MEKANIKA TANAH I
Disusun Oleh:
Kelas : 2 MRK 1
Pelaksanaan Praktik : Tanggal 13 November 2020
Nama : Ridho Rachman (1941320072)
Dosen Pembimbing
Kepala Jurusan Teknik Sipil
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
praktek ini tepat pada waktunya.
Laporan praktek dengan judul “Laporan Praktikum Mekanika Tanah I” ini
disusun untuk memenuhi tugas dan memberikan informasi serta pengetahuan
kepada para pembaca.
Sehubungan dengan selesainya penyusunan laporan praktek ini, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
Penulis menyadari bahwa laporan praktek ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
sehingga dapat lebih menyempurnakan penulisan selanjutnya. Semoga laporan
praktek ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Ilmu Mekanika Tanah (Soil Mechanics) adalah cabang dari ilmu pengetahuan
yang mempelajari sifat fisik dari tanah dan kelakuan masa tanah tersebut bila
menerima bermacam-macam gaya. Sedangkan Rekayasa Tanah (Soil
Engineering) merupakan aplikasi prinsip-prinsip mekanika tanah dalam problema-
problema praktisnya.
Tidak dapat diketahui sejak kapan manusia mulai menggunakan tanah sebagai
bahan bangunan. Untuk beberapa lama pada mulanya, seni rekayasa tanah hanya
dilaksanakan berdasarkan pengalaman di masa lalu saja. Tetapi dengan
pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, perancangan dan pelaksanaan
struktur yang lebih baik dan lebih ekonomis menjadi lebih diperlukan. Hal ini
menyebabkan terjadinya studi yang lebih terinci terhadap sifat dan kondisi dasar
dari tanah dalam hubungannya dengan ilmu teknik pada awal abad ke-duapuluh.
Dengan diterbitkannya buku Erdbaumechanic oleh Karl Terzaghi pada tahun
1952, lahirlah ilmu mekanika tanah modern. Buku tersebut membahas prinsip-
prinsip dasar dari ilmu mekanika tanah yang selanjutnya buku itu juga menjadi
dasar bagi banyak studi lanjutan lainnya.
Pada tahun 1948 Karl Von Terzaghi seorang sarjana teknik sipil
Jerman/Austria berpendapat bahwa : Mekanika tanah adalah pengetahuan yang
menerapkan kaidah mekanika dan hidrolika untuk memecahkan persoalan-
persoalan teknik sipil yang berhubungan dengan endapan dan kumpulan butir-
butir padat yang terurai/tidak terpadu (unconsolidated) yang dihasilkan oleh
proses penghancuran (disintegration) secara alami dan kimiawi batu-batuan. Oleh
karena itu, Terzaghi disebut sebagai Bapak mekanika tanah, karena jasanya
memelopori pengembangan ilmu mekanika tanah
1.1.3 Proses Pembentukan Tanah, Siklus Batuan Dan Asal- Usul Tanah
Proses pelapukan batuan menjadi tanah dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu :
proses penghancuran fisik (disintegration) dan proses pelapukan kimiawi
(decomposition). Proses penghancuran fisik adalah proses pelapukan tanah akibat
dari factor-faktor fisika, misalnya : perubahan temperature secara berkala,
pembekuan dan pencairan (air dalam batuan), proses perusakan oleh tanaman,
binatang dan/atau es di dalam celah batuan. Proses pelapukan kimiawi terjadi
akibat reaksi kimiawi, misalnya : oksidasi, hidrasi, karbonasi, dan efek kimia dari
tanaman. Proses pelapukan kimiawi ini dapat dipercepat bila dipengaruhi oleh
temperature yang tinggi dan keberadaan zat-zat asam organic. Beberapa faktor
yang sangat berpengaruh dalam proses pelapukan tanah ini diantaranya adalah :
cuaca, topografi, waktu, sejarah geologi dan tipe batuan.
Hasil lapukan yang berupa kerikil, pasir, lanau dan lempung dapat menjadi
padat karena adanya tekanan lapisan tanah di atasnya dan adanya proses sementasi
antar butiran oleh unsure-unsur sementasi seperti besi, kalsit, dolomite dan quartz.
Unsur-unsur sementasi tersebut biasanya terbawa dalam larutan air tanah. Unsur-
unsur tersebut mengisi ruang-ruang di antara butiran dan kemudian membentuk
batuan sediment. Batuan yang terbentuk dengan cara ini disebut batuan sediment
detrital. Contoh dari tipe/jenis batuan sedimen detrital adalah : conglomerate,
breccia mudstone, shale (claystone). Sedimentary rock ada juga yang dibentuk
oleh reaksi kimia, misalnya : limestone, chalk, dolomite, gypsum, dan sebagainya.
Quartzite adalah sejenis batuan metamorf yang terbentuk dari sandstone yang
kaya akan mineral quatz. Bahan silika kemudian memasuki pori-pori batuan dan
ruang-ruang diantara butiran pasir dan quartz, dan menjadi unsur-unsur sementasi
antar butiran. Quartzite adalah salah satu dari batuan yang sangat keras. Pada
tekanan dan panas yang besar sekali, batuan metamorf mungkin mencair menjadi
magma dan siklus batuan berulang kembali.
Tanah umumnya dapat disebut sebagai kerikil (gravel), pasir (sand), lanau
(silt), dan lempung (clay), tergantung pada ukuran partikel yang paling dominan
pada tanah tersebut. Untuk menerangkan tentang tanah berdasarkan ukuran-
ukuran partikelnya, bebarapa organisasi telah mengembangkan batasan-batasan
ukuran golongan jenis tanah (soil-separate-size limits).
3. Tanah Kohesif
Sering disebut tanah berbutir halus dengan gaya lekat antar butiran (kohesi)
yang mengakibatkan sifat plastis berbeda yang bergantung pada kadar air dan
kandungan mineral dalam tanah. Pada proses pengendapan yang tidak begitu
dalam, variasi pembentukan susunan butir tanah kohesif dibedakan sebagai
berikut :
lanau
Gambar1.2 Struktur Rantai
Struktur flokulent
• Terbentuk bila partikel-partikelyang
melayang mengumpul, mengikat diri dan
kemudian mengendap.
• Biasa terjadi pada tanah organic (tanah
Gambar 1.3 Struktur flokulent humus).
b. Tanah tidak kohesif
Sering disebut tanah berbutir kasar dengan sudut geser dalam sebagai
parameter kekuatan geser utama dan tidak mempunyai gaya lekat antar butiran,
seperti pasir dan kerikil.
Berdasarkan organ-organ yang terkandung didalamnya, tanah digolongkan
menjadi tanah anorganik dan tanah organik.
a. Tanah anorganik
Tanah jenis ini yang terdiri dari mineral tanpa kandungan bahan organik.
Contoh : kerikil, pasir dan mineral lainnya.
b. Tanah organik
Tanah ini sangan baik untuk landasan / dasar bangunan bila kepadatannya
cukup besar. Tanah ini tidak mempunyai kekuatan tarik, maka gesekan antar
butiran akan meningkat pada saat mengalami tekanan yang besar sehingga
kekuatan gesernya besar. Pada kondisi tanah leps atau terlalu banyak
mengandung pasir perlu dilakukan pemadatan untuk menghindari penurunan
atau keruntuhan tanah (failure).
b. Tanah kohesif
Kondisinya licin, halus, kaku, agak keras dank eras sekali sehingga kapasitas
daya dukung tergantung pada besarnya kadar air. Terhadap air tanah kohesif
harus betul-betul dilindungi, dengan membuat saluran pengeringan (drainase),
karena dengan ruang pori yang besar mengakibatkan tanah ini mudah
tenggelam dan rusak akibat beban diatasnya. Selain itu fraksi butir-butir halus
juga
mempengaruhi kualitas tanah kohesif, sehingga tanah ini dibedakan antara
tanah kohesif kuat (sukar menyerap dan melepas air) dan tanah kohesif ringan
(mudah berubah bila terkena air).
c. Tanah organik
Tanah humus (peat) dan tanah lumpur berlanau, tidak baik dipakai sebagai
landasan dari suatu konstruksi bangunan, karena memiliki sifat kembang susut
yang sangat besar.
Tanah ini sangat baik untuk material bangunan seperti untuk urugan jalan,
urugan bangunan, dasar pondasi, karena dapat dipadatkan dengan mudah dan
mempunyai kekuatan geser yang besar.
b. Tanah kohesif
Tanah ini mempunyai sifat compresibilitas yang tergantung pada kadar airnya,
baik untuk bahan bangunan pada daerah-daerah yang kering tetapi tidak baik
pada daerah-daerah yang banyak mengandung air, sehingga perlu
distabilisasi/dipadatkan sebelum digunakan.
c. Tanah organik
Tanah ini tidak baik sebagai bahan bangunan/urugan karena mempunyai sifat
susut yang besar dan mudah retak-retak bila kering.
1.6.1 Stratifikasi Tanah (Stratification of The Ground)
a. Rekahan (faults)
Gambar 1.4
b. Patahan
Gambar 1.5
c. Lipatan
Gambar 1.6
2. Bagaimana bentuk dan jenis dasar tanah yang dipakai dalam praktikum
Mekanika Tanah ?
3. Bagaimana proses kerja dalam penelitian yang dilakukan pada praktikum
1.3 Tujuan
Secara garis besar maksud dan tujuan diadakannya Praktikum Mekanika Tanah I
ini adalah untuk mengetahui dan memahami segi teknis dari penyelidikan tanah
baik di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan dengan adanya praktikum
ini, dapat mempraktekkan teori-teori yang ada dalam mata kuliah Mekanika
Tanah I yang didapat pada saat kuliah secara langsung, sehingga diharapkan dapat
memahami apa yang dipelajari pada Mekanika Tanah I. Selain itu juga
pengetahuan tentang mekanis yang terjadi pada suatu jenis tanah dapat bertambah
dengan dilakukannya pengujian serta bertambahnya pengalaman dalam
penggunaan peralatan yang digunakan dalam praktikum.
KARAKTERISTIK TANAH
2.1Kadar Air Tanah (Water Content)
Kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung
dalam masa tanah terhadap berat butiran padat (tanah kering) dan dinyatakan
dalam persen. Kadar air tanah merupakan salah satu parameter tanah yang penting
untuk menentukan korelasi antara perilaku tanah dengan sifat sifat yang fisiknya.
Oleh sebab itu, pengujian atas kadar air tanah ini merupakan salah satu pengujian
yang selalu dilakukan setiap penyelidikan tanah. Tujuan dari percobaan ini adalah
untuk mengetahui kadar air tanah dengan pengujian yang benar.
Peralatan yang digunakan dalam pengujian kadar air adalah Oven yang
dilengkapi dengan pengukur suhu untuk memanasi benda uji sampai (110±5) ℃,
Cawan, Neraca dengan ketelitian 0,01 gram dan Penjepit.
℃ minimum 16 jam (atau sampai beratnya konstan). Lalu Mengambil cawan dan
benda uji yang telah dikeringkan, tunggu hingga benda uji mulai dingin.
Kemudian menimbang cawan beserta isinya (benda uji kering + cawan = W3) dan
amati hasilnya. Kemudian menghitung kadar air dengan rumus :
wc WW
Kadar air (w) = = x 100%
Ws
Keterangan :
1. PERALATAN
Cawan Timbangan
Oven Desikator
Spatula
No Uraian Gambar
1 Siapkan Bahan Pengujian, yaitu tanah asli (tanah yang
belum tersentuh/terganggu)
7 Setelah suhu benda uji stabil, timbang cawan dan benda uji
kering (W2)
Proyek Group
Titik TP 01 TP 01
Berat cawan + tnh basah 1) (gram) 32,08 29,73 35,49 25,31 29,50 29,26
(W
Berat cawan + tnh kering 2) (gram) 25,10 23,24 28,10 20,12 22,92 22,70
(W
Berat air (gram) 6,98 6,49 7,39 5,19 6,58 6,56
Berat air = W 1 -W 2
Untuk hasil pengujian kadar air tanah terlihat pada tabel dibawah ini :
W (W (32,08 –
w 1 – W2 ) 25,10 )
W (W2 – (15,10 –
W 01 (1) : s = W3) x 100% = 9,54)
W (W (29,73 -
w 1 – W2 ) 23,24 )
W (W – (23,24 -
W 01 (2) : s =2 W3 ) x 100% = 9,74)
W (W (25,31 -
w 1 – W2 ) 20,12 )
W (W – (20,12 -
W 02 (1) : s =2 W3 ) x 100% = 10,04)
W (W (29,50 -
w 1 – W2 ) 22,92 )
W (W – ( 22,92 –
W 02 (2) : s =2 W3 ) x 100% = 9,83 )
x 100% = 44,86 %
x 100% = 48,07 %
x 100% = 51,49 %
x 100% = 50,27 %
4.
Berat isi dari suatu masa tanah adalah perbandingan antara berat total
tanah terhadap isi total tanah,yang dinyatakan dalam notasi ᵞwet (gram/cm 3). Berat
isi tanah sangat berguna dalam mengevaluasi tanah kohesif dan pengujiannya juga
mudah. Sedangkan pada tanah non kohesif pengujian berat isi tanah sedikit agak
sulit pelaksanaannya, kecuali jika tanah non kohesif tersebut terletak sangat dekat
dengan permukaan tanah. Seperti halnya kadar air tanah,berat isi tanah juga
merupakan sifat fisik tanah yang penting, dan dilakukan secara rutin bersama –
sama dengan pengujian lainya dilaboratorium.
Setelah melakukan uji pada kedua sampel tanah yaitu tanah kedalaman 50
cm dan 100cm kita dapat data uji berat isi tanah basah dan berat isi tanah kering.
Kemudian menghitung berat isi tanah dengan rumus :
wet
1. PERALATAN
Jangka Sorong & Ring Timbangan Spatula
2. PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Timbang Ring(Cetakan Benda Uji)
W1
Berat jenis tanah (Gs) adalah perbandingan antara berat butir tanah dengan
berat air yang mempunyai volume sama pada temperatur tertentu. Tujuan dari
percobaan ini adalah untuk menentukan berat jenis tanah untuk ukuran butiran
tanah yang lolos ayakan No.4 (4.75mm), dengan menggunakan piknometer.
Apabila nilai Gs akan digunakan dalam perhitungan pada percobaan hidrometer,
maka benda uji yang dipakai adalah yang lolos ayakan No.10 (2.00mm).
1. Kalibrasi Piknometer
bak pengatur suhu (constant temperatur bath) 25oC. Setelah isi botol
(piknometer) mencapai suhu 25oC tutupnya dipasang, kemudian bagian
luar piknometer dikeringkan, dan piknometer + isinya + tutup ditimbang
(W).
2. Dari nilai W25 yang ditentukan, susunlah tabel harga W4 untuk suatu urutan
suhu kira-kira antara 18oC sampai dengan 31oC Harga W dihitung sebagai
berikut:
W4 = W25 x k
dimana:
18 1.0016 25 1.0000
19 1.0014 26 0.9997
20 1.0012 27 0.9995
21 1.0010 28 0.9992
22 1.0007 29 0.9989
23 1.0005 30 0.9986
24 1.0003 31 0.9983
GS G L (W2 − W1)
= (W4 − W1) − (W3 − W2)
dimana:
Gs = Berat Jenis tanah
GL = Berat Jenis cairan yang dipakai
W1 = Berat piknometer + tutup
W2 = Berat piknometer + contoh tanah + tutup
W3 = Berat piknometer + contoh tanah + air + tutup
Ambil harga rata - rata dari hasil ketiga pemeriksaan tersebut, dalam 2 (dua)
angka di belakang koma.
Untuk hasil pengujian berat isi tanah terlihat pada tabel dibawah ini :
Proyek : Praktikum Uji Tanah Group : Kelompok 2
Brt. Piknometer + Tnh. Kering + Air (W3) (gram) 95,52 94,45 74,74
[(W5-W1)-(W3-W2)]
= (45,59−33,57)
(88,94−33,57)−(95,52−45,59)
= 2,24
G L (W2 − W1)
GS (2)= (W4 − W1) − (W3 − W2)
= (43,61−33,59)
(89,09−33,59)−(94,45−43,61)
= 2,25
G L (W2 − W1)
GS (3)= (W4 − W1) − (W3 − W2)
= (29,93−18,82)
(69,20−18,82)−(74,74−29,93)
= 2,24
1. PERALATAN
Saringan no 4,10,40 Piknometer 50 ml Oven
Dan penadahnya
3.PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Benda uji yang didapatkan dari lapangan dikeringkan
udara/oven dengan suhu
< 60⁰C
2 Setelah benda uji kering, tumbuk agar memudahkan saat
proses pengayakan
Rc = Ra – Zc + Ct
dimana:
Dimana :
Rc = Bacaan hidrometer terkoreksi
Dimana :
v = Lt
Dimana:
D =√
t = waktu
pengamatan
dimana:
D = diameter butiran
K = koreksi terhadap temperatur dan Gs (Tabel 3.10)
t = waktu pengamatan
Tabel 3.8
2.85 0.96
2.80 097
2.75 0.98
2.70 0.99
2.65 1.00
2.60 1.01
2.55 1.02
2.50 1.04
Tabel 3.9 Koreksi (Ct) Thd Temperatur
Temperatur
Ct
o
( C)
15 -1.10
16 -0.90
17 -0.70
18 -0.50
19 -0.30
20 0.00
21 0.20
22 0.40
23 0.70
24 1.00
25 1.30
26 1.65
27 2.00
28 2.50
29 3.05
30 3.80
Tabel 3.10 Nilai K (Koreksi terhadap Temperatur dan
Gs)
Temp. Berat Jenis Tanah (Gs)
oC 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85
16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136
ANALISIS HIDROMETER
(ASTM D 422 - 72)
Data Pengujian:
Nomor Hidrometer : 1 Berat jenis tanah (Gs) : 2.66
: 2,24
13.20 0,5 29 31,0 34,1 35,1 10,55 21,10 0,0139 0,0639 74,26
13.20 1 29 29,8 32,8 33,8 10,75 10,75 0,0139 0,0456 71,53
13.21 1,5 29 29,3 32,3 33,3 10,84 7,22 0,0139 0,0374 70,44
13.23 2 29 28,8 31,8 32,8 10,92 5,46 0,0139 0,0325 69,35
13,25 5 29 28,5 31,6 32,6 10,96 2,19 0,0139 0,0206 68,80
13,30 10 26,1 25,5 27,2 28,2 11,68 1,17 0,0144 0,0155 59,28
13,35 15 26,1 24,5 26,2 27,2 11,84 0,79 0,0144 0,0128 57,10
13,50 30 26,4 24,0 25,5 26,5 11,96 0,40 0,0143 0,0091 55,54
14,20 60 26,5 21,0 22,5 23,5 12,45 0,21 0,0143 0,0065 49,00
15,20 120 26,5 20,0 21,5 22,5 12,61 0,11 0,0143 0,0046 46,82
16,20 180 26,5 19,0 20,5 21,5 12,78 0,07 0,0143 0,0038 44,64
17,20 240 26,3 19,0 20,8 21,8 12,73 0,05 0,0144 0,0033 45,26
18,20 300 26,1 17,0 18,7 19,7 13,07 0,04 0,0144 0,0030 40,75
19,20 360 26 17,0 18,7 19,7 13,08 0,04 0,0144 0,0027 40,67
20,20 420 26 16,0 17,7 18,7 13,24 0,03 0,0144 0,0026 38,49
1440 26 16,0 17,7 18,7 13,24 0,01 0,0144 0,0014 38,49
Ayakan:
Berat
No Dia.
tertahan
Jml. Berat tertahan % Kumulatif
Saringan (mm) (Gram) (Gram ) Tertahan Lolos
10 2,000
20 0,840
40 0,420
60 0,250
100 0,150
200 0,075
ANALISIS HIDROMETER
(ASTM D 422-72)
Pasir
Kerikil
Lanau Lempung
Kasar s/d Sedang Halus
100
90
80
70
Prosentase Lolos (%)
60
50
40
30
20
10
0
1,00 0,10 0,01 0,00
Ukuran Butiran (mm)
Catatan:
Prosentase lolos Ayakan No.200 (75 m m) = ………….. %
Prosentase tertahan Ayakan No.4 (4.75mm) = ………….. %
kesimpulan pada saat percobaan ini kelompok kami tidak mengayak dikarenakan tidak melihat modul yang ada di tabel
4. ANALISIS
- Jumlah berat tertahan untuk masing-masing ukuran saringan secara
kumulatif.
- Jumlah prosentase berat benda uji tertahan dihitung terhadap berat total
secara komulatif.
- Jumlah prosentase berat benda uji yang melalui masing-masing saringan
dihitung.
B Analisis Hydrometer
1. TUJUAN
Untuk menentukan pembagian ukuran butir dari tanah yang lewat saringan no.
200. Analisa hidrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan)
butirbutir tanah dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel-
partikel tanah akan mengedap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung
pada bentuk, ukuran, dan beratnya.
2. PERALATAN
3. PROSEDUR
No Uraian Gambar
1 Ambil benda uji dalam oven, lalu timbang
benda uji ( tanah kelanauan dan kelempungan
60 gr, tanah kepasiran 110 gr)
9 Masukkan hidrometer
1. TUJUAN
Tujuan dari uji batas-batas Atterberg adalah untuk menentukan angka-angka
konsistensi atterberg yaitu batas susut/shrinkage limit (WS),batas plastis/plastic
limit (WP),batas cair/liquid limit (WL).
2. PERALATAN
3. PROSEDUR
A. Penentuan Batas Cair
No Uraian Gambar
1 Masukkan benda uji yang lolos saringan
no.40 sebanyak 100 gr ke mangkok
4. ANALISIS
A.Penentuan Batas Cair
Hasil yang diperoleh berupa jumlah pukulan dan kadar air, selanjutnya digambar
dalam grafik, dimana jumlah pukulan digambarkan pada sumbu
mendatar dengan skala logaritmis dan kadar air sebagai sumbu tegak dengan skala
normal.
Buat garis lurus melalui titik-titik itu, jika ternyata titik-titik yang diperoleh tidak
terletak satu garis, maka buatlah garis lurus melalui titik berat dari titik-titik
tersebut.
Tarik garis vertikal pada jumlah pukulan 25 x sampai memotong garis grafik,
kemudian tarik garis mendatar dari titik potong tersebut hingga memotong sumbu
vertikal (sumbu kadar air). Nilai yang diperoleh tersebut merupakan nilai batas
cair dari jenis tanah yang diuji.
B.Penentuan Batas Plastis
Tentukan kadar air rata-ratanya dimana pada kadar air tersebut merupakan harga
batas plastis (Plastic Limit).
Perhitungan :
No. Cawan 78 18 47 02 60 04 20 19
Berat cawan + tanah (gr 20.9 20.77 24.7 24. 21.8 21.3 22.8 23.9
basah m) 0 1 63 1 5 1 0
Berat cawan + tanah (gr 16.4 16.41 18.6 18. 16.8 16.4 17.1 17.7
Kering m) 0 6 59 9 6 8 7
Berat cawan (gr 9.57 9.83 9.85 9.7 9.84 9.45 9.7 9.73
m) 9 2
Berat air (gr 4.50 4.36 6.05 6.0 4.92 4.89 5.6 6.13
m) 4 3
Berat tanah kering (gr 6.83 6.58 8.81 8.8 7.05 7.01 7.4 8.04
m) 0 6
Kadar air (%) 65.8 66.26 68.6 68. 69.7 69.7 75.4 76.2
9 7 64 9 6 7 4
jumlah ketukan 4 3 2 1
3 1 1 1
No. Cawan 31 17
Berat cawan + tanah (gr 19.57 18.8 Liquid Limit (%) 69.6
basah m) 2 (LL) = 8
Berat tanah kering (gr 7.13 6.24 Plasticity Index (%) 27.7
m) (PI) = 9
PEMADATAN
mm dan 152 mm, Alat penumbuk (hammer) dengan berat 2,5 kg dan 4,54 kg,
Ayakan No.4 (# 4,75 mm) atau 3/4 (# 19 mm), Timbangan dengan ketelitian l.0
gram, jangka sorong, extruder, oven dengan pengatur suhu dan peralatan
penentuan kadar air, alat perata, talam, mistar, palu karet, tempat contoh.
Bila contoh tanah yang diterima dari lapangan masih dalam keadaan
lembab, maka keringkan dengan cara dianginkan (kering udara) atau dioven
dengan suhu
Lepas leher penyambung dan potong kelebihan tanah dengan pisau perata
(straight edge). Lalu Bersihkan bagian luar dan timbang dengan/tanpa alas (W2).
Keluarkan tanah yang asa didalam cetakan dengan alat pengeluar contoh tanah
(Extruder). Belah benda uji selanjutnya ambil tanah secukupnya pada tiga bagian
(atas, tengah, dan bawah) untuk dicari kadar airnya.
Ulangi tahap (5.3) s/d (5.6) untuk keseluruhan benda uji yang disiapkan.
(W2 − W1)
wet = [gram/cm3]
V
2. Berat isi tanah kering
wet
wet = [gram/cm3]
1+w
3. Berat isi kering ZAVC
Gs. wet
wet = [gram/cm3]
1 + w .Gs
Dimana:
wet = berat isi basah
wet = berat isi kering
w = berat isi air
ZAVC = berat isi kering ZAVC
Gs = berat jenis tanah
V = volume cetakan
w = kadar air benda uji
W1 = berat cetakan dengan/tanpa alas
W2 = berat cetakan dengan/tanpa alas + benda uji
PEMADATAN TANAH
(ASTM D-1556)
Standart Pemadatan : Standar (Proctor)
Diam. Cetakan : 10,45 cm Tinggi Cetakan : 11,55 cm Volume : : 990 cm3
Penentuan Kepadatan
No. Contoh 1 2 3 4
Kadar Air, (w) (%) 24,28 34,97 45,11 55,85
Berat Tanah + Cetakan (grm) 6025 6205 6390 6374
Berat Cetakan (grm) 4600 4600 4600 4600
3
Brt. Tanah Basah (gr/cm ) 1425 1605 1790 1774
3
Brt. isi Tnh. Basah (gr/cm ) 1,44 1,62 1,81 1,79
3
Brt. isi Tnh. Kering (gr/cm ) 1,16 1,20 1,25 1,15
1,30
Berat Isi Tnh Kering (gr/cc)
1,28
1,26
1,24
1,22
1,20
30 35 40 45 50 55 60
Nilai berat isi tanah kering yang diperoleh melalui percobaan ini, biasanya
digunakan untuk mengevaluasi hasil pekerjaan pemadatan di lapangan yang
dinyatakan derajat pemadatan (degree of compaction), yaitu perbandingan antara
d (kerucut pasir) dengan maks. hasil percobaan pemadatan di laboratorium dalam
[%].
(w3 − w1 )
3
Berat isi pasir gsand (gr/cm ) 1,48
Nilai CBR adalah perbandingan antara beban penetrasi dari bahan tertentu,
terhadap beban standa, untuk kedalaman dan kecepatan penetrasi tertentu dan
dinyatakan dalam prosen (%).
CBR = x 100%
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah seberat kurang
lebih 5 kg dan alat yang digunakan berupa mesin beban, cetakan dengan diameter
±5,2 cm dan tinggi ± 1,6 cm termasuk leher penyambung dan keping alas, alat
penumbuk seberat 4,54 kg dengan tinggi jatuh 45,7 cm , piston/torak penetrasi
dengan diameter 4,49 cm, keping beba seberat 4 kg, timbangan ketelitian 1 gram,
alat perata,dan peralatan yang menentukan kadarair seperti cawan dan oven.
CBR LABORATORIUM
(ASTM D 1883 - 87)
Perhitungan Kadar Air Perhitungan Berat Isi Tanah
No Contoh 33 51 Brt. Tnh. + Cetakan (gram) 8965
Brt. Tnh. Basah + Cawan (gram) 46,23 50,70 Berat Cetakan (gram) 4680
Brt. Tnh. Kering + Cawan (gram) 40,80 44,81 Berat Tanah (gram) 4285
Berat Air (gram) 5,43 5,89 Volume Cetakan (cm 3 ) 2145
3
Berat Cawan (gram) 12,69 12,94 Brt.Isi Tnh.Basah (gram/cm ) 2,00
3
Berat Tanah Kering (gram) 28,11 31,87 Brt.Isi Tnh.Kering (gram/cm ) 1,68
Kadar Air % 19,32 18,48
Kadar Air rata-rata % 18,90
Beban - Penetrasi
atas bawah
Penetrasi
Bacaan Beban Bacaan Beban
1,00
(mm) (div) (KN) (div) (KN)
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
0,5 6,0 0,15 4,0 0,10
1,0 6,8 0,17 7,0 0,17
1,5 9,0 0,22 7,5 0,18 0,80
2,0 10,0 0,24 8,5 0,21
2,5 10,5 0,26 9,5 0,23
3,0 11,5 0,28 10,0 0,24
3,5 12,0 0,29 10,5 0,26
B e b a n (lb f)
0,60
4,0 13,0 0,32 11,5 0,28
4,5 13,5 0,33 12,0 0,29
5,0 14,5 0,35 12,5 0,30
7,5 17,0 0,41 15,0 0,36
10,0 19,0 0,46 16,5 0,40 0,40
12,5 20,5 0,50 17,0 0,41
Serial 28 kN
Catatan:
Alat dan Bahan yang Digunakan satu set alat DCP yang terdiri dari:
Pemegang, digunakan untuk memegang alat DCP agar alat DCP tetap tegak, Alat
penumbuk, untuk penumbuk alat DCP agar konus yang dipasang turun kebawah,
Batang bagian atas, untuk mengarahkan palu yang mempunyai diameter 16 mm
dan tinggi jatuh sebesar 575 mm, Penahan palu, Penyambung batang, untuk
menyambungkan batang bawah dengan batang penyambung, Batang bawah,
Mistar skala penetrasi, untuk meengukur kedalaman tanah sepanjang 1 m, Konus,
untuk mengetahui kekerasan tanah terbuat dari baja keras berbentuk kerucut di
bagian ujung, diameter 20 mm, sudut 60° atau 30°, Tang untuk mengunci atau
membuka alat DCP seperti Konus, Kunci Inggris, untuk mengunci alat DCP
seperti konus.
Tgl. Uji
Untuk hasil Pengujian DCP terlihatDosen
: 9 Mei 2019
pada :tabel di bawah ini :
M. Zenurianto
0 0 95,5 0,0 - - - - - -
Titik No. 02
0.33 0.33 CBRavg
Bacaan n h d DD D log CBR CBR CBR DD. CBR
0 0 95,8 0,0 - - - - - -
10
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Kadar air
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kadar air merupakan sebuah nilai yang
menyatakan kandungan air dalam suatu tanah, pada contoh tanah yang kami ambil
dari Lawang, Malang memiliki kandungan air sebesar 48,01 %.
4. Pemadatan
6. DCP
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kerucut pasir merupakan salah satu jenis
pengujian yang dilakukan dilapangan, untuk menentukan berat isi kering (kepadatan)
tanah asli maupun hasil asli suatu pekerjaan pemadatan, pada contoh tanah yang kami
ambil dari Area kampus Polinema memiliki berat isi kering lapangan sebesar 1,01
gram/cm3 sehingga nilai derajat kepatannya sebesar 100 %.