Anda di halaman 1dari 3

Letter to the editor

Dear Sir/ madam

Tulisan, buku ataupun jurnal dimaksudkan agar bisa memberikan layanan


berbasis bukti (evidence base). Untuk mendapatkan suatu evidence base
diperlukan outcome measurement (penilaian keluaran) dengan alat ukur yang
tepat, cara ukur yang tepat dan cara menilai outcome (keluaran) yang tepat pula.

Uji jalan enam menit merupakan alat ukur yang sering digunakan terutama
dilingkungan rehabilitasi medik untuk mengukur kapasitas fungsional. Alat ukur
yang tepat dengan nilai ukur yang tepat, akan menghasilkan pogram intervensi
yang tepat, menilai hasil intervensi dengan tepat, dan menentukan prognosa
dengan tepat.

Jarak tempuh merupakan hasil utama suatu uji jalan enam menit. Jarak yang
dibentuk dari jumlah langkah selama enam menit. Disinilah letak masalahnya.
American Thoracic Society (ATS) pada naskahnya tentang panduan uji jalan
enam menit, tidak pernah memberikan patokan. ATS menyarankan agar tiap
negara/etnis mempunyai nilainya sendiri.

Panjang langkah berkorelasi dengan tinggi badan. Enam menit yang sama, akan
menghasilkan arak tempuh yang berbeda untuk tinggi badan yang berbeda.
Assessmen hasilnya dibandingkan dengan prediksi jarak tempuh sebagai nilai
rujukan. Prediksi jarak tempuh pada awalnya dibuat oleh Paul Enright, pada
orang dengan ras kaukasia, sebagai rumus regresi. Prediksi jarak tempuh
merupakan variable dependent dengan variable utama jarak tempuh, dengan
beberapa variable antropometri lain, antara lain tinggi badan. Jarak tempuh
berkorelasi kuat pada semua penelitian yang menghasilkan rumus prediksi jarak
tempuh. Tinggi badan juga secara konsisten menunjukkan korelasi terhadap
prediksi jarak tempuh.

Iwama et all (2009) membandingkan prediksi jarak tempuh yang dibuat dengan
134 subyek sehat orang Brazilia (healthy Brazilian), dengan lima rumus prediksi
jarak tempuh yang berbasis kaukasia. Iwama mendapat emapt dari ke lima
rumus berbasis Kaukasia, menghasilkan prediksi jarak tempuh yang lebih tinggi
(overestimasi).

Table 1 Comparasion and correlations between measured and predicted 6 min


walk distance Brazilians data using other references equations.

Equation N Measured Predicted Delta % Correlation


6 6MWD (m) predicted
MWD(m) (m)
Gibbons 122 657 716 137 ± 74 80 ± 10 0.50+
et all (512- (665-
645) 773)*
Chetta et 104 581 624 32 ± 71 94 ± 11 0.48+
all (526- (594-
648) 657)*
Enright 49 543 ± 71 506 ± 75 -36 ± 86 109 (95- 0.31#
and 116)
Sherrill
Trooters 31 534 600 71 ± 76 88 (81- 0.47#
et al (482- (570- 93)
621) 663)*
Camari et 22 536 553 115 ± 67 82 ± 10 0.55#
al (480- (634-
630) 702)*

Data are repoted as median (interquartile range). 6MWD=6-min walk distance.


*P0.01: measured vs predicted 6 MWD; +P<0.001; significant correlation; #P <
0.05: significant correlation.

Nury et all (2014) membuat rumus regresi linier juga untuk memprediksi jarak
tempuh dengan subyek 123 orang Indonesia (Mongoloid) sehat, dengan populasi
Jakarta dan mendapati bila dibandingkan dengan rumus prediksi jarak tempuh
berbasis Kaukasia (Enright and Sherrril), rumusEnright memberikan estimasi
yang lebih besar (p<0.05).

Table 2 Comparison prediksi jarak tempuh Nury dengan prediksi jarak tempu
Enright

Buat perbandingan prediksi jarak tempuh Nury dan Enright dengan hasil
penelitian awal

Jarak Prediksi Prediksi %thd jarak %terhadap


tempuh jarak jarak tempuh jarak
Nury tempuh tempul Nury tempuh
Nury paul Paul
Enright Enright

Similar results have been described in other population. Australians, Arabs


Tunisians, Singaporeans made their own equation.

The 6MWD was originally developed to evaluate the fun several ctional capacity,
monitor the effectiveness of patients with cardiorespiratory diseases. However,
more recently, the test has been validated in several populations, including
patients with fibromyalgia, cerebrovascular accident, amputation, morbid
obesity, Alzheimer’s disease among others. Outcoame assessment merujuk pada
pada nilai yang didapatkan dari orang sehat
Conclusions

The 6 MWD present great variability in healthy individual. Antropometric and


demographis featurs role important part of this variability. The equation
developed for Indonesian (Mongoloid) are probably the most appropriate to
intepretate the performance of chronic diseases that affect their capacity to
perform activity. However, it is strongly recommended that such equation be
validated in other region of Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai