoglobin, hematok baik.
rit, trombosit  Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi se
5. Berikan transfusi sesuai prog hingga pasien tidak sampa syok hipovolemik.
ram dokter.  Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh
6. Lapor dokter bila tampak syo darah yang dialami pasien sebagai acuan
k hipovolemik. melakukan tindakan lebih lanjut.
 Untuk menggantikan volume darah serta kompo
nen  darah yang hilang.

18
 Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut se
segera mungkin.

7. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus).
Tujuan :
1. Tidak terjadi infeksi pada pasien.

Intervensi Rasional
1. Lakukan teknik aseptik saat  1. Tindakan aseptik merupakan tindakan pr
melakukan tindakan pemasa eventif terhadap kemungkinan
ngan infus. terjadi infeksi
2. Observasi tanda-tanda vital.. 2. Menetapkan data dasar pasien, terjadi p
3. Observasi daerah pemasang eradangan dapat diketahui dari penyimp
an infus. angan nilai tanda vital.
4. Segera cabut infus bila tamp 3. Mengetahui tanda infeksi pada pemasan
ak adanya pembengkakan at gan infus.
au plebitis. 4. Untuk menghindari kondisi yang lebih b
uruk atau penyulit lebih lanjut.

8. Resiko terjadinya perdarahan lebihlanjut berhubungan dengan trombositopenia.
Tujuan :
1. Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
2. Jumlah trombosit meningkat.

Intervensi Rasional
1. Monitor tanda penurunan trombosi 1. Penurunan trombosit merupakan tanda 
t yang disertai gejala klinis. kebocoran pembuluh darah.
2. Anjurkan pasien untuk banyak istira 2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol da
hat pat menyebabkanperdarahan.
3. Beri penjelasan untuk segera melap 3. Membantu pasien mendapatkan penang
or bila ada tanda perdarahan anan sedini mungkin.
lebih lanjut. 4. Memotivasi pasien untuk mau minum ob
4. Jelaskan obat yang diberikan dan m at sesuai dosis yang diberikan.
anfaatnya.  

9. Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahanya
ng dialami pasien.
Tujuan :
1. Kecemasan berkurang.

Intervensi Rasional

19
1. Kaji rasa cemas yang dialami pasie 1. Menetapkan tingkat kecemasan ya
n. ng dialami pasien.
2. Jalin hubungan saling percayadeng 2. Pasien bersifat terbuka dengan per
an pasien. awat.
3. Tunjukkan sifat empati 3. Sikap empati akan membuat
4. Beri kesempatan pada pasien untu pasien merasa diperhatikan
k mengungkapkan perasaannya dengan baik.
5. Gunakan komunikasi terapeutik  4. Meringankan beban pikiran pasien
.
5. Agar segala sesuatu yangdisampai
kan diajarkan pada pasien
memberikan hasil yang efektif

Evaluasi keperawatan
 TTV pasien dalam batas normal
 Pasien tidak mengalami hipertermia
 Pasien dapat menghabiskan makanan sesuai porsinya
 Pasien dapat beraktifitas seperti biasanya
 Nutrisi pasien sesuai dengan kebutuhan
 Keseimbangan cairan pasien tetap terjaga dan kebutuhan cairan pasien terpenuhi
 Pasien tidak mengalami tanda dan gejala kekurangan volume cairan
 Intake dan output kembali normal/seimbang
 Pemenuhan nutrisi yang adekuat
 Pendarahan tidak terjadi/teratasi
 Pengetahuan keluarga bertambah

20
Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Remaja
Pengertian

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) seseorang dalam

struktur dan fungsi tubuh menjadi lebih kompleks dengan pola yang teratur meliputi diferensiasi

sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang kemudian akan berkembang

sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi fungsinya. Termasuk perkembangan emosi,

intelektual dan tingkah laku yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan

(Cahyaningsih, 2011:2).Selain pengertian di atas juga terdapat penjelasan bahwa perkembangan

dapat diartikan sebagai perubahan yangt dialami individu untuk mencapai tingkat kedewasaan

atau kematangan yang berlangsung secara sistematis, progesif dan kontinyu (berkesinambungan)

dalam diri individu mulai lahir sampai mati (Yusuf, 2004: 15).

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan remaja adalah proses perubahan

struktur dan fungsi remaja untuk menuju tingkat kedewasaan dan kematangan secara sistematis,

progresif dan berkesinambungan untuk memenuhi masing-masing fungsi termasuk perkembangan

emosi, intelektual, dan tingkah laku yang dihasilkan dari interaksi dengan lingkungan.

Karakteristik remaja awal

Remaja pada usia 12-16 tahun jika dilihat dari segi mental dan intelektual bisa dikatakan

dalam tahap menuju sempurna. Menurut Alfried Binet, kemampuan anak untuk mengerti

mengenai informasi abstrak baru sempurna di usia ke-12 tahun. Dan pada usia ke-14 tahun si

anak sempurna di dalam mengambil kesimpulan dan informasi abstrak. Pada keadaan ini (remaja

awal) mereka cenderung mempercayai apa yang ada dalam pikirannya. Dalam hal ini akan

membuat anak menjadi tidak mau menerima pendapat orang lain dan menyebabkan mereka tidak

takut menentang orang tua ataupun guru sehingga dalam hal ini diperlukan peran orang tua dalam

mengarahkan anaknya agar mampu belajar menghadapi masalah dan mampu mengambil sikap

yang tegas

(Ghozally, 2007).

Tahap perkembangan remaja

Pada umumnya yang dikatakan remaja adalah jika seseorang berumur 1018 tahun

untuk wanita dan 12-20 tahun untuk laki-laki. Sedangkan, WHO mengatakan seseorang dikatakan

remaja apabila berumur 10-19 tahun (Cahyaningsih, 2011: 89).

Menurut Konopka dalam Yusuf, (2004) tahap perkembangan remaja dibagi

21
menjadi 3, yaitu:

a. Remaja awal (12-15 tahun)

b. Remaja menengah (15-18 tahun)

c. Remaja akhir (19-22 tahun)

Tahap perkembangan psikososial pada remaja awal (10-14 tahun) dan remaja pertengahan 15-16

tahun menurut Sumiati, dkk (2009) adalah:

2.1 Tabel tahap perkembangan psikososial pada remaja awal (10-14 tahun)
Dampak Terhadap Efek Terhadap Orang
No Tahap Perkembangan
Remaja Tua
1 Cemas terhadap Kesadaran diri meningkat Orang tua mungkin
penampilan badan (self consciousness) menganggap anak
/fisik terfokus pada dirinya.

2 Perubahan Hormonal Pemarah, anak laki-laki Orang–tua mungkin


yang tadinya baik dapat menenmukan kesulitan
menjadi lebih agresif, dalam hubungan dengan
mungkin pula timbul remaja.
jerawat baik pada anak
laki-laki maupun
Perempuan

3 Menyatakan Bereksprerimen dengan Orang tua merasa


kebebasan dan cara berpakaian, ditolak dan sulit
merasa sebagai berbicara dan cara menerima keinginan
seorang penampilan diri sebagai anak yang berbeda
individu,tidak hanya suatu usaha untuk dari mereka.
sebagai seorang mendapatkan identitas
anggota keluarga baru dengan mereka.

4 Perilaku Kasar menuntut Orang-tua perlu


memberontak dan memperoleh menangani anak secara
melawan kebebasan hati-hati, bila ingin
mempertahankan
hubungan baik.
Orang–tua merasa
tidak mudah membuat
keseimbangan antara
permisif dan over
protective

5 Kawan menjadi lebih Ingin tampak sama Orang tua mungkin


penting dengan teman yaitu terganggu oleh tuntutan
dalam cara berpakaian, finansial dan gaya
gaya rambut, hidup anak.
mendengarkan musik dan
lainlain

6 Perasaan memiliki Pengaruh teman dan Orang tua merasa


terhadapteman orang–tuateman kurang enak karena
sebaya. Anak Laki- menjadi sangat besar. dikritik oleh anaknya
laki: membentuk Remaja tidak mau sendiri.
gang, kelompok berbeda dari teman
anak perempuan : sebaya.
mempunyai sahabat
7 Sangat menuntut Mungkin tampak tidak Kadang-kadang terjadi
keadilan, toleransi dan sulit bentrok dengan

22
tapicenderung berkompromi, Mungkin peraturan keluarga.
melihat pula Orang tua harus
sesuatusebagai hitam timbul iri hati terhadap meninjau sikapnya
putih serta dari saudara untuk mengatasi
sisipandang mereka kandung dan seringkali perasaan “ tidak adil “
sendiri rebut ini.

2.2 Tabel tahap perkembangan psikososial pada remaja pertengahan (15-16 tahun)
Tahap Dampak Terhadap Efek Terhadap Orang
No
Perkembangan Remaja Tua
1 Lebih mampu untuk Lebih tenang, sabar dan Orang tua secara
berkompromi lebih toleransi.Dapat bertahap
menerima pendapat orang merasakan semakin
lain,meskipun berbeda mudah
dengan pendapatnya berhubungan
sendiri dengan anaknya

2 Belajar berpikir Menolak campur tangan Orang tua harus untuk


secara independen orang tua untuk memberikan
dan mengendalikannya. kepercayaan kepada
membuat keputusan Kurang dapat dipengaruhi anak dan
sendiri dan teman tidak lagi tidak terlalu
berpengaruh besar mengendalikannya

3 Terus menerus Baju, gaya rambut, sikap Oang tua mungkin


bereksperimen dan pendapat mereka menanggapi sikap
untuk mendapatkan sering berubah-ubah remaja secara serius
citra diri yang dan kuatir akan jadi
dirasakan menetap
nyaman bagi mareka

4 Merasa perlu Mulai bereksperiman Cemas terhadap risiko


mengumpulkan dengan rokok, alkohol ini sehingga orang tua
pengalaman dan kadang-kadang cenderung membatasi
baru,mengujinya Napza dan menetapkan
walaupun berisiko aturan.

5 Tidak lagi terfokus Lebih bersosialisasi dan Orang tua melihat bahwa
pada diri sendiri tidak lagi pemalu remaja siap untuk
membina hubungan
dekat.

6 Membangun Mempertanyakan ide dan Dapat menjadi masalah


nilai/norma nilai/ norma yang bila remaja menolak
dan mengembangkan diterima dari keluarga sikap yang mempunyai
moralitas nilai tinggi bagi
orang tua

7 Mulai Ingin menghabiskan Orang tua cemas akan


membutuhkan lebih waktu lebih banyak pengaruh teman
banyak teman dan dengan teman dari pada
rasa setia kawan dengan keluarga

8 Mulai membina Mulai berpacaran, tapi Orang tua cemas dan


hubungan dengan hubungan belum serius. mungkin pula terlalu
lawan ikut campur.
jenis
9 Intelektual lebih Mulai mempertanyakan Orang tua
berkembang dan sesuatu yang sebelumnya mempunyai
ingin tahu tentang tak berkesan. Ingin kesempatan untuk
banyak hal. Mampu mengikuti diskusi atau lebih mengetahui

23
berpikir secara debat anaknya
abstrak, mulai
berurusan dengan
hipotesa

10 Berkembangnya Mungkin tidak mendapat Orang tua perlu


ketrampilan kesempatan untuk menunggu sampai
intelektual mengembangkan tahap remaja
khusus misalnya, ketrampilan ini pertengahan sebelum
kemampuan menyimpulkan tentang
matematika, bahasa keampuan intelektual
dan ilmu anak
pengetahuan
lainnya

11 Mengembangkan Mungkin mengabaikan Orang tua perlu


minat yang besar pekerjaan sekolah mengenali bahwa
dalam bidang seni karena adanya minat anaknya memiliki
dan olahraga seperti yang baru ini kemampuan yang
musik, seni lukis, mungkin lebih dari
tari, basket dan lain- dugaannya
lain

12 Senang Remaja merasa dirinya Orang tua ingin


bertualangan, ingin mampu sehingga mereka melarang kegiatan
berpegian secara tidak mengikuti upaya anak yang berbahaya
mandiri mengikuti penyelamatan diri yang
kegiatan seperti dianjurkan
memanjat tebing,
naik gunung dan
lainlain

Tugas perkembangan remaja awal

Menurut Erikson dalam Yusuf (2004: 71) berpendapat bahwa masa remaja

merupakan berkembangnya identity. Identity merupakan vocal point dari pengalaman remaja.

Erikson memandang pengalaman hidup remaja adalah suatu periode saat remaja diharapkan

mampu mempersiapkan diri untuk menghadapi masa depan dan mampu menjawab pertanyaan

siapa saya? Dan apabila remaja mengalami kegagalan dalam mengembangkan rasa identitasnya,

maka akan mengalami kehilangan arah sehingga akan berdampak pada hal yang negatif seperti

perilaku yang menyimpang (delinquent), tindakan criminal atau menutup diri (mengisolasi diri)

dari lingkungan.

Selain tugas perkembangan di atas juga terdapat tugas perkembangan, yaitu:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur yang mempunyai otoritas.

c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul dengan teman

sebaya atau orang lain, baik secara individual maupun kelompok.

d. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya

sendiri.

24
e. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanakkanakan.

f. Mampu menyatakan kebebasan dan merasa sebagai seorang individu, tidak hanya sebagai

seorang anggota keluarga

g. Perasaan memiliki terhadap sebaya (anak laki-laki: membentuk gang, anak perempuan:

mempunyai sahabat)

h. Menuntut keadilan, tapi cenderung melihat sesuatu sebagai hitam putih serta dari sisi

pandang mereka sendiri

Penjelasan tugas perkembangan diatas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan pada

remaja adalah proses pencarian jati diri untuk menentukan masa depan. Jika pada tahap tersebut

remaja tidak mampu menemukan jati dirinya maka akan terjadi penyimpangan perilaku pada

remaja. Pada hal ini lingkungan juga akan mempengaruhi seorang remaja dalam menemukan jati

dirinya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn, E. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasi,S.Kp. Ni
Made Sumarwati, S.Kp. Jakarta:EGC

Hidayat, A. Alimul. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Paradigma Kuantitatif.


Jakarta: Heat Books.

Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta

Ngastiyah. 2005. Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan), Jakarta:
Salemba Medika.

Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Waspadai Penyakit Pada Anak. Jakarta: PT Indeks.

Rampengan, T. H. (2007). Penyakit Infeksi Tropik pada Anak (2nd ed.). Jakarta : EGC.

Soegijanto S. Demam Berdarah Dengue Edisi Kedua. Surabaya : Airlangga University Press.
2006 ; 39,40,45, 63,119

Sudoyo, A.W.Setiyohadi, B.Alwi, I.Simadibrata, M. & Setiati, S. 2010. Buku ajar ilmu penyakit
dalam. Edisi ke-4. Pusat Penerbit Ilmu penyakit Dalam FKUI, Jakarta, 1218-20.

26

Anda mungkin juga menyukai