Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PRAKTIKUM

MEKANIKA TANAH I

Disusun Oleh:

Nama : Ridho Rachman


Kelas : 2MRK1

JURUSAN TEKNIK SIPIL


D-IV MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI MALANG
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini dibuat sebagai bukti telah menyelesaikan praktikum Mekanika


Tanah I tentang Karakteristik Fisik Tanah, Klasifikasi Tanah, Pemadatan, dan
California Bearing Ratio (CBR) di kampus Politeknik Negeri Malang.

Kelas : 2 MRK 1
Pelaksanaan Praktik : Tanggal 13 November 2020
Nama : Ridho Rachman (1941320072)

Malang, 2 Desember 2020


Mengetahui,

Dosen Pembimbing
Kepala Jurusan Teknik Sipil

Dwi Ratnaningsih, ST.,MT


Sumardi, ST., MT NIP. 197506102002122001
NIP. 196608031990031002
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek ini tepat pada waktunya.
Laporan praktek dengan judul “Laporan Praktikum Mekanika Tanah I” ini
disusun untuk memenuhi tugas dan memberikan informasi serta pengetahuan
kepada para pembaca.
Sehubungan dengan selesainya penyusunan laporan praktek ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :

1. Ibu Dwi Ratnaningsih, ST.,MT selaku dosen sekaligus pembimbing


praktikum uji tanah.

2. Serta semua pihak yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan

laporan praktek ini.

Penulis menyadari bahwa laporan praktek ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga dapat lebih menyempurnakan penulisan selanjutnya. Semoga laporan
praktek ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin

Malang, 2 Desember 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.1.1 Definisi Tanah

Pengertian teknik mekanika tanah secara umum, tanah didefinisikan sebagai


material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dan dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
mengisi ruang-ruang kosong diantara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil, di
samping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.

Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu pengetahuan
yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan masa tanah tersebut bila
menerima bermacam-macam gaya. Sedangkan Rekayasa Tanah (Soil
Engineering) merupakan aplikasi prinsip-prinsip mekanika tanah dalam problema-
problema praktisnya.

1.1.2 Sejarah Perkembangan Mekanika Tanah

Tidak dapat diketahui sejak kapan manusia mulai menggunakan tanah sebagai
bahan bangunan. Untuk beberapa lama pada mulanya, seni rekayasa tanah hanya
dilaksanakan berdasarkan pengalaman di masa lalu saja. Tetapi dengan
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan pelaksanaan
struktur yang lebih baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan. Hal ini
menyebabkan terjadinya studi yang lebih terinci terhadap sifat dan kondisi dasar
dari tanah dalam hubungannya dengan ilmu teknik pada awal abad ke-duapuluh.
Dengan diterbitkannya buku Erdbaumechanic oleh Karl Terzaghi pada tahun
1952, lahirlah ilmu mekanika tanah modern. Buku tersebut membahas prinsip-
prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah yang selanjutnya buku itu juga menjadi
dasar bagi banyak studi lanjutan lainnya.
Pada tahun 1948 Karl Von Terzaghi seorang sarjana teknik sipil
Jerman/Austria berpendapat bahwa : Mekanika tanah adalah pengetahuan yang
menerapkan kaidah mekanika dan hidrolika untuk memecahkan persoalan-
persoalan teknik sipil yang berhubungan dengan endapan dan kumpulan butir-
butir padat yang terurai/tidak terpadu (unconsolidated) yang dihasilkan oleh
proses penghancuran (disintegration) secara alami dan kimiawi batu-batuan. Oleh
karena itu, Terzaghi disebut sebagai Bapak mekanika tanah, karena jasanya
memelopori pengembangan ilmu mekanika tanah

1.1.3 Proses Pembentukan Tanah, Siklus Batuan Dan Asal- Usul Tanah

Butiran-butiran mineral yang membentuk bagian padat dari tanah merupakan


hasil pelapukan dari batuan. Ukuran setiap butiran padat tersebut sangat bervariasi
dan sifat-sifat fisik dari tanah banyak tergantung dari faktor-faktor ukuran, bentuk
dan komposisi kimia dari butiran. Untuk lebih jelasnya tentang faktor-faktor
tersebut, harus dikenal dahulu tipe-tipe dasar dari batuan yang membentuk kerak
bumi, mineral-mineral yang membentuk batuan, dan proses pelapukan.
Berdasarkan asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga tipe dasar yaitu :
batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (sedimentary rock), dan batuan
metamorf (metamorphic rock). Pada gambar 1.1a ditunjukkan diagram dari siklus
kejadian beberapa tipe batuan tersebut berikut proses kejadiannya. Diagram
tersebut disebut siklus batuan. Juga diberikan beberapa keterangan singkat untuk
tiap-tiap elemen dari siklus batuan tersebut.
1.1.3.1. Batuan Beku (Igneous rocks)

Batuan beku terbentuk dari membekunya magma cair yang terdesak ke


permukaan (dari bagian yang dalam sekali pada mantel bumi). Sesudah tersembul
ke permukaan melewati rekahan-rekahan pada kulit bumi (fissure eruption) atau
melalui gunung berapi (volcanic eruption), sebagian dari magma cair tersebut
mendingin di permukaan bumi dan membatu.

Kadang-kadang magma tersebut berhenti bergerak sebelum sampai ke


permukaan bumi dan mendingin di dalam kulit bumi dan membentuk batuan beku
dalam plutonic rocks (disebut juga intrusive rocks). Batuan beku dalam yang telah
terbentuk tersebut pada suatu saat dapat timbul ke permukaan bumi karena adanya
proses erosi yang terus menerus terhadap lapisan batuan dan tanah yang terletak di
atas batuan beku dalam tersebut.

Proses pelapukan batuan menjadi tanah dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
proses penghancuran fisik (disintegration) dan proses pelapukan kimiawi
(decomposition). Proses penghancuran fisik adalah proses pelapukan tanah akibat
dari factor-faktor fisika, misalnya : perubahan temperature secara berkala,
pembekuan dan pencairan (air dalam batuan), proses perusakan oleh tanaman,
binatang dan/atau es di dalam celah batuan. Proses pelapukan kimiawi terjadi
akibat reaksi kimiawi, misalnya : oksidasi, hidrasi, karbonasi, dan efek kimia dari
tanaman. Proses pelapukan kimiawi ini dapat dipercepat bila dipengaruhi oleh
temperature yang tinggi dan keberadaan zat-zat asam organic. Beberapa faktor
yang sangat berpengaruh dalam proses pelapukan tanah ini diantaranya adalah :
cuaca, topografi, waktu, sejarah geologi dan tipe batuan.

Jenis batuan beku yang terbentuk karena mendinginnya magma tergantung


pada beberapa faktor seperti komposisi dari magma dan kecepatan mendinginnya
magma tersebuta. Pada cairan magma yang mendingin tersebut, ukuran kristal
mineral berangsur-angsur membesar dan sebagian mengendap (pada suhu tinggi).
Kristal batuan yang tetap tinggal dalam larutan magma cair kemudian bereaksi
dengan kristal-kristal terlarut yang lain dan membentuk mineral baru pada
temperatur yang lebih rendah, proses ini berlangsung terus sampai seluruh massa
batuan cair tersebut membeku menjadi padat.

1.1.3.1. Batuan Sedimen (Sedimentary Rock)

Hasil lapukan yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung dapat menjadi
padat karena adanya tekanan lapisan tanah di atasnya dan adanya proses sementasi
antar butiran oleh unsure-unsur sementasi seperti besi, kalsit, dolomite dan quartz.
Unsur-unsur sementasi tersebut biasanya terbawa dalam larutan air tanah. Unsur-
unsur tersebut mengisi ruang-ruang di antara butiran dan kemudian membentuk
batuan sediment. Batuan yang terbentuk dengan cara ini disebut batuan sediment
detrital. Contoh dari tipe/jenis batuan sedimen detrital adalah : conglomerate,
breccia mudstone, shale (claystone). Sedimentary rock ada juga yang dibentuk
oleh reaksi kimia, misalnya : limestone, chalk, dolomite, gypsum, dan sebagainya.

Batuan sedimen mungkin juga mengalami pelapukan dan membentuk tanah-


tanah sedimen (endapan), atau terkena proses peristiwa metamorf dan berubah
menjadi batuan metamorf.

1.1.3.2. Batuan Metamorf (Metamorphic Rock)

Peristiwa metamorf adalah proses perubahan komposisi dan tekstur dari


batuan akibat panas dan tekanan tanpa pernah menjadi cair. Dalam peristiwa
metamorf, mineral-mineral baru terbentuk dan butir-butir mineralnya terkena
geseran yang kemudian membentuk tekstur batu metamorf yang berlapis-lapis.
Granit, diorite dan gabbro berubah menjadi slates dan phyllites pada peristiwa
metamorf tingkat rendah.

Schist adalah sejenis batuan metamorf yang mempunyai tekstur berlapis-lapis


dan dapat dilihat pula pada teksturnya ada bentuk-bentuk kepingan atau
lempengan-lempengan dari mineral mika.
Batu pualam (marmer) terbentuk dari batuan calcite dan dolomite yang
mengalami proses kristalisasi ulang. Butiran mineral pada marmer umumnya lebih
besar dari pada yang terdapat pada batuan induknya.

Quartzite adalah sejenis batuan metamorf yang terbentuk dari sandstone yang
kaya akan mineral quatz. Bahan silika kemudian memasuki pori-pori batuan dan
ruang-ruang diantara butiran pasir dan quartz, dan menjadi unsur-unsur sementasi
antar butiran. Quartzite adalah salah satu dari batuan yang sangat keras. Pada

tekanan dan panas yang besar sekali, batuan metamorf mungkin mencair menjadi
magma dan siklus batuan berulang kembali.

1.4.1 Bentuk Fisik Dan Karakteristik Tanah

Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau
(silt), dan lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan
pada tanah tersebut. Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran-
ukuran partikelnya, bebarapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah (soil-separate-size limits).

Berdasarkan sifat-sifat lekat dari butiran, tanah digolongkan menjadi tanah


kohesif ( cohesive soil ) dan tanah tidak kohesif ( non cohesive soil ).

3. Tanah Kohesif

Sering disebut tanah berbutir halus dengan gaya lekat antar butiran (kohesi)

yang mengakibatkan sifat plastis berbeda yang bergantung pada kadar air dan
kandungan mineral dalam tanah. Pada proses pengendapan yang tidak begitu
dalam, variasi pembentukan susunan butir tanah kohesif dibedakan sebagai
berikut :

Struktur Rantai (honey combed)

• Tidak terjadi Kohesi pada saat partikel


melayang kemudian mengendap

• Biasa terjadi pada tanah lempung atau

lanau
Gambar1.2 Struktur Rantai
Struktur flokulent
• Terbentuk bila partikel-partikelyang
melayang mengumpul, mengikat diri dan
kemudian mengendap.
• Biasa terjadi pada tanah organic (tanah
Gambar 1.3 Struktur flokulent humus).
b. Tanah tidak kohesif

Sering disebut tanah berbutir kasar dengan sudut geser dalam sebagai
parameter kekuatan geser utama dan tidak mempunyai gaya lekat antar butiran,
seperti pasir dan kerikil.
Berdasarkan organ-organ yang terkandung didalamnya, tanah digolongkan
menjadi tanah anorganik dan tanah organik.

a. Tanah anorganik

Tanah jenis ini yang terdiri dari mineral tanpa kandungan bahan organik.
Contoh : kerikil, pasir dan mineral lainnya.

b. Tanah organik

Tanah yang banyak mengandung unsur organik dari tumbuhan maupun


hewan. Contoh : humus, gambut, batu bara, dll.

Berdasarkan ukuran butirannya, tanah digolongkan menjadi lima golongan

yaitu : batuan, kerikil, pasir, lanau dan lempung.

a. Batuan (stone) > 63 mm


b. Kerikil (gravel) > 2 – 63 mm

c. Pasir (sand) > 0,06 – 2 mm

d. Lanau (silt) > 0,002 – 0,06 mm

e. Lempung (clay) > 0,002 mm

1.5.1 Pendapat Umum Mengenai Tanah (General Judges of Soil)

Klasifikasi tanah sebagai dasar bangunan dikelompokkan menjadi beberapa


bagian yaitu :

a. Tanah tak kohesif

Tanah ini sangan baik untuk landasan / dasar bangunan bila kepadatannya
cukup besar. Tanah ini tidak mempunyai kekuatan tarik, maka gesekan antar
butiran akan meningkat pada saat mengalami tekanan yang besar sehingga
kekuatan gesernya besar. Pada kondisi tanah leps atau terlalu banyak
mengandung pasir perlu dilakukan pemadatan untuk menghindari penurunan
atau keruntuhan tanah (failure).

b. Tanah kohesif

Kondisinya licin, halus, kaku, agak keras dank eras sekali sehingga kapasitas
daya dukung tergantung pada besarnya kadar air. Terhadap air tanah kohesif
harus betul-betul dilindungi, dengan membuat saluran pengeringan (drainase),
karena dengan ruang pori yang besar mengakibatkan tanah ini mudah
tenggelam dan rusak akibat beban diatasnya. Selain itu fraksi butir-butir halus
juga
mempengaruhi kualitas tanah kohesif, sehingga tanah ini dibedakan antara
tanah kohesif kuat (sukar menyerap dan melepas air) dan tanah kohesif ringan
(mudah berubah bila terkena air).

c. Tanah organik
Tanah humus (peat) dan tanah lumpur berlanau, tidak baik dipakai sebagai

landasan dari suatu konstruksi bangunan, karena memiliki sifat kembang susut
yang sangat besar.

Sedangkan klasifikasi tanah sebagai bahan bangunan dikelompokkan menjadi :

a. Tanah tidak kohesif

Tanah ini sangat baik untuk material bangunan seperti untuk urugan jalan,
urugan bangunan, dasar pondasi, karena dapat dipadatkan dengan mudah dan
mempunyai kekuatan geser yang besar.

b. Tanah kohesif

Tanah ini mempunyai sifat compresibilitas yang tergantung pada kadar airnya,
baik untuk bahan bangunan pada daerah-daerah yang kering tetapi tidak baik
pada daerah-daerah yang banyak mengandung air, sehingga perlu
distabilisasi/dipadatkan sebelum digunakan.

c. Tanah organik

Tanah ini tidak baik sebagai bahan bangunan/urugan karena mempunyai sifat
susut yang besar dan mudah retak-retak bila kering.
1.6.1 Stratifikasi Tanah (Stratification of The Ground)

Stratifikasi atau susunan tanah merupakan gambaran/bentuk lapisan tanah


sampai dengan kedalaman tertentu. Selain proses pembentukan tanah yang telah
disebutkan sebelumnya, berbagai bentuk lapisan tanah juga disebabkan oleh
gejala alam seperti aktivitas tektonik atau pergeseran benua, sehingga terjadilah
patahan, rekahan maupun lipatan-lipatan pada lapisan tanah.

a. Rekahan (faults)
Gambar 1.4
b. Patahan

Gambar 1.5

c. Lipatan

Gambar 1.6

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengetahui segi teknis dan karakteristik dari suatu tanah ?

2. Bagaimana bentuk dan jenis dasar tanah yang dipakai dalam praktikum
Mekanika Tanah ?
3. Bagaimana proses kerja dalam penelitian yang dilakukan pada praktikum

Mekanika Tanah di lapangan ?

1.3 Tujuan

Secara garis besar maksud dan tujuan diadakannya Praktikum Mekanika Tanah I
ini adalah untuk mengetahui dan memahami segi teknis dari penyelidikan tanah
baik di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan dengan adanya praktikum
ini, dapat mempraktekkan teori-teori yang ada dalam mata kuliah Mekanika
Tanah I yang didapat pada saat kuliah secara langsung, sehingga diharapkan dapat
memahami apa yang dipelajari pada Mekanika Tanah I. Selain itu juga
pengetahuan tentang mekanis yang terjadi pada suatu jenis tanah dapat bertambah
dengan dilakukannya pengujian serta bertambahnya pengalaman dalam
penggunaan peralatan yang digunakan dalam praktikum.

Adapun secara khusus maksud dan tujuan praktikum ini adalah :

1. Mengetahui segi teknis dan karakteristik dari suatu tanah


2. Mengetahui bentuk dan jenis dasar tanah yang dipakai dalam praktikum
Mekanika Tanah
3. Mengetahui proses kerja dalam penelitian yang dilakukan pada praktikum
mekanika tanah di lapangan
3.
1.4 Manfaat

Membuktikan teori yang dipelajari dengan melakukan pengujian langsung


dilapangan akan meningkatkan pengetahuan dan pengalaman, sehingga nantinya
sudah terbiasa dan mengerti bagaimana cara melakukan tes pengujian tanah di
lapangan, dan sifat-sifat tanah yang harus diketahui sebelum mendesain dan
membangun bangunan bawah di lapangan (proyek).
BAB II

KARAKTERISTIK TANAH
2.1Kadar Air Tanah (Water Content)

Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam masa tanah terhadap berat butiran padat (tanah kering) dan dinyatakan
dalam persen. Kadar air tanah merupakan salah satu parameter tanah yang penting
untuk menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan sifat sifat yang fisiknya.
Oleh sebab itu, pengujian atas kadar air tanah ini merupakan salah satu pengujian
yang selalu dilakukan setiap penyelidikan tanah. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui kadar air tanah dengan pengujian yang benar.

Peralatan yang digunakan dalam pengujian kadar air adalah Oven yang
dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda uji sampai (110±5) ℃,
Cawan, Neraca dengan ketelitian 0,01 gram dan Penjepit.

Langkah pengujian yang pertama yaitu menyiapkan benda uji yang


mewakili sampel tanah untuk diperiksa yaitu 2 sampel tanah kedalaman 50 cm dan
2 sampel tanah kedalaman 100 cm. Kemudian menimbang cawan yang akan
digunakan (W1). Setelah menimbang cawan, masukkan sampe dalam cawan yang
bersih dan kering, kemudian menimbangnya (benda uji basah + cawan = W2).
Setelah ditimbang, meletakkan cawan tersebut dalam oven dengan suhu (110±5)

℃ minimum 16 jam (atau sampai beratnya konstan). Lalu Mengambil cawan dan
benda uji yang telah dikeringkan, tunggu hingga benda uji mulai dingin.
Kemudian menimbang cawan beserta isinya (benda uji kering + cawan = W3) dan
amati hasilnya. Kemudian menghitung kadar air dengan rumus :

wc WW
Kadar air (w) = = x 100%
Ws

Keterangan :

- Berat cawan + tanah basah = W1 gram

- Berat cawan + tanah kering = W2 gram

- Berat cawan = W3 gram


- Berat air (WW) = (W1 – W2) gram

- Berat tanah kering (WS) = (W2 – W3) gram

1. PERALATAN

Cawan Timbangan

Oven Desikator

Spatula

No Uraian Gambar
1 Siapkan Bahan Pengujian, yaitu tanah asli (tanah yang
belum tersentuh/terganggu)

2 Siapkan cawan dan tutupnya (minimal 2 buah)

3 Masukkan benda uji menggunakan spatula kedalam cawan


lalu tutup cawan

4 Timbang Benda Uji + Cawan (W1)

5 Buka cawan, lalu masukkan kedalam oven selama 24 jam


dengan suhu 110±5⁰C

6 Setelah 24 jam dan kering, keluarkan cawan dari oven lalu


tutup kembali cawan lalu masukkan kedalam desikator
untuk stabilisasi suhu benda uji

7 Setelah suhu benda uji stabil, timbang cawan dan benda uji
kering (W2)
Proyek Group

Lokasi : …………………………… Kelas : 2MRK1

Tgl. Uji : …………………………… Dosen : Dwi Ratnaningsih

PENENTUAN KADAR AIR


(ASTM D 2216-80)

Titik TP 01 TP 01

(m) 0,50 1,00


Kedalaman
No 1 2 3 1 2 3
cawan
Berat cawan (W 3) (gram) 9,54 9,74 10,12 10,04 9,83 10,15

Berat cawan + tnh basah 1) (gram) 32,08 29,73 35,49 25,31 29,50 29,26
(W
Berat cawan + tnh kering 2) (gram) 25,10 23,24 28,10 20,12 22,92 22,70
(W
Berat air (gram) 6,98 6,49 7,39 5,19 6,58 6,56

Berat tanah (gram) 15,56 13,50 17,98 10,08 13,09 12,55


kering
Kadar air (w) (%) 44,86 48,07 41,10 51,49 50,27 52,27

Kadar air rata- (w avg ) (%) 44,68 51,34


rata
Contoh Perhitungan:

Berat air = W 1 -W 2

berat tanah kering = W 2 -W 3

kadar air = berat air/berat tanah kering x


100%

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO-HATTA NO.9 MALANG

Untuk hasil pengujian kadar air tanah terlihat pada tabel dibawah ini :
W (W (32,08 –
w 1 – W2 ) 25,10 )

W (W2 – (15,10 –
W 01 (1) : s = W3) x 100% = 9,54)
W (W (29,73 -
w 1 – W2 ) 23,24 )

W (W – (23,24 -
W 01 (2) : s =2 W3 ) x 100% = 9,74)
W (W (25,31 -
w 1 – W2 ) 20,12 )

W (W – (20,12 -
W 02 (1) : s =2 W3 ) x 100% = 10,04)
W (W (29,50 -
w 1 – W2 ) 22,92 )

W (W – ( 22,92 –
W 02 (2) : s =2 W3 ) x 100% = 9,83 )

x 100% = 44,86 %

x 100% = 48,07 %

x 100% = 51,49 %

x 100% = 50,27 %
4.

2.2 Berat Isi Tanah

Berat isi dari suatu masa tanah adalah perbandingan antara berat total
tanah terhadap isi total tanah,yang dinyatakan dalam notasi ᵞwet (gram/cm 3). Berat
isi tanah sangat berguna dalam mengevaluasi tanah kohesif dan pengujiannya juga
mudah. Sedangkan pada tanah non kohesif pengujian berat isi tanah sedikit agak
sulit pelaksanaannya, kecuali jika tanah non kohesif tersebut terletak sangat dekat
dengan permukaan tanah. Seperti halnya kadar air tanah,berat isi tanah juga
merupakan sifat fisik tanah yang penting, dan dilakukan secara rutin bersama –
sama dengan pengujian lainya dilaboratorium.

Peralatan yang akan digunakan adalah cincin ring, jangka sorong,


timbangan digital, dan spatula untuk meratakan tanah yang akan di uji.

Langkah pengujiannya adalah yang pertama dilakukan, persiapkan semua


bahan dan alat yang akan digunakan dalam uji berat isi tanah. Ambil sampel tanah
kedalaman 50 cm dan 100 cm yang sebelumnya sudah di bungkus dengan
alumunium foil. Ambil cetakan lalu ukur diameter cetakan dalam dan tinggi dari
cetakan. Kemudian timbang berat cetakan/ring, setelah itu masukkan tanah
kedalam ring kemudian padatkan tanah menggunakan spatula, jika ada tanah yang
lebih, potong dengan sepatula lalu tanah jangan di buang untuk di padatkan
kembali ke dalam ring.Setelah padat, kita timbang ring beserta tanah yang ada di
dalam ring tersebut. Lalu lepaskan tanah dari ring kewadah/cawan guna di oven.
Ini adalah hasil uji berat isi tanah basah. Kemudian setelah tanah diuji kadar air,
kita bisa mendapatkan hasil untuk berat isi tanah kering.

Setelah melakukan uji pada kedua sampel tanah yaitu tanah kedalaman 50
cm dan 100cm kita dapat data uji berat isi tanah basah dan berat isi tanah kering.
Kemudian menghitung berat isi tanah dengan rumus :

Berat isi tanah basah = wet =gram/cm³

wet

Berat isi tanah kering dry = 1+ w gram/cm3


Dimana : Berat ring= W1 gram Berat Ring + tanah = W2 gram

Volume Ring = Vcm³ Kadar Air =w %

1. PERALATAN
Jangka Sorong & Ring Timbangan Spatula
2. PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Timbang Ring(Cetakan Benda Uji)
W1

2 Ukur dimensi Ring (cetakan benda uji)


V

3 Cetak benda uji kedalam ring

4 Ratakan benda uji di kedua ujung dan bersihkan yang


ada disekeliling cetakan

5 Timbang cetakan + benda uji


W2

2.3 Berat Jenis Tanah (Specific Gravity of Soil)

Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan
berat air yang mempunyai volume sama pada temperatur tertentu. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan berat jenis tanah untuk ukuran butiran
tanah yang lolos ayakan No.4 (4.75mm), dengan menggunakan piknometer.
Apabila nilai Gs akan digunakan dalam perhitungan pada percobaan hidrometer,
maka benda uji yang dipakai adalah yang lolos ayakan No.10 (2.00mm).

Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah piknometer dengan


kapasitas 50ml dan l00ml, timbangan dengan ketelitian 0.001 dan 0.0l gram,
desikator, oven dengan pengatur suhu (110±5)°C, thermometer ukuran 0°C –
50°C dengan ketelitian pembacaan 1°C, ayakan #4, #10, #40, tungku listrik (Hot
Plate), bak rendaman dengan pengatur suhu (Constant Temperature Bath), dan air
suling

Langkah pengujiannya yang pertama adalah mengambil contoh tanah


beratnya antara 50-100 gram, kemudian keringkan dalam oven dengan temperatur
(l10±51)°C. Setelah kering, contoh tanah dikeluarkan dan dinginkan dalam
desikator setelah itu contoh tanah diayak melalui ayakan No.4 (4.75mm) dan atau
No.10 (200mm), kemudian siapkan benda uji sebanyak +10gram apabila
menggunakan piknometer 50m1, atau ±25 gram apabila digunakan piknometer
100 m1, masing-masing sebanyak tiga buah.

Langkah berikutnya adalah mengambil 3 (tiga) buah piknometer kapasitas


50ml atau l00ml, cuci dengan air bersih kemudian keringkan dalam oven. Setelah
itu keluarkan dan dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang beratnya +
tutup (W1) lalu masukkan contoh tanah yang sudah disiapkan ± l0gram atau ±25
gram untuk tiap-tiap piknometer. Kemudian timbang beratnya + tutupnya (W2)
dengan ketelitian 0.001 dan 0.01gram. Setelah itu adalah menambahkan air suling
sampai contoh tanah terendam, kemudian panaskan di atas tungku pemanas
(hotplate), dengan tujuan agar udara yang terkandung dalam tanah bisa keluar.
Untuk membantu pengeluaran udara yang terdapat dalam tanah, kocok piknometer
dengan hati-hati. Bila gelembung udara sudah tidak tampak lagi, ambil piknometer
kemudian dinginkan di dalam desikator. Lalu ambil piknometer dari desikator dan
tambahkan dengan air suling sampai penuh kemudian tempatkan pada bak
pengatur suhu (constant temperatur bath), sehingga isi piknometer mempunyai
suhu yang sama (konstant).
Setelah suhu konstant, tambah air suling sampai penuh, dan tutuplah piknometer
tersebut. Keringkan bagian luar dan timbang beratnya (W3). Setelah semua selesai
bersihkan piknometer, kemudain isi dengan air suling sampai penuh dan masukan
pada bak pengatur suhu. Setelah suhu konstant, keringkan bagian luar piknometer
dan timbang beratnya+ tutup (W4). Lalu menghitung berat jenis tanah dengan
rumus :

1. Kalibrasi Piknometer

Piknometer dibersihkan, dikeringkan, ditimbang dengan tutupnya dan catat


beratnya (W1). Isi piknometer dengan air suling, dan masukkan ke dalam

bak pengatur suhu (constant temperatur bath) 25oC. Setelah isi botol
(piknometer) mencapai suhu 25oC tutupnya dipasang, kemudian bagian
luar piknometer dikeringkan, dan piknometer + isinya + tutup ditimbang
(W).

2. Dari nilai W25 yang ditentukan, susunlah tabel harga W4 untuk suatu urutan

suhu kira-kira antara 18oC sampai dengan 31oC Harga W dihitung sebagai
berikut:

W4 = W25 x k

dimana:

W4 = Berat piknometer + air + tutup setelah dikoreksi

W25 = Berat piknometer+air+tutup pada suhu 25oC.

K = Faktor koreksi terhadap suhu (Tabel 4.1)


Tabel 4.1

T (Suhu) Faktor koreksi K T (Suhu) Faktor koreksi K

18 1.0016 25 1.0000
19 1.0014 26 0.9997
20 1.0012 27 0.9995
21 1.0010 28 0.9992
22 1.0007 29 0.9989
23 1.0005 30 0.9986
24 1.0003 31 0.9983

Hitung berat jenis tanah dengan rumus dibawah ini:

GS G L (W2 − W1)
= (W4 − W1) − (W3 − W2)
dimana:
Gs = Berat Jenis tanah
GL = Berat Jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + contoh tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air + tutup

Ambil harga rata - rata dari hasil ketiga pemeriksaan tersebut, dalam 2 (dua)
angka di belakang koma.

Untuk hasil pengujian berat isi tanah terlihat pada tabel dibawah ini :
Proyek : Praktikum Uji Tanah Group : Kelompok 2

Lokasi Gg. Mangga, Bedali, Lawang, Malang Kelas : 1 MRK 6

Tgl. Uji 14 Februari 2019 Dosen : M. Zenurianto

BERAT JENIS TANAH


(ASTM D 854-83)
Titik TP 01
Kedalaman (m) 1,00
No. Piknometer D E F
Berat Piknometer (W1) (gram) 35,53 33,57 19,82

Berat Piknometer + Tanah kering (W2) (gram) 45,59 43,61 29,93

Berat Tanah Kering (Wt= W2-W1) (gram) 10,06 10,04 10,11

Brt. Piknometer + Tnh. Kering + Air (W3) (gram) 95,52 94,45 74,74

Brt. Piknometer + Air (W4) (gram) 90,03 88,94 69,20


o
Temperatur (C ) 28 28 28

Faktor Koreksi Temperatur (K) 0,9992 0,9992 0,9992

Brt. Piknometer + Air terkoreksi (W5) 89,96 88,87 69,14

Berat Jenis Tanah (W2-W1)/[(W5-W1)-(W3-W2)] 2,24 2,25 2,24

Berat Jenis Tanah rata-rata 2,24

Berat isi tnh basah rata-rata

Berat Jenis Tanah = (W3)

[(W5-W1)-(W3-W2)]

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO-HATTA NO.9 MALANG


G L (W2 − W1)
GS (1)= (W4 − W1) − (W3 − W2)

= (45,59−33,57)

(88,94−33,57)−(95,52−45,59)

= 2,24

G L (W2 − W1)
GS (2)= (W4 − W1) − (W3 − W2)

= (43,61−33,59)

(89,09−33,59)−(94,45−43,61)

= 2,25

G L (W2 − W1)
GS (3)= (W4 − W1) − (W3 − W2)

= (29,93−18,82)

(69,20−18,82)−(74,74−29,93)

= 2,24

1. PERALATAN
Saringan no 4,10,40 Piknometer 50 ml Oven
Dan penadahnya

Tungku Listrik Bak Perendam Termometer

Timbangan Botol isi air suling Desikator

3.PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Benda uji yang didapatkan dari lapangan dikeringkan
udara/oven dengan suhu
< 60⁰C
2 Setelah benda uji kering, tumbuk agar memudahkan saat
proses pengayakan

3 Susun ayakan/saringan dengan urutan yang paling besar


terlebih dahulu

4 Masukkan tanah kedalam saringan

5 Guncang ayakan dengan tangan/mesin pengguncang selama


15 menit

6 Ambil benda uji yang lolos saringan/ayakan nomor 10 lalu


letakkan diatas alas kaca

7 Bagi benda uji menjadi perempat bagian

8 Keringkan benda uji didalam oven selama 24 jam dengan suhu


110±5⁰C

9 Setelah kering, masukkan kedalam desikator sampai suhu


benda uji tetap

10 Timbang piknometer (W1)

11 Masukkan benda uji/tanah kedalam piknometer


12 Timbang piknometer + benda uji (W2)

13 Tambahkan air suling ke dalam piknometer hingga ketinggian


2/3 bagian

14 Didihkan air dalam piknometer di tungku listrik selama 10


menit

15 Sambal sesekali diguncang untuk mempercepat proses


pengeluaran udara

16 Setelah 10 menit dan mendidih, rendam piknometer kedalam


bak perendam sampai suhu stabil

17 Tambahkan air suling kedalam piknometer sampai penuh

18 Keringkan bagian luar piknometer dari air hingga kering

19 Ukur suhu air yang ada dalam bak perendam menggunakan


termometer

20 Timbang piknometer + air + tanah


2.4 Hidrometer

Pengujian Hidrometer bertujuan Menentukan distribusi dari


butiran tanah yang memiliki diameter yang lebih kecil dari 0.074 mm
(saringan no. 200 ASTM) dengan cara pengendapan (hydrometer).
Peralatan Dan Bahan Hydrometer (tipe 152 H), Hydrometer jar
(1000 ml), Gelas ukur, Larutan pendispersi 4% (water glass), Sampel
tanah lolos saringan No. 4 ASTM, masing – masing 50 gram (untuk 3
sampel) , Stopwatch, Pengaduk mekanis (mixer), Oven, Termometer
Celcius, Gelas belimbing, Saringan No. 200 ASTM, Timbangan
(ketelitian 0.01 gram).
Langkah-langkah pelaksanaanannya yaitu siapkan benda uji
seberat 2,5 kg sebanyak 4 yang lolos saringan no 200. Tuangkan benda
uji kedalam mixer lalu tambahkan air secara bertahap sebanyak 500
ml. Aduk selama 10 menit. Pindahkan campuran kedalam tabung gelas
ukur, mulut tabung ditutup rapat dengan telapak tangan dan kocok
dengan arah bolak-balik. Letakkan tabung diatas meja serta masukkan
alat hydrometer kedalam suspense tersebutdan siapkan stop watch
untuk menentukan lama.Waktu pembacaan alat hydrometer adalah ½
menit, 1 menit, 2 menit, 5 menit, 15 menit,30 menit, 60 menit. Catat
pembacaan-pembacaan itu sampai menit ke 60. Lalu menghitung
dengan rumus :

Rumus yang digunakan

Rc = Ra – Zc + Ct

dimana:

Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi

Ra = bacaan hidrometer saat pengujian

Zc = Koreksi terhadap nol hidrometer

Ct = Koreksi terhadap temperatur (lihat tabel 3.9)


% lolos = R c .a x100%
W
s

Dimana :
Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi

a = koreksi terhadap Gs = 2,65 (Tabel 3.8)

Wa = Berat benda uji kering


R = Ra + 1

Dimana :

R = Bacaan hidrometer hanya terkoreksi oleh


meniskus Ra = Bacaan hidrometer saat
pengujian

L = Jarak yang ditempuh butiran ( Lihat Tabel 3.11 )

v = Lt

Dimana:

v = kecepatan butiran mengendap

D =√

t = waktu
pengamatan
dimana:

D = diameter butiran
K = koreksi terhadap temperatur dan Gs (Tabel 3.10)

L = jarak yang ditempuh butiran

t = waktu pengamatan

Tabel 3.8

Koreksi (a) terhadap Berat Jenis (Gs)

Berat jenis Faktor koreksi


Tanah (Gs) (a)

2.85 0.96
2.80 097
2.75 0.98
2.70 0.99
2.65 1.00
2.60 1.01
2.55 1.02
2.50 1.04
Tabel 3.9 Koreksi (Ct) Thd Temperatur

Temperatur
Ct
o
( C)
15 -1.10
16 -0.90
17 -0.70
18 -0.50
19 -0.30
20 0.00
21 0.20
22 0.40
23 0.70
24 1.00
25 1.30
26 1.65
27 2.00
28 2.50
29 3.05
30 3.80
Tabel 3.10 Nilai K (Koreksi terhadap Temperatur dan
Gs)
Temp. Berat Jenis Tanah (Gs)
oC 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136

17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134

18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132

19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.1360 0.0134 0.0132 0.0131

20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.1330 0.0131 0.0129

21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.1310 0.0129 0.0127

22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126

23 0.0138 0.0136 0.0134 0.1320 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124

24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123

25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122

26 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120

27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119


28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117

29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116

30 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115


Untuk hasil pengujian Hidrometer terlihat pada tabel dibawah ini :

Proyek : Praktikum Uji Tanah Group : Kelompok 2 ;

Lokasi : Gg. Mangga, Bedali, Lawang, Malang Kelas : 1 MRK 6

Tgl. Uji : 2 Mei 2019 Dosen : M. Zenurianto

ANALISIS HIDROMETER
(ASTM D 422 - 72)
Data Pengujian:
Nomor Hidrometer : 1 Berat jenis tanah (Gs) : 2.66
: 2,24

Koreksi Meniscus : 1 Berat contoh tanah : 50: gram 50 gr

Koreksi thd nol Hid : 3

Waktu Selang Bacaan Bacaan Terkoreksi Kedalaman Kor. Diameter Persentase


Temp
Pembacaan Waktu Hidrometer terkoreksi Meniskus Effektif L/t T & Gs Butiran Lolos
o
t (min) C Ra Rc R L D(mm) (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

13.20 0,5 29 31,0 34,1 35,1 10,55 21,10 0,0139 0,0639 74,26
13.20 1 29 29,8 32,8 33,8 10,75 10,75 0,0139 0,0456 71,53
13.21 1,5 29 29,3 32,3 33,3 10,84 7,22 0,0139 0,0374 70,44
13.23 2 29 28,8 31,8 32,8 10,92 5,46 0,0139 0,0325 69,35
13,25 5 29 28,5 31,6 32,6 10,96 2,19 0,0139 0,0206 68,80
13,30 10 26,1 25,5 27,2 28,2 11,68 1,17 0,0144 0,0155 59,28
13,35 15 26,1 24,5 26,2 27,2 11,84 0,79 0,0144 0,0128 57,10
13,50 30 26,4 24,0 25,5 26,5 11,96 0,40 0,0143 0,0091 55,54
14,20 60 26,5 21,0 22,5 23,5 12,45 0,21 0,0143 0,0065 49,00
15,20 120 26,5 20,0 21,5 22,5 12,61 0,11 0,0143 0,0046 46,82
16,20 180 26,5 19,0 20,5 21,5 12,78 0,07 0,0143 0,0038 44,64
17,20 240 26,3 19,0 20,8 21,8 12,73 0,05 0,0144 0,0033 45,26
18,20 300 26,1 17,0 18,7 19,7 13,07 0,04 0,0144 0,0030 40,75
19,20 360 26 17,0 18,7 19,7 13,08 0,04 0,0144 0,0027 40,67
20,20 420 26 16,0 17,7 18,7 13,24 0,03 0,0144 0,0026 38,49
1440 26 16,0 17,7 18,7 13,24 0,01 0,0144 0,0014 38,49

Ayakan:
Berat
No Dia.
tertahan
Jml. Berat tertahan % Kumulatif
Saringan (mm) (Gram) (Gram ) Tertahan Lolos
10 2,000
20 0,840
40 0,420
60 0,250
100 0,150
200 0,075

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO-HATTA NO.9 MALANG LA


Proyek : Praktikum Uji Tanah Group: Kelompok 2 ;

Lokasi : Gg. Mangga, Bedali, Lawang, Malang Kelas : 1 MRK 6

Tgl. Uji : 2 Mei 2019 Dosen: M. Zenurianto

ANALISIS HIDROMETER
(ASTM D 422-72)

Pasir
Kerikil

Lanau Lempung
Kasar s/d Sedang Halus

100

90

80

70
Prosentase Lolos (%)

60

50

40

30

20

10

0
1,00 0,10 0,01 0,00
Ukuran Butiran (mm)

Catatan:
Prosentase lolos Ayakan No.200 (75 m m) = ………….. %
Prosentase tertahan Ayakan No.4 (4.75mm) = ………….. %

kesimpulan pada saat percobaan ini kelompok kami tidak mengayak dikarenakan tidak melihat modul yang ada di tabel

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO-HATTA NO.9 MALANG


2.PERALATAN

Timbangan Satu set saringan

Oven Penggetar Saringan

Kuas Sikat Kuningan


3.PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Tanah di tumbuk menggunakan penumbuk
agar tanah yang menggumpal menjadi butiran

2 Menyusun saringan, lalu benda uji di


masukkan ke saringan kemudian tutup.

3 Letakkan saringan ke mesin pengguncang lalu


tunggu selama 15 menit

4 Ambil benda uji yang lolos pada saringan


No.10

5 Letakkan di wadah lalu ratakan, dan ambil


sebagian

6 Letakkan benda uji dalam oven selama 24 jam

4. ANALISIS
- Jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara
kumulatif.
- Jumlah prosentase berat benda uji tertahan dihitung terhadap berat total
secara komulatif.
- Jumlah prosentase berat benda uji yang melalui masing-masing saringan
dihitung.

B Analisis Hydrometer
1. TUJUAN
Untuk menentukan pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat saringan no.
200. Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butirbutir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-
partikel tanah akan mengedap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung
pada bentuk, ukuran, dan beratnya.

2. PERALATAN

Hidrometer Termometer Pengaduk Oven


Natrium silikat Stopwatch Timbangan Gelas ukur 1000ml

3. PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Ambil benda uji dalam oven, lalu timbang
benda uji ( tanah kelanauan dan kelempungan
60 gr, tanah kepasiran 110 gr)

2 Campur benda uji dengan air suling, natrium


silikat

3 Aduk dan didiamkan 24 jam

4 Masukkan campuran ke dalam pengaduk

5 Tunggu hingga 15 menit

6 Masukkan campuran ke dalam gelas ukur

7 Tambahkan air suling hingga volume gelas ukur


1000 ml
8 Kocok arah mendatar selama 1 menit

9 Masukkan hidrometer

10 Baca skala pada 0,5 menit 1 menit 2 menit

11 Setelah pembacaan terakhir, tuangkan benda uji


ke dalam saringan no.200, lalu cuci bersih

11 Masukkan benda uji ke dalam oven

12 Setelah diambil dari oven, kembali melakukan


analisa ayakan lalu timbang benda uji yg
tertahan di setiap saringan
BATAS - BATAS ATTERBERG
SNI 03 - 1964 - 1990

1. TUJUAN
Tujuan dari uji batas-batas Atterberg adalah untuk menentukan angka-angka
konsistensi atterberg yaitu batas susut/shrinkage limit (WS),batas plastis/plastic
limit (WP),batas cair/liquid limit (WL).
2. PERALATAN

Cawan Batang logam 3mm Plat kaca

Spatula Mangkok Timbangan


Oven Botol air suling Alat uji liquid

3. PROSEDUR
A. Penentuan Batas Cair

No Uraian Gambar
1 Masukkan benda uji yang lolos saringan
no.40 sebanyak 100 gr ke mangkok

2 Beri air suling lalu aduk hingga homogen

3 Setelah merata, ambil benda uji lalu


letakkan di atas mangkok alat batas cair
4 Buat alur menggunakan alat pembuat alur
melalui garis pemegang mangkok dan
simetris

5 Putar alat dengan menggunakan kecepatan 2


rotasi per detik

6 Lakukan pemutaran hingga dasar alur


bersinggungan sekitar 1,25 cm dan catat
jumlah pukulannya

7 Ambil benda uji lalu letakkan pada cawan

B. Penentuan Batas Plastis


No Uraian Gambar
1 Masukkan benda uji yang lolos saringan
no.40 sebanyak 20 gr ke dalam mangkok

2 Tambahkan air suling lalu aduk hingga


merata

3 Buat bola bola seberat 8 gr

4 Geleng bola bola tanah di atas plat kaca


5 Lakukan penggelangan hingga benda uji
mengalami keretakan

6 Masukkan benda uji ke cawan lalu uji kadar


airnya

4. ANALISIS
A.Penentuan Batas Cair
Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air, selanjutnya digambar
dalam grafik, dimana jumlah pukulan digambarkan pada sumbu
mendatar dengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala
normal.
Buat garis lurus melalui titik-titik itu, jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak
terletak satu garis, maka buatlah garis lurus melalui titik berat dari titik-titik
tersebut.
Tarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 x sampai memotong garis grafik,
kemudian tarik garis mendatar dari titik potong tersebut hingga memotong sumbu
vertikal (sumbu kadar air). Nilai yang diperoleh tersebut merupakan nilai batas
cair dari jenis tanah yang diuji.
B.Penentuan Batas Plastis
Tentukan kadar air rata-ratanya dimana pada kadar air tersebut merupakan harga
batas plastis (Plastic Limit).
Perhitungan :

BATAS CAIR DAN BATAS PLASTIS

(ASTM D 4318 - 84)

Penentuan Batas Cair

No. Cawan 78 18 47 02 60 04 20 19

Berat cawan + tanah (gr 20.9 20.77 24.7 24. 21.8 21.3 22.8 23.9
basah m) 0 1 63 1 5 1 0

Berat cawan + tanah (gr 16.4 16.41 18.6 18. 16.8 16.4 17.1 17.7
Kering m) 0 6 59 9 6 8 7

Berat cawan (gr 9.57 9.83 9.85 9.7 9.84 9.45 9.7 9.73
m) 9 2

Berat air (gr 4.50 4.36 6.05 6.0 4.92 4.89 5.6 6.13
m) 4 3

Berat tanah kering (gr 6.83 6.58 8.81 8.8 7.05 7.01 7.4 8.04
m) 0 6

Kadar air (%) 65.8 66.26 68.6 68. 69.7 69.7 75.4 76.2
9 7 64 9 6 7 4

Kadar air rata-rata (%) 66.07 68.65 69.77 75.86

jumlah ketukan 4 3 2 1
3 1 1 1
No. Cawan 31 17

Berat cawan + tanah (gr 19.57 18.8 Liquid Limit (%) 69.6
basah m) 2 (LL) = 8

Berat cawan + tanah (gr 16.66 16.1


Kering m) 4

Berat cawan (gr 9.53 9.90 Plastic Limit (%) 41.8


m) (PL) = 8

Berat air (gr 2.91 2.68


m)

Berat tanah kering (gr 7.13 6.24 Plasticity Index (%) 27.7
m) (PI) = 9

Kadar air (%) 40.81 42.9


5

Kadar air rata-rata (%) 41.88

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG


JL.VETERAN PO.BOX 04
BAB III

PEMADATAN

3.1 Pemadatan Tanah (Soil Compaction)

Pemadatan tanah adalah proses naiknya kerapatan tanah dengan


memperkecil jarak antar partikel sehingga terjadi reduksi volume udara : tidak
terjadi perubahan volume air yang cukup berarti pada tanah tersebut. Tingkat
pemadatan diukur dari berat volume kering yang dipadatkan. Bila air ditambahkan
pada suatu tanah yang sedang dipadatkan, air tersebut akan berfungsi sebagai
unsur pembasah atau pelumas pada partikel – partikel tanah. Karena adanya air,
partikel – partikel tersebut akan lebih mudah bergerak dan bergeseran satu sama
lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat. Untuk usaha pemadatan
yang sama, berat volume kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah
(pada saat dipadatkan) meningkat.

Peralatan yang dibutuhkan yaitu Cetakan (mould) dengan diameter 102

mm dan 152 mm, Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dan 4,54 kg,
Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4 (# 19 mm), Timbangan dengan ketelitian l.0
gram, jangka sorong, extruder, oven dengan pengatur suhu dan peralatan
penentuan kadar air, alat perata, talam, mistar, palu karet, tempat contoh.

Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan
lembab, maka keringkan dengan cara dianginkan (kering udara) atau dioven
dengan suhu

maksimum 60oC. Kemudian pisahkan gumpalan-gumpalan tanah dengan cara


menumbuk dengan palu karet. Kemudian Tanah hasil tumbukan (4.1) diayak
dengan ayakan No.4 (# 4,75mm) atau 314” (# 19mm). Lalu Hasil ayakan
ditimbang masing-masing sebanyak 2,5 kg atau 5 kg, masing-masing sejumlah 6
buah, atau sesuai petunjuk instruktur. Dan campur tanah hasil timbangan (tahap
4.3) dengan air sedikit demi sedikit, kemudian diaduk sampai merata lalu
diperam/disimpan selama 24 jam dalam ember yang telah diberi label.
Penambahan air diusahakan agar didapatkan kadar air:

- 3 benda uji dengan kadar air dibawah kadar air optirnum

- 3 benda uji dengan kadar air diatas kadar air optimum

Cetakan harus dalam keadaan bersih ditimbang dengan/tanpa alas W1


[gram], dan ukur tinggi dan diameter cetakan, hitung volume cetakan V [cm3].
Dan
Cetakan, alas dan leher penyambung diberi oli secukupnya pada bagian dalamnya,
untuk memudahkan proses pengeluaran contoh tanah. Ambil salah satu benda uji,
masukkan sebagian ke dalam cetakan yang diletakkan diatas landasan yang
kokoh, kemudian tumbuk sebanyak 25 atau 56 kali, dimana hasil tumbukan
mendapatkan tinggi 1/3 atau 1/5 tinggi cetakan. Utnuk Toleransi ketebalan untuk
masing-masing lapisan adalah +0.5cm, terkecuali untuk lapisan yang terakhir
dengan toleransi +0.5cm.

Sebelum menambahkan tanah untuk pemadatan lapis berikutnya, muka


tanah hasil pemadatan sebelumnya harus dikasarkan dengan pisau/spatula.

Lepas leher penyambung dan potong kelebihan tanah dengan pisau perata
(straight edge). Lalu Bersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas (W2).
Keluarkan tanah yang asa didalam cetakan dengan alat pengeluar contoh tanah
(Extruder). Belah benda uji selanjutnya ambil tanah secukupnya pada tiga bagian
(atas, tengah, dan bawah) untuk dicari kadar airnya.

Ulangi tahap (5.3) s/d (5.6) untuk keseluruhan benda uji yang disiapkan.

Rumus-rumus yang digunakan:

1. Berat isi tanah basah

(W2 − W1)
wet = [gram/cm3]
V
2. Berat isi tanah kering
wet
wet = [gram/cm3]
1+w
3. Berat isi kering ZAVC
Gs. wet
wet = [gram/cm3]
1 + w .Gs
Dimana:
wet = berat isi basah
wet = berat isi kering
w = berat isi air
ZAVC = berat isi kering ZAVC
Gs = berat jenis tanah
V = volume cetakan
w = kadar air benda uji
W1 = berat cetakan dengan/tanpa alas
W2 = berat cetakan dengan/tanpa alas + benda uji

Untuk hasil pengujian Pemadatan terlihat pada tabel dibawah ini :

Proyek : Praktikum Uji Tanah Tgl. Pengujian : 09/05/2003


Lokasi : Lab Mektan POLINEMA Dikerjakan : Kel.2 1 MRK 6
Kedalaman : 1.00 m Dikontrol : ZN

PEMADATAN TANAH
(ASTM D-1556)
Standart Pemadatan : Standar (Proctor)
Diam. Cetakan : 10,45 cm Tinggi Cetakan : 11,55 cm Volume : : 990 cm3

Jumlah Lapis : 3 Jml Tumbukan : 25 kali Brt Penumbuk : 2,5 kg

Penentuan Kadar Air


No. Contoh 1 2 3 4
No. Cawan 1 2 3 4 5 6 7 8
Brt. Tanah basah + Cawan (grm) 32,51 36,17 32,54 26,40 26,16 31,89 31,89 29,79
Brt. Tanah kering + Cawan (grm) 28,06 31,17 26,57 22,16 21,15 25,05 23,83 22,78
Berat air (grm) 4,45 5,00 5,97 4,24 5,01 6,84 8,06 7,01
Berat Cawan (grm) 10,01 10,25 10,07 9,60 9,86 10,13 9,63 10,02
Brt. Tanah Kering (grm) 18,05 20,92 16,50 12,56 11,29 14,92 14,20 12,76
Kadar Air, (w) (%) 24,65 23,90 36,18 33,76 44,38 45,84 56,76 54,94

Penentuan Kepadatan
No. Contoh 1 2 3 4
Kadar Air, (w) (%) 24,28 34,97 45,11 55,85
Berat Tanah + Cetakan (grm) 6025 6205 6390 6374
Berat Cetakan (grm) 4600 4600 4600 4600
3
Brt. Tanah Basah (gr/cm ) 1425 1605 1790 1774
3
Brt. isi Tnh. Basah (gr/cm ) 1,44 1,62 1,81 1,79
3
Brt. isi Tnh. Kering (gr/cm ) 1,16 1,20 1,25 1,15

1,30
Berat Isi Tnh Kering (gr/cc)

1,28

1,26

1,24

1,22

1,20
30 35 40 45 50 55 60

Kadar Air (%)

Kadar Air Optimum : 45,10 %, Kepadatan Kering Maks. : 1,25 grm/cm 3

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.VETERAN PO.BOX. 04


4.2 Kerucut Pasir (Sand Cone)

Percobaan Kerucut pasir merupakan salah satu jenis pengujian yang


dilakukan di lapangan, untuk menentukan berat isi kering (kepadatan) tanah asli
ataupun hasil asli ataupun hasil suatu pekerjaan pemadatan, yang dapat dilakukan
pada tanah kohesif maupun non-kohesif.

Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui percobaan ini, biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan yang
dinyatakan derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara
d (kerucut pasir) dengan maks. hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam
[%].

Peralatan utama terdiri dari Tabung kalibrasi pasir uji, Botol/Silinder


tempat pasir uji, Kerucut yang dilengkapi dengan keran, Pelat dasar yang
berlubang serta peralatan pendukung yaitu Sekop kecil, linggis, palu, perata,
Timbangan dengan ketelitian 1.0gram (dibawa kelapangan), Pasir uji (Ottawa
sand), serta Kantung plastik, cawan untuk penentuan kadar air

Langkah pengujian yang Pertama memersihkan lokasi yang dilakukan


pengujian selebar pelat dasar. Setelah itu Ratakan permukaan tanah kemudian
letakkan pelat dasar diatasnya kemudian Buat lubang dengan diameter sebesar
lubang pada pelat dasar dengan kedalaman kurang lebih sama dengan diameter
lubang setelah itu Tanah hasil galian dikumpulkan seluruhnya, masukkan dalam
kantong plastik kemudian ditimbang (W7), gunakan sebagian tanah tersebut untuk
dicari kadar airnya di laboratorium dan Siapkan botol/silinder yang telah berisi
pasir uji sebanyak 2/3 tinggi, kemudian timbang (W8) kemudian Letakkan
botol/silinder (5) tepat diatas lubang, kemudian buka keran dan Setelah lubang dan
kerucut penuh dengan pasir uji, tutup keran kemudian angkat dan timbang (W9)
dan yang terahkir. Kembalikan pasir uji yang terisi dalam lubang ke tempat
semula. Lalu menghitung pengujian sand cone menggunakan rumus :
• Berat isi pasir uji sand = (w2 −
w1 )

(w3 − w1 )

• Berat pasir dalam kerucut (W6) = (W4-W5)


Data yang didapat dari pekerjaan di lapangan terdiri dari:

1. Berat tanah hasil galian (W7)

2. Berat botol/silinder + pasir uji sebelum pengujian (W8)

3. Berat botol/silinder + pasir uji setelah pengujian (W9)

4.Kadar air tanah hasil galian melalui pengujian di laboratorium (w)


Pengolahan data

1. Berat pasir dalam lubang dan kerucut (W10) = (W8-W9)

2. Berat pasir dalam lubang (W11) = (Wl0-W6)

3. Volume lubang Vh = (W11)/ sand

4. Berat isi tanah basah wet = W7/Vh

5. Berat isi tanah kering nry = wet/(1+w)


Proyek : Praktikum Uji Tanah
Group : Kelompok 2
Lokasi
Untuk hasil pengujian Sand Cone terlihat pada tabel dibawah ini :
: Lab Mektan POLINEMA
Kelas : 1 MRK 6
Tgl. Uji : 9 Mei 2019 Dosen : M. Zenurianto

KERUCUT PASIR (SAND CONE)


AASHTO T-191-61
Titik / Lokasi 1

Berat awal tabung + pasir w6 (gram) 7656

Berat akhir tabung + pasir w7 (gram) 3600

Brt. psr dilubang + kerucut (w6 - w7) (gram) 4056

Berat pasir di kerucut (w4 - w5) (gram) 2284

Berat pasir di lubang w10 (gram) 1772

3
Berat isi pasir gsand (gr/cm ) 1,48

Volume lubang Vh (%) 1200

Berat tanah basah (w8 - w9) (gram) 1708,00

Berat isi tanah basah gwet (gr/cm )


3
1,42

Kadar air w (%) 41,50

Berat isi tanah kering (lap.) gd-field (gr/cm3) 1,01

Berat isi tanah kering (lab.) gd-lab (gr/cm )


3
1,01

Derajat kepadatan di lap. D (%) 100,0%

Kalibrasi Pasir Uji dan Alat

Berat tb. kalibrasi + air w3 (gram) 3170 Keterangan :


Berat tb. kalibrasi + pasir w2 (gram) 3730 w10 = (w6 - w7) - (w4 - w5)

Berat tabung kalibrasi w1 (gram) 1995 Vh = w10 / gsand

Vol tabung = berat air (w3-w1) 3


(cm ) 1175 gwet = (w8 - w9) / Vh

Berat pasir (w2-w1) (gram) 1735 gd-field = gwet / (1 + w)


Berat isi pasir gsand
3
(gr/cm ) 1,48 D = gd-field / gd-lab
Berat awal tabung + pasir w4 (gram) 6514 gsand = (w2 - w1) / (w3 - w1)
Berat akhir tabung + pasir w5 (gram) 4230
Berat pasir di kerucut (w4 - w5) (gram) 2284

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO-HATTA NO.9 MALANG


BAB IV

CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR)

4.1 California Bearing Ratio (CBR) Laboratorium

Nilai CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu,
terhadap beban standa, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu dan
dinyatakan dalam prosen (%).

CBR = x 100%

Penetrasi 2,5 5,0 7,5 10,0 12.5


Beban standar
Gaya (kN) 13,24 19,96 25,15 30,30 34,83
Tegangan
6900 10300 13000 16000 18000
(Kn/ 2)

Percobaan CBR dapat dilakukan di laboratorium dan lapangan. Jika


dilakukan di laboratorium maka sumber beban digunakan mesin beban (load
frame), sedangakan untuk pelaksanaan dilapangan sebagai sumber beban as truk
yang diisi material. Data yang diperoleh dari pelaksanaan percobaan ini berupa
pasangan beban dan kedalaman penetrasi.

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah seberat kurang
lebih 5 kg dan alat yang digunakan berupa mesin beban, cetakan dengan diameter
±5,2 cm dan tinggi ± 1,6 cm termasuk leher penyambung dan keping alas, alat
penumbuk seberat 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm , piston/torak penetrasi
dengan diameter 4,49 cm, keping beba seberat 4 kg, timbangan ketelitian 1 gram,
alat perata,dan peralatan yang menentukan kadarair seperti cawan dan oven.

Langkah pengujian yang pertama yaitu mengambil contoh tanah seberat 5


kg kemudian ditambahkan air sehingga mendekati kadar air optimum (OMC).
Setelah itu,rangkai cetakan,keping alas, leher penyambung, dan memasukkan
piringan pemisah dan berii kertas saring diatasnya. Kemudian masukkan benda uji
dan padatkan benda uji dengan cara seperti yang digunakan pada uji pemadatan.
Selanjutnya membuka leher penyambung dan meratakan dengan alat perata,jika
terdapat lubang pada tanah maka tambahkan dengan tanah halus dan ditimbang.
Langkah selanjutnya melepaskan alas cetakan dan keluarkan piring pemisah
,pasangkan alas cetakan pada sisi lainnya kemudian balikkan benda uji yang
masih terdapat dalam cetakan,beri kertas saring lalu pasang keping beban.
Setelah benda uji siap langkah selanjutnya yaitu meletakkan keping beban
seberat 400 kg diatas benda uji, pastikan permukaan piston benar-benar
menyentuh permukaan benda uji kemudian atur arloji beban dan penetrasi pada
posisi nol. Lakukan pencataan bacaan dial beban pada penetrasi sebesar 0,5mm;
1,0 mm; 1,5mm ; 2,0 mm; 2,5mm ; 3,0 mm hingga 12,5 mm. lepaskan benda uji
dari mesin beban , kemudian pasang piringan pemisah pada permukaan benda uji
dan tutup dengan alas cetakan. Selanjutnya, balikkan benda uji dan kemudian
kembali menguji dengan alat uji beban seperti semula. Kemudian cari dan ambil 3
tempat yang mewakili kadar air. Masukkan pada oven ± 24 jam dan timbang.

Untuk hasil pengujian CBR terlihat pada tabel dibawah ini :

Proyek : Praktikum Uji Tanah Group : Kel 2


Lokasi : Gg. Mangga, Bedali, Lawang, Malang Kelas : 1 MRK 6
Tgl. Uji : 23 Mei 2019 Dosen : M. Zenurianto

CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883 - 87)
Perhitungan Kadar Air Perhitungan Berat Isi Tanah
No Contoh 33 51 Brt. Tnh. + Cetakan (gram) 8965
Brt. Tnh. Basah + Cawan (gram) 46,23 50,70 Berat Cetakan (gram) 4680
Brt. Tnh. Kering + Cawan (gram) 40,80 44,81 Berat Tanah (gram) 4285
Berat Air (gram) 5,43 5,89 Volume Cetakan (cm 3 ) 2145
3
Berat Cawan (gram) 12,69 12,94 Brt.Isi Tnh.Basah (gram/cm ) 2,00
3
Berat Tanah Kering (gram) 28,11 31,87 Brt.Isi Tnh.Kering (gram/cm ) 1,68
Kadar Air % 19,32 18,48
Kadar Air rata-rata % 18,90

Beban - Penetrasi
atas bawah
Penetrasi
Bacaan Beban Bacaan Beban
1,00
(mm) (div) (KN) (div) (KN)
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,5 6,0 0,15 4,0 0,10
1,0 6,8 0,17 7,0 0,17
1,5 9,0 0,22 7,5 0,18 0,80
2,0 10,0 0,24 8,5 0,21
2,5 10,5 0,26 9,5 0,23
3,0 11,5 0,28 10,0 0,24
3,5 12,0 0,29 10,5 0,26
B e b a n (lb f)

0,60
4,0 13,0 0,32 11,5 0,28
4,5 13,5 0,33 12,0 0,29
5,0 14,5 0,35 12,5 0,30
7,5 17,0 0,41 15,0 0,36
10,0 19,0 0,46 16,5 0,40 0,40
12,5 20,5 0,50 17,0 0,41
Serial 28 kN

Penetrasi atas bawah


(mm) 0,20
2.5 5.0 2.5 5.0 atas
CBR 1,9% 1,8% 1,7% 1,5% bawah

Catatan:

CBRavg 1,8% 0,00


0,0 2,5 5,0 7,5 10,0 12,5
Penetrasi (mm)

LABORATORIUM MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.VETERAN PO.BOX. 04


4.2 Penetrasi Kerucut Dinamis (Dynamic Cone Penetration)

Tujuan Praktikum Mendapatkan nilai CBR asli di lapangan pada


kedalaman tertentu, sesuai dengan kondisi tanah dasar saat itu dan digunakan
untuk perencanaan tebal lapis perkerasan.

Alat dan Bahan yang Digunakan satu set alat DCP yang terdiri dari:
Pemegang, digunakan untuk memegang alat DCP agar alat DCP tetap tegak, Alat
penumbuk, untuk penumbuk alat DCP agar konus yang dipasang turun kebawah,
Batang bagian atas, untuk mengarahkan palu yang mempunyai diameter 16 mm
dan tinggi jatuh sebesar 575 mm, Penahan palu, Penyambung batang, untuk
menyambungkan batang bawah dengan batang penyambung, Batang bawah,
Mistar skala penetrasi, untuk meengukur kedalaman tanah sepanjang 1 m, Konus,
untuk mengetahui kekerasan tanah terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di
bagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60° atau 30°, Tang untuk mengunci atau
membuka alat DCP seperti Konus, Kunci Inggris, untuk mengunci alat DCP
seperti konus.

Prosedur Praktikum pilih titik pengujian yang akan dilakukan pengujian.


Ambil dua sampel yaitu titik 1 dan titik 2, jarak antar titik 1 dan 2 yaitu 20 cm.
Letakkan alat pada posisi titik pengujian secara vertikal tegak lurus terhadap
permukaan tanah. Atur batang berskala sehingga menunjukkan angka 0 (nol) dan
catat dalam centimeter. Naikkan palu geser sampai menyentuh bagian bawah
pegangan, lalu lepaskan sehingga palu jatuh secara bebas menumbuk landasan
penumbukan. Catat jumlah pukulan dan kedalaman penetrasinya kedalam formulir
percobaan. Hentikan pengujian jika kedalaman penetrasi mencapai 100 cm. Cabut
batang dan konus yang telah masuk kedalam tanah dengan cara menumbuk palu
geser ke atas hingga menyentuh pelat atas pemegang alat. Kemudian menghitung
menggunakan rumus :
Proyek : Praktikum Uji Tanah Group : Kelompok 2

Lokasi : Lab Mektan POLINEMA Kelas : 1 MRK 6

Tgl. Uji
Untuk hasil Pengujian DCP terlihatDosen
: 9 Mei 2019
pada :tabel di bawah ini :
M. Zenurianto

PENETRASI KERUCUT DINAMIS


( Dynamic Cone Penetrometer / DCP )
Titik No. 01
0.33 0.33 CBRavg
Bacaan n h d DD D log CBR CBR CBR DD. CBR

0 0 95,5 0,0 - - - - - -

1 2 91,2 4,3 4,3 2,2 1,0 9,51 2,103 9,04

2 2 88 7,5 3,2 1,6 1,1 13,25 2,346 7,51

3 2 84 11,5 4,0 2,0 1,0 10,31 2,160 8,64

4 5 81,5 14,0 2,5 0,5 1,7 49,05 3,613 9,03

5 5 78,5 17,0 3,0 0,6 1,6 39,96 3,377 10,13 2,87

6 5 72,6 22,9 5,9 1,2 1,3 18,67 2,627 15,50

7 2 59,5 36,0 13,1 6,6 0,4 2,71 1,390 18,21

8 1 38 57,5 21,5 21,5 -0,1 0,71 0,894 19,23

9 1 4,5 91,0 33,5 33,5 -0,4 0,43 0,759 25,41

10 1 0 95,5 4,5 4,5 0,6 4,14 1,598 7,19

Titik No. 02
0.33 0.33 CBRavg
Bacaan n h d DD D log CBR CBR CBR DD. CBR

0 0 95,8 0,0 - - - - - -

1 2 92 3,8 3,8 1,9 1,0 10,92 2,201 8,36

2 2 86,5 9,3 5,5 2,8 0,9 7,21 1,919 10,55

3 2 79,3 16,5 7,2 3,6 0,7 5,32 1,736 12,50

4 2 73,3 22,5 6,0 3,0 0,8 6,53 1,858 11,15

5 2 64,1 31,7 9,2 4,6 0,6 4,04 1,585 14,58 2,41

6 2 50,6 45,2 13,5 6,8 0,4 2,62 1,375 18,56

7 2 35,5 60,3 15,1 7,6 0,4 2,31 1,319 19,92

8 2 4,5 91,3 31,0 15,5 0,0 1,03 1,010 31,30

9 1 0 95,8 4,5 4,5 0,6 4,14 1,598 7,19

10

Sudut puncak dari kerucut yang dipakai 30 ?

LAB. MEKANIKA TANAH - POLITEKNIK NEGERI MALANG JL.SOEKARNO-HATTA NO.9 MALANG


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Kadar air

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar air merupakan sebuah nilai yang
menyatakan kandungan air dalam suatu tanah, pada contoh tanah yang kami ambil
dari Lawang, Malang memiliki kandungan air sebesar 48,01 %.

2. Berat Isi Tanah

Jadi, dapat disimpulkan bahwa berat isi tanah adalah perbandingan


antara berat total tanah terhadap isi/volume total tanah, pada contoh tanah ke-1
yang kami ambil dari Lawang, Malang memiliki berat isi tanah sebesar 1,66
gram/cm3
3. Berat Jenis Tanah

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Berat jenis tanah (Gs) adalah


perbandingan antara berat butir tanah (Ws) dengan berat air (Ww) yang
mempunyai volume (V) sama pada temperatur tertentu, pada contoh tanah ke-1
yang kami ambil dari Lawang, Malang memiliki berat jenis tanah sebesar 2,24
gram/cm3. Dan dapat disimpulkan pula Berat Jenis Tanah (Spesific Gravity)
adalah lempung organik karena berada di kisaran (2,58 - 2,65)

4. Pemadatan

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemadatan adalah proses merapatkan


butiran tanah secara mekanis yang menyebabkan keluarnya udara dari ruang pori
sehingga meningkatkan kepadatan tanah, pada contoh tanah yang kami ambil dari
Lawang, Malang memiliki nilai kadar air optimum sebesar 45,10 % dan memiliki
kepadatan kering maksimum sebesar 1,25 gr/cm3.
5. CBR

Jadi, dapat disimpulkan bahwa CBR (California Bearing Ratio) merupakan


perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu, terhadap beban standar,
untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu, pada contoh tanah yang kami
ambil dari Lawang, Malang memiliki nilai CBR atas 2,5 mm sebesar 1,9 %, CBR 5,0
mm sebesar 1,8 % dan CBR bawah 2,5 mm sebesar 1,7%, CBR 5,0 mm sebesar 1,5
%.

6. DCP

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Penetrasi Kerucut Dinamis (DCP) merupakan


salah satu jenis pengujian yang dilakukan dilapangan, yang secara tidak langsung
dapat menentukan nilai CBR lapangan, pada contoh tanah yang kami ambil dari
Lawang, Malang memiliki nilai CBR lapangan sebesar 2,63 %. Dan juga DCP pada
tanah Area kampus Polinema setiap 1 meter mendapatkan nilai 0.01 kN
7. Sand Cone

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerucut pasir merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilakukan dilapangan, untuk menentukan berat isi kering (kepadatan)
tanah asli maupun hasil asli suatu pekerjaan pemadatan, pada contoh tanah yang kami
ambil dari Area kampus Polinema memiliki berat isi kering lapangan sebesar 1,01
gram/cm3 sehingga nilai derajat kepatannya sebesar 100 %.

Anda mungkin juga menyukai