Anda di halaman 1dari 9

1.

Anatomi Fisiologi
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari plexus hemorrhoidalis. Hemoroid eksterna adalah pelebaran
vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea dentate.
Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa
( submokosa) diatas atau didalam linea dentate. ( Sudoyo Aru, dkk 2009)

2. Definisi
Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal. Hemoroid
sangat umum terjadi. Pada usia 50-an, 50% individu mengalami berbagai tipe
hemoroid berdasarkan luasnya vena yang terkena. Kehamilan diketahui mengawali
atau memperberat adanya hemoroid. (Brunner & Suddarth, 2002)
Hemoroid merupakan gangguan sirkulasi darah yang berupa pelebaran
pembuluh (dilatasi) vena pada anus dan rektal. Pembuluh darah tersebut disebut
sebagai venecsia atau varises di daerah anus atau perianus. Pelebaran pembuluh
darah tersebut terjadi disebabkan karena bendungan darah dalam susunan pembuluh
darah vena dan tidak hanya melibatkan pembuluh darah, tetapi juga melibatkan
jaringan lunak dan otot sekitar anorektal (Smeltzer, 2001).
3. Etiologi
Beberapa penyebab dari munculnya hemoroid menurut Sjamsuhidayat & Jong
(2004) yaitu:
1. Usia, degenerasi dari seluruh jaringan tubuh sehingga otot sfingter menjadi tipis
dan atonis.
2. Kehamilan, janin pada uterus serta perubahan hormonal menyebabkan
pembuluh darah hemorodialis meregang dan dapat diperparah ketika terjadi
tekanan saat persalinan.
3. Konstipasi, dapat terjadi jika feses terlalu kering yang timbul akibat defekasi
terlalu lama dan jumlah H2O yang diserap akan melebihi normal, sehingga
feses tetap menjadi kering dan keras.
4. Pekerjaan, seperti pekerjaan yang mengharuskan berdiri atau duduk terlalu lama
dan mengangkat beban yang berat memiliki faktor predisposisi untuk terjadi
hemoroid.
5. Hereditas, menurunkan kelemahan dinding pembuluh darah.
6. Nutrisi, kurang mengkonsumsi makanan berserat
7. Obesitas

4. Patofisiologi
Distensi vena awalnya merupakan struktur yang normal pada daerah anus,
karena vena ini berfungsi sebagai katup yang dapat membantu menahan beban.
Namun apabila distensi terus menerus akan terjadi gangguan vena berupa pelebaran-
pelebaran pembuluh darah vena. Distensi tersebut bisa disebabkan karena adanya
sfingter anal akibat konstipasi, kehamilan, tumor rektum, pembesaran prostat.
Penyakit hati kronik yang dihubungkan dengan hipertensi portal sering
mengakibatkan hemoroid karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah
kedalam sistem portal. Selain itu portal tidak memiliki katub sehingga mudah terjadi
aliran balik. Fibroma uteri juga bisa menyebabkan tekanan intra abdominal sehingga
tekanan vena portal dan vena sistemik meningkat kemudian ditransmisi daerah
anarektal. Aliran balik dan peningkatan tekanan vena tersebut di atas yang berulang-
ulang akan mendorong vena terpisah dari otot sekitarnya sehingga vena prolap dan
menjadi hemoroid.
Efek degenerasi akibat penuaan dapat memperlemah jaringan penyokong dan
bersamaan dengan usaha pengeluaran feses yang keras secara berulang serta
mengedan akan meningkatkan tekanan terhadap bantalan tersebut yang akan
mengakibatkan prolapsus. Bantalan yang mengalami prolapsus akan terganggu
aliran balik venanya. Bantalan menjadi semakin membesar dikarenakan mengedan,
konsumsi serat yang tidak adekuat, berlama-lama ketika buang air besar, serta
kondisi seperti kehamilan yang meningkatkan tekanan intra abdominal. Perdarahan
yang timbul dari pembesaran hemoroid disebabkan oleh trauma mukosa lokal atau
inflamasi yang merusak pembuluh darah di bawahnya (Price & Wilson, 2005).

Klasifikasi :
Menurut Price & Wilson (2005), hemoroid dibagi menjadi beberapa klasifikasi
diantaranya :
1. Hemoroid internal
Pada hemoroid jenis ini terjadi pembengkakan pleksus hemorodialis interna
yang kemudian terjadi peningkatan yang berhubungan dalam massa jaringan
yang mendukungnya, lalu terjadi pembengkakan vena. Hemoroid interna
dikelompokkan dalam derajat I, II, III dan IV sebagai berikut :
a. Derajat I : Apabila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps
keluar kanal anus dan hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop
b. Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri ke dalam anus secara spontan
c. Derajat III : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan dapat masuk
kembali ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari
d. Derajat IV : Prolaps hemoroid yang permanen, rentan dan cenderung
untuk mengalami trombosis dan infark
2. Hemoroid eksternal
Benjolan pada hemoroid ini terletak dibawah linea pectinea. Hemoroid eksterna
dibagi menjadi :
a. Hemoroid akut : Pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir
anus dan merupakan suatu hematoma.
Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan
gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit
merupakan reseptor nyeri.
b. Hemoroid kronis atau skin tag : Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan
kulit anus yang terdiri dari jaringan ikat dan
sedikit pembuluh darah.

5. Tanda dan Gejala


1. Hemoroid
Tanda dan gejala yang muncul dari hemoroid internal maupun eksternal menurut
Mansjoer (2000) diantaranya :
a. Hemoroid internal
- Prolaps dan keluar mukus
- Perdarahan rektal
- Rasa tidak nyaman
- Gatal
b. Hemoroid eksternal
- Rasa terbakar
- Nyeri (jika mengalami trombosis)
- Gatal
2. Post Hemoroidektomi :
a. Nyeri pada area luka operasi yang kemungkinan dapat menghambat
Konstipasi
b. Kesulitan BAK, karena takut mengenai luka operasi
c. Keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri.
d. Ketidaktahuan klien dalam pemulihan pasca operasi.

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hemoroid adalah :
1. Anoskopi
Untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid
2. Sigmoidoskopi
Anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai diagnosa banding
untuk perdarahan rektal dan rasa tidak nyaman seperti pada fisura anal dan
fistula, kolitis, polip rektal, dan kanker
3. Pemeriksaan Barium Enema X-Ray
Pemeriksaan ini dilakukan apda pasien dengan umur diatas 50 tahun dan pasa
pasien dengan perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap
hemoroid

7. Penatalaksanaan Medis
 Farmakoterapi
Obat-obat farmakoterapi dibagi atas 4 yaitu :
1)   Obat memperbaiki defekasi
Suplemen serat (fiber supplement), pelincir atau pelicin tinja (stool softener)
2)   Obat simtomatik
Bertujuan menghilangkan atau mengurangi keluhan rasa gatal, nyeri,
pengurangan keluhan sering dicampur pelumas (lubricant) vasokontriktor, dan
antiseptik lemah. Anastesi lokal digunakan untuk menghilangkan nyeri serta
diberikan kortikosteroid.
3)   Obat menghentikan perdarahan
Dapat diberikan psylium yang digunakan untuk menghentikan
perdarahan pre dan post op hemoroidektomi.
4)   Obat penyembuh dan pencegah serangan hemoroid
Diberikan diosminthesperidin untuk memperbaiki gejala inflamasi,
kongesti, edema dan prolaps.
 Non Farmakoterapi
Penatalaksanaan ini berupa perbaikan pola hidup, perbaikan pola makan dan
minum, perbaikan pola / cara defekasi dengan mengusahakan buang air besar tiap
hari ( bowel manajemen program ) terdiri dari diet atau pemberian diet tinggi serat
jika di indikasikan ( makanan berserat ), cairan ( minimal 30-40 ml/kgBB/hari ),
serat tambahan ( suplemen serat ), pelicin feses serta perubahan perilaku buang air
besar seperti mengejan yang berlebihan, rendam duduk dengan PK dapat dilakukan
serta mobilisasi guna mempercepat penyembuhan.

8. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan
data atau informasi dan menganalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan penderita
tersebut.
3. Subjektif
a. Pola makan dan minum
- Kebiasaan
- Keadaan saat ini
b. Riwayat kehamilan
Kehamilan dengan frekwensi yang sering akan menyebabkan
hemorrhoid berkembang cepat
c. Riwayat penyakit hati
Pada hypertensi portal, potensi berkembangnya hemorrhoid lebih besar.
d. Gejala / keluhan yang berhubungan
- Perasaaan nyeri dan panas pada daerah anus
- Perdarahan dapat bersama feces atau perdarahan spontan (menetes)
- Prolaps (tanyakan pasien sudah berapa lama keluhan ini, faktor-faktor
yang menyebabkannya dan upaya yang dapat menguranginya serta
upaya atau obat-obatan yang sudah digunakan)
- Gatal dan pengeluaran sekret melalui anus
Obyektif
a. Pemeriksaaan daerah anus
- Tampak prolaps hemorrhoid, atau pada hemorrhoid eksterna dapat
dilihat dengan jelas. Rasakan konsistensinya, amati warna dan apakah
ada tanda trombus juga amati apakah ada lesi.
- Pemeriksaan rabaan rektum (rectal toucher)
b. Amati tanda-tanda kemungkinan anemia :
- Warna kulit
- Warna konjungtiva
- Waktu pengisian kembali kapiler
- Pemeriksaan Hb

9. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan hemoroid (Doenges dkk, 1999)
meliputi :
1. Nyeri b.d agen cedera biologis (pembengkakan, trombus pembuluh darah pada
anus)
2. Ansietas b.d stresor

10. Intervensi keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
keperawatan Hasil
1 Nyeri b.d agen Setelah dilakukan Pain Management
cedera biologis asuhan keperawatan - Lakukan pengkajian nyeri secara
diharapkan nyeri yang komprehensif termasuk lokasi,
dirasakan pasien karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang dengan kualitas dan faktor presipitasi
kriteria hasil: - Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Pain Level, - Kaji kultur yang mempengaruhi
Pain control, respon nyeri
Comfort level - Evaluasi pengalaman nyeri masa
lampau
- Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri
(farmakologi, non farmakologi dan
inter personal)
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat

Analgesic Administration
- Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter tentang jenis
obat, dosis, dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan beratnya nyeri
- Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
pertama kali
- Evaluasi efektivitas analgesik,
tanda dan gejala (efek samping)

2 Ansietas b.d Setelah dilakukan - Penggurangan kecemasan


stressor asuhan keperawatan - Monitor tanda-tanda vital
diharapkan cemas klien - Pengalihan
berkurang - Dukungan emosional

Anxiety self control


KH:

- Vital sign dalam


batas

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E. M., Moorhouse, F. M., & Geisser, C. A. (1999). Rencana Asuhan


Keperawatan (3 ed.). Jakarta: EGC.
Bulechek. M Gloria dkk (2018-2020) . Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia
T. Heather Herdman dkk (2018-2020), Nanda-I Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi, Edisi 11
Nurarif,Huda Amin dkk (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
medis & NANDA NIC-NOC

Anda mungkin juga menyukai