Anda di halaman 1dari 12

PENGAUDITAN II

“PENYELESAIAN PENGUJIAN DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENGUMPULAN PIUTANG ”

OLEH :

COKORDA BAGUS KRISNA DHARMAYUDA (1807531104) / 05

NI PUTU PUTRI PRATIWI (1807531133) / 16

COKORDA ISTRI WAHYUNIYASANTI (1807531144) / 20

NI KADEK SUKMA DWIYANTIKA (1807531149) / 24

PUTU WAHYU EKA BUDI (1807531162) / 28

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
PEMBAHASAN

1.1 METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Dalam merancang pengujian atas rincian saldo untuk piutang usaha, auditor harus
memenuhi masing-masing tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang. Tujuan
audit yang berkaitan dengan saldo piutang usaha :
a. Detail tie-in, piutang usaha dalam neraca saldo sama dengan jumlah file induk
terkait,dan totalnya telah ditambahkan dengan benar serta sama dengan buku
besar umum.
b. Keberadaan, piutang usaha dicatat ada.
c. Kelengkapan, piutang usaha yang ada telah dicantumkan.
d. Keakuratan, piutang usaha sudah akurat.
e. Klasifikasi, piutang usaha sudah diklasifikasikan dengan benar.
f. Pisah Batas, pisah batas piutang sudah benar.
g. Nilai Realisasi, piutang usaha dinyatakan pada nilai realisasi.
h. Hak, klien memiliki hak atas piutang usaha.

1.1.1 Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Mempengaruhi Piutang Usaha


(TahapI)

Auditor mempelajari industri dan lingkungan eksternal klien serta mengevaluasi


tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang
signifikan yang dapat memengaruhi laporan keuangan, termasuk piutang usaha.
Untuk mendapatkan pemahaman tersebut, auditor juga melaksanakan prosedur
analitis pendahuluan yang dapat menunjukkan kenaikan risiko salah saji piutang
usaha.
1.1.2 Menetapkan Salah Saji yang Dapat Ditoleransi dan Menilai Risiko
Inheren/Bawaan (Tahap I)
Dalam melakukan tugasnya, auditor pertama-tama akan memutuskan
pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas laporan keuangan secara
keseluruhan, dan kemudian mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke
setiap akun neraca yang signifikan, termasuk piutang usaha. Alokasi ini disebut
sebagai penetapan salah saji yang dapat ditoleransi.
1.1.3 Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang usaha
terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat menginginkan
catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan baik dengan pelanggan. Aspek
utama yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pengendalian internal :

a. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan.


b. Pengendalian terhadap pisah batas.
c. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih.
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi dengan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dalam
memutuskan risiko deteksi yang direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi
pengujian atas rincian saldo. Contoh : auditor menyimpulkan bahwa risiko
pengendalian untuk transaksi penjualan maupun penerimaan kas adalah rendah bagi
tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi keakuratan. Karena itu, auditor dapat
menyimpulkan bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
keakuratan untuk piutang usaha sudah efektif karena satu-satunya transaksi yang
mempengaruhi piutang usaha adalah penjualan dan penerimaan kas. Jika retur dan
pengurangan penjualan serta penghapusan piutang usaha tak tertagih berjumlah
signifikan, penilaian risiko pengendalian juga harus dipertimbangkan untuk kedua
kelas transaksi tersebut.
Tiga baris penilaian resiko pengawasan : satu untuk penjualan, satu untuk
penerimaan tunai, dan satu untuk pengawasan tambahan yang berhubungan dengan
saldo rekening piutang. Sumber dari setiap resiko pengawasan penjualan dan
penerimaan tunai adalah matrik resiko pengawasan, yang mengasumsikan bahwa hasil
pengujian pengawasan mendukung penilaian yang sebenarnya. Auditor membuat
pemisah penilaian resiko pengawasan untuk tujuan yang berhubungan hanya dengan
saldo rekening piutang.

1.1.4 Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian


Substantif atas Transaksi (Tahap II)
Hasil pengujian pengendalian akan menentukan apakah penilaian risiko
pengendalian untuk penjualan dan penerimaan kas harus direvisi. Sedangkan, auditor
menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan sejauh mana
risiko deteksi yang direncanakan akan dipenuhi bagi setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo piutang usaha.

1.1.5 Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis (Tahap III)

Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tiga tahap audit: perencanaan,
ketika melaksanakan pengujian yang terinci, dan sebagai bagian dari penyelesaian
audit. Sebagian besar prosedur analitis yang dilaksanakan selama tahap pengujian
dilakukan setelah tanggal neraca tetapi sebelum pengujian atas rincian saldo. Auditor
melaksanakan prosedur analitis untuk siklus penjualan dan penagihan secara
keseluruhan, bukan hanya piutang usaha. Hal ini dikarenakan hubungan yang erat
antara akun-akun laporan laba rugi dan neraca. Jika auditor mengidentifikasi salah saji
yang mungkin terjadi dalam retur dan pengurangan penjualan dengan menggunakan
prosedur analitis, piutang usaha mungkin akan mengoffset salah saji itu. Jika prosedur
analitis dalam siklus penjualan dan penagihan mengungkapkan fluktuasi yang tidak
biasa, auditor harus melontarkan pertanyaan tambahan kepada manajemen. Respon
manajemen harus dievaluasi secara kritis.

1.1.6 Merancang dan Melaksanakan Pengujian Detil Saldo Piutang Usaha (Tahap III)

Pengujian rincian saldo yang tepat tercantum pada kertas kerja perencanaan.
Risiko deteksi ditunjukkkan pada baris kedua dari bawah. Hal tersebut merupakan
keputusan subjektif auditor setelah mngkombinasikan kesimpulan yang dicapai
mengenai setiap factor yang tercantum. Tugas menhubungkan factor yang
direncanakan sangatlah kompleks karena pengukuran factor bersifat tidak jelas. Bukti
audit yang direncanakan adalah kebalikan dari risiko deteksi yang direncanakan.
Setelah memutuskan bukti yang direncanakan bagi tujuan tertentu adalah tinggi,
sedang, rendah, kemudian auditor harus memutuskan prosedur audit yang sesuai,
ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu.

1.2 PERANCANGAN PENGUJIAN RINCI SALDO

Walaupun lebih menekankan akun neraca ketika melakukan pengujian atas rincian
saldo auditor tidak boleh mengabaikan akun –akun laporan laba rugi karena akun-
akun itu di uji sebagai produk smapingan dari pengujian neraca.sebagai contoh jika
auditor mengkorfirmasi saldo piutang usaha dan menemukan lebih saji yang
disebabkan oleh kesalahan dalam menagih pelanggan ,maka baik piutang usaha
maupun penjualan akan lebih saji. Ketika membahas pengujian atas rincian saldo
piutang usaha , kita akan berfokus pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Kita juga akan mengasumsikan dua hal :

a. Auditor telah menyelesaikan kertas kerja perencanaan bukti


b. Auditor telah memeutuskan resiko deteksi yang direncanakan untuk pengujian
atas rincian saldo bagi setiap tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.
Prosedur audit yang dipilih dan ukuran sampelnya akan sangat tergantung pada
apakah bukti yang direncanakan untuk tujuan tertentu adalah rendah , sedang , atau
tinggi.

1.2.1 Kecocokan Saldo Dalam Catatan

Konfirmasi piutang usaha merupakan pengujian atas rincian saldo piutang usaha
yang paling penting.sebagian besar pengujian piutang usaha dan penyisihan piutang
tak tertagih didasarkan pada aged trial balance. Aged trial balance menyajikan daftar
saldo-saldo dalam file induk piutang usaha pada tanggal neraca,termasuk saldo
pelanggaran individual yang beredar dalam rincian saldo pada waktu antara tanggal
penjualan dan tanggal neraca.

1.2.2 Keberadaan – Piutang Usaha

Konfirmasi saldo pelanggan merupakan pengujian atas rincian saldo yang paling
penting untuk menentukan keberadaan atau eksistensi piutang usaha yang dicatat jika
pelanggan tidak merespon konfirmasi,auditor juga memeriksa dokumen pendukung
guna menverfikasi pengiriman barang dan bukti penerimaan kas untuk menentukan
apakah piutang tak tertagih.

1.2.3 Kelengkapan – Piutang Usaha

Sulit bagi auditor untuk menguji saldo akun yang dihilangkan dari aged trial
balance,kecuali mengandalkan pada sifat menyeimbangkan sendiri pada file induk
piutang usaha.

1.2.4 Ketelitian – Piutang Usaha


Konfirmasi akun yang sudah dipilih dari neraca saldo nmerupakan pengujian atas
rincian saldo yang paling umum bagi keakuratan piutang usaha.jika pelanggan tidak
merespon permintaan konfirmasi ,auditor akan memeriksa dokumen pendukung
dengan cara yang sama seperti yang diuraikan untuk tujan keberadaan.

1.2.5 Penggolongan – Piutang Usaha

Biasanya auditor dapat mengevaluasi klasivikasi piutang usaha relative jauh lebih
mudah dengan mereview aged trial balance untuk piutang yang material dari
klasifikasi,dari pejabat ,direktur,atau pihak terkait lainnya.

1.2.6 Pisah Batas – Piutang Usaha

Terjadi apabila transaksi periode berjalan dicatat dalam periode selanjutnya.tujuan


dari pengujian pisah batas,tampa memandang jenis transaksi,adalah untuk
menverfikasi apakah transaksi yang mendekati akhir priode akuntansi telah dicatat
pada periode yang tepat.salah saji pisah batas dapat terjadi untuk penjualan, retur dan
pengurangan penjualan, dan penerimaan kas. Bagi masing-masing pos
tersebut,auditor memerlukan pendekatan rangkap tiga untuk menentukan kelayakan
pisah batas:

a. Memutuskan kriteria pisah batas yang tepat.


b. Mengevaluasi apakah klien memiliki prosedur yang memadai yang ditetapkan
untuk memastikan kelayakan pisah batas.
c. Menguji apakah pisah batas sudah benar.

1.2.6.1 Pisah batas penjualan

Sebagian besar klien perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur


mencatat penjualan berdasarkan criteria pengiriman barang akan dapat terjadi
sebelum pengiriman (seperti pada kasus barang yang di buat secara massal)

1.2.6.2 Pisah batas retur penjualan


Prinsip –prinsip akuntansi yang diterima umum mengharuskan bahwa retur
dan pengurangan penjualan ditandingkan dengan penjualan yang terkait jika
jumlahnya material,akan tetapi bagi sebagian besar retur dan pengurangan
penjualan dicatat pada periode aqkuntansi dimana hal itu terjadi.
1.2.6.3 Pisah batas penerimaan kas
Untuk sebagian besar audit,pisah batas penerimaan yang benar kurang
begitu penting dibandingkan pisah batas penjualan karena pisah batas kas yang
tidak tepat hanya mempengaruhi saldo kas dan piutang usaha.jauh lebih
mudah menguji salah saji pisah batas penerimaan kas yang (yang sering
disebut sebagai penyelenggaraan pembukuan penerimaan kas terbuka )dengan
menelusuri penerimaan kas yang dicatat kesetoran bank periode selanjutnya
pada laporan bank.

1.2.7 Nilai Bersih yang Bisa Direalisasikan – Piutang Usaha

Sama dengan piutang usaha kotor dikurangi penysihan piutang tak tertagih untuk
menghitng penjualan mengestimasi total jumlah piutang usaha yang di perkirakan
tidak dapat di tagih.

1.2.7.1 Beban kerugian piutang


Setelah auditor puas dengan penyisihan piutang tak tertagih ,akan jauh
lebih mudah memverifikasi beban piutang tak tertagih . Asumsikan bahwa:
saldo awal akun penyisihan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya
penghapusan piutang tak tertagih diverifikasi sebagai bagian dari pengujian
subtansif atas transaksi saldo akhir akun penyisihan telah diverifikasi dengan
berbagai cara.

1.2.8 Hak Klien Atas – Piutang Usaha

Pada umumnya hak klien atas piutang usahatidakmenimbulkan masalah karena


biasanya piutang milik klien .akan tetapi dari beberapa kasus sebagian dar piutang
mungkin telah digadaikan sebagai jaminan,dibebankan kepada orang
lain.difaktorkanatau di jual dengan discount.

1.2.9 Penyajian dan Pengungkapan – Piutang Usaha

Pengujian terhadap empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan umumnya dilakukan sebagai bagian dari tahap penyelesaian audit.akan
tetapi beberapa pengujian atas penyajian dan pengungkapan sering kali dlakukan
dengan pengujian untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan saldo.

1.3 KONFIRMASI PIUTANG USAHA


Tujuan konfirmasi piutang usaha adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan,
ketelitian, dan pisah batas. Konfirmasi eksternal adalah bukti audit yang diperoleh
sebagai suatu respons tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak yang
dikonfirmasi).

1.3.1 Ketentuan Dalam Standar Audit

Standar Audit (SA) 500 (bukti audit) mengidikasikan bahwa keandalan bukti audit
dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya dan ini tergantung pada kondisi individual yang
dari situ bukti audit diperoleh. SA juga mencakup generalisasi berikut yang relevan
terhadap bukti audit:

a. Bukti audit lebih andal ketika diperoleh dari sumber independen di luar
entitas.
b. Bukti audit yang diperoleh secara langsung oleh auditor lebih andal daripada
bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui penarikan
kesimpulan.
c. Bukti audit lebih andal dalam bentuk format dokumen, baik dalam bentuk
kertas, elektronik, atau media lain.

1.3.2 Jenis-Jenis Konfirmasi

1.3.2.1 Konfirmasi positif


Komunikasi dengan debitur untuk mengonfirmasi apakah saldo yang
dinyatakan pada permintaan konfirmasi itu benar atau salah. Konfirmasi
kosong adalah sejenis konfirmasi positif tetapi konfirmasi tsb tidak
menyebutkan jumlah. Konfirmasi faktur adalah Jenis konfirmasi positif
lainnya dimana setipa faktur akan dikonfirmasi , dan bukan saldo piutang
usaha pelanggan secara keseluruhan.

1.3.2.2 Konfirmasi negative


Ditujukan kepada debitur tetapi hnaya akan meminta respon jika debitur
tidak setuju dengan jumlah yang dinyatakan.

1.3.3 Saat Pengiriman Konfirmasi

Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi baru akan diperoleh jika
konfirmasi itu dikirim sedekat mungkin dengan tanggal neraca (akhir tahun buku).
Hal ini memungkinkan auditor untuk secara langsung menguji saldo piutang usaha
yang tercantum di neraca tanpa harus memutahirkan saldo dengan transaksi yang
terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca.

1.3.4 Ukuran Sampel Untuk Konfirmasi

1.3.4.1 Ukuran sampel


Faktor yang memepengaruhi ukuran sampel :
a. Salah saji yang dapat di toleransi
b. Resiko inheren (ukuran relatif total piutang, jumlah akun, hasil tahun lalu,
dan kesalahan penyajian yang diperkirakan)
c. Resiko Pengendalian
d. Resiko deteksi yang dicapai dari pengujian subtansif lainnya

Jenis Konfirmasi (konfirmasi negatif biasanya memerlukan ukuran sampel


yang lebih besar)

1.3.4.2 Pemilihan unsur-unsur untuk diuji

Akan diperlukan beberapa jenis stratifikasi pada sebagian besar


konfirmasi.dalam suatu pendekatan umum stratifikasi untuk memilih saldo
yang akan di konfirmasi ,auditor mempertimbangkan baik nilai dolar piutang
maupun lamanya waktu piutang yang telah beredar.

1.3.5 Pemeriksaan Alamat dan Pengawasan Atas Konfirmasi

Auditor harus melaksanakan prosedur untuk memeriksa alamat atau alamat e-mail
yang digunakan dalam konfirmasi. Untuk konfirmasi yang dikirim melalui pos,
auditor harus melaksanakan pengawasan sampai jawaban diterima debitur.

1.3.6 Tidak Lanjut Atas Konfirmasi Tak Berjawab

Untuk setiap konfirmasi yang positif yang tidak di kembalikan ,auditor dapat
memeriksa dokumentasi berikut untuk memferifikasi eksistensi dan keakuratan setiap
transaksi penjualan yang membentuk saldo akhir piutang usaha :

1.3.6.1 Penerimaan kas kemudian


Bukti penerimaan kas selanjutnya pada tanggal konfirmasi meliputi
pemeriksaan remittance advice,ayat jurnal dalam catatan penerimaan kas,atau
mungkin kredit selanjutnya dalam file induk piutang usaha.
1.3.6.2 Duplikat faktur penjualan
Hal ini memanfaatkan dalam memverifikasi penerbitan faktur penjualan
actual dan tanggal penagihan actual.
1.3.6.3 Dokumen pengiriman barang
Hal ini penting dalam menentukan apakah pengiriman telah benar-benar
dilakukan dalam sebagian pengujian pisah batas.

1.3.6.4 Korespondensi dengan klien

Biasanya auditor tidak perlu mereview korerpondensi sebagai bagian dari


prosedur alternative,tetapi korespondensi dapat digunakan untuk
mengunkapkan piutang yang diperselisihkan dan yang meragukan yang tidak
terungkap oleh cara lainnya.

1.3.7 Analisis Selisih

Apabila konfirmasi dikembalikan oleh debitur, auditor harus menentukan apa


yang menyebabkan terjadi selisih. Dalam banyak hal, perbedaan sering disebabkan
karena perbedaan waktu pencatatan klien dengan debiturnya. Jenis-jenis penyebab
perbedaan dalam konfirmasi yang sering dijumpai :

1.3.7.1 Pembayaran telah dilakukan debitur


Selisih antara catatan klien dengan catatan debitur seringkali timbul
apabila debitur telah melakukan pembayaran sebelum tanggal konfirmasi,
tetapi klien belum menerima pembayaran tersebut sampai tanggal konfirmasi.
1.3.7.2 Barang belum diterima debitur
Timbulnya perbedaan ini biasanya disebabkan karena klien mencatat
penjualan pada tanggal penerimaan barang, sedangkan pembeli mencatat
pembelian barang ketika barang tersebut diterima.
1.3.7.3 Barang telah dikembalikan (retur)
Apabila klien lupa mencatat suatu kredit memo bisa menjadi salah satu
penyebab perbedaan.
1.3.7.4 Kesalahan pencatatan atau kerancuan jumlah
Jenis penyebab selisih yang sering terjadi adalah kesalahan klien mencatat
harga harga barang, barang rusak, barang yang diterima pembeli tidak sesuai
dengan jumlah yang tertulis dalam dokumen dan sebagainya.
1.3.8 Menarik Kesimpulan

Apabila semua selisish telah dipecahkan, termasuk yang dijumapai dalam


pelaksanaan prosedur alternatif, auditor harus mengevaluasi ulang pengendalian
internal. Apabila terjadi sejumlah kesalahan penyajian signifikan yang tidak konsisten
dengan taksiran resiko pengendalian, auditor perlu merevisi penetapan dan
mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap audit. Auditor harus selalu
mengevaluasi kesalahan penyajian dalam sampel yang bersifat kualitatif, berapapun
besarnya jumlah rupiah taksiran kesalahan penyajian dalam populasi. Keputusan akhir
tentang piutang usaha dan penjualan adalah apakah bukti kompeten yang cukup telah
diproses melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi, prosedur
analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian subsatntif lain untuk
mendukung penarikan kesimpulan tentang kebenaran saldo.

1.4 PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN RINCI SALDO

Program Audit pengujian atas Rincian saldo – Siklus Penjualan dan Penagihan :

a. Mereview neraca saldo piutang usaha untuk piutang yang berjumlah besar dan
tidak biasa
b. Menghitung prosedur analitis yang ditunjukkan dalam skedul audit yang
dikompensasi ke depan.
c. Mereview piutang yang tercantum pada Aged Trial Balance menyangkut wewel
dan piutang dengan pihak terkait.
d. Menanyai manajemen apakah ada pihak terkait , wesel atau piutang jangka
panjang yang dimasukkan dalam neraca saldo.
e. Mereview notulen rapat dewan direksi dan menyai manajeman untuk menentukan
apakah ada piutang yang digadaikan.
f. Menelusuri 10 akun dari neraca saldo ke file indul piutang usaha untuk melihat
umur piutang dan saldonya.
g. Memfoot 2 halaman neraca saldo untuk melihat umur kolom piutang.
h. Menelusuri saldo ke buku beasr umum.
i. Menelusuri lima piutang dari file induk piutang usaha ke aged trial balanced.
j. Mengkonfirmasi piutang usaha.
k. Melakukan prosedur alternatif untuk semua konfirmasi yang tidak dikembalikan.
l. Membahas dengan manager kredit tentang kemungkinana penagihan piutang
yanag sudah lama.
m. Mengevaluasi apakah peyisihan apakah sudah memadai setelah melakukan
prosedur audit.
n. Memilih 20 transakasi penjualan ddari jurnal penjualan tahun berjalan.
o. Mereview retur dan pengurangan penjualan yang besar sebelum dan setelah
tanggal neraca untuk menentukan apakah telah dicatat dalam periode yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

AL. Haryono Jusup, 2014. Auditing Pengauditan Berbasis ISA, STIE YKPN Yogyakarta.
https://www.academia.edu/29709605/Menyelesaikan_Pengujian_dalam_Siklus_Penjualan_da
n_Penagihan_Piutang_Usaha

Anda mungkin juga menyukai