Anda di halaman 1dari 6

ESSAI UJIAN AKHIR SEMESTER

“Stabilitas Sistem Ketahanan Dalam Negeri Australia Guna Mengatasi


Berbagai Permasalahan Imigrasi dan Pencari Suaka ke Australia”
Oleh:
Kharisma Nurlaela Ramadhana
(07041381722230)

Essai ini bertujuan untuk mendiskusikan tentang isu imigran yang terjadi
dinegara Australia sebelumnya imigrasi merupakan sebuah permasalahan
kontemporer yang terjadi di berbagai wilayah dan di berbagai negara secara
internasional. Secara singkat definisinya ialah proses perpindahan penduduk
dari suatu negara ke negara lain ini. Nyatanya dalam proses ini seringkali
menimbulkan banyak permasalahan seperti proses bermukimnya penduduk
yang dilakukan secara gelap atau ilegal ataupun jumlah penduduk yang datang
melebihi kuota di catatan atau over capacity. Meskipun dikategorikan sama
namun Imigran dan Pengungsi atau Pencari Suaka memiliki definisi dan jenis
yang jauh berbeda, perhatian dunia mengenai arus imigrasi diketahui sejak
penghujung World war II yang kemudian di sadurkan PBB dalam
pembentukkan UNCHR atau United Nations High Commissioner of Refugee di
tahun 1950. sementara pengungsi atau refugee juga mulai dipusatkan pada
kisaran tahun 1999-2000 oleh majelis PBB dimana agenda periode itu adalah
“The International Decade for Natural Disaster Reduction” yang kemudian
menjadikan masalah pengungsi sebagai perhatian kedua oleh UNCHR. Menjadi
negara tujuan imigran dan pencari suaka merupakan dilemma bagi beberapa
negara, salah satunya dinegara Australia, terdapat berbagai permasalahan dan
kebijakkan-kebijakkan terbaru guna mengontrol masuknya penduduk-penduduk
baru serta pencari suaka ke Australia. Berdasarkan uraian diatas kemudian
saya memahami bahwa persoalan mengenai isu imigran khususnya di negara
Australia menjadi agenda terpenting dalam urusan domestik Australia sendiri
tentunya saya memahami berbagai konflik dan permasalahan terkait isu
tersebut, untuk itu dalam penulisan essai ini saya memusatkan fokus saya pada
3 argumen utama terkait isu imigran di Australia yaitu argumen pertama
mengenai bagaimana awal perkembangan arus imigrasi, pengungsi serta
pencari suaka di Australia, argumen kedua membahas mengenai bagaimana
dan apa saja konflik, kasus-kasus terkait isu imigran dan pengugsi, pencari
suaka yang tercatat dalam sejarah negara Australia serta kasus, permaslaahan
imigran yang masih ditindak lanjuti hingga saat ini khsusunya konflik imigran di
perbatasan perairan negara Australia, argumen ketiga menafsirkan serta
menjabarkan bagaimana langkah-langkah pemerintah negara Australia terkait
untuk menjaga kestabilan dan keamanan negara dalam menghadapi
permasalahan seputar imigrasi ini baik dalam bentuk kebijakkan-kebijakkan apa
saja yang diterapkan atau dibuat.

Di argumen pertama saya ini mencoba mendeskripsikan perkembangan arus


imigrasi di australia secara historis penduduk-penduduk yang mendiami negara
Australia merupakan orang-orang datangan atau bangsa asing hal ini bisa
dilihat dari kedatangan bangsa aborigin yang menjadi penduduk asli awal yang
di sebut native people di australia kedatangan penduduk aborigin ini menjadi
gelombang awal migrasi penduduk negara australia selanjunnya pada
gelombang migrasi kedua imigrasi besar-besaran penduduk asal Inggris
berawal di port jackson di tahun 1788 yang disebabkan karena faktor-fator
dalam negara salah satunya akibat penempatan para narapidana dari inggris
maka akibat peristiwa gelombang kedua imigrasi ini negara australia seringkali
dijuluki tempat pembuangan inggris namun kemudian kisaran tahun 1850 silam
fenomena pertambangan dan penemuan tambang emas di wilayah negara
bagian Victoria serta New South Wales menambah masuknya arus imigrasi
baru ke negara Australia hal ini menjadi cikal bakal kedatangan-kedatangan
para imigran dari Asia khususnya Cina dan negara India,bahkan hal Ini sempat
menimbulkan kerusuhan rasial.

Selanjutnya gelombang ketiga penyebaran arus imigran di negara Australia


terjadi karena faktor domestik negara australia sendiri dimana karena pada saat
perang dunia ke II penduduk-penduduk dari eropa yang memilih mengungsi
sementara di camp negara australia mengalami kelebihan kapasitas sehingga
negara australia mencari peluang akan hal ini untuk kepentingan tenaga
terampil bagi negaranya hingga kemudian memfasilitasi serta
mengakomodasikan penduduk-penduduk eropa tersebut hingga akhirnya
menetap sebagai penduduk di sana. Saya berpendapat dari uraian diatas kita
dapat menafsirkan penduduk dari negara-negara mana saja yang mendiami
negara australia sehingga singkatnya negara australia tidak merupakan negara
yang memiliki penduduk suku asli mereka, dengan begitu negara australia juga
merupakan negara imigran setelah amerika serikat, tidak hanya dari negara
cina dan india bangsa asia yang mendiami australia juga sebgaian besar
berasal dari negara-negara arab pertumbhan nya membuat penduduk di
australia meroket pada tahun 2018 lalu. Sementara historis mengenai
gelombang pengungsi serta pencari suaka di negara australia dimulai sejak
kisaran tahun 1976 silam sejak tibanya rombongan yang berasal dari korban
perang vietnam yang sebagian besar merupakan penduduk vietnam sendiri
selanjutnya gelombang kedua pengungsi kembalai berlayar di daerah kota
Darwin Australia pelayaran masih merupakan korban dari perang vietnam,
maka dari itu pengungsi di australia dijuluki boat people karena penduduk
berdatangan dari dan menggunakan perahu-perahu hingga ke perairan wilayah
negara australia.

Selanjutnya pada argumen kedua, saya akan menjabarkan mengenai


permasalahan imigran/ pencari suaka gelap yang masuk ke negara Australia
melalui jalur laut. Rombongan-rombangan pencari suaka ,bahkan imigran pun
memang kerap kali memasuki negara australia melalui jalur laut namun
semenjak pemerintahan Tony Abbott sebagai PM negara Australia lalu lintas ini
diajaga semakin ketat sebagai dari implementasi Immigration Act 1958, konflik
pemulangan paksa kapal kayu yang berisi imigran ilegal asal Somalia, sudan,
Yaman, Irak,Eriteria dan Palestina ini menjadi konflik bilateral antara negara
Australia dan Indonesia pasalnya pengusiran tersebut terjadi dikarenakan 3
kapal perang angkatan laut australia menghadang kapal tersebut untuk masuk
ke perbatasan negara australia pada 19 desember 2013 lalu. Sebelumnya
kasus demikian juga sempat terjadi pada 2001 silam Hal ini menjadi
permasalahan penyebab konflik bilateral antar kedua negara, hal ini membuat
australia mendapat kecaman bahkan indonesia menyarankan negara australia
diberi sanksi karen dinilai melanggar undang-undang serta pasal dalam
UNCHR yaitu berupa pasal 3 dan 4 serta pasal 33 ayat 1 dalam peraturan
UNCHR terhadap prinsip non-refoulement. Salah satu isu imigran gelap terkait
hal sama ialah kasus imigran kapal MV Tampa 26 Agustus silam dimana terjadi
miss komunikasi dan membuktikan bahwa berbahayanya penduduk-penduduk
imigran asing tersebut, dikarenakan salah satunya bahwa mereka tidak mau
mematuhi aturan dan cenderung memaksa sebab mereka diluar jalur resmi.

Selanjunya pada argumen terakhir, saya bermaksud lebih mengulas respon


dan kebijakkan-kebijakkan yang langsung dicanangkan pemerintah australia
dalam menghadapi konflik-konflik imigrasi ini. Usai tragedi kapal MV tampa
pada 2001 kebijakkan-kebijakkan imigrasi di australia mulai dibenahi antara lain
pengetatat peraturan serta menetapkan isu migrasi sebagai isu keamanan
negara, pembuatan sekuritisasi yang tegas serta mulai menetapkan boat
people atau manusia perahu sebagai imigran ilegal, hal ini disahkan oleh
Department Immigration and Citizenship (DIAC) yang mengkategorikannya
sebagai Irregular Maritime Arrivals sebagai langkah awal penstabilan
keamanan negara dari para illegal people. Adanya kebijakkan amandemen
RUU Migrasi 2001 sebagai implikasi utama dari tragedi Tampa dengan
melakukan pemrosesan sekitaran lepas laut dan pemukiman yang diatur dalam
undang-undnag tersebut. Pemukiman ketiga ini diberlakukan untuk pencari
suaka, pengungsi bahkan imigran agar mendapatkan status pengungsi mereka
dan melegalkan status mereka di tanah negara Australia, tujuannya tak ada lain
selain mengurangi jumlah imigran, refugee, dan asylum seeker agar tidak
merugikan anggaran negara dengan memanfaatkan perilaku ilegal mereka.
Selanjutnya Kebijakkan polugri mengenai isu migrasi negara Australia antara
lain pemberlakukan Pasific Solution dimana peraturan ini cukup keras dengan
tidka mengizinkan kapal-kapal tersebut berlabuh di laut daerah teritorial negara
australia dan membiarkan refugee, dan asylum seeker sebelum penetapan
status dan hak-hak mereka diperbaharui secara legal, banyak diantara mereka
yang terluntang lantung akibat aturan ini sehingga kebijakkan ini dikecam oleh
beberapa negara di pasifik serta UNCHR mendesak Australia agar menkaji
ulang aturan tersebut agar tidak menyalahi HAM. Serta kebijakkan Uniteral
yang tidak dapat diganggu gugat dan asertif berupa Operation Sovereign
Borders (OSB) demi melindungi dan menahan arus imigran gelap ke negara
australia. Disisi lain Australia berusaha menjaga dan menjalin kembali
diplomasi dengan negara-negara yang sempat berkonflik dengannya perihal isu
migrasi contohnya Indonesia, kemudian australia mencanangkan pertemuan
dan kerjasama bilateral dengan Indoensia dalam Bali Process sekitar tahun
2012 yang dimaksud agar dapat mengatasi masalah isu migrasi yang
merupakan implementasi australia dari Regional Cooperation Framework
(RCF). kebijakkan lainnya yakni pengadaan Australian Border Force ditiga
negara rawan imigran dalam kawasan asia pasifik yaitu; Indonesia, Malaysia
dan Sri Lanka. Hal ini dimaksudkan memperkokoh kerjasama kawasan terkait
kerja sama penanggulangan penyelundupan manusia, perdagangan orang,
bahkan kejahatan lintas negara. Catatan perdana menteri australia yang
mermuskan berbagai kebijakkan ketat diatas guna menjaga stabilitas wiayah
negara antara lain Malcolm Turnbull dalam parlianment of Australia di tahun
2016, Kevin Rudd, Tony Abbott, serta mantan PM Julia Gillard dengan
kebijakkan Regional Processing Act nya dalam pengamandemenan Migration
Act.

Ketiga argumen diatas yaitu, argumen pertama mengenai bagaimana awal


perkembangan arus imigrasi, pengungsi serta pencari suaka di Australia,
argumen kedua membahas mengenai bagaimana dan apa saja konflik, kasus-
kasus terkait isu imigran dan reffuges, asylum seeker yang tercatat dalam
sejarah negara Australia serta kasus, permaslaahan imigran yang masih
ditindak lanjuti hingga saat ini khsusunya konflik imigran di perbatasan perairan
negara Australia, argumen ketiga menjabarkan respon kebijakkan-kebijakkan
apa saja yang diterapkan atau dibuat, telah menunjukkan bahwa penulis
memahami dengan merincikan bagaimana gejolak permalsahan terkait isu
migrasi internasional yang masuk ke negara Australia, saya memahami terkait
kebijakkan-kebijakkan yang dirumuskan oleh pemerintah negara australia perlu
ditinjau ulang karena menurut hukum internasional yang membahas terkait
status dan keadaan ketiga kategori penduduk tersebut menyalahi ketentuan
dan cenderung sarat akan pembelaan terhadap HAM (Hak Asasi Manusia).
disisi lain saya memahami terkait banyaknya penduduk asing di negara
australia yang bahkan berasal dari Asia, saya memahami perkembangan
negara australia sebgai salah satu tujuan utama para imigran dan pencari
suaka, maka menurut saya perlu adanya regulasi dan status resmi para imigran
yang ingin menetap di australia demi mencegah adanya atau masuknya
penyeudupan manusia hal inilah yang menjadi perhatian pembahasan penulis
terkait isu imigran dan pencari suaka gelap di negara Australia.
Bibliography
Prasetya Bayu A ,Yuniati S .2015.Factors Affecting the Policy of Australia
Dealing on Illegal Immigrant on Australia Labor Party's Era Jurnal
Hubungan Internasional, Universitas Jember 15. Jember.

Hidriyah S,”Isu Imigran Gelap Dalam Hubungan Bilateral


AUSTRALIA–INDONESIA “Info Singkat Hubungan
Internasional”,No 19(Oktober, 2013), 7-8.

Aryanto, E. I. (2015). Pengusiran Imigran Oleh Angkatan Laut Australia Ke


Wilayah Indoensia Dalam Perspektif Hukum Internasional.
Journal pemenuhan gelar Magister Ilmu Hukum, Universitas
Brawijaya. Malang. , 4-6.

Anda mungkin juga menyukai