Anda di halaman 1dari 8

UJIAN AKHIR SEMESTER

(UAS)

IAIN PAREPARE

MATA KULIAH : ZAKAT WAKAF DI INDONESIA

FAKULTAS : EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI : MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF

BOBOT ` : 3 SKS

WAKTU : KAMIS, 07.30 – 10.00

RUANG : S.305

NOMOR HP./ WA : 085 255 994 777

EMAIL : abdullah@iainpare.ac.id

DOSEN PENGAMPU : ABDULLAH, S.Ag.,M.Pd.

NAMA : ARNOL HERIANTO ADI

NIM : 2020203874236018

SOAL ESSAY :

1. DAPAT MENGURAIKAN UNSUR-UNSUR DAN SYARAT WAKAF !

JAWAB :

•UNSUR UNSUR WAKAF

(1) Wakif atau orang yang mewakafkan hartanya.

(2) Harta yang diwakafkan.


(3) Mauquf alaih atau pihak yang berhak menerima manfaat harta wakaf.

(4) Shighah atau ikrar wakaf.

•SYARAT² WAKAF

Syarat Pelaksanaan Wakaf

Wakaf adalah amalan yang tentunya harus dipenuhi syarat-syaratnya. Pelaksanaan wakaf
dianggap sah apabila terpenuhi syarat-syarat, yaitu:

1. Wakaf harus orang yang sepenuhnya menguasai sebagai pemilik benda yang akan diwakafkan.
Si Wakif tersebut harus mukallaf (akil baligh) dan atas kehendak sendiri.

2. Benda yang akan diwakafkan harus kekal dzatnya, berarti ketika timbul manfaatnya dzat
barang tidak rusak. Harta wakaf hendaknya disebutkan dengan terang dan jelas kepada siapa dan
untuk apa diwakafkan.

3. Penerima wakaf haruslah orang yang berhak memiliki sesuatu, maka tidak sah wakaf kepada
hamba sahaya.

4. Ikrar wakaf dinyatakan dengan jelas baik dengan lisan maupun tulisan.

5. Dilakukan secara tunai dan tidak ada khiyar (pilihan) karena wakaf berarti memindahkan
wakaf pada waktu itu. Jadi, peralihan hak terjadi pada saat ijab qobul ikrar wakaf oleh wakif
kepada nadzir sebagai penerima benda wakaf.

2. JELASKAN ASPEK PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENGELOLAAN WAKAF


DI INDONESIA !

JAWAB :

Menurut Uswatun (2003) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan wakaf belum berperan
dalam memberdayakan ekonomi umat:
a. Pemahaman Masyarakat tentang Hukum Wakaf.

Selama ini, umat Islam masih banyak yang beranggapan bahwa aset wakaf itu hanya boleh
digunakan untuk tujuan ibadah saja. Misalnya, pembangunan masjid, komplek kuburan, panti
asuhan, dan pendidikan. Padahal, nilai ibadah itu tidak harus berwujud langsung seperti itu. Bisa
saja, di atas lahan wakaf dibangun pusat perbelanjaan, yang keuntungannya nanti dialokasikan
untuk beasiswa anak-anak yang tidak mampu, layanan kesehatan gratis, atau riset ilmu
pengetahuan. Ini juga bagian dari ibadah.
Selain itu, pemahaman ihwal benda wakaf juga masih sempit. Harta yang bisa diwakafkan masih
dipahami sebatas benda
tak bergerak, seperti tanah. Padahal wakaf juga bisa berupa benda bergerak, antara lain uang,
logam mulia, surat berharga, kendaraan, hak kekayaan intelektual, dan hak sewa. Ini
sebagaimana tercermin dalam Bab II, Pasal 16, UU No. 41 tahun 2004, dan juga sejalan dengan
fatwa MUI ihwal bolehnya wakaf uang (Matraji 2009)

b. Pengelolaan dan Manajemen Wakaf.

Saat ini pengelolaan dan manajemen wakaf di Indonesia masih memprihatinkan. Sebagai
akibatnya cukup banyak harta wakaf terlantar dalam pengelolaannya, bahkan ada harta wakaf
yang hilang. Salah satu penyebabnya adalah umat Islam pada umumnya hanya mewakafkan
tanah dan
bangunan sekolah, dalam hal ini wakif kurang memikirkan biaya operasional sekolah, dan
nazhirnya kurang profesional. Oleh karena itu, kajian mengenai manajemen pengelolaan wakaf
sangat penting. Kurang berperannya wakaf dalam memberdayakan ekonomi umat di Indonesia
karena wakaf tidak dikelola secara produktif. Untuk mengatasi masalah ini,

wakaf harus dikelola secara produktif dengan menggunakan manajemen modern. Untuk
mengelola wakaf secara produktif, ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebelumnya. Selain
memahami konsepsi fikih wakaf dan peraturan perundang-undangan, nazhir harus profesional
dalam mengembangkan harta yang dikelolanya, apalagi jika harta wakaf tersebut berupa uang.
Di samping itu, untuk mengembangkan wakaf secara nasional, diperlukan badan khusus yang
menkoordinasi dan melakukan pembinaan nazhir. Pada saat di Indonesia sudah dibentuk Badan
Wakaf Indonesia.
c. Benda yang Diwakafkan

Pada umumnya tanah yang diwakafkan umat Islam di Indonesia hanyalah cukup untuk
membangun masjid atau mushalla, sehingga sulit untuk dikembangkan. Memang ada beberapa
tanah wakaf yang cukup luas, tetapi nazhir tidak profesional. Di Indonesia masih sedikit orang
yang mewakafkan harta selain tanah (benda tidak bergerak), padahal dalam fikih, harta yang
boleh diwakafkan sangat beragam termasuk surat berharga dan uang.

d. Nazhir (pengelola wakaf).

Dalam perwakafan, salah satu unsur yang amat penting adalah nazhir. Berfungsi atau tidaknya
wakaf sangat tergantung pada kemampuan nazhir. Di berbagai negara yang wakafnya dapat
berkembang dan berfungsi untuk memberdayakan ekonomi umat, wakaf dikelola oleh nazhir
yang profesional. Di Indonesia masih sedikit nazhir yang profesional, bahkan ada beberapa
nazhir yang kurang memahami hukum wakaf, termasuk kurang memahami hak dan
kewajibannya. Dengan demikian, wakaf yang diharapkan

3. KEMUKAKAN PENDAPAT ANDA TENTANG PARADIGMA BARU FIQIH WAKAF


DI INDONESIA! DAPAT MENJELASKAN SEBAB DIBOLEHKAN DAN TIDAK
DIBOLEHKANNYA BENDA WAKAF DIALIHKAN KEPADA ORANG LAIN !

JAWAB :

Wakaf, berasal dari bahasa Arab al-waqaf bentuk masdar dari kata “waqafa-yaqifu-waqfan Kata
al-waqf semakna dengan al-habs bentuk masdar dari “habasa-yahbisu-habsan”
artinya menahan.2
Dalam bahasa Arab, istilah wakaf kadang-kadang bermakna objek atau benda yang diwakafkan
(al mauquf bih) atau dipakai dalam pengertian wakaf sebagai institusi seperti yang dipakai dalam
perundang undangan Mesir. Di Indonesia, term wakaf dapat bermakna objek yang diwakafkan
atau institusi.3 Menurut istilah meskipun terdapat perbedaan penafsiran, disepakati bahwa makna
wakaf adalah menahan dzatnya benda dan memanfaatkan hasilnya atau menahan dzatnya dan
menyedekahkan manfaatnya.4 Adapun perbedaan pendapat para ulama fiqh dalam
mendefinisikan wakaf diakibatkan cara penafsiran dalam memandang hakikat wakaf. Perbedaan
pendangan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 5 Menurut Abu Hanifah “Wakaf adalah
menahan suatu benda yang menurut hukum, tetap miliki si wakaf dalam rangka mempergunakan
manfaatnya untuk kebajikan”. Berdasarkan definisi itu maka pemilikan harta wakaf tidak lepas
dari si wakif, bahkan ia dibenarkan menariknya kembali dan ia boleh menjualnya. Jika si wakif
wafat, harta tersebut menjadi harta warisan buat ahli warisnya. Jadi yang timbul dari wakaf
hanyalah “menyumbangkan manfaat”. Karena itu madzhab Hanafiyah mendefinisikah “wakaf
adalah tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus tetap sebagai hak milik,
dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu pihak kebajikan (sosial), baik sekarang
maupun akan datang”.Madzhab Maliki berpendapat bahwa wakaf itu tidak melepaskan harta
yang diwakafkan dari kepemilikan wakif, namun wakaf tersebut mencegah wakif melakukan
tindakan yang dapat melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan wakif
berkewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak boleh menarik hartanya untuk digunakan
oleh mustahiq (penerima wakaf), walaupun yang dimilikinya itu berbentuk upah, atau
menjadikan hasilnya untuk dapat digunakan seperti mewakafkan uang. Wakaf dilakukan dengan
mengucapkan lafadz wakaf untuk masa tertentu sesuai dengan keinginan pemilik.

Dalam Hukum Perwakafan, Pengalihan dan penerimaan wakaf dinyatakan sah dengan ucapan
ataupun perbuatan yang menunjukkan makna wakaf. Seperti seseorang menjadikan tanahnya
sebagai masjid dan mengizinkan orang-orang untuk shalat di dalamnya, atau tanah perkebunan
yang diperbolehkan bagi orang-orang untuk menguburkan jenazah di tempat tersebut. Adapun
pengalihan wakaf dengan perbuatan dalam hukum Islam, maka diisyaratkan adanya tanda-tanda
yang menunjukkan bahwasanya seseorang telah berwakaf. Jika ada tanda-tanda yang
menunjukkan bahwasanya seseorang telah berwakaf, maka perbuatan tersebut dinyatakan
sebagai wakaf, meski ia tidak berniat demikian.

4. KEMUKAKAN PENDAPAT ANDA TENTANG PEMBERDAYAAN WAKAF


PRODUKTIF BERBASIS WIRAUSAHA !

JAWAB :

Wakaf merupakan salah satu lembaga keuangan Islam di samping zakat, infak dan shadakah
yang menjadi salah satu alternatif yang mampu mengatasi permasalahan yang saat ini

menimpa masyarakat Indonesia terutama kemiskinan. Dengan pengelolaan wakaf secara

produktif diharapkan mampu membantu pemerintah mencari penyelesaian dari masalah yang
ada. Namun yang perlu dilakukan pertama kali adalah mengubah pemahaman masyarakat yang

menganggap bahwa wakaf hanya sebatas pada benda tidak bergerak yang tidak dapat dikelola
secara produktif.

Dalam pelaksanaannya, wakaf dikelola oleh nazhir wakaf. Nazhir wakaf harus memiliki

kemampuan yang memadai sehingga mampu mengelola wakaf secara maksimal. Selain itu perlu

adanya regulasi peraturan perundangan wakaf yang memberikan urgensi bahwa wakaf tidak

hanya untuk kepentingan ibadah tetapi pemberdayan wakaf secara produktif untuk kepentingan
sosial yaitu untuk kesejahteraan umat. Dengan pemahaman baru dan pengelolaan wakaf

produktif secara maksimal maka diharapkan akan mampu mengatasi masalah yang saat ini

sedang melanda umat.

5. DAPAT MENYEBUTKAN LANGKAH-LANGKAH NYATA PENGELOLAAN


WAKAF DI INDONESIA !

KEMUKAKAN PENDAPAT ANDA TENTANG MANFAAT MEMPELAJARI MATERI


WAKAF !

JAWAB :

Pengelolaan zakat yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi kegiatan perencanaan,
pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan
zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara,
BAZNAS provinsi, dan BAZNAS kabupaten/kota.

1. Melatih jiwa sosial dan membantu yang kesulitan

Berwakaf menjadi salah satu sarana untuk melatih jiwa sosial. Bagi kita yang memiliki harta
benda lebih banyak, bisa memberikan kepada kaum yang tidak mampu atau kesulitan. Misalnya
lewat tanah yang kita wakafkan untuk orang yang tidak memiliki tempat tinggal, dan lain
sebagainya.

2. Belajar bahwa harta benda di dunia ini tidak kekal

Dengan berwakaf, kita belajar bahwa harta yang kita miliki harus dibagi dengan orang lain. Ada
sebagian hak orang lain dalam harta kita. Kehidupan akhirat yang kekal bisa diselamatkan lewat
kehidupan di dunia. Wakaf membantu kita untuk mendapatkan kehidupan akhirat yang lebih
baik.

3. Amalan tidak terputus

Amalan wakaf tidak dapat terputus meski sudah meninggal dunia, jika dikelola terus menerus.
Jadi meskipun kita sudah tidak ada di dunia ini, kita bisa tetap berguna bagi orang-orang di
sekitar kita.

4. Mempererat tali persaudaraan dan mencegah kesenjangan sosial

Dengan berwakaf yang digunakan untuk kepentingan umum, masyarakat akan merasakan
manfaat yang sama. Orang yang kekurangan bisa menikmati sarana-sarana publik yang lebih
baik, dan orang yang lebih berada juga bisa berbagi. Sehingga, kesenjangan sosial akan semakin
kecil dan tali persaudaraan akan terasa lebih erat.

5. Mendorong pembangunan negara

Wakaf banyak digunakan untuk mendirikan sarana seperti sekolah, yayasan pendidikan, asrama,
dan fasilitas umum lain. Hal ini sangat membantu meningkatkan pembangunan negara lewat
bidang pendidikan.
Parepare, 21 Januari 2021

Dosen Pengampu,

ABDULLAH, S.Ag.,M.Pd.

NIDN: 2125027001

Anda mungkin juga menyukai